Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam model pengembangan desain pembelajaran terutama pada Geografi


merupakan model yang dapat digunakan oleh pendidik dalam rangka bagaimana
strategi mereka untuk dapat lebih mudah mencapai tujuan pembelajaran yang
dikehendaki. Peranan mata pelajaran Geografi dalam pendidikan adalah untuk
dapat mengembangkan pemahaman siswa tentang organisasi spasial, masyarakat,
tempat-tempat, dan lingkungan pada muka bumi. Karena geografi pada tingkat
menengah merupakan bagian dari ilmu-ilmu sosial dimana kajian dalam materi
pembelajarannya lebih berjenis narasi dan berstruktur. Dalam pembelajaran
geografi hendaknya disajikan dalam bentuk yang menarik dan melibatkan
keaktifan siswa, terutama dalam proses penyamaiannya. Hal ini dimaksudkan
supaya siswa lebih tertarik dan bersemangat dalam belajar, karena salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa yaitu suasana saat
berlangsungnya proses pembelajaran. Keaktifan siswa dapat dimunculkan dengan
menerapkan model pembelajaran yang tepat. Salah satunya yaitu model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw atau tim ahli.

Menurut Isjoni (2010: 54), “pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan salah satu
tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu
dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal”.
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, setiap siswa dalam kelompok
diberi materi yang berbeda-beda yang nantinya bertemu dengan temannya dari
kelompok lain dengan materi yang sama dalam kelompok ahli dan setelah
2

berdiskusi dalam kelompok ahli, siswa kembali ke kelompok asal dan bertugas
menjelaskan materinya kepada teman satu kelompoknya. Dari penjelasan tersebut
dapat diketahui bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw ini, selain dapat mempermudah siswa dalam mempelajari materi geografi
yang cenderung banyak, juga dapat meningkatkan kerjasama di antara siswa
secara berkelompok.

Tujuan dari penelitian ini untuk meningkatkan keaktifan siswa dan


menumbuhkan motivasi belajar siswa sehingga siswa bukan sekedar mengetahui
tetapi lebih memahami suatu materi pelajaran. Setiap proses pembelajaran di
kelas pasti memiliki kendala dan permasalahan. Seperti halnya di SMA Negeri 3
Bandar Lampung yang terletak di Jl. Khairil Anwar No.30, Durian Payung, Tj.
Karang Pusat, Kota Bandar Lampung. Berdasarkan hasil wawancara dengan
salah satu guru Geografi di SMA Negeri 3 Bandar Lampung, beliau
menggunakan metode Ceramah dalam proses pembelajaran di kelas. Sehingga
murid cenderung pasif dan malas dalam berpikir karena selalu mendapatkan
asupan dari gurunya.

Oleh karena itu, dalam laporan kali ini penulis akan mencoba mengkaji Desain
ASSURE dan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw guna meningkatkan
keaktifan dan minat belajar geografi pada siswa di SMA Negeri 3 Bnadar
Lampung.

1.2 Rumusan Masalah

1 Apakah permasalahan yang dihadapi pada proses pembelajaran dikelas


SMA Negeri 3 Bandar Lampung?
2. Bagaimana Implementasi Desain ASSURE dalam mengatasi masalah
pembelajaran di SMA Negeri 3 Bandar Lampung?
3. Bagaimana Implementasi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dalam mengatasi masalah pembelajaran dikelas SMA Negeri 3 Bandar
Lampung?
3

1.3 Tujuan

2. Mengetahui permasalahan yang dihadapi pada proses pembelajaran


dikelas SMA Negeri 3 Bandar Lampung.
3. Mengetahui Implementasi Desain ASSURE dalam mengatasi masalah
pembelajran di SMA Negeri 3 Bandar Lampung.
4. Mengetahui Implementasi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dalam mengatasi masalah pembelajaran dikelas SMA Negeri 3 Bandar
Lampung.
4

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Belajar

Dalam keseluruhan rangkaian proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar


merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal tersebut mengandung arti bahwa
berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada
bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik. “Belajar
adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan
kemampuan diri. Dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan
sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu itu, atau anak yang tadinya tidak
terampil menjadi terampil” (Siddiq, Munawaroh, dan Sungkono 2008: 1.3).

