Anda di halaman 1dari 5

SOSIOLOGI PERKOTAAN

NAMA : SELVIDA RARA’


NIM : D0321019
KELAS : PWK D

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILYAH DAN KOTA
A. Jelaskan teori-teori perkembangan kota (teori sentris, teori spasial, teori historis)
a. Teori sentris
Menurut Ernest W Burgess dalam Introduction to the Science of Sociology
(1921), manusia punya kecenderungan alamiah untuk berada sedekat mungkin
dengan pusat kota. Untuk mewujudkan itu, dikembangkan kota berbentuk
konsentrik dengan pusat kota sebagai intinya. Teorinya ini berdasarkan hasil
pengamatannya terhadap kota Chicago tahun 1923. Berdasarkan teori Burgess,
kota dibagi menjadi lima zona yakni:
 Zona pusat daerah kegiatan (PDK) atau CBD (central business district)
Terdapat toko-toko besar, bangunan kantor, bank, rumah makan, pusat
bisnis, dan sebagainya
 Zona peralihan atau transisi Daerah ini terikat dengan zona pusat
daerah kegiatan. Penggunaannya campuran antara pusat usaha dengan
permukiman.Masyarakat yang tinggal di daerah peralihan ekonominya
tergolong miskin. Dalam perencanaan pembangunan kota, zona ini
diubah menjadi kompleks perhotelan, parkir, dan jalan utama yang
menghubungkan dengan daerah luarnya.
 Zona permukiman kelas proletar Zona ini dihuni pekerja kelas
rendahan. Rumah-rumah yang ada di zona ini kecil-kecil.
 Zona permukiman kelas menengah (residential zone) Pekerja kelas
menengah dengan keahlian dan pendidikan umumnya tinggal di zona
ini. Kondisi rumahnya lebih baik.
 Zona permukiman elit Dihuni orang-orang dengan perekonomian baik
seperti pengusaha dan pejabat. Zona penglajur (commuters zone) Ini
adalah daerah pinggiran yang warganya bekerja di kota dan harus
pulang pergi cukup jauh.
b. Teori spasial
Kota sebagai perwujudan spasial akan cenderung mengalami
perubahan- perubahan baik secara fisik maupun non fisik. Perkembangan
perkotaan adalah suatu proses perubahan keadaan perkotaan dari suatu kondisi
ke kondisi yang lain dalam suatu periode waktu yang berbeda. Perkembangan
kota dapat terjadi secara alami, maupun terjadi secara artifisial dengan campur
tangan manusia yang mengatur arah perubahan keadaan tersebut. Terdapat 3
tiga teori klasik tentang struktur keruangan spasial kota, yaitu: teori konsentris,
teori sektoral, dan teori inti ganda Rahardjo, 2004:. A. Teori Konsentris
Burgess - Tahun 1925 Teori ini dikemukakan oleh E.W Burgess seorang
sosiolog beraliran human ecology pada tahun 1925. Teori ini merupakan hasil
penelitiannya mengenai morfologi kota Chicago, yang diterbitkan dalam
sebuah buku yang berjudul ‘The City’. Menurut teori cincin konsentris
Burgess ini, bahwa kota-kota besar memiliki kecenderungan berkembang atau
memekarkan diri kearah luar di semua bagian kota tersebut. Oleh karena
semua bagian berkembang ke segala arah, maka pola keruangan yang di
hasilkan akan membentuk lingkaran yang berlapis-lapis, dimana daerah pusat
kegiatan berfungsi sebagai intinya Gambar 4. Secara berurutan, tata guna
lahan yang mengikuti pola konsentris ini adalah sebagai berikut : 1. Zona
Kawasan Pusat Bisnis KPB atau dikenal juga dengan istilah Central Bussines
District CBD, merupakan kawasan pusat bisnis yang disebut sebagai loop dan
menjadi pusat kegiatan ekonomi, sosial, budaya dan politik. Fungsi bangunan
yang terdapat pada zona ini antara lain : perkantoran, pertokoan, bank, gedung
pertunjukan, dan sebagainya. 2. Zona transisi atau disebut juga zona peralihan,
pada awalnya merupakan perumahan tua dan beralih fungsi menjadi
perkantoran dan industri ringan. 25 3. Zona perumahan masyarakat
penghasilan rendah, merupakan daerah tempat tinggal para buruh pabrik
berupa rumah tua dengan kepadatan tinggi. 4. Zona perumahan masyarakat
