Anda di halaman 1dari 9

TUGAS GEOGRAFI

KOTA

NAMA : APRILIA PUTRI ANDINI


KELAS : XII MIPA 2
NISN : 0044030430

SMA NEGERI 2 UNGGUL SEKAYU


DINAS PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
2021/2022
I. Pengertian Kota
 Menurut Max Weber, kota adalah tempat yang penghuninya dapat
memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Ciri
kota adalah adanya pasar sebagai benteng serta memiliki sistem hukum
tersendiri,
 Menurut Bintarto, kota diartikan sebagai suatu sistim jaringan kehidupan
yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai
dengan strata ekonomi yang heterogen dan bercorak materialistis.
Masyarakat kota terdiri atas penduduk asli daerah tersebut dan
pendatang.
 Menurut Grunfeld, kota yaitu permukiman yang berbeda dengan
kepadatan penduduk yang lebih besar dari wilayah nasional. Di mana
mata pencaharian masyarakat adalah non-agraris dan sistem penggunaan
lahan berbeda. Daerah ini ditutupi oleh gedung-gedung tinggi dan
berdekatan.

II. Kriteria Kota


Menurut Jorge,E Hardoy kriteria kota dibagi menjadi 10 yaitu :
 Ukuran dan Jumlah Penduduknya yang besar terhadap massa dan tempat;
 Bersifat permanen;
 Kepadatan minimum terhadap massa dan tempat;
 Struktur dan tata ruang kota ditunjukan oleh jalur jalan dan ruang
perkotaan yang nyata;
 Tempat dimana masyarakat tinggal dan bekerja;
 Fungsi perkotaan minimum yang diperinci, yang meliputi sebuah pasar,
sebuah pusat administrasi atau pemerintah, sebuah pusat militer, sebuah
pusat keagamaan, atau sebuah pusat aktivitas intelektual bersama dengan
kelembagaan yang sama;
 Heterogenitas dan pembedaan yang bersifat hierarkis pada masyarakat;
 Pusat Ekonomi perkotaan yang menghubungkan sebuah daerah pertanian
di tepi kota dan memproses bahan mentah untuk pemasaran yang lebih
luas;
 Pusat Pelayanan (service) bagi daerah-daerah lingkungan setempat;
 Pusat Penyebaran, memiliki suatu falsafah hidup perkotaan pada massa
dan tempat itu.
III. Tahap Pengembangan Kota
Menurut Lewis Mumford terdapat 6 fase pengembangan kota, yaitu :
 Eopolis
Merupakan tahap pertama sebuah kota yaitu desa yang
kehidupannya berbasis pada sektor agraris.
 Polis
Tahap ini menandakan sudah berkembangnya pola hidup
masyarakat diantaranya munculnya spesialisasi mata pencaharian dan
mekanisasi pertanian.
 Metropolis
Merupakan sebuah kota yang berfungsi sebagai ibukota negara
atau wilayah kekuasaan. Fase ini menjadi puncak perkembangan kota
sebagai tempat kehidupan.
 Megalopolis
Pada fase ini kota sudah menunjukkan tahap pertama dari
penurunan fungsi kota karena adanya berbagai masalah sosial maupun
lingkungan.
 Tyranopolis
Pada tahap ini kota menunjukkan memburuknya situasi politik,
dengan kekacauan dimana-mana.
 Necropolis
Tahap ini adalah tahap akhir atau kematian sebuah kota. Warga
mulai mengungsi dan meninggalkan kota karena sudah tidak ada
pengharapan lagi di sana

Menurut Griffith Taylor terdapat 4 fase pengembangan kota, yaitu :