Menurut Johnson dan Smith (Asma 2006: 3), “belajar adalah suatu proses pribadi
dan juga proses sosial yang terjadi ketika masing-masing orang berhubungan
dengan orang lain dan membangun pengertian dan pengetahuan bersama”.
Sementara menurut Slameto (2010: 2), “belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”. Selanjutnya, Gagne dan Berliner seperti yang dikutip Anni dkk
(2007: 2), mengatakan bahwa “belajar merupakan proses dimana suatu organisme
mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman”.
5

Dari beberapa pendapat tentang pengertian belajar tersebut dapat disimpulkan


bahwa belajar adalah suatu proses yang terjadi dalam diri individu baik yang
dilakukan secara sengaja maupun tidak untuk memperoleh suatu perubahan
perilaku dalam dirinya melalui interaksi, baik dengan sesama manusia maupun
dengan lingkungan. Perubahan perilaku tersebut berupa kemampuan diri ke arah
yang positif dan lebih baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.

2.2 Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Sudjana (2010: 22) adalah “kemampuan-kemampuan yang


dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Pendapat tersebut
sejalan dengan pendapat Rifa’i dan Anni (2009: 85), yang mengatakan bahwa
“hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah
mengalami kegiatan belajar”. Sementara menurut Hamalik (2008: 30), “hasil dan
bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada
seseorang yang dulunya tidak tahu menjadi tahu, yang dulunya tidak mengerti
menjadi mengerti”.

Dari ketiga pendapat tentang hasil belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar pada dasarnya adalah hasil yang dicapai dari usaha belajar yang dilakukan
oleh seorang individu yang berupa terjadinya perubahan perilaku ke arah yang
positif. Aspek perubahan tersebut dapat berupa tiga ranah yaitu ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut
bergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa sebagai pembelajar.

2.3 Prestasi Belajar

“Prestasi hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan dalam


mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang
diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu” (Depdikbud,
1990:23).
6

Sedangkan menurut S. Nasution (Akhmad Sudrajat, 2008) menyatakan prestasi


belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berpikir, merasa dan
berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni:
kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan
jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.

Menurut Sunarto (2009), ”prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian
usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang
menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu.
Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang
meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti pembelajaran
yang diukur dengan menggunakan instrumen tes yang relevan”.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2006: 68) faktor-faktor yang mempengaruhi


tinggi rendahnya hasil belajar siswa adalah :

1. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa


a. Faktor fisiologis terdiri dari :
• Kondisi fisiologis
• Kondisi panca indera
b. Faktor psikologis
• Minat
• Kecerdasan
• Bakat
• Motivasi
• Kemampuan kognitif
2. Faktor yang berasal dari luar diri siswa
a. Faktor lingkungan terdiri dari :
• Lingkungan alami
• Lingkungan sosial budaya
c. Faktor instrumental
• Kurikulum
• Program
• Sarana dan fasilitas
7

• Guru

2.4 Pembelajaran Geografi

Menurut Sutrijat (1999:9), geografi dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan


yang membahas gejala-gejala lingkungan alam, baik fisis maupun nonfisis, serta
relasi antara manusia dan lingkungannya. Sedangkan menurut pakar-pakar
geografi pada Seminar dan Lokakarya Peningkatan Kualitas Pengajaran Geografi
di Semarang tahun 1988, “geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan
perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau
kewilayahan dalam konteks keruangan” (Sumaatmadja, 2001:11).

Pengertian pembelajaran geografi adalah pembelajaran tentang aspek-aspek


keruangan permukaan bumi yang merupakan keseluruhan gejala alam dan
kehidupan umat manusia dengan variasi kewilayahannya. Pembelajaran geografi
tersebut diberikan di tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah.

Ruang lingkup pembelajaran geografi meliputi:

1. alam lingkungan yang menjadi sumber daya bagi kehidupan manusia;


2. penyebaran umat manusia dengan variasi kehidupannya;
3. interaksi keruangan umat manusia dengan alam lingkungan yang mem- berikan
variasi terhadap ciri khas tempat-tempat di permukaan bumi;
4. kesatuan regional yang merupakan perpaduan matra darat, perairan, dan udara
di atasnya.

