Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia

Vol 15, No. 4, 2000, 414 - 423

MODEL GRAVITASI SEBAGAI ALAT PENGUKUR


HINTERLAND DARI CENTRAL PLACE:
SUATU KAJIAN TEORITIK
Prasetyo Soepono
Universitas Gadjah Mada

ABSTRAK

Tiap central place (kota) memiliki hinterland atau daerah sekeliling. Tiap kota
mendominasi dan mempengaruhi daerah sekelilingnya. Kota dan daerah sekelilingnya
saling mengadakan interaksi. Daerah sekeliling itu meliputi desa-desa dan sejumlah
central place dengan jenjang yang lebih rendah. Sampai berapa jauh suatu central
place mempengaruhi atau berinteraksi dengan daerah sekelilingnya dapat diukur
dengan model gravitasi. Model gravitasi itu sendiri sebagai salah satu metode analisis
wilayah mengalami perbaikan atau penyempurnaan. Model gravitasi yang dimodifikasi
bahkan dapat diterapkan untuk mengambil keputusan-keputusan lokasi suatu pusat
perbelanjaan atau perencanaan real estate lainnya.
Key Words: central place, hinterland, gravitation model, location decision.

Suatu daerah umumnya dan kota khusus- Hinterland adalah areal dimana suatu kota
nya timbul sebagai akibat dari timbulnya pola sebagai satu central place mendominasi kota-
lokasi yang menyebar hingga timbul areal- kota lain (Blair, 1991: 93). Hinterland tidak
areal pasar (market area) dimana berkembang lain adalah market area (areal pasar). Market
sebuah kota sebagai daerah atau hirarki kota area adalah daerah dimana produk suatu
yang meskipun masing-masing dapat mencu- perusahaan terjual karena harganya lebih ren-
kupi kebutuhan penduduk sendiri tidak dah daripada harga saingan perusahaan lain di
tertutup kemungkinan penduduk melakukan market area di dekatnya. Luas market area
perjalanan ke kota lain, dimana dijumpai bergantung pada jenis produknya. Market area
barang-barang yang tidak terdapat di kota yang luas memiliki demand density yang
mereka atau dijumpai harga barang yang sama tinggi, sedang market area yang sempit
tetapi lebih murah atau dimana perusahaan memiliki demand density yang rendah (per-
memesan bahan baku. Bagi penduduk di suatu mintaan per kapita per periode waktu dikalikan
lokasi ketertarikan daerah sekeliling (hinter- jumlah konsumen per km2) (O’Sullivan, 1996:
land) dimana lokasi penduduk itu berada 98).
adalah ketertarikan ke pusat aktivitas (kota) Tujuan makalah ini adalah untuk mengukur
daripada ke pusat aktivitas lain (kota lain) di sampai seberapa jauh penduduk dan bisnis/
dekatnya, sedang bagi perusahaan di suatu perdagangan di hinterland (daerah sekeliling)
lokasi di daerah sekeliling ketertarikan dari lebih tertarik ke suatu kota sebagai pusat
daerah sekeliling ke pusat aktivitas merupakan aktivitas (central place) daripada ke kota lain
trade-off antara orientasi transpor tasi dan yang berbatasan dengan hinterland tersebut.
orientasi input lokal (Soepono, 1999: 10). Untuk tujuan inilah dipilih model gravitasi
2000 Prasetyo Soepono 415