penghasilan menengah keatas, merupakan kawasan hunian masyarakat
berkelas dengan tingkat kerapatan bangunan sedang karena masih terdapat
jarak antar bangunan. 5. Zona penglaju commuter, yaitu zona pinggiran yang
merupakan tempat bermukim masyarakat penglaju yaitu masyarakat yang
tinggal di daerah pinggiran namun bekerja di pusat kota. Gambar 4. Teori
Konsentri Burgess B. Teori Sektoral Homer Hoyt – tahun 1939 Teori ini
dikemukakan oleh seorang ekonom bernama Homer Hoyt pada tahun 1939.
Hoyt mengemukakan bahwa perkembangan yang terjadi pada suatu kota akan
mengarah keluar pusat kota dan membentuk sektor-sektor baru, dimana
pengelompokan tata guna lahan yang terjadi akan membentuk pola seperti
irisan kue tar. Perkembangan dalam sector-sektor tersebut kemudian oleh para
analis ruang dihubungkan lagi dengan latar belakang kondisi geografi dari
kota yang bersangkutan dan jalur transportasi yang ada. Hoyt juga
mengemukakan bahwa pajak tanah dan bangunan juga berbeda- beda
berdasarkan sektor-sektor yang terbentuk. Jadi, tidak berarti bahwa pajak
tertinggi harus berada di dekat pusat kota seperti halnya teori Burgess. Secara
berturut-turut tata guna lahan yang terbentuk pada teori sektoral dapat dilihat
pada Gambar 5. Keterangan : 1. Zona Kawasan Pusat Bisnis 2. Zona Pabrik
Ringan 3. Zona Permukiman kelas Rendah 4. Zona Permukiman kelas
Menengah Keatas 5. Zona Penglaju commuter 26 Gambar 5. Teori Sektoral
Homer Hoyt Berdasarkan teori sektoral ini, ditemukan pula bahwa makin ke
pusat kota dalam sektor yang sama bangunan gedung atau perumahan makin
kuno, dan juga makin ke pusat kota fungsi industri semakin berkurang atau
mengalami perubahan. Sebaliknya perindustrian lebih berkembang pesat di
wilayah pinggiran kota dimana zona sektornya cenderungan lebih besar. C.
Teori Inti Ganda Harris Ullman - Tahun 1945 Teori ini pertama kali
dikemukakan oleh Harris dan Ullman pada tahun 1945, yang kemudian
diterbitkan dalam sebuah buku yang berjudul Readings In Urban Georaphy.
Mereka berpendapat, meskipun pola konsentris dan pola sektoral suatu kota
memang ada, namun kenyataannya lebih kompleks dari apa yang sekedar di
teorikan oleh Burgess dan Hoyt. Dijelaskan secara khusus bahwa pertumbuhan
kota yang bermula dari suatu pusat akan menjadi lebih kompleks polanya. Hal
ini disebabkan oleh munculnya pusat-pusat baru yang masing-masing akan
berfungsi sebagai kutub pertumbuhan. Di sekitar kutub- kutub baru tersebut
akan mengelompok tata guna lahan yang bersambungan secara fungsional.
Keadaan seperti itu akan melahirkan struktur kota yang memiliki sel-sel
pertumbuhan. Tempat-tempat yang merupakan inti-inti Nucleus dapat berupa
pelabuhan udara, universitas, kawasan industry, pelabuhan laut, ataupun
stasiun-stasiun besar. Yang memiliki Nucleus bukan hanya kota, melainkan
juga desa-desa besar atau kota-kota kecil yang pusatnya merupakan pusat
pelayanan bagi penduduk. Kemudian di sekitarnya terjadi pengelompokan tata
guna lahan dengan pertimbangan keuntungan ekonomis. Industri mencari
lokasi dekat terminal transportasi, sedangkan perumahan baru mencari lokasi
dekat dengan pusat-pusat perbelanjaan. Keterangan : 1. Zona Kawasan Pusat
Bisnis CBD 2. Zona Industri pabrik ringan 3. Zona Permukiman kelas Rendah
4. Zona Permukiman kelas Menengah 5. Zona Permukiman kelas Atas 27
Secara berturut-turut tata guna lahan yang terbentuk pada teori inti ganda ini
dijelaskan pada Gambar 6: Keterangan : 1. Zona CBD 2. Zona pabrik ringan 3.
Perumahan masyarakat kelas rendah 4. Perumahan masyarakat kelas sedang 5.
Zona perumahan masyarakat kelas atas 6. Zona pabrik-pabrik besar 7. Pusat
perdagangan dipinggiran kota 8. Zona perumahan penglaju Commuter 9. Zona
daerah industry diluar kota Gambar 6. Teori Inti Ganda Harris Ullman