2.5 Desain Pembelajaran

Desain pembelajaran adalah suatu proses yang merumuskan dan menentukan


tujuan pembelajaran, strategi, teknik, dan media agar tujuan umum tercapai
(Prawiradilaga,2008:16). Desain pembelajaran berbeda dengan pengembangan
pembelajaran. Desain pembelajaran merupakan kisi-kisi dari penerapan teori
belajar dan pembelajaran untuk memfasilitasi proses belajar seseorang.
Sedangkan pengembangan pembelajaran adalah penerapan kisi-kisi desain di
lapangan. Setelah uji coba selesai, maka desain tersebut diperbaiki atau
diperbaharui sesuai dengan masukan yang telah diperoleh.
8

2.5.1 Desain Pembelajaran ASSURE

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik, pendidikan, dan sumber


belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran proses untuk membantu
peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dapat diartikan
sebagai suatu rangkaian interaksi antara siswa dan guru dalam rangka mencapai
tujuannya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diungkapkan bahwa setidaknya ada empat
makna atau arti dari model, antara lain:
1) Model merupakan pola yang menjadi contoh, acuan, dan ragam
2) Model adalah orang yang dipakai sebagai contoh untuk dilukis
3) Model adalah orang yang pekerjaannya memperagakan contoh pakaian
yang akan dipasarkan
4) Model merupakan barang tiruan yang kecil dengan bentuk (rupa) persis
seperti yang ditiru, misalnya model pesawat terbang.
Sedangkan model dalam desain pembelajaran adalah pola pembelajaran yang
dijadikan sebagai contoh dan acuan oleh guru sebagai pendidik professional
dalam merancang pembelajaran yang hendak difasilitasinya.Sebagai sebuah pola
pembelajaran, model tersebut memiliki berbagai tahapan-tahapan kegiatan dalam
merancang pembelajaran.

Model pembelajaran ASSURE merupakan salah satu model yang dapat menuntun
pembelajar secara sistematis untuk merencanakan proses pembelajaran secara
efektif. Model ini telah diperkenalkan oleh Heinich, Molanda, Russell pada tahun
1989. Khususnya pada kegitan pembelajaran yang menggunakan media dan
teknologi. Desain pembelajaran ASSURE merupakan salah satu desain
pembelajaran sederhana, mudah dipelajari serta memanfaatkan media dan
teknologi. Model ini dikembangkan untuk menciptakan aktivitas pembelajaran
yang efektif dan efisien, khususnya pada kegiatan pembelajaran yang
menggunakan media dan teknologi.
9

Model desain pembelajaran ASSURE ini adalah suatu model desain pembelajaran
yang merupakan sebuah formulasi untuk kegiatan belajar mengajar (KBM) yang
berorientasi kelas. Model ASSURE merupakan jembatan antara peserta didik,
materi, dan media. Model ini bersifat praktis dan mudah diimplimentasikan dalam
mendesain aktivitas pembelajaran. Dalam menganalisis karakteristik siswa sangat
memudahkan untuk menentukan metode, media dan bahan ajar yang akan
digunakan, sehingga dapat menciptakan aktivitas pembelajaran yang efektif,
efisien dan menarik.

Setiap kegiatan belajar mengajar yang efektif perlu perencanaan yang baik.
Kegiatan pembelajaran akan maju setelah melalui beberapa tahapan. Gagne
mengartikan tahapan itu adalah saat proses pembelajaran terjadi. Hasil penelitian
Gagne mengungkapkan bahwa desain materi belajar di mulai dengan
membangkitkan rasa keingintahuan siswa pada materi-materi yang baru.
Mendorong serta melatih siswa dengan umpan balik, menilai pemahaman siswa,
dan mendorong siswa untuk melanjutkan aktivitas yang ingin diketahuinya.

