Anda di halaman 1dari 9

MODUL PROJEK IPAS

MATERI : KERUANGAN DAN KONEKTIVITAS ANTAR RUANG DAN WAKTU


KELAS : X SEMUA JURUSAN
NAMA GURU : DWI SETYONINGSIH, S.Pd

A. KONSEP RUANG
Suatu peristiwa dapat dikaji berdasarkan aspek ruang, waktu, kebutuhan,
kemasyarakatan, dan budaya. Memahami keadaan alam dan aktivitas penduduk kita awali
dengan memahami konsep keterkaitan (konektivitas) antara ruang dan waktu.
Ruang adalah tempat dan wilayah di permukaan bumi, baik secara keseluruhan maupun
hanya sebagian (Sumaatmadja, 1981). Ruang atau tempat digunakan manusia sebagai tempat
tinggal dan tempat melakukan interaksi antara satu dan yang lainnya. Mereka saling menyapa,
menegur, berkenalan, dan saling memengaruhi. Manusia tidak dapat hidup sendiri. Mereka
selalu berhubungan dengan manusia lain. Hubungan tersebut tercermin dalam interaksi sosial.
Ruang disebut juga segala sesuatu yang dapat ditempati oleh makhluk hidup. Ruang terdiri atas
3 yaitu ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara.
1. Ruang daratan: Segala sesuatu yang ada di daratan, contohnya: Rumah, kota,supermarket,
kelas, pasar,dll
2. Ruang Lautan : Ruang yang berada di perairan, contoh: pantai, danau
3. Ruang udara : Ruang yang berada di udara, contoh: planet, awan

B. Pengertian Interaksi Antar Ruang


Pengertian Interaksi antar ruang adalah suatu cara mengelola ruang – ruang
berdasarkan potensi dan permasalahannya serta keterkaitan suatu ruang dengan ruang – ruang
yang ada disekitarnya. Keterkaitan antar lokasi atau ruang disini dapat juga dilihat secara fisik
maupun non fisik.
Pengertian interaksi antar ruang ini juga di didefinisikan sebagai suatu pergerakan
orang, barang atau informasi dari suatu daerah ke daerah yang lain atau dari daerah asal
menuju ke daerah tujuan.
Kita sering menyaksikan di televisi peristiwa banjir yang melanda Kota Jakarta. Tahukah
Ananda mengapa Jakarta sering mengalami banjir? Jakarta sering dilanda banjir karena
kerusakan hutan di daerah Bogor. Sehingga banjir di Jakarta sering disebut banjir kiriman. Inilah
salah satu contoh interaksi antar ruang. Kondisi hutan yang rusak di Bogor menyebabkan banjir
di Jakarta.
Gambar 1. Banjir di Kota Jakarta sebagai salah satu contoh interaksi keruangan Jakarta-Bogor.

Bentuk Interaksi Antar Ruang


1. Mobilitas Penduduk
Bentuk interaksi ruang yang pertama yaitu Mobilitas penduduk. Mobilitas penduduk
adalah Interaksi dalam bentuk pergerakan atau perpindahan manusia.
Mobilitas penduduk adalah bentuk interaksi antar ruang dalam bentuk pergerakan dan
perpindahan manusia dari satu ruang ke ruang lainnya. Contoh: urbanisasi, imigrasi,
transmigrasi, perjalanan ke tempat kerja, perjalanan ke tempat wisata, dan lainnya.

Gambar 2. Suasana saat mudik lebaran

2. Komunikasi
Komunikasi adalah bentuk interaksi antar ruang melalui perpindahan ide, gagasan,
informasi, visi-misi, cita-cita dan sejenisnya baik secara langsung maupun tidak langsung.
Contoh: melihat tayangan berita, melihat tayangan televisi, membaca buku, berselancar di
internet, dan lainnya.

Gambar 3. Media Sosial merupakan media interaksi antar ruang.

