Anda di halaman 1dari 7

Struktur keruangan kota

1. konsentris
Teori konsentris meyakini bahwa perkembangan kota dimulai
dari pusatnya yang kemudian meluas ke wilayah yang jauh
dari pusat akibat peningkatan penduduk. Interaksi antara
penggunaan lahan dan manusia, baik dalam segi ekonomi,
sosial, ataupun politik membentuk beberapa zona konsentris
Asumsi Teori Konsentris
Populasi dengan sosial budaya yang heterogen
Industri komersil menjadi basis ekonomi
Persaingan ruang untuk zona ekonomi dan ruang pribadi
(private ownership)
Perluasan area dan peningkatan populasi kota
Transportasi dinilai mudah, cepat, dan murah di setiap zona
kota
Pusat kota untuk pusat kegiatan ekonomi sehingga ruang di
dekat pusat menjadi terbatas dan bernilai tinggi
Susunan Ruang Kota Teori Konsentris:
1. Zona Pusat Kegiatan (Central District Business)
Ciri-ciri:
Inti kota
Intensitas yang tinggi untuk kegiatan komersil dan
pemerintahan (gedung perkantoran, pertokoan, dan lain-lain)
Nilai harga jual atau sewa tanah tinggi
Populasi untuk permukiman sangat sedikit
Aksesibilitas mudah dan laju orang masuk/keluar jumlahnya
besar setiap harinya

2. Zona Peralihan (Transition Zone)


Ciri-ciri:
Terikat dengan Zona Pusat Kegiatan
Populasi penduduknya heterogen dan tidak stabil baik di
permukiman atau kegiatan sosial ekonomi
Daerah dengan berpenduduk miskin
Kualitas lingkungan permukiman memburuk -> sering
ditemukan daerah slum atau permukiman penduduk kumuh
Dapat diubah menjadi komplek industri manufaktur,
perhotelan, apartemen, dan lain-lain -> untuk rencana
pembangunan kota
Tingkat kejahatan dan penyakit tertinggi di kota
3. Zona Permukiman Kelas Proletar (Low-Class Residential
atau Workingmen’s Homes)
Ciri-ciri:
Kondisi permukimannya lebih baik -> umumnya rumah-
rumah kecil atau rumah susun
Populasi penduduknya merupakan para pekerja dengan
berpenghasilan kecil (buruh)
Transportasi dapat dikatakan masih relatif mudah dan murah
menuju tempat bekerja

4. Zona Kelas Menengah (Medium-Class Residential Zone)


Ciri-ciri:
Permukiman untuk para pekerja dengan berpenghasilan
menengah
Kondisi permukiman lebih baik dibandingkan kelas proletar ->
permukiman horizontal ataupun permukiman vertikal
(apartemen)
Lokasinya strategis dengan pusat perbelanjaan sudah hampir
sama kondisinya dengan yang berada di pusat kota

5. Zona Penglaju (Commuters Zone)


Ciri-ciri:
Memasuki daerah belakang (hinterland) -> daerah batas desa
– kota
Penduduknya tinggal di pinggiran kota tetapi bekerjanya di
kota
Biaya transportasi relatif tinggi menuju CBD dibandingkan
dengan zona lain
Pendapatan penduduknya relatif tinggi

2. Sektoral
ritik pertama mengenai teori konsentris dilakukan oleh
Hoomer Hoyt (1939). Penelitian yang dilakukan oleh Hoyt
berdasarkan akan pemetaan rata-rata nilai sewa permukiman
untuk setiap blok di setiap kota. Asumsi yang digunakan
adalah adanya variasi penggunaan lahan di sekitar pusat kota
(CBD Zone), lalu berkembang dan masing-masing meluas ke
zona lain. Pengelompokkan penggunaan lahan kota menjulur
seperti irisan kue tar dan sifatnya lebih bebas.

Hoyt juga mengungkapkan bahwa persaingan spasial bukan


satu-satunya sumber perkembangan kota, tetapi juga faktor
kondisi geografis, rute transportasi, dan kekerabatan sosial.
Kelemahan teori ini adalah mengabaikan jenis penggunaan
lahan lain selain permukiman. Contoh kota dengan teori
sektoral antara lain California, Alberta, Boston, dan Calgary.
3. Inti Ganda
Teori konsentris dan sektoral mendapat kritikan yang
dikemukakan oleh Chauncy Harris dan Edward L. Ullman
(1945). Mereka berpendapat bahwa teori struktur ruang kota
tidak sesederhana seperti teori-teori sebelumnya. Teori inti
ganda merupakan hasil dari pengamatan yang menunjukkan
bahwa sebagian kota besar tidak tumbuh hanya dengan satu
inti, melainkan adanya beberapa inti yang terpisah. Inti-inti
tersebut berkembang sesuai dengan penggunaan lahannya
yang fungsional dan keuntungan ekonomi menjadi dasar
pertimbangan. Harris dan Ullman juga berpendapat bahwa
perkembangan kota juga melihat kepada situs kota dan
sejarahnya sehingga tidak ada urutan yang teratur.

Asumsi Teori Inti Ganda


Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan beberapa inti
(CBD) adalah sebagai berikut.

Perbedaan akan fasilitas yang dibutuhkan untuk kegiatan


tertentu, misalnya kegiatan industri
Aktivitas yang serupa dapat dikelompokkan bersama untuk
keuntungan ekonomi sehingga munculnya beberapa zona
khusus untuk perekonomian
Aktivitas perekonomian dan nilai pendapatan yang berbeda
menyebabkan adanya pemisahan zona untuk tempat tinggal
Susunan Ruang Kota Teori Inti Ganda
Zona 1: Pusat Kota atau CBD
Zona 2: Daerah Grosir dan Manufaktur, digunakan untuk
kawasan niaga dan industri ringan
Zona 3: Permukiman Kelas Rendah, digunakan untuk
kawasan murbawisma
Zona 4: Permukiman Kelas Menengah, digunakan untuk
kawasan madyawisma Zona 5: Permukiman Kelas Tinggi,
digunakan untuk kawasan adiwisma
Zona 6: Daerah Manufaktur Berat, sebagai pusat industri
berat
Zona 7: Daerah Luar CBD, pisat niaga lain di pinggiran kota
Zona 8: Permukiman Suburban, merupakan upakota untuk
kawasan madyawisma dan adiwisma
Zona 9: Daerah Industri Suburban, merupakan upakota untuk
kawasan industri

4. Konsentrat Tipe Eropa


teori tentang struktur ruang kota yang keempat adalah teori
konsektoral (tipe Eropa) yakni teori yang dikemukakan oleh
Peter Mann di Inggris pada tahun 1965. Peter Mann
mencoba untuk menggabungkan teori konsentris dan
sektoral, akan tetapi disini teori konsentris lebih ditonjolkan.

5. Konsentrat Tipe Amerika Latin


Teori tentang struktur ruang kota yang kelima adalah teori
konsektoral (tipe Amerika Latin) yakni teori yang
dikemukakan oleh Ernest Griffin dan Larry Ford saat
melakukan penelitian di Amerika Latin pada tahun 1980.
Teori ini bisa Anda lihat gambarannya seperti pada gambar
berikut.

Anda mungkin juga menyukai