Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 1

SOSIOLOGI SPASIAL
“Interaksi Antar Wilayah”

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Ir. H. Batara Surya M.Si

Disusun Oleh:

Ari Arrahid M. Achmad - 4518042038

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

TAHUN 2021
A. PENGERTIAN RUANG SECARA UMUM
Ruang adalah tempat di permukaan bumi, baik secara keseluruhan maupun hanya
sebagian yang digunakan makhluk hidup untuk tinggal. Ruang juga dapat diartikan sebagai
wadah dari semua aktivitas manusia, hewan, tumbuhan yang ada di permukaan bumi.
Ruang tidak hanya sebatas udara yang bersentuhan dengan permukaan bumi. Tapi juga
lapisan atmosfer terbawah yang memengaruhi permukaan bumi. Ruang juga mencakup
perairan yang terdapat di permukaan bumi yaitu laut, sungai, danau, ataupun yang ada di
bawah permukaan bumi (air tanah) sampai ke kedalaman tertentu. Dikutip dari Education
Standards, konsep ruang adalah konsep yang berfokus pada lokasi dan distribusi
keruangan, serta cara orang mengatur dan mengelola ruang yang ditinggali.

B. PENGERTIAN INTERAKSI ANTAR RUANG


Setiap ruang di permukaan bumi memiliki ciri khas tertentu yang berbeda antara suatu
wilayah dengan wilayah yang lain. Tidak ada satu ruangpun yang mempu memenuhi
seluruh kebutuhannya sendiri. Setiap ruang membutuhkan ruang lainnya untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Perbedaan karakteristik ruang tersebut menyebabkan adanya interaksi
antarsatu ruang dengan yang lainnya. Termasuk komunikasi antar manusia yang tinggal di
dalamnya. Interaksi merupakan suatu proses yang sifatnya timbal balik dan mempunyai
pengaruh terhadap tingkah laku, baik melalui kontak langsung atau tidak langsung.
Interaksi antarruang adalah suatu cara mengelola ruang-ruang berdasarkan potensi juga
permasalahannya dan keterkaitan suatu ruang dengan ruang-ruang di sekitarnya. Interaksi
antarruang dapat berupa pergerakan orang, barang, atau informasi dari daerah asal menuju
daerah tujuan atau dari suatu daerah ke daerah lain.

C. PENGERTIAN MENURUT PARA AHLI


1. Hillman (dikutip dalam Daldjoeni, 1992)
Istilah interaksi keruangan digunakan sebagai istilah pertama kali dikenalkan
oleh Hillman (dikutip dalam Daldjoeni, 1992) untukmenentukan interdependensi
antar wilayah geografis yangmencakup gerakan barang, uang, penumpang,
informasi dan sebagainya dengan melihat interaksi spasial sebagai fokus utama.
Sedangkan konsep yang menyerupai pernyataan Hillman salah satunya pendapat
Ullman. Menurut Ullman (dikutip dalam Daldjoeni, 1992) interaksi keruangan
mencakup arus manusia, materi, informasi dan energi yang dipengaruhi oleh
gejala-gejala yang ada. Dengan kalimat lain interaksi keruangan merupakan
suatu permulaan dari usaha menjelaskan lokasi dari gejala-gejala, distribusinya
(pembagian, sebaran dalam ruang) dan difusinya (persebaran, perluasan)
(Daldjoeni, 1992).
• Region Complementary (Wilayah Saling Melengkapi)
Bila kota-kota punya karakteristik berbeda atau kelompok manusia
berbeda, maka hal itu tidak otomatis menghasilkan suatu gerakan. Jadi harus
ada kebutuhan saling melengkapi atau komplementaritas.Dengan
demikian harus ada permintaan dan penawaran. Perancis berdagang
anggur dengan Belanda karena Belanda merupakan konsumennya. Relasi
komplementaritas ini hanya terjadi jika tawaran terasa bermanfaat
bagi pihak yang menerima.Manfaatnya ditentukan oleh banyak hal
seperti budaya, ilmu, teknik, kondisi kehidupan dan lainnya. Agar
penawaran dan permintaan dapat bertemu maka diplomasi dibutuhkan
antara kedua wilayah.
• Intervening Opportunity (Kesempatan Intervensi)
Ambil contoh jika terjadi bencana erupsi di satu wilayah maka gerak
migrasi akan terganggu sehingga manusia akan memutuskan memilih
tujuan lain. Pilihan untuk melaksanakan tujuan awal (migrasi) akan
terhalang. Inilah yang dinamakan intervening opportunity (IO). IO ini
berkaitan dengan melemahnya arus komoditas antara ruang.
• Spatial Transferability (Kemudahan Perpindahan Ruang)
Kemungkinan barang, jasa dan manusia dapat dipindahkan ke daerah
lain selain faktor biaya dan waktu namun masih perlu diperhitungkan
juga peraturan dan tata tertib pelaksanaannya. Hal ini berpengaruh
terhadap boleh tidaknya arus komoditas dimulai. Berbagai moda transportasi
akan bersaing mempromosikan ongkos sesuai jasanya. Jika harga cocok
maka transfer antar ruang akan terjadi.