3. Transportasi
Transportasi adalah bentuk interaksi antar ruang melalui perpindahan barang dari suatu
tempat ke tempat lain. Contoh: pengangkutan barang, perdagangan, dan lainnya.

Gambar 4. Transportasi sebagai media interaksi antar ruang.

Syarat Kondisi Dalam Interaksi Antar Ruang


Ada beberapa kondisi yang saling bergantung yang diperlukan dalam terjadinya sebuah
interaksi ruang, yaitu: saling melengkapi (complementarity), kesempatan antara (intervening
opportunity) dan keadaan dapat diserahkan/dipindahkan (transferability).
Kondisi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
• Saling Melengkapi (Complementarity)
Biasa disebut Regional Complementary ialah kondisi saling melengkapi yang terjadi apabila ada
wilayah-wilayah yang berbeda komoditas yang dihasilkannya.

Gambar 5. Daerah A dan B saling melengkapi


Daerah A kelebihan ikan tapi kekurangan sayuran, daerah B kelebihan sayuran tetapi
kekurangan ikan terjadilah interaksi antara daerah A dan B.

• Kesempatan Antara (Intervening Opportunity)


Adalah suatu lokasi yang menawarkan alternatif lebih baik sebagai tempat asal maupun tempat
tujuan. Apabila seseorang akan membeli suatu produk, maka ia akan memperhatikan faktor
jarak dan biaya untuk memperoleh produk tersebut.
Gambar 6. Interaksi Daerah A ke B melemah karena ada daerah C yang lebih dekat dengan
daerah
Daerah A biasa membeli sayuran ke daerah B, tetapi ada daerah C yang juga penghasil
sayuran dan lebih dekat jaraknya dari daerah A sehingga ongkos transportasi lebih murah.
Maka para pembeli dari daerah A akan beralih membeli sayuran ke daerah C. Akibatnya,
interaksi antara daerah A dengan daerah B melemah.
• Kemudahan Transfer (Transferability).
Pengangkutan barang atau juga orang memerlukan sebuah biaya, biasanya biaya yang
dicari ialah biaya yang lebih rendah. Apabila biaya tersebut terlalu tinggi dibandingkan dengan
keuntungannya, maka interaksi antar ruang tidak akan terjadi.
Kemudahan transfer dan biaya yang diperlukan juga sangat tergantung pada ketersediaan suatu
infrastruktur (sarana dan prasarana) yang menghubungkan daerah asal dan tujuan.
Bila dua daerah punya kesempatan untuk saling melengkapi, harus ditunjang dengan sarana
dan prasarana untuk kemudahan transportasi. Sarana dan prasarana yang kurang baik akan
menghambat transportasi dan menyebabkan biaya tinggi.
Gambar 4. Prasarana jalan yang tidak baik menyebabkan biaya tinggi.
Contoh, seseorang akan menjual sayuran dari wilayah A ke wilayah B, namun jalan menuju
wilayah B mengalami kerusakan sehingga tidak bisa dilalui. Akibatnya, orang tersebut batal
menjual sayuran ke wilayah B.

Dampak Interaksi Antar Ruang


Urbanisasi adalah salah satu bentuk dari interaksi antar ruang. Dari tahun ke tahun
urbanisasi terus meningkat. Akibatnya kota semakin padat. Ananda tahu kan, akibat selanjutnya
jika kota makin padat? Saat ini penduduk kota makin sulit mendapatkan lahan untuk tempat
tinggal, akhirnya muncul daerah-daerah pemukiman kumuh, dan efek dari munculnya
pemukiman kumuh adalah kriminalitas, kemiskinan, dan seterusnya. Sekarang mari kita cermati
dampak interaksi antar ruang selanjutnya.
a. Berkembangnya Pusat-Pusat Pertumbuhan
Pergerakan orang, barang, dan jasa pada suatu lokasi tertentu akan menimbulkan
pemusatan aktivitas manusia pada lokasi tujuan. Pemusatan aktivitas penduduk akan
membentuk daerah perkotaan. Daerah perkotaan merupakan pusat pertumbuhan suatu
wilayah karena sebagian besar aktivitas terkonsentrasi di wilayah perkotaan.
Saat ini pemerintah telah menetapkan persebaran pusat-pusat pengembangan ekonomi sesuai
potensi yang dimiliki setiap daerah.
b. Perubahan Penggunaan Lahan
Alih fungsi lahan dapat diartikan sebagai bergantinya fungsi sebuah lahan untuk
menampung aktivitas kegiatan manusia. Semakin banyak penduduk yang datang dari suatu
kota akan disertai dengan kebutuhan tempat tinggal dan kebutuhan bidang lain. Akibatnya
terjadi alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi permukiman, perdagangan, jasa, industri,
dan lainya.
c. Perubahan Orientasi Mata Pencaharian
Daerah yang menjadi tujuan pergerakan penduduk akan dihuni oleh mereka yang
memiliki pekerjaan beragam. Jenis pekerjaan juga berkembang karena adanya kebutuhan akan
barang dan jasa yang semakin beragam. Orientasi pekerjaan berubah dari yang tadinya
berorientasi pada sumber daya alam, khususnya petani, menjadi pekerjaan lainnya seperti
sektor industri.
d. Berkembangnya Sarana dan Prasarana
Pembangunan sarana dan prasarana semakin meningkat seiring dengan peningkatan
pergerakan antar ruang itu sendiri. Transportasi, fasilitas umum, pusat perdagangan, dan
sebagainya akan semakin berkembang dan bertambah dengan sendirinya mengikuti arus
perubahan tersebut.
e. Perubahan Komposisi Penduduk
Interaksi keruangan dalam bentuk pergerakan orang akan menimbulkan konsentrasi
penduduk dalam suatu wilayah. Penduduk tersebut memiliki latar belakang yang berbeda,
misalnya agama, status sosial, usia, dan jenis kelamin. Akibatnya komposisi penduduk berubah
dari yang awalnya relatif seragam kemudian menjadi beragam.
f. Perubahan Sosial Budaya
Terjadinya interaksi sosial antar anggota masyarakat akan disertai dengan pengaruh,
terkait norma dan nilai yang dianut oleh masing-masing individu. Kelompok masyarakat
pendatang dan penduduk asli saja memiliki nilai dan norma yang berbeda-beda. Perubahan
sosial juga menyangkut status sosial dan aspek budaya karena penduduk pendatang dan
penduduk asli dapat memiliki budaya yang berbeda.

C. Keadaan Alam Indonesia


1. Bentuk Muka Bumi dan Aktivitas Penduduk Indonesia
Bentuk muka bumi Indonesia dapat dibedakan menjadi dataran rendah, dataran tinggi, bukit,
gunung, dan pegunungan.
a. Dataran Rendah
Di dataran rendah, aktivitas yang dominan adalah aktivitas pertanian. Di daerah ini
biasanya terjadi aktivitas pertanian menanam padi. Pulau Jawa menjadi sentra penghasil padi
terbesar di Indonesia. Ada beberapa alasan terjadinya aktivitas pertanian dan permukiman di
daerah dataran rendah, yaitu seperti berikut.
1) Di daerah dataran rendah, penduduk mudah melakukan pergerakan atau mobilitas dari satu
tempat ke tempat lainnya.
2) Dataran rendah dekat dengan pantai sehingga banyak penduduk yang bekerja sebagai
nelayan.
3) Memudahkan penduduk untuk berhubungan dengan dunia luar melalui jalur laut.
Pemusatan penduduk di dataran rendah kemudian berkembang menjadi daerah perkotaan.
Aktivitas pertanian di dataran rendah umumnya adalah aktivitas pertanian lahan basah.
Aktivitas pertanian lahan basah dilakukan di daerah yang sumber airnya cukup tersedia untuk
mengairi lahan pertanian. Lahan basah umumnya dimanfaatkan untuk tanaman padi yang
dikenal dengan pertanian sawah.
Selain memiliki aktivitas penduduk tertentu yang dominan berkembang, dataran rendah
juga memiliki potensi bencana alam. Bencana alam yang berpotensi terjadi di dataran rendah
adalah banjir, tsunami, dan gempa. Banjir di dataran rendah terjadi karena aliran air sungai
yang tidak mampu lagi ditampung oleh alur sungai.
Pantai merupakan bagian dari dataran rendah yang berbatasan dengan laut. Di daerah pantai,
ancaman bencana yang mengancam penduduk adalah tsunami. Potensi bencana yang juga
mengancam daerah pantai adalah gempa.
b. Bukit dan Perbukitan
Perbukitan berarti kumpulan dari sejumlah bukit pada suatu wilayah tertentu. Di daerah
perbukitan, aktivitas permukiman tidak seperti di dataran rendah. Permukiman tersebar pada
daerah-daerah tertentu atau membentuk kelompok-kelompok kecil. Penduduk memanfaatkan
lahan datar yang luasnya terbatas di antara perbukitan. Permukiman umumnya dibangun di
kaki atau lembah perbukitan karena biasanya di tempat tersebut ditemukan sumber air berupa
mata air atau sungai.
Aktivitas ekonomi, khususnya pertanian, dilakukan dengan memanfaatkan lahan-lahan
dengan kemiringan lereng tertentu. Untuk memudahkan penanaman, penduduk menggunakan
teknik sengkedan dengan memotong bagian lereng tertentu agar menjadi datar. Teknik ini
kemudian juga bermanfaat mengurangi erosi atau pengikisan oleh air.
Di daerah perbukitan, pada umumnya aktivitas pertanian adalah pertanian lahan kering.
Pertanian lahan kering merupakan pertanian yang dilakukan di wilayah yang pasokan airnya
terbatas atau hanya mengandalkan air hujan. Tanaman yang ditanam umumnya adalah umbi-
umbian atau palawija dan tanaman tahunan (kayu dan buah-buahan). Pada bagian lereng yang
masih landai dan lembah perbukitan, sebagian penduduk juga memanfaatkan lahannya untuk
tanaman padi.
c. Dataran Tinggi
Di daerah Dataran tinggi, aktivitas pertanian yang berkembang adalah menanam padi dan
beberapa jenis sayuran. Sejumlah dataran tinggi menjadi daerah tujuan wisata. Udaranya yang
sejuk dan pemandangan alamnya yang indah menjadi daya tarik penduduk untuk berwisata ke
daerah dataran tinggi. Beberapa dataran tinggi di Indonesia menjadi daerah tujuan wisata
misalnya Dieng.
d. Gunung dan Pegunungan
Penduduk yang tinggal di gunung atau pegunungan memanfaatkan lahan yang terbatas
untuk pertanian. Lahan-lahan dengan kemiringan yang cukup besar masih dimanfaatkan
penduduk. Komoditas yang dikembangkan biasanya adalah sayuran dan buah-buahan. Sebagian
penduduk memanfaatkan lahan yang miring dengan menanam beberapa jenis kayu untuk
dijual. Seperti halnya di daerah perbukitan, aktivitas permukiman sulit dilakukan secara luas.
Hanya pada bagian tertentu saja yang relatif datar dimanfaatkan untuk permukiman.
Permukiman dibangun di daerah yang dekat dengan sumber air, terutama di lereng bawah atau
di kaki gunung. Daerah ini memasok kebutuhan penduduk di daerah dataran yang umumnya
merupakan pusat-pusat permukiman penduduk.
Sebaliknya, daerah dataran menghasilkan banyak produk industri yang dikonsumsi oleh daerah
lainnya. Mobilitas penduduk dan barang terjadi di antara daerah-daerah tersebut karena
perbedaan aktivitas penduduk dan komoditas yang dihasilkannya. Potensi bencana alam di
daerah pegunungan adalah longsor dan letusan gunung berapi.

Anda mungkin juga menyukai