sebagai salah satu metode analisis wilayah perhiasan. Wilayah itu mempunyai karakteri-
dalam jajaran metode-metode analisis wilayah stik-karakeristik sebagai berikut :
yang pertama kali dipakai dan yang paling 1) Kepadatan penduduk: sebaran penduduk
tepat untuk mengukur areas of influence atau populasi semula adalah merata. Jumlah
(daerah pengaruh). Adanya modifikasi dari total penduduk adalah, misalnya, 80.000
model gravitasi menunjukkan model ini tidak orang.
lepas dari kelemahan-kelemahan. Namun mes-
ki ada model-model yang lain, seperti regional 2) Tidak ada eksternalitas berbelanja. Arti-
econometric models, model ini berguna untuk nya diasumsikan tidak ada one-stop
menganalisis ekonomi regional umumnya dan shopping (di satu tempat berada untuk ber-
sejarah perkembangan metode-metode analisis belanja berbagai macam barang) dan tidak
wilayah pada khususnya. Urut-urutannya ada- ada companson shopping (membandingkan
lah model gravitasi, analisis shift-share, model barang sejenis di beberapa toko).
basis ekspor, input-output model, regional 3) inputs (masukan) terdapat di semua lokasi
linear programming model, regional econo- pada harga yang sama (ubiquitous).
metric model dan Computable General Model 4) Permintaan sama untuk tiap produk, per-
(CGE) for Regional Analysis. mintaan per kapita sama di seluruh wilayah.
5) Jumlah toko. Ketiga jenis produk di atas
TEORI TEMPAT SENTRAL mempunyai permintaan per kapita dan
Teori tempat sentral yang dikembangkan skala ekonomi yang berbeda-beda:
oleh Christaller (diterjemahkan ke dalam a. Barang perhiasan. Skala ekonominya
bahasa Inggris dalam tahun 1966) dan disem- besar dibanding dengan permintaan per kapita.
purnakan oleh August losch (diterjemahkan Tiap toko perhiasan memerlukan populasi
dalam tahun 1954) dipakai untuk meramalkan sebesar 80.000 orang, sehingga hanya diper-
jumlah, ukuran dan lingkup kota-kota dalam lukan 1 toko perhiasan saja untuk melayani
suatu wilayah. Teori itu didasarkan atas seluruh kawasan (region).
kelanjutan dari analisis market areas. Market
areas berbeda dari industri satu ke industri b. Compact Disc (CD). Skala ekonominya
lain, bergantung pada skala ekonomi dan sedang, dibandingkan dengan permintaan per-
permintaan per kapita, sehingga tiap industri kapita. Tiap toko musik memerlukan populasi
mempunyai suatu pola lokasi yang berbeda. sebanyak 20.000 orang, Jadi hanya diperlukan
Teori tempat sentral memperlihatkan bagai- empat toko di wilayah itu.
mana pola-pola lahan dari industri yang c. Pizza. Skala ekonominya kecil, diban-
berbeda-beda terpadu membentuk suatu sistem ding dengan permintaan perkapita. Tiap
regional kota-kota. Teori itu dapat menjawab warung pizza memerlukan populasi 5000. Jadi
dua pertanyaan tentang kota-kota dalam suatu di wilayah itu diperlukan 16 restoran pizza.
perekonomian regional :
Model tempat sentral adalah model dengan
1) berapa kota akan berkembang? perusahaan-perusahaan yang berorientasi pada
2) mengapa beberapa kota lebih besar dari- pasar, yakni perusahaan-perusahaan yang men-
pada yang lain? dasarkan keputusan lokasinya semata-mata
pada akses kepada konsumen. Tidak ada
Suatu Model Tempat Sentral yang seder- alasan bagi perusahaan-perusahaan itu untuk
hana tidak memiliki lokasi dekat pasar, karena
Misalnya, sebuah wilayah dengan tiga pro- semua input (bahan baku) terdapat di semua
duk konsumen: CD, pizza, dan barang lokasi.
416 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Oktober

