Dosen Pengampu:
Drs. R. Mulyo Hendarto, MSP.
Maal Naylah, SE, M.Si
Disusun Oleh:
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, lokasi berarti tempat . Di dalam perencanaan
wilayah dan kota pemilihan lokasi yang tepat untuk guna lahan tertentu sangatlah penting.
Oleh karena itu, adanya teori-teori lokasi berguna untuk menentukan lokasi yang strategis
bagi guna lahan tertentu. Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial
order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber
yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai
macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial (Tarigan, 2005).
Pelayanan publik merupakan unsur yang sangat penting dalam sistem masyarakat
modern. Semakin berkembangnya kompleksitas sebuah masyarakat menuntut adanya
keragaman kebutuhan pelayanan publik: pertama, masyarakat semakin membutuhkan
pelayanan publik tertentu, seperti pendidikan dan kesehatan sebagai kebutuhan pokok yang
harus dipenuhi; kedua, masyarakat juga membutuhkan pelayanan publik jenis lain seperti
perijinan untuk mendorong aktivitas-aktivitas yang lain; dan ketiga, masyarakat atau
daerah tertentu membutuhkan pelayanan khusus seperti sektor pertanian karena dianggap
penting untuk mendapatkan perhatian dan penanganan khusus dari pemerintah guna
meningkatkan kesejahteraan rakyat yang bekerja di sektor tersebut.
Tujuan pelayanan publik adalah untuk menyediakan pelayanan yang terbaik bagi publik
atau masyarakat. Pelayanan yang terbaik adalah pelayanan yang memenuhi apa yang
dijanjikan atau apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh masyarakat. Pelayanan terbaik
akan membawa implikasi terhadap kepuasan publik atas pelayanan yang diterima.
Untuk mencapai tujuan tersebut, suatu pelayanan publik harus diletakkan pada lokasi
yang optimal.Dalam penentuan lokasi optimal suatu pelayanan publik salah satu teori yang
digunakan adalah teori Christaller. Christaller mencoba menjelaskan bagaimana susunan
dari besaran kota, jumlah kota, dan distribusinya di dalam satu wilayah. Dalam teori
Christaller pelayanan public itu kemudian disusun berdasarkan hierarki yang saling
berhubungan satu sama lain. Pusat pelayanan public serta hierarkinya disusun berdasarkan
bentuk segienam.
METODE PENELITIAN
LANDASAN TEORI
Berdasarkan model k=3, pusat dari hierarki yang lebih rendah berada
pada sudut dari hierarki yang lebih tinggi sehingga pusat yang lebih rendah berada
pada pengaruh dari tiga hierarki yang lebih tinggi darinya. Christaller menyatakan
bahwa produsen berbagai jenis barang untuk orde yang sama cenderung berlokasi
pada titik sentral di wilayahnya dan hal ini mendorong terciptannya kota.
3.1.2.1 Puskesmas
Puskesmas Menurut Azwar yang dikutip Effendy (1998:160)
mengartikan puskesmas adalah “Suatu kesatuan organisasi fungsional yang
langsung memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada masyarakat dalam
suatu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok”.
Berdasarkan Pusdiklat Pegawai Depkes RI (1986:1), pengertian
puskesmas adalah : 1. Puskesmas sebagai pusat pembangunan kesehatan yang
berfungsi mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat serta
menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan
masyarakat dalam bentuk kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu di
wilayah kerjanya. 2. Puskesmas sebagai pusat pembangunan merupakan suatu
kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang langsung memberikan
pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat dalam berbagai
kegiatan pokok serta mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas
pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.
No Judul & Tahun Latar Belakang Tujuan Metode Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian
Skala pelayanan yang mempunyai hierarki serta mempunyani bentuk segi enam pun
otomatis tidak konkrit lagi karena terdapat banyak asumsi yang tidak relevan dengan keadaan
di Kota Semarang. Bentuk segi enam di Kota Semarang tidak dapat di aplikasikan karena
perbedaan topografi yang erat hubungannya dengan persebaran penduduk yang ingin dilayani
oleh suatu fasilitas.
Untuk melakukan perhitungan jumlah sarana kesehatan yang dapat menjangkau seluruh
wilayah dikota semarang agar dapat menjadikan pelayanan yang maksimal menggunakan
rumus sebagai berikut:
Jangkauan pelayanan = luas wilayah (m2)/standart pelayanan (radius pencapaian dalam m2)
1. Rumah Sakit 5 7 6
2. Puskesmas 13 14 14
induk
3. Puskesmas 53 56 55
pembantu
Klasifikasi wilayah dalam analisis pola jangkauan wilayah fasilitas pelayanan kesehatan dapat
di asumsikan sebagai berikut sebagai berikut:
a. Wilayah sangat dekat, jika masuk dalam wilayah dengan jarak 0-1000 meter dari
fasilitas pelayanan kesehatan dan jarak 0-200 meter dari jalan.