2.6 Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran menurut Joyce dalam Trianto (2009: 22), adalah “suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk
menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku,
film, komputer, kurikulum, dan lain-lain”. Sementara Joyce dan Weil dalam
Abimanyu dkk (2008: 2.4), menjelaskan model pembelajaran sebagai berikut:
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu yang berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas
pembelajaran.
Amri dan Ahmadi (2010: 190), menyederhanakan bahwa “model pembelajaran pada
dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir
yang disajikan secara khas oleh guru”.
10

Dari ketiga pendapat tentang model pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengertian model pembelajaran adalah suatu kerangka/pola/ gambaran pembelajaran
yang akan dilaksanakan yang didalamnya memuat langkah-langkah atau prosedur
pelaksanaan yang digunakan oleh guru sebagai pedoman dalam merancang dan
melaksanakan kegiatan pembelajaran.

2.6.1 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Istilah cooperative learning dalam pengertian bahasa Indonesia dikenal dengan


nama pembelajaran kooperatif. “Cooperative learning berasal dari kata
cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling
membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim” (Isjoni 2010:
15). Cabrera et al. dalam McWey, Henderson, dan Piercy (2006), memberikan
definisi pembelajaran kooperatif sebagai berikut: “Cooperative learning (CL)
has`been identified as an effective pedagogical strategy that promotes a variety of
positive cognitive, affective, and social outcomes”. Definisi tersebut mengandung
pengertian bahwa pembelajaran kooperatif (CL) diidentifikasikan sebagai strategi
pedagogis yang efektif yang mempromosikan berbagai hasil pengetahuan, sikap,
dan sosial yang positif.

“Pembelajaran kooperatif ini bernaung dalam teori konstruktivis. Pembelajaran ini


muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami
konsep yang sulit, jika mereka saling berdiskusi dengan temannya” (Trianto 2009:
56). Hal ini sejalan dengan pemikiran Stahl dalam Solihatin dan Raharjo (2008:
5), yang mengatakan bahwa “model pembelajaran cooperative learning
menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerjasama dalam mencapai
suatu hasil yang optimal dalam belajar”.

Asma (2006: 6-7), menyebutkan bahwa model pembelajaran kooperatif ditandai


dengan adanya ciri-ciri seperti :
(1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
meteri belajarnya,
11

(2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang,
dan rendah,
(3) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan
jenis kelamin berbeda-beda, dan
(4) Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

2.6.2 Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pertama kali dikembangkan dan


diujicobakan oleh Elliot Aronson pada tahun 1971 di Austin, Texas (Aronson).
Arends seperti yang dikutip dalam Amri dan Ahmadi (2010: 94) mengatakan
bahwa “model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan suatu tipe
pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok
yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya”. Dalam
pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini terdapat dua kelompok, yaitu
kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal merupakan kelompok awal di
mana terjadi pembagian masing-masing materi yang berbeda untuk setiap
anggota. Selanjutnya kelompok ahli merupakan kelompok yang terbentuk dari
sekumpulan anggota kelompok asal yang mempunyai materi yang sama.

Priyanto dalam Wena (2009: 194-5), menyebutkan ada beberapa langkah dalam
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, yaitu:
1. Pembentukan Kelompok Asal
Kelompok asal merupakan kelompok yang dibentuk pertama dalam
pembelajaran. Setiap kelompok asal terdiri dari 4-5 orang anggota dengan
kemampuan yang heterogen.

2. Pembelajaran pada Kelompok Asal


Dalam tahap ini, terjadi pembagian tugas untuk setiap anggota kelompok asal.
Kemudian setiap anggota mempelajari submateri pelajaran yang akan menjadi
keahliannya yang dikerjakan secara individual.
12

3. Pembentukan Kelompok Ahli


Dalam tahap ini, setelah setiap anggota kelompok asal mendapatkan tugas
mempelajari submateri yang menjadi keahliannya, kemudian masing-masing
ahli submateri yang sama dari kelompok yang berlainan bergabung
membentuk kelompok baru yang disebut kelompok ahli.

4. Diskusi Kelompok Ahli


Dalam tahap ini, anggota kelompok ahli mengerjakan tugas dan berdiskusi
tentang masalah yang menjadi tanggung jawabnya. Setiap anggota kelompok
ahli mempelajari materi pelajaran sampai mencapai taraf merasa yakin mampu
menyampaikan dan memecahkan persoalan yang menyangkut submateri
pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.

5. Diskusi Kelompok Asal (Induk)


Dalam tahap ini, anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal masing-
masing. Kemudian setiap anggota kelompok menjelaskan dan menjawab
pertanyaan mengenai submateri pelajaran yang menjadi keahliannya kepada
anggota kelompok asal lainnya. Ini berlangsung secara bergilir sampai seluruh
anggota kelompok asal telah mendapatkan giliran.

6. Diskusi Kelas
Dengan dipandu oleh guru, diskusi kelas membicarakan konsep-konsep
penting yang menjadi bahan perdebatan dalam diskusi kelompok ahli. Guru
berusaha memperbaiki salah konsep pada siswa.

7. Pemberian Kuis
Kuis dikerjakan secara individu. Nilai yang diperoleh masing-masing anggota
kelompok asal dijumlahkan untuk memperoleh jumlah nilai kelompok.

8. Pemberian Penghargaan Kelompok


Kepada kelompok yang memperoleh jumlah nilai tertinggi diberikan
penghargaan berupa piagam dan bonus nilai.
13

BAB III
METODE PENELITIAN

Menurut Sugiyono (2013:2), Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara


ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Penelitian ini dilaksanakan untuk memberikan solusi dalam penggunaan desain


dan model pembelajaran geografi untuk memperbaiki proses pembelajaran di
kelas khususnya untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran geografi di SMA Negeri 3 Bandar Lampung melalui desain
pembelajaran ASSURE dan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Teknik
yang digunakan antara lain sebagai berikut:

1. Observasi
Menurut Nawawi dan Martini (1992:74), Observasi adalah pengamatan dan
pencatatan secara sistematik terhadap unsure-unsure yang tampak dalam suatu
gejala atau gejala-gejala pada objek penelitian.

Observasi dilakukan untuk melihat masalah apa yang menjadi kendala selama
proses pembelajaran. Pengamatan dilakukan terhadap guru dengan mengamati
kendala apa yang menjadi keluh kesah dan kesulitan guru SMA N 3 Bandar
Lampung selama mengajar pembelajaran geografi. Dalam penelitian ini penulis
tidak melakukan pengamatan secara langsung dikelas karena adanya keterbatasan
izin dari pihak sekolah, sehingga penulis hanya melakukan pengamatan
dilingkungan sekolah dan terhadap guru geografinya saja.
14

2. Wawancara

Menurut Sugiyono (2010:194), Pengertian wawancara adalah sebagai berikut:


Tujuan wawancara adalah untuk menyajikan konstruksi saat sekarang dalam
konteks mengenai tanggapan atau persepsi, tingkat dan bentuk keterlibatan dan
sebagainya.
Di dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan menggunakan daftar
pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. wawancara dilakukan terhadap
guru geografi SMA Negeri 3 Bandar Lampung dengan tujuan untuk mengetahui
bagaimana tingkat keaktifan siswa di kelas, metode mengajar apa yang digunakan,
dan bagaimana nilai hasil belajar siswa dalam mata pelajaran geografi.
Wawancara dilakukan terhadap gurunya karena guru yang lebih mengetahui
keadaan muridnya dan bagaimana penguasaan terhadap kelas.
15

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil SMAN 3 Bandar Lampung

SMA Negeri 3 Bandar Lampung merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas
Negeri yang terdapat di Provinsi Bandar Lampung, Indonesia. Terletak di sub
Kota Bandar Lampung tepatnya di kawasan During Payung, Jl. Khairil Anwar 30,
Bandar Lampung, Lampung. SMAN 3 Bandar Lampung didirikan pada tahun
1977 dan terakreditasi A. Masa pendidikan di SMAN 3 Bandar Lampung
ditempuh dalam waktu tiga tahun pelajaran, mulai dari kelas X sampai kelas XII.
Yang terbagi atas jurusan Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial. .

4.2 Analisis Permasalahan

Dalam proses pembelajaran tidak dipungkiri bahwa selalu ada hambatan atau
masalah yang dihadapi baik dari peserta didik, pendidik maupun materi
pembenlajaran yang dapat mengganggu berjalannya proses belajar mengajar di
kelas. Kurangnya sarana prasarana dan fasilitas juga menjadi salah satu faktor
penghambat proses pembelajaran. Untuk mengatasi berbagai masalah yang
menghambat proses pembelajaran tersebut, maka diperlukan strategi dengan
menggunakan desain dan model pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswa
di sekolah tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru geografi di SMAN 3 Bandar
Lampung yaitu ibu Yeni AR, S.Pd. maka dapat diidentifikasikan berbagai
permasalahan yang dihadapi dalam proses belajar mengajar geografi di SMAN 3
16

Bandar Lampung khususnya kelas XI dan kelas XII siswa yang diajarnya saat ini.
Permasalahan tersebut teridentifikasi sebagai berikut:

1. Pembelajaran Masih Cenderung Terpusat Pada Guru


Pada saat proses pembelajaran guru di SMAN 3 Bandar Lampung ini
menggunakan dua metode pembelajaran yaitu diskusi dan juga ceramah. Dimana
guru geografi ini masih cenderung menggunakan metode ceramah dibandingkan
dengan metode diskusi terutama pada siswa kelas XII IPS, hal ini dikarenakan
menurut narasumber penelitian ini yaitu Ibu Yeni AR, S.Pd materi pembelajaran
pada siswa kelas XII lebih sulit dipahami jika dibandingkan dengan siswa pada
tingkatan lainnya. Metode ceramah ini lebih menekankan guru sebagai agen
informasi berupa materi yang diberikan kepada siswa sehingga siswa hanya
bertindak sebagai penerima, hal ini membuat siswa cenderung pasif. Guru yang
cenderung menyampaikan materi secara terus menerus tanpa memperhatikan
pemahaman siswa sudah sejauh mana, apakah siswa yang diajarkan
memperhatikan atau tidak dan apakah siswa memahami materi yang dijelaskan
oleh guru tersebut membuat metode ceramah kurang baik untuk terus dijadikan
sebagai metode geografi ini. Karena pada dasarnya setiap siswa memiliki tingkat
pemahaman yang berbeda-beda, meskipun terkadang guru berusaha memancing
siswa untuk bertanya tetapi siswa kadang tetap saja diam seolah mengerti atau
tidak, sehingga siswa terus belajar dengan pasif.

2. Kurangnya Alat Pembelajaran Geografi


Dalam proses pembelajaran geografi alat peraga atau alat pembelajaran
merupakan hal yang sangat penting, karena pada dasarnya geografi terbagi atas
dua aspek yaitu fisik dan sosial. Permasalahannya pada SMAN 3 Bandar
Lampung ini memiliki kekurangan alat-alat dalam pembelajaran geografi. Saat
mempelajari ilmu fisik maka siswa akan kesulitan dalam memahami materi tanpa
adanya alat peraga, seperti pada materi Sistem Informasi Geografi (SIG) pada
kelas XII, maka perlu adanya pantograph sebagai alat peraga, juga saat
mempelajari batuan yang terdiri dari batuan sedimen, batuan sedimen maupun
batu pasir, siswa harus melihat real dari batuan tersebut sehingga siswa lebih
17

mudah dalam memahami materi pembelajaran. Alat peraga dan bahan


pembelajaran geografi tidak bisa hanya terbatas pada peta, globe, powerpoint,
buku dan internet, melaikan memerlukan alat lainnya yang dapat menunjang
materi pembelajaran geografi.

3. Kurangnya Perhatian Siswa Dalam Mengikuti Pelajaran


Perhatian siswa di SMAN 3 Bandar Lampung yang masih kurang terhadap mata
pelajaran geografi, hal ini dikarenakan model pembelajaran yang digunakan
belum variatif sehingga siswa menjadi kurang antusias dalam mengikuti pelajaran.
Masih banyak siswa yang terlihat bosan, ramai sendiri bahkan mengantuk,
sehingga perlu di gunakannya model pembelajaran yang menarik dan menuntut
siswa untuk fokus terhadap pelajaran. Selain itu model pembelajaran yang
bervariasi diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Sehingga perlu
di gunakannya model pembelajaran yang tepat agar dapat memotivasi siswa untuk
tidak ramai di kelas dan memperhatikan selama proses KBM berlangsung.