Satu-satunya toko perhiasan akan menen- kota M. Misalnya, L akan mendukung empat
tukan lokasinya di pusat wilayah. Karena biaya restoran pizza dan tiap kota M akan
produksi sama di semua lokasi (semua input mendukung dua restoran pizza. Bila demikian
adalah tersedia di semua tempat), maka toko sejumlah 8 restoran pizza akan terletak di kota-
perhiasan itu akan meminimisasikan total kota L dan M. Delapan restaurant pizza lain
biaya dengan meminimisasikan biaya transfer. akan membagi sisa wilayah menjadi 8 market
Menurut asas lokasi median, biayan transfer areas, menyebabkan perkembangan 8 kota
dapat diminimisasikan pada lokasi median. tambahan (tempatnya ditandai dengan hurut
Karena kepadatan penduduk merata, lokasi (S) di gambar (1).
median adalah pusat dari wilayah. Itulah Wilayah bersegi empat panjang mempu-
sebabnya toko perhiasan akan menempatkan nyai jumlah total 11 kota. Kota besar di tengah
lokasinya di pusat wilayah. wilayah itu menjual perhiasan, CD dan pizza.
Sebuah kota akan berkembang sekitar toko Kota L berpenduduk 20.000 orang. yang
perhiasan itu. Karyawan-karyawan toko per- berarti cukup besar untuk empat restoran pizza
hiasan akan bermukim dekat toko perhiasan itu (5000 orang per restoran pizza). Kota itu
agar menghemat biaya pergi dan pulang menjual CD kepada konsumen dari empat kota
(commuting costs) Dengan demikian kepa- S yang mengelilinginya sehingga jumiah total
datan penduduk dekat toko perhiasan akan konsumen CD adalah 40.000 (20.000 dari kota
bertambah, membangkitkan sebuah kota (suatu L dan 5.000 masing-masing dari 4 kota S),
tempat kepadatan tinggi) di pusat/di tengah cukup untuk mendukung dua toko musik. Dua
wilayah itu. Dalam gambar (1) sebuah kota kota berukuran sedang menjual CD dan pizza.
berkembang di titik L. (O' Sullivan, 1996). Tiap kota M itu berpenduduk 10.000, yang
Toko-toko musik akan membagi wilayah berarti bahwa tiap kota cukup besar untuk
itu menjadi daerah-daerah pasar (market mendukung dua restoran pizza. Tiap kota
areas), menyebabkan timbulnya kota-kota menjual CD kepada konsumen dari kota S di
lain. Bila kepadatan penduduk wilayah itu dekatnya, hingga total konsumen CD di tiap
sama, toko musik akan membagi wilayah itu kota M adalah 20.000 (10.000 dari M dan
menjadi empat (4) market areas yang sama. 5.000 masing-masing dari dua kota S), cukup
Tetapi, karena ada sebuah kota yang untuk mendukung satu (1) toko musik per kota
mengelilingi toko perhiasan di tengah wilayah. M. Delapan kota kecil hanya menjual pizza.
maka terdapat cukup permintaan untuk Tiap kota S berpenduduk 5.000 yang berarti
mendukung lebih dari satu toko musik di kota tiap kota dapat mendukung satu restoran pizza.
L. Bila kota L bersama dengan kawasan Model tempat sentral itu menimbulkan
sekelilingnya mempunyai cukup penduduk suatu sistem hirarki kota-kota. Ada 3 macam
mendukung dua toko musik itu, maka dua toko kota (central place): L (central place jenjang
musik lain akan membagi bagian lain wilayah tinggi), M (central place jenjang menengah),
itu menjadi dua market areas. Dalam gambar dan S (central place jenjang rendah). Makin
(1), dua kota lain akan berkembang di lokasi besar kota itu, makin banyak variasi barang
yang ditandai dengan huruf M. yang dijual. Tiap kota dengan jenjang rendah
Restoran pizza akan juga membagi wilayah mengimpor barang-barang dari kota-kota ber-
itu menjadi market areas (areal pasar), menye- jenjang lebih tinggi, dan mengekspor barang-
babkan perkembangan lebih banyak kota-kota. barang ke kota berjenjang lebih rendah. Kota-
Karena kepadatan penduduk lebih tinggi di kota dari jenjang yang sama tidak saling
kota-kota yang berkembang sekitar toko berinteraksi. Jadi sebuah kota M mengimpor
perhiasan dan toko musik, maka akan ada perhiasan dari L dan mengekspor CD ke kota
lebih dari 1 (satu) restoran pizza di L dan dua S, tetapi tidak berinteraksi dengan kota M lain.
2000 Prasetyo Soepono 417

Demikian pula sebuah kota S mengimpor hirarki dalam arti bahwa ada bermacam-
perhiasan dari L dan CD dari L atau salah satu macam kota yang berbeda dan pola-pola
kota M tetapi tidak berinteraksi dengan kota- dominasi perdagangan yang berbeda.
kota S yang lain. Sistem kota-kota adalah

S S S S

M L M

S S S S

Terdapat 11 kota di suatu wilayah: satu kota besar (L), dua kota menengah (M) dan 8 kota kecil (S). Makin
besar kota itu makin beragam barang yang dijual.
Sumber: O’Sullivan, (1996).

Gambar 1. Hirarki Central Places (Tempat Sentral)