2. William J Reilly (1931)


Teori Titik Henti (Breaking Point Theory) merupakan hasil modifikasi dari
Model Gravitasi Reilly. Teori ini memberikan gambaran tentang perkiraan posisi
garis batas yang memisahkan wilayah-wilayah perdagangan dari dua kota atau
wilayah yang berbeda jumlah dan komposisi penduduknya. Teori Titik Henti
juga dapat digunakan dalam memperkirakan penempatan lokasi industri atau
pusat pelayanan masyarakat. Penempatan dilakukan di antara dua wilayah yang
berbeda jumlah penduduknya agar terjangkau oleh penduduk setiap wilayah.
Teori ini digunakan untuk:
• Menentukan lokasi suatu unit usaha ekonomi(pasar, SPBU, shopping
center)
• Menentukan lokasi sarana kesehatan (rumah sakit, klinik)
• Menentukan lokasi sarana pendidikan (sekolah, kampus, pusdiklat)

Teori ini dapat digunakan jika memenuhi beberapa syarat yaitu:


• Keadaan ekonomi penduduk relatif sama
• Topografi wilayah datar
• Saranaprasarana transportasi memadai
• Daya beli masyarakat sama
Inti dari teori ini adalah bahwa jarak titik henti (titik pisah) dari lokasi
pusat perdagangan (atau pelayanan sosial lainnya) yang lebih kecil ukurannya
adalah berbanding lurus dengan jarak antara kedua pusat perdagangan. Namun,
berbanding terbalik dengan satu ditambah akar kuadrat jumlah penduduk dari
kota atau wilayah yang penduduknya lebih besar dibagi jumlah penduduk kota
yang lebih sedikit pendu

3. Newton (1687)
Model Gravitasi pertama kali dikembangkan oleh Newton (1687) untuk
menunjukkan bahwa hubungan interaksi antara dua partikel dipengaruhi
olehmassa dan jarak antar partikel tersebut.Model gravitasi adalah model yang
paling banyak digunakan untukmelihat besarnya daya tarik dari suatu potensi yang
berada pada suatu lokasi.Model ini sering digunakan untuk melihat kaitan
potensi suatu lokasi adanbesarnya wilayah pengaruh dari potensi tersebut. Dalam
perencanaan wilayah,model ini sering dijadikan alat untuk melihat apakah
lokasi berbagai fasilitaskepentingan umum telah berada pada tempat yang benar.
Model gravitasi selain berfungsi sebagai teori lokasi juga berfungsi sebagai
alat dalam perencanaan, yang dikembangkan dari hasil pengamatan
dilapangan berdasarkan hukum Gravitasi Newton. John Q. Stewart
dankelompoknya pada School of Social Physics menerapkan secara sistematik
modelgravitasi untuk menganalisis interaksi sosial dan ekonomi. Misalnya ada
dua kota(kota A dan kota B) yang berdekatan, ingin diketahui berapa besar
interaksi yangterjadi antara kedua kota tersebut. Interaksi bisa saja diukur dari
banyaknyaperjalanan dari penduduk atau arus barang yang masuk dari kota A
ke kota Bataupun sebaliknya. Model ini banyak digunakan dalam perencanaan
wilayah untuk memperkirakan daya tarik suatu lokasi dibandingkan dengan
lokasi lain di sekitarnya. Juga banyak dipakai dalam perencanaan transportasi untuk
melihat besarnya arus lalu lintas ke suatu lokasi sesuai dengan daya tarik lokasi
tersebut. Dengan demikian, dapat diperkirakan volume arus lalu lintas dan lebar
jalan yang perlu dibangun sesuai volume tersebut. Model gravitasi mulai menjadi
perhatian sebagai alat analisis interaksi sosial dan ekonomi setelah adanya
hasil penelitian Carey dan Revenstain pada abad ke 19 (Tarigan : 2005).
Daftar Pustaka

https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/14/080000369/ruang-dan-interaksi-
antarruang-pengertian-syarat-dan-bentuknya?page=all

https://ringkasanbukugeografi.blogspot.com/2015/12/interaksidesa-kota-
interaksimerupakan.html

https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/17/130000069/faktor-dan-pengaruh-interaksi-
desa-dan-kota?page=all

https://www.kompas.com/skola/read/2020/10/26/160246869/hubungan-teori-interaksi-
dengan-perencanaan-pembangunan-wilayah?page=all

Anda mungkin juga menyukai