c. Teori historis
Menurut Alonso, perkembangan kota dipengaruhi oleh sejarah dan
perubahan tempat tinggal penduduk di dalam kota. Perubahan teknologi yang
sangat cepat pada bidang transportasi dan komunikasi telah mendorong
terjadinya perpindahan penduduk ke luar kota inti atau pusat kota/space.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teori yang
menjelaskan tentang perkembangan kota yang dipengaruhi oleh adanya unsur
budaya, dan perubahan tempat tinggal penduduk merupakan Teori Historis

B. Jelaskan konsep-konsep penting dalam sosiologi perkotaan (urbanisasi,life


style,migrasi,segregasi,aglomerasi)
a. Urbanisasi
Kota dalam pengertian sosiologis sangat penting sebagai suatu progres
masyarakat yang sudah bukan masyarakat desa.Urbanisasi biasanya
menyangkut tingkat jumlah penduduk kota dari suatu masyarakat terhadap
populasi totalnya. roses urbanisasi itus sendiri karena faktor ekonomi yang
mendorong perubahan pada segala aspek yaitu kependudukan, politik, budaya,
sosial, teknologi, sumber daya lingkungan, dan hasil-hasil sejarah. Urbanisasi
menjadi proses kehidupan dimanayang tidak sama tingkatannya, baik
kecepatannya maupun kepadatannya.Dengan berkembangnya proses
komuniksi yang mempercepat proses induksi maka proses urbanisasi tidak
dapat dicegah. Walaupun demikian hasil urbanisasi sebagai peningkatan
kehidupan belum tentu tercapai, melainkan bentuk kesenjangan sosial dan
dominasi kemiskinan kota yang menjadi hasil urbanisasi. Wilayah pedesaan
bahkan menjadi wilayah yang tereksploitasi.
b. Life style
Sosiologi perkotaan merupakan kajian keilmuan dalam sosiologi yang
mengkaji mengenai beragam contoh fenomena-fenomena sosial yang terjadi
dalam perkotaan serta mengkaji masalah sosial yang ada pada masyarakat
perkotaan. Dalam perkotaan terdapat berbagai lapisan masyarakat dan
memiliki tingkat pendidikan, kebudayaan dan taraf hidup yang berbeda-beda.
Pemasalahan sosial yang terjadi di perkotaan pun menjadi kajian dalam
sosiologi perkotaan karena di perkotaan itu sendiri memiliki masalah yang
lebih kompleks dibandingkan dengan permasalahan yang ada di pedesaan.
Ruang lingkup sosiologi perkotaan itu salah satunya Manusia dan lingkungan
sosial, Manusia dan lingkungan sosial adalah suatu bentuk kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan keberadaannya. Kedua hal tersebut saling berkaitan dan
saling berpengaruh antara satu dengan yang lainnya. Manusia dalam
perkembangnya selalu mencerminkan sikap dalam lingkungan sosialnya.
Contohnya seperti life style atau gaya hidup, seiring berkembangnya masa,
tentu gaya hidup manusia juga ikut berkembang dan tentunya ini berpengaruh
pada perkotaan juga.
c. Migrasi
Pengertian migrasi secara sederhana adalah aktivitas perpindahan. Sedangkan
secara formal, migrasi didefinisikan sebagai perpindahan penduduk dengan
tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain yang melampaui batas
politik/negara ataupun batas administrasi/batas bagian suatu Negara. Migrasi
yang melampaui batas negara disebut dengan migrasi internasional sedangkan
migrasi dalam negeri merupakan perpindahan penduduk yang terjadi dalam
batas wilayah suatu negara, baik antar daerah ataupun antar provinsi.
Perpindahan penduduk ke suatu daerah tujuan disebut dengan migrasi masuk
sedangkan perpindahan penduduk keluar dari suatu daerah disebut dengan
migrasi keluar (Depnaker, 1995).
d. Segregasi
regregasi merupakan pemisahan kelompok sosial berdasarkan hokum atau
tradisi. Kelompok yang mendapatkan perlakuan ini biasanya berbeda dalam
hal asal-usul etnik, agama, atau atau kesejahteraan. Segregasi bisa terjadi
didalam berbagai sektor kehidupan masyarakat. Misalnya, dalam hal
memperoleh pendidikan, perumahan, penggunaan berbagai fasilitas umum
(sarana transportasi, rumah makan, dan lain-lain) dan pekerjaan,. Contoh
wujud segregasi yang ada di Negara Indonesia yaitu rintangan pernikahan
antar suku, dan antar-kelompok sosial. Sebagian suku di Indonesia tetap
melarang terjadinya pernikahan antar suku, misalnya masyarakat Batak
tradisional. Demikian juga halangan pernikahan diantara kelas sosial yang
tidak sama. Misalnya, orang kaya cenderung menikahkan anaknya dengan
sesama orang kaya.
e. Aglomerasi
Aglomerasi adalah upaya pemusatan atau pengelompokkan suatu hal dalam
sebuah kawasan (tempat) dan membentuk struktur. Konsep aglomerasi ini
mengungkap bahwa fenomena geografi adalah mengelompok.
Pengelompokkan penduduk perkotaan atas dasar tingkat sosial dan ekonomi
yakni kawasan kategori elit dan mewah, kawasan kategori menengah
(contohnya kawasan tempat tinggal khusus pedagang, pegawai negeri) dan
kawan kategori bawah/biasa (contoh kawasan kumuh).

Anda mungkin juga menyukai