Kota L sebagai central place memiliki dibandingkan dengan permintaan per kapi-
hinterland yang mencakup desa-desa sekitarya ta, wilayah itu memiliki 16 kota yang sama,
dan dua kota-kota M, dan delapan kota S, yang masing-masing menyediakan ketiga
sedangkan tiap kota M memiliki hinterland barang tersebut.
yang meliputi desa-desa sekitarya dan empat 2. Wilayah itu hanya memiliki sejumlah kecil
kota S. kota-kota besar dan sejumlah besar kota-
Kesimpulan-kesimpulan yang dapat ditarik kota kecil, bukan sejumlah besar kota besar
dari model tempat sentral: dan sejumlah kecil kota kecil. Kota besar
1. Kota-kota berbeda dalam ukuran dan ling- dapat menyediakan barang-barang yang
kup. Keanekaragaman ini terjadi karena mempunyai skala ekonomi tinggi (karena
ketiga barang konsumen itu memiliki skala demand density yang tinggi pula), sedang
ekonomi yang berbeda dibandingkan kota kecil tidak. Aktivitas ekonomi (toko)
dengan permintaan perkapita, sehingga yang mampu menjual barang yang mem-
memiliki market areas yang berbeda pula. punyai skala ekonomi tinggi juga relatif
Bila tidak ada perbedaan dalam skala sedikit jumlahnya, akibatnya jumlah kota
ekonomi dibandingkan dengan permintaan besar juga relatif sedikit.
perkapita, maka kota-kota dalam wilayah 3. Konsumen melakukan perjalanan ke kota-
akan sama. Jadi bila ketiga barang konsu- kota besar bukan ke kota-kota kecil atau
men itu memiliki skala ekonomi yang sama kota-kota dari jenjang yang sama. Misal.
418 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Oktober

konsumen dari kota S melakukan perja- nya. kota dekat pusat wilayah yang ia domi-
lanan ke kota B untuk membeli perhiasan. nasi (atau layani) dan pengaruh kota melemah
dan tidak melakukan perjalanan ke kota S makin jauh kawasan sekeliling dari tempat
lain atau kota K untuk membeli CD atau sentral.
pizza, tetapi membelinya di kota sendiri. Telah dilakukan banyak upaya untuk
Demikian pula konsumen di kota K pergi mengukur daerah sekeliling suatu kota di
ke kota yang lebih besar untuk membeli Amerika Serikat (Blair, 1991). Upaya-upaya
perhiasan dan CD tetapi tidak pergi ke kota untuk itu dapat dilakukan dengan mengamati
K lain. sirkulasi surat kabar harian di Yogyakarta
seperti Kedaulatan Rakyat (52.800 eksemplar)
MODEL GRAVTTASI ATAU GAYA dan Kompas (40.000 eksemplar). Selain sir-
BERAT kulasi surat kabar, indikator-indikator penga-
ruh yang lain adalah pembelian karcis kereta
Tiap kota sebagai central place mempu- api, perpindahan angkutan barang, jumlah
nyai daerah sekeliling. Besar kecilnya kota di telepon, asal para pesiar, alamat-alamat para
suatu daerah merupakan hirarki atau jenjang- direktur perusahaan besar dan asosiasi-asosiasi
jenjang. Tiap kota memiliki daerah sekeliling bank-bank daerah. Ternyata berbagai indikator
(hinterland). Kota dengan jenjang sama memi- tersebut tidak memberi definisi yang konsisten
liki daerah sekeliling yang sama, memberikan tentang daerah pengaruh. Misal, berdasar
pelayanan yang sama dan mempunyai jumlah kriteria sirkulasi surat kabar, kota X termasuk
penduduk sama. Kota-kota jenjang tinggi daerah sekeliling kota besar Y, tetapi berdasar
menyediakan semua barang serta jasa yang perpindahan angkutan barang, kota X terma-
juga disediakan kota-kota jenjang rendah, suk daerah sekeliling kota besar lain; jadi,
ditambah fungsi produsen yang melayani pasar lebih tepat dipakai komposisi dari berbagai
ukuran yang lebih besar berikutnya. Kota-kota indikator.
kecil dan daerah sekeliling yang lebih kecil
pula lebih banyak jumlahnya dan mengumpul Pola berbelanja juga suatu indikator daerah
berdekatan dengan kota-kota besar. Tempat sekeliling yang penting. Untuk menentukan
sentral dari Jenjang yang sama berjarak sama pola berbelanja di daerah metropolitan atau
antara satu dengan lainnya (lihat jarak antara untuk produk tertentu dilakukan survei.
kota-kota S). Sementara penduduk kota-kota Daerah pasar untuk produk tertentu atau pusat
berjenjang lebih rendah membeli barang dan perbelanjaan dapat pula dicari dengan secara
jasa dari produsen yang terletak di kota-kota langsung mengamati pola-pola penjualan.
berjenjang tinggi, barang-barang tidaklah Beberapa generalisasi dapat ditarik dari
mengalir dari tempat berjenjang rendah ke studi-studi emprik dari Berry dan Parr
hirarki perkotaan. Yang tersebut di atas adalah (1988):
kesimpulan tentang teori tempat sentral. (1) Kesediaan konsumen yang berbelanja di
Konsep-konsep daerah pasar dan daerah tempat sentral bervariasi dengan jarak dari
sekeliling (hinterland) adalah mirip. Daerah daerah perbelanjaan. Makin dekat orang-
pasar adalah wilayah di mana suatu produk orang pada suatu daerah perbelanjaan,
tertentu dijual. Besar suatu daerah pasar makin besar proporsi orang-orang yang
bergantung pada produknya. Suatu daerah akan berbelanja di sana.
sekeliling perkotaan adalah kawasan-kawasan (2) Kesediaan konsumen bervariasi dengan
satu tempat sentral yang mendominasi kota- besar/ukuran daerah perbelanjaan.
kota lain. Seperti tempat distribusi suatu
(3) Jarak yang ditempuh konsumen bervariasi
produk cenderung dekat pusat daerah pasar-
untuk produk-produk yang berbeda.
2000 Prasetyo Soepono 419

(4) Tarikan daerah perbelanjaan dipengaruhi Pa/Pb = Da2/Db2 (i)


oleh hakekat/sifat dari daerah-daerah per-
dimana:
belanjaan yang bersaingan.
Pi = penduduk kota besar dan
Generalisasi pertama bahwa kesediaan
pelanggan berkurang dengan jarak dan bertam- Di = jarak dari kota besar ke kota terdekat
bah bersama besar/ukuran daerah perbelan- lain.
jaan, adalah mirip dengan hukum tarikan gaya Titik batas antara kedua kota adalah titik di
berat. Tarikan gaya berat berkurang dengan mana pengaruh dari dua kota adalah sama.
jarak dan bertambah dengan besar/ukuran Pada satu sisi dari titik batas, kota A mendo-
obyek. Kemiripan ini telah menimbulkan minasi. Di sisi lain titik itu, kota B mendo-
model gaya berat interaksi spasial. minasi. Bila Hukum Reilly diterapkan pada
Hukum Reilly. W.J. Reilly adalah orang situasi seperti digambarkan dalam Gambar 2.
pertama yang menerapkan suatu model gaya titik batas antara kota Yogyakarta (dengan
berat untuk menetapkan lingkup dari suatu penduduk 483.760 jiwa di tahun 1998) dan
daerah sekeliling kota. Meskipun Hukum kota Solo (dengan penduduk 526.392 jiwa di
Reilly sudah tua, perumusannya merupakan tahun 1998) adalah kira-kra 33 km (angka
dasar bagi teknik modern untuk mengukur dibulatkan) dari kota Solo (masing-masing
hinterland sebagai daerah pengaruh. Secara Penduduk Provinsi D.I. Yogyakarta dan Jawa
sederhana model itu menganggap benar bahwa Tengah dalam Angka: 1999). Batas daerah
kecenderungan seseorang untuk berada di sekeliling antara Kota Solo dan kota
central place (tempat pusat) A akan bertambah Yogyakarta, yakni, 33 km, seperti tersebut di
bila besar/ukuran tempat sentral A itu bertam- atas, dihitung dari persamaan (2):
bah dan berkurang bila pangkat dua jarak Shb = 64 / (1+·(483760/526392)
antara pelanggan dan pusat A bertambah.
Hukum Reilly tentang gaya berat eceran = 32,67 km dibulatkan menjadi 33 km.
menyatakan bahwa titik di mana perdagangan
Jadi, hinterland kota Solo sedikit lebih luas
dibagi dua antara dua kota berlangsung
daripada hinterland (31 km) kota Yogyakarta.
melalui suatu titik di mana rasio jarak yang
berpangkat dua sama dengan rasio penduduk:

31 km 32 km

Yogya o o o o Solo
Yogya sebagai tempat sentral Solo sebagai tempat sentral
dengan penduduk (1998): dengan penduduk (1998):
483.760 526.392
Tarikan suatu daerah bertambah dengan jumlah penduduk (besar kota) dan berkurang dengan jarak. Dengan
menggunakan Hukum Gaya Berat dari Reilly titik dimana separuh dari perjalanan ke Solo dan separuh ke
Yogya dapat ditaksir.
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DI Yogyakarta dan BPS Provinsi Jawa Tengah, 1999.