4. Hasil Belajar
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru geografi SMAN 3 Bandar Lampung
nilai rata-rata siswa mencapai KKM, yaitu dikisaran 80 ke atas. Nilai ini
merupakan nilai yang telah dioleh oleh guru yang mengampu mata pelajaran.
Pada kenyataanya nilai siswa sebelum diolah dalam bentuk raport akhir semester
nilai siswa pada saat dilakukan tes atau ujian masih rendah dan berada dibawah
KKM yaitu 60 sampai 70.
Tabel 1.1 Persentase nilai KKM K13
Interval Nilai Mutu Huruf Keterangan
93-100 A Sangat Baik
84-92 B Baik
75-83 C Cukup
<75 D Kurang
Sumber : Kementerian Pendidikan dan Kabudayaan

4.3 Solusi Desain dan Model Pembelajaran yang dianjurkan


18

Untuk mengatasi permasalahan-permasalah yang terdapat di SMAN 3 Bandar


Lampung digunakan desain pembelajaran ASSURE dan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw.

4.3.1 Desain Pembelajaran ASSURE

Model pembelajaran ASSURE merupakan salah satu model yang dapat menuntun
pembelajar secara sistematis untuk merencanakan proses pembelajaran secara
efektif. Desain pembelajaran ASSURE merupakan salah satu desain pembelajaran
sederhana, mudah dipelajari serta memanfaatkan media dan teknologi. Model ini
dikembangkan untuk menciptakan aktivitas pembelajaran yang efektif dan efisien,
khususnya pada kegiatan pembelajaran yang menggunakan media dan teknologi.

Desain pembelajaran ASSURE cocok diterapkan pada mata pelajaran geografi


karena desain ini berorientasi pada pemanfaatan media dan teknologi. Sedangkan
geografi merupakan pembelajaran yang tidak bisa terpisah dari media dan
teknologi. Geografi membutuhkan banyak media baik visual maupun audio visual
untuk mempermudah siswa dalam memahami materi pembelajaran, misalnya saja
thermometer, peta, gambar, dan lain-lain. Sedangkan teknologi yang digunakan
seperti akses internet, power point, animasi, dan lain-lain.

4.3.2 Model Pembelajaran Koorperatif Tipe Jigsaw

“Pembelajaran kooperatif ini bernaung dalam teori konstruktivis. Pembelajaran ini


muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami
konsep yang sulit, jika mereka saling berdiskusi dengan temannya” (Trianto 2009:
56). Hal ini sejalan dengan pemikiran Stahl dalam Solihatin dan Raharjo (2008:
5), yang mengatakan bahwa “model pembelajaran cooperative learning
menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerjasama dalam mencapai
suatu hasil yang optimal dalam belajar”.
19

Amri dan Ahmadi (2010: 94) mengatakan bahwa “model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw merupakan suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari
beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan
bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota
lain dalam kelompoknya”. Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw ini terdapat dua kelompok, yaitu kelompok asal dan kelompok ahli.
Kelompok asal merupakan kelompok awal di mana terjadi pembagian masing-
masing materi yang berbeda untuk setiap anggota. Selanjutnya kelompok ahlii
merupakan kelompok yang terbentuk dari sekumpulan anggota kelompok asal
yang mempunyai materi yang sama.

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terdapat langkah ke-8 yaitu
adanya pemberian penghargaan kepada kelompok yang unggul. Hal ini
dimaksudkan untuk memotivasi siswa agar semakin giat dalam belajar. Untuk
menentukan kelompok yang unggul tersebut dilakukan dengan menghitung skor
kelompok yang didapat dari hasil kuis. Skor kelompok tersebut merupakan
sumbangan skor perkembangan individu dari setiap anggota kelompok. Menurut
Asma (2006: 120), prosedur penyekoran kuis yang dapat digunakan yaitu sebagai
berikut:
Tabel 1.2 Prosedur Penyekoran Kuis
Langkah 1 Setiap siswa diberi skor berdasarkan
Menetapkan skor dasar. skor-skor yang lalu.
Langkah 2 Siswa memperoleh poin untuk kuis
yang berkaitan dengan pembelajaran
terkini
Langkah 3 Siswa mendapatkan poin
perkembangan yang besarnya
ditentukan apakah skor kuis terkini
mereka menyamai atau melaumpaui
skor dasar mereka, dengan
menggunakan skala
Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 0 poin
10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah skor dasar 10 poin
20

Skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar 20 poin


Lebih dari 10 poin skor dasar 30 poin
Pekerjaan sempurna 30 poin

Menurut Asma (2006: 54) untuk menghitung skor tim atau kelompok dapat
dihitung rata-rata perolehan skornya dengan rumus:

Jumlahtotal skor perkembangan anggora


N=
Jumlah anggota kelompok asal

Berdasarkan rata-rata skor tim, diperoleh tiga tingkatan penghargaan yang


diberikan, yaitu sebagai berikut:

Tabel 1.3 Tingkatan Penghargaan Kelompok


Kriteria (rata-rata tim) Penghargaan

15 Kelompok Baik
20 Kelompok Hebat
25 Kelompok Super

Model pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw ini, sangat baik untuk menumbuhkan
keaktifan siswa dan mengasah kemampuan siswa dalam berbicara serta melatih
kepercayaan diri pada siswa di SMAN 3 Bandar Lampung. Pada model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini siswa dituntut untuk mampu menganalisis
permasalahan, menyimpulkan materi pembelajaran dan menyampaikan materi
pembelajaran kepada temannya yang lain. Dalam model kooperatif ini melatih
siswa untuk dapat berdiskusi dan memecahkan masalah. Hal ini cocok diterapkan
dalam pembelajaran geografi, karena materi pembelajaran geografi yang
berorientasi pada keadaan sosial membutuhkan adanya diskusi untuk menyatukan
berbagai pendapat siswa mengenai masalah yang ada, sehingga mengahasilkan
kesimpulan yang dapat dipahami siswa. Siswa cenderung lebih mudah memahami
apa yang dikatakan oleh temannya dibandingkan dengan gurunya, karena bahasa
yang digunakan guru kurang sesederhana yang bisa ditangkap oleh siswa.
21

BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Permasalah yang dihadapi dalam pembelajaran geografi di SMAN 3 Bandar
Lampung ini antara lain:
1. Pembelajaran masih cenderung terpusat pada guru
2. Kurangnya Alat Pembelajaran Geografi
3. Kurangnya perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran
4. Hasil Belajar
Dari permasalahan tersebut desain dan model pembelajaran yang digunakan
sebagai solusi permasalahan yaitu menggunakan desai ASSURE dan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
22

DAFTAR PUSTAKA

Sudarma Momon.2015. Model-Model Pembelajaran Geografi.


Yogyakarta:Ombak.

Said Musthafa. 2014. Model Pengembangan Desain Pembelajaran Menurut


Beberapa Tokoh. http://sumberkita123.blogspot.com/2014/06/model-
pengembangan-desain-pembelajaran.html Diakses Tanggal 12 Oktober
2018 Pukul 21.47 WIB
Sanjaya Ade. 2015. Pengertian Minat Belajar Menurut Definisi Para Ahli Faktor
Ciri dan Tujuan. http://www.landasanteori.com/2015/08/pengertian-minat-
belajar-menurut.html Diakses Tanggal 12 Oktober 2018 Pukul 22.12 WIB

Dahlan Ahmad. 2014. Definisi Prestasi Belajar dan Faktor-Faktor Prestasi


Belajar:http://www.eurekapendidikan.com/2015/03/definisi-prestasi-
belajar-dan-faktor.html Diakses Tanggal 12 Oktober 2018 Pukul 22.19 WIB

Slameto. 2010. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka


Cipta.
Trianto. 2010. Medisain Model Pembelajaran Inofatif- Progresif: Konsep,
Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTPS). Jakarta: Kencana.
23

LAMPIRAN

Gambar 1.1 Foto di Depan Gedung Sekolahan SMAN 2 Bandar Lampung

Gambar 1.2 Gambar 1.1 Foto di Depan Gedung Sekolahan SMAN 2 Bandar
Lampung
24

Gambar 1.3 Foto Bersama Guru Goegrafi SMAN 3 Bandar Lampung

Gambar 1.4 Mahasiswa dengan Ibu Yeni AR, S.Pd Guru Geografi

Anda mungkin juga menyukai