1. konsentris
Teori konsentris meyakini bahwa perkembangan kota dimulai
dari pusatnya yang kemudian meluas ke wilayah yang jauh
dari pusat akibat peningkatan penduduk. Interaksi antara
penggunaan lahan dan manusia, baik dalam segi ekonomi,
sosial, ataupun politik membentuk beberapa zona konsentris
Asumsi Teori Konsentris
Populasi dengan sosial budaya yang heterogen
Industri komersil menjadi basis ekonomi
Persaingan ruang untuk zona ekonomi dan ruang pribadi
(private ownership)
Perluasan area dan peningkatan populasi kota
Transportasi dinilai mudah, cepat, dan murah di setiap zona
kota
Pusat kota untuk pusat kegiatan ekonomi sehingga ruang di
dekat pusat menjadi terbatas dan bernilai tinggi
Susunan Ruang Kota Teori Konsentris:
1. Zona Pusat Kegiatan (Central District Business)
Ciri-ciri:
Inti kota
Intensitas yang tinggi untuk kegiatan komersil dan
pemerintahan (gedung perkantoran, pertokoan, dan lain-lain)
Nilai harga jual atau sewa tanah tinggi
Populasi untuk permukiman sangat sedikit
Aksesibilitas mudah dan laju orang masuk/keluar jumlahnya
besar setiap harinya
2. Sektoral
ritik pertama mengenai teori konsentris dilakukan oleh
Hoomer Hoyt (1939). Penelitian yang dilakukan oleh Hoyt
berdasarkan akan pemetaan rata-rata nilai sewa permukiman
untuk setiap blok di setiap kota. Asumsi yang digunakan
adalah adanya variasi penggunaan lahan di sekitar pusat kota
(CBD Zone), lalu berkembang dan masing-masing meluas ke
zona lain. Pengelompokkan penggunaan lahan kota menjulur
seperti irisan kue tar dan sifatnya lebih bebas.