Gambar 2. Daerah Sekeliling sebagai Daerah Pengaruh

Hukum Reilly yang direvisi agar dipakai seperti terlihat di atas adalah (Blair, 1991: 96;
untuk memperlihatkan jarak antara kota Solo Berry, 1967: 40; Isard, 1960: 497):
dan batas luar dari daerah perdagangannya
420 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Oktober

Shb = Dab /(1 + Pa/Pb) (2) dan tujuan, j; (2) jumlah tempat sentral dan (3)
besar/ukuran tempat sentral, j. Ukuran besar
Titik batas itu lebih dekat ke Yogya dari- itu tidak perlu penduduk; tetapi dapat pula
pada ke Solo karena Solo merupakan kota dipakai jumlah meter persegi dari tempat
yang lebih banyak penduduknya. Penduduk belanja (lantai) sebagai indikator yang lebih
yang sama jauhnya antara Solo dan Yogya baik, karena yang akan diukur adalah daya
akan melakukan perjanjian ke Solo. Konsumen tarikan dari sebuah pusat perbelanjaan barang-
cenderung membeli apa saja di Solo yang barang eceran.
mereka dapatkan di Yogya dan membeli
beberapa barang tertentu di Solo yang tidak Rumus Huff ditulis sebagai berikut :
dapat dibeli di Yogya. Hukum Reilly ini telah Pij = Si / (Tij)b  (Sj / (Tij)b) (3)
diterapkan terutama untuk menentukan titik
batas antara kota-kota dari jenjang yang sama di mana
di dalam hirarki perkotaan. Pii = Probabilitas seorang individu di i
Hukum gaya berat Reilly mengandung berbelanja di j
implikasi bahwa rumus Reilly hampir berlaku Sj = Besar tempat sentral j
umum dan memberikan hasil yang sangat
tepat. Tetapi ternyata tidak. Meskipun pende- Tij = Jarak antara i dan j dinyatakan da-
katan Reilly telah dipakai secara luas di negara lam waktu
maju seperti Amerika Serikat untuk menaksir b = eksponen (mirip dengan pangkat dua
daerah-daerah pasar untuk berbagai barang dalam hukum Reilly tetapi dimung-
konsumen namun tidak memiliki ketepatan kinkan untuk berubah bergantung
sebagai hukum fisika. Lagi pula, ada beberapa pada eksponen apa yang akan mem-
kelemahan yang mengurangi pemakaian berikan kecocokan terbaik).
model: (1) Model tidak memberikan taksiran
Secara ideal, survei pelanggan hendaknya
tarikan di atas atau di bawah tingkat ambang.
dijalankan untuk menentukan nilai b, bergan-
Dalam kenyataan, pengaruh tempat sentral
tung pada jenis produk tertentu yang tersedia
melemah dan terjadi tumpang tindih daerah-
di tempat sentral. Untuk kebanyakan barang-
daerah sekeliling, (2) parameter-parameter
barang konsumen, studi menunjukkan bahwa b
jarak (akar jarak) mungkin tidak sama untuk
sama dengan 2, hingga survei pelanggan yang
jenis-jenis perjalanan berbelanja, (3) waktu
makan waktu dan biaya tidak harus dilakukan.
atau biaya perjalanan mungkin lebih tepat
Barang-barang dan jasa untuk mana konsumen
daripada kilometer sebagai ukuran hambatan
bersedia menempuh jarak lebih jauh mempu-
perdagangan. Kritik-kritik ini telah diikuti oleh
nyai koefisien yang lebih rendah. Jarak dapat
perkembangan modifikasi yang lebih canggih
pula diukur dalam waktu, bukan dalam kilo-
dari Hukum Reilly.
meter, karena waktu lebih relevan dalam kepu-
Model Probabilistik. Tanpa modifikasi. tusan bepergian. Dalam studi-studi empirik,
hukum Reilly terbatas pada ketidakpastian waktu biasanya diukur dengan membagi
perilaku konsumen. Huff (1963) mengem- daerah sekeliling menjadi, misalnya, zona-
bangkan sebuah model probabilistik untuk zona waktu lima menit. Dalam lima menit, T =
menentukan pengaruh daerah perbelanjaan di 1, antara 5 dan 10 menit T = 2 dan seterusnya.
dalam wilayah metropolitan. Ia menaksir
Bila persamaan (3) sebagai model Huff
kemungkinan bahwa seorang individu ini
diterapkan pada jarak antara kota Yogya dan
tempat i berbelanja di tempat sentral tertentu.
kota Solo dan kita ingin tahu berapakah
Probabilitas bergantung pada (1) jarak (biasa-
probabilitas penduduk di suatu central place,
nya dinyatakan dalam waktu) antara konsumen
misalnya, di kota Klaten antara kota Yogya
2000 Prasetyo Soepono 421

dan kota Solo cenderung berbelanja di Yogya potensial di tiap lokasi, POP. Asumsikan pula
atau di Solo, maka bila persamaan (3) sebagai bahwa pengeluaran tahunan per orang untuk
model Huff, yakni, model gravitasi yang jenis barang yang dijual oleh pusat perbe-
dimodifikasi, dipakai, maka kita harus tahu lanjaan itu sama dengan E. Taksiran-taksiran
lebih dahulu lama perjalanan naik mobil (T) tentang anggaran rumah tangga menurut kate-
dari Klaten ke Yogya dan lama perjalanan naik gori produk bagi berbagai tingkat pendapatan
mobil dari Klaten ke Solo. Jarak (T) dari tersedia dari data yang diterbitkan Biro Pusat
Klaten ke Yogya semula 30 menit, tetapi Statistik. Total pengeluaran penduduk (TSij)
dengan adanya pembangunan pelebaran jalan yang terletak di i, di daerah perbelanjaan j,
raya dan makin padatnya lalu-lintas sekarang sama dengan probabilitas berbelanja di i (Pij)
60 menit, sedang T dari Klaten ke Solo adalah dikalikan jumlah pelanggan potensial di tiap
sekarang 75 menit, maka probabilitas pen- lokasi dikalikan pengeluaran total adalah:
duduk Klaten berbelanjanya di Yogyakarta
TSij = Pij X POPi X E (4)
adalah:
Dengan menjumlahkan total pengeluaran
Pij = / (122)  483760 / (122)
untuk semua daerah (areas) i, taksiran total
+ 526392 / (152) pengeluaran pada suatu lokasi tertentu dapat
diderivasi. Jadi, model gaya berat berguna
= 58,95%
untuk keputusan lokasi yang berorientasi pada
dan probabilitas penduduk kota Klaten ber- pasar.
betanja di kota Solo adalah: Contoh Model Huff. Untuk memahami
Pij = 526.392 / (15 )  526.392/ (15 )
2 2 bagaimana model itu dapat diterapkan pada
masalah yang bukan masalah gravitasi, misal-
+ 483760 / (122) nya, seorang pengembang sedang meren-
= 41.05% canakan untuk membangun sebuah mall (pusat
Dengan model probabilitas Huff ini perbelanjaan) seluas 10.000 m2 di bagian
(persamaan 3), yang menjadi penentu kecen- selatan Kotamadya Yogyakarta seperti terlihat
derungan orang tertarik ke suatu central place pada Gambar 3 dengan tujuan meningkatkan
jenjang lebih tinggi tidak hanya besar pelayanan pada konsumen Yogya Selatan dan
penduduk di central place jenjang yang lebih sekaligus mengurangi kemacetan lalu lintas di
tinggi, tetapi juga jarak yang diwakili oleh Yogya sebelah utara dan tengah. Ada dua
waktu perjalanan yang mempunyai pengaruh pusat perbelanjaan yang sudah ada di Kotama-
yang negatif atas central place yang lebih dya Yogyakarta, yakni, pusat perbelanjaan
tinggi jenjangnya. Dengan model probabilitas Galleria di jalan Jendral Sudirman (Yogya-
tersebut, perbedaan daerah pengaruh kota karta Utara) dan Malioboro Mall di jalan
Yogyakarta dan daerah pengaruh kota Malioboro di Yogyakarta bagian tengah. Apa-
Surakarta lebih jelas daripada model Reilly kah kemungkinan bahwa seseorang yang
(persamaan 2). bertempat tinggal di wilayah i di Yogya sela-
tan (seperti Jalan Parangtrits), akan berbelanja
Pengeluaran Uang. Model tersebut di atas yang pusat perbelanjaan yang akan dibangun?
sering diperluas untuk menaksir pengeluaran
total barang-barang konsumen yang terjadi di Misalnya, ukuran jarak Tij naik dengan l
suatu pusat perbelanjaan. Jadi ini suatu alat untuk tiap kenaikan jarak yang memakan
penting bagi perencana dan pengembang ko- waktu 5 menit. Dengan menerapkan model
mersial. Untuk memahami bagaimana seorang gravitasi probabilitas diperoleh hasil sebagai
perencana real-estate menggunakan model itu, berikut :
diasumsikan diketahui jumlah pelanggan
422 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Oktober

Pij = (10000/22) / (10000/22) bangunan mall baru adalah rata-rata dari dua
mall yangada, yakni, 20000 m2, probabilitas
+ (15000)/32 ) + (24000/42) individu di daerah i (Yogya selatan) yang
Jadi. probabilitas seorang individu di daerah i berbelanja di mall baru lebih besar, yakni,
yang berbelanja di pusat perbelanjaan yang hampir 50 person dan bila luas bangunan mall
diusulkan adalah 0,33 person. Hasil ini dapat yang diusulkan dinaikkan menjadi 30000 m2,
ditafsirkan sebagai 33 person dari penduduk i probabilitasnya menjadi iebih tinggi lagi,
yang berbelanja di mall yang baru. Bila luas yakni, 59,7 persen.