b. Wilayah dekat, jika masuk dalam wilayah dengan jarak 1001-2000 meter dari fasilitas
pelayanan kesehatan dan jarak 0-200 meter dari jalan, atau jika masuk dalam wilayah
dengan jarak 0-1000 meter dari fasilitas pelayanan kesehatan dan jarak 201-500 meter
dari jalan.
c. Wilayah sedang, jika masuk dalam wilayah dengan jarak 2001-3000 meter atau lebih
dari fasilitas pelayanan kesehatan dan jarak 0-200 meter dari jalan, atau jika masuk
dalam wilayah dengan jarak 1001-2000 meter dari fasilitas pelayanan kesehatan dan
jarak 201-500 meter dari jalan, atau jika masuk dalam wilayah dengan jarak 0-1000
meter dari fasilitas pelayanan kesehatan dan jarak 501-1000 meter atau lebih dari jalan.
d. Wilayah jauh, jika masuk dalam wilayah dengan jarak 2001-3000 meter atau lebih dari
fasilitas pelayanan kesehatan dan jarak 201-500 meter dari jalan, atau jika masuk dalam
wilayah dengan jarak 1001-2000 meter dari fasilitas pelayanan kesehatan dan jarak
501-1000 meter atau lebih dari jalan.
e. Wilayah sangat jauh, jika masuk dalam wilayah dengan jarak 2001-3000 meter atau
lebih dari fasilitas pelayanan kesehatan dan jarak 501-1000 meter atau lebih dari jalan.
BAB V
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
Teori Christaller merupakan teori yang menggunakan bentuk heksagonal
sebagai acuan agar pelayanan yang dapat diberikan merata. Namun teori ini memiliki
kelemahan karena asumsi yang digunakan sudah tidak relevan untuk diterapkan di
Indonesia dan pada masa sekarang. Dalam kenyataannya setiap orang memiliki daya
beli yang berbeda, selain itu di Indonesia memiliki bentuk topografi yang tidak sama.
Perbedaan skala pelayanan kesehatan di Kota Semarang contoh nyata mengapa
teori Christaller tidak relevan. Penempatan skala pelayanan kesehatan di Kota
Semarang tidak berhirarki dan berbentuk heksagonal seperti yang di kemukakan oleh
Christaller. Selain itu meskipun pusat pelayanan kesehatan yang berada di kota
Semarang sudah melebihi perhitungan minimum, tetapi belum bisa mencakup
keseluruhan wilayah kota Semarang. Penempatan sarana pelayanan kesehatan memusat
pada wilayah dengan perkembangan ekonominya cepat. Sehingga terdapat beberapa
wilayah yang belum terlayani oleh pelayanan kesehatannya.
1.2. Keterbatasan
Dalam penelitian ini keterbatasan yang ada adalah minimnya sumber data yang
menunjukkan persebaran dari puskesmas pembantu di tiap kecamatan. Karena dari data
yang didapatkan hanya terdapat kuantitas puskesmas pembantu pada tiap-tiap
kecamatan namun tidak dijelaskan lebih lanjut mengenai penempatan dari tiap-tiap
puskesmas pembantu. Sehingga terdapat ketidak jelasan apakah daerah yang tidak
mencakup dalam jangkauan pelayanan dari fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
benar-benar tidak terlayani. Termasuk dalam hal ini puskesmas pembantu.
1.3. Saran
Dari hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa pelayanan kesehatan belum
dapat dikatakan tersebar secara merata pada kota semarang. Masih terdapat daerah yang
belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Untuk itu, penulis memberi saran perlu
adanya pembangunan fasilitas pelayanan pada daerah yang belum terjangkau, baik itu
puskesmas maupun rumah sakit sehingga pelayanan kesehatan di kota semarang
tersebar secara merata serta dapat diakses oleh semua penduduk semarang.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Azwar, Azrul. 1996. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakata: Pustaka Sinar Harapan.
Tarigan, Robinson ( 2005) Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi (Bab 7). Jakarta: Bumi
Aksara.
Jurnal
Aulia S, Astri, Adisti Madella Elmanisa dan Myra P Gunawan. 2009. Pola Distribusi Spasial
Minimarket di Kota-Kota Kecil. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. 20(2): 78-94.
Farchan J, Pandu, dan Aufa Dirgahayu K. 2013. Analisis Relevansi Teori Walter Christaller
Pada Pelayanan Kesehatan Kota Bandarlampung. Semarang: Universitas Diponegoro.
Rahayu, Sri. 2013. “Teori Tempat Pusat”, dalam Mata Kuliah Analisis Lokasi dan Pola
Ruang. Semarang: JPWK UNDIP
Referensi Lain
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2016 Tentang Pedoman
Manajemen Perusahaan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat