Anda di halaman 1dari 4

Daya Dukung Pertumbuhan Wilayah

Batas wilayah pertumbuhan diasumsikan sebagai batas pengaruh wilayah pusat pertumbuhan
terhadap wilayah sekitarnya. Untuk mengetahui batas pengaruh dapat dilakukan dengan
menggunakan :
1) Teori Model Gravitasi
2) Teori Titik Henti/Balik
3) Teori Konektivitas

Keterangan:

1) Teori Model Gravitasi


Teori ini awal mulanya dikemukan oleh Sir Isaac Newton dalam kajian ilmu Fisika. Menurut
Newton dalam hukumnya "gaya gravitasi antara dua benda berbanding lurus
dengan massa masing-masing benda tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak
antara keduanya". Kemudian teori ini diadopsi dalam disiplin ilmu geografi untuk menganalisis
besarnya interaksi wilayah secara kuantitatif. Besarnya kekuatan interaksi dapat diwujudkan
dalam bentuk besarnya perpindahan transportasi dan interaksi antara dua wilayah.

Contoh:

Apabila jumlah penduduk kota A adalah sebesar


7.200 sedangkan jumlah penduduk kota B adalah sebesar 2.000. Jarak antara Kota A dan Kota B
seperti pada gambar. Maka berapakah kekuatan interaksi antara kota A dengan Kota B?
Jawab:
 I = 1 x 7.200 x 2.000
(12)²
    = 100.000

Maka kekuatan interaksi nya antara Kota A dan Kota B adalah 100.000

2) Teori Titik Henti/Balik (Breaking Point Theory)

Teori Titik Henti (Breaking Point Theory) merupakan hasil modifikasi dari Model Gravitasi
Reilly. Teori ini memberikan gambaran tentang perkiraan posisi garis batas yang memisahkan
wilayah-wilayah perdagangan dari dua kota atau wilayah yang berbeda jumlah dan komposisi
penduduknya. Teori Titik Henti juga dapat digunakan dalam memperkirakan penempatan lokasi
industri atau pusat pelayanan masyarakat. Penempatan dilakukan di antara dua wilayah yang
berbeda jumlah penduduknya agar terjangkau oleh penduduk setiap wilayah.

Menurut teori ini jarak titik henti (titik pisah) dari lokasi pusat perdagangan (atau pelayanan
sosial lainnya) yang lebih kecil ukurannya adalah berbanding lurus dengan jarak antara kedua
pusat perdagangan. Namun, berbanding terbalik dengan satu ditambah akar kuadrat jumlah
penduduk dari kota atau wilayah yang penduduknya lebih besar dibagi jumlah penduduk kota
yang lebih sedikit penduduknya. Formulasi Teori Titik Henti adalah sebagai berikut.

Teori ini digunakan untuk:


1. Menentukan lokasi suatu unit usaha ekonomi (pasar, SPBU, shopping center)
2. Menentukan lokasi sarana kesehatan (rumah sakit, klinik)
3. Menentukan lokasi sarana pendidikan (sekolah, kampus, pusdiklat)
Teori ini dapat digunakan jika memenuhi beberapa syarat yaitu:
1. Keadaan ekonomi penduduk relatif sama
2. Topografi wilayah datar
3. Sarana prasarana transportasi memadai
4. Daya beli masyarakat sama
Contoh :
Jumlah wisatawan di obyek wisata A setiap hari adalah 25.000 orang sedangkan di Obyek
Wisata B adalah 50.000 orang setiap hari. Jarak antara obyek wisata A dengan B adalah 30 km,
maka lokasi yang baik untuk didirikan fasilitas penginapan yang dapat melayani kedua tempat
tersebut adalah:

Jadi, lokasi ideal dalam penempatan fasilitas penginapan sehingga terjangkau oleh wisatawan di
obyek wisata A maupun B adalah 12,43 km dari obyek wisata A atau 17,57 dari obyek wisata B.

3) Teori Grafik/Konektivitas

Salah satu faktor yang mendukung kekuatan dan intensitas interaksi antarwilayah adalah kondisi
prasarana transportasi yang menghubungkan suatu wilayah dengan wilayah lain di sekitarnya.
Jumlah dan kualitas prasarana jalan, baik jalan raya, jalur udara, maupun laut, tentunya sangat
memperlancar laju dan pergerakan distribusi manusia, barang, dan jasa antarwilayah. Anda tentu
sependapat bahwa antara satu wilayah dan wilayah lain senantiasa dihubungkan oleh jalur-jalur
transportasi sehingga membentuk pola jaringan transportasi. Tingkat kompleksitas jaringan yang
menghubungkan berbagai wilayah merupakan salah satu indikasi kuatnya arus interaksi.

Sebagai contoh, dua wilayah yang dihubung kan dengan satu jalur jalan tentunya memiliki
kemungkinan hubungan penduduknya jauh lebih kecil dibandingkan dengan dua wilayah yang
memiliki jalur transportasi yang lebih banyak.Untuk menganalisis potensi kekuatan interaksi
antarwilayah ditinjau dari struktur jaringan jalan sebagai prasarana transportasi, K.J. Kansky
mengembangkan Teori Grafik dengan membandingkan jumlah kota atau daerah yang memiliki
banyak rute jalan sebagai sarana penghubung kota-kota tersebut. Menurut Kansky, kekuatan
interaksi ditentukan dengan Indeks Konektivitas. Semakin tinggi nilai indeks, semakin banyak
jaringan jalan yang menghubungkan kota-kota atau wilayah yang sedang dikaji. Hal ini tentunya
berpengaruh terhadap potensi pergerakan manusia, barang, dan jasa karena prasarana jalan
sangat memperlancar tingkat mobilitas antarwilayah. Untuk menghitung indeks konektivitas ini
digunakan rumus sebagai berikut.
Contoh:
Manakah yang lebih besar kemungkinan interaksinya, wilayah A atau wilayah B?

Berdasarkan nilai indeks konektivitasnya diperkirakan wilayah b memiliki kekuatan interaksi


lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah A.

Anda mungkin juga menyukai