Ukuran/besar dan lokasi lembaga lain hendaknya dipertimbangkan bila menaksir kemungkinan bahwa
seseorang warga yang bertempat tinggal di i akan berbelanja di pusat perbelanjaan yang diusulkan.
Sumber: PT. Sawo Jajar Galleria dan Marketing Mal Malioboro, Yogyakarta

Gambar 4. Lokasi Pelanggan dan Pesaing-Pesaing


2000 Prasetyo Soepono 423

Agar dapat menaksir perdagangan eceran REFERENSI


pada pusat perbelanjaan. diasumsikan bahwa
Berry, Brian J.L. 1967. Geography of Market
populasi sensus i adalah 8.000 dan rata-rata
Centers and Retail Distribution. Engle-
keluarga di i membelanjakan Rp 60.000 per
wood Cliffs, N.J. : Prentice-Hall, Inc. hal.
tahun atas jenis barang-barang yang dijual di
40-41.
pusat perbelanjaan yang diusulkan. Kemudian
omset perdagangan yang ditaksir untuk pusat Berry, Brian and John Barr. 1988. Market
perbelanjaan yang diusulkan dari kawasan i Centers and Retail Locations. Englewood
sama dengan: 0,33 x Rp 60.000 x 8.000 = Rp Cliffs. N.J.: Prentice Hall.
158.400.000. Blair, John P. 1991. Urban and Regional
KESIMPULAN Economics. Homewood, II.: lrwin.

Tiap central place mempunyai hinterland Christaller, Walter. 1966. Central Places of
(daerah sekeliling berupa desa dengan satu Southern Germany. Englewood Cliffs,
atau beberapa central place jenjang rendah) N.J.: Prentice Hall, 1966.
sebagai daerah pengaruh. Luas daerah Huff, David L. 1963. "A Probabilistic Analysis
pengaruh dapat diukur dengan model gravitasi of Shopping Center Trade Areas". Land
Reilly yang mengandung dua faktor yang Economics. 39, hal. 81-90.
mempengaruhi luas hinterland. Faktor pertama Isard, Walter. 1960. Methods of Regional
adalah faktor populasi yang mencerminkan Analysis: An Introduction to Regional
jenjang central place dan yang mempunyai Science. Cambridge, Massachusetts: The
pengaruh positif terhadap luas hinterland, M.I.T. Press.
sedang faktor kedua adalah faktor jarak yang
mencerminkan biaya dan waktu perjalanan dan Jawa Tengah dalam Angka. 1999. Semarang:
yang mempunyai pengaruh negatif pada luas Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa
hinterland. Tetapi model gravitasi Reilly ini Tengah.
dimodifikasi oleh Huff agar menjadi alat Losch, August. 1940. The Economics of Loca-
pengukur luas hinterland yang probabilistik tion. (terjemahan M.H. Woglom & W.F.
dan realistik. Model ini dikatakan realistik Stopler. New Haven: Conn: Yale Univer-
karena faktor jarak diganti dengan waktu sity, 1954).
perjalanan yang dapat pula diperlakukan O'Sullivan, Arthur. 1996. Urban Economics.
sebagai biaya perjalanan, sedang Sh (hinter- Chicago: Richard D. Irwin. Inc.
land dari suatu central place) diganti dengan
Pij atau probabilitas perjalanan dari i sebagai Penduduk Propinsi DlY. 1999. Yogyakarta:
hinterland atau central place jenjang rendah Badan Pusat Statistik Provinsi D.I. Yog-
ke j sebagai suatu central place jenjang tinggi yakarta.
atau j sebagai pusat perbelanjaan dengan Soepono, Prasetyo. 1999. "Teori Lokasi:
jumlah pelanggan tertentu. Inilah kelebihan Representasi Landasan Mikro Bagi Teori
model gravitasi. Jadi, hanya mengetahui Pembangunan Daerah". Jurnal Ekonomi
ukuran, seperti populasi daerah atau luas pusat dan Bisnis Indonesia. 14. No. 4, hal. 10.
aktivitas dan jarak (dinyatakan dalam jarak
atau waktu) dapat diukur suatu daerah
pengaruh.

Anda mungkin juga menyukai