 Infantile
Ini merupakan tahap awal perkembangan kota dimana kota belum
dibagi ke dalam zona-zona khusus.
 Juvenile
Tahap ini merupakan fase remaja dimana kota sudah mulai dibagi
menjadi zona-zona seperti perumahan atau pabrik dalam skala kecil.
 Mature
Merupakan tahap kota dewasa yang dicirikan dengan adanya
zona perumahan, zona komersil, dan zona industri kota. Adanya tata
ruang yang jelas menandakan kematangan sebuah kota di setiap sisi.
 Senile
Tahap ini disebut sebagai tahap kehancuran kota dimana
degradasi fisik, sosial dan ekonomi terjadi. Laju pertumbuhan manusia
tidak terbendung dan daya dukung kota sudah tidak bisa lagi mengatasi
pertumbuhan penduduk.
IV. Bentuk-Bentuk Kota
Yunus mengemukakan beberapa alternatif model bentuk kota. Secara garis besar
ada 7 buat model bentuk kota yang disarankan, yaitu;
 Kota Kompak
 Kota kipas, berbentuk sebagian lingkaran, arah ke luar kota memiliki
perkembangan yang relative seimbang. Bentuk kipas ini disebabkan oleh adanya
hambatan-hambatan yang menghambat pertumbuhan kota pada arah-arah
tersebut, penghambat ini dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu alami dan
artifisial.
 Kota bujur sangkar menunjukkan suatu bentukan kota yang rasional dan murni
logika, bujur sangkar merupakan bentuk yang netral dan tidak mempunyai arah.
Kota berbentuk ini umumnya bertumbuh di sepanjang jalur transportasi dan
mempunyai kesempatan perluasan yang relative seimbang ke segala arah. Kota
berbentuk bujur sangkar umumnya tidak memiliki penghambat pembangunan
dari segi fisik yang berarti, karena jika ia mempunyai kendala fisik, maka
bentuknya tidak akan bujur sangkar.
 Kota persegi panjang, bentuk kota ini pertumbuhannya memanjang daripada
melebar, hal ini dimungkinkan karena adanya hambatan fisik maupun terhadap
perkembangan areal kota pada salah satu sisinya. Ia umumnya memiliki
kemiripan dengan pola ribbon, hanya saja terdapat constraint pembangunan
yang membuatnya berbentuk seperti persegi panjang.
 Kota memanjang, memiliki bentuk mirip dengan kota persegi panjang, namun
karena bentuk memanjangnya jauh lebih dominan dibandingkan bentuk
melebarnya, maka ia dikategorikan secara terpisah. Dari bentuknya yang sangat
memanjang dapat terlihat bahwa perkembangan kota ini sangat didominasi oleh
peranan jalur transportasi.
 Kota bulat atau lingkaran, merupakan bentuk kota yang dianggap ideal, karena
jarak dari pusat kota ke ujung-ujung terluar kota hampir sama. Selain itu,
perkembangan pembangunan keluar area kota terjadi dengan cepat.
 Kota gurita atau bintang, merupakan bentuk kota yang jalur transportasinya
mirip dengan kota memanjang, namun pada bentukan ini, jalur transportasi tidak
hanya satu arah, tetapi memiliki berbagai arah, oleh karena itu ia disebut
bentukan gurita/bintang.
 Kota tidak berpola, kota ini merupakan terbentuk pada daerah khusus, yaitu
daerah dimana faktor pendorong pertumbuhan kota tersebut sangat kuat dan
tidak terkait kondisi fisik wilayah, hal ini menyebabkan adanya kota yang
berkembang secara acak tanpa mengikuti constraints yang diberikan oleh
wilayah dimana ia berkembang.
 Kota Tidak Kompak
 Kota berantai, kota ini merupakan bentuk kota yang terpecah tetapi hanya terjadi
di sepanjang rute tertentu. Kota ini berbentuk seperti mata rantai yang
dibentangkan dan direkatkan oleh suatu penghubung.
 Kota terpecah, pada bentuk kota ini, perluasan areal kota tidak langsung
menyatu dengan induk nya (city center), melainkan tersebar dan membentuk
exclave tersendiri.
 Kota terbelah, Bentuk kota seperti ini merupakan bentuk kompak namun
terbelah oleh perairan yang cukup lebar. Kota tersebut terdiri dari dua bagian
terpisah yang dihubungkan oleh jembatan-jembatan ataupun terowongan.
 Kota stellar, Bentuk stellar merupakan bentuk kota yang didukung oleh majunya
transportasi dan komunikasi yang akhirnya memungkinkan terjadi koneksi
intens antara banyak bagian-bagian kota, sehingga memunculkan suaatu
megapolitan, atau metro area.

V. Teori yang Menggambarkan Struktur ruang kota


1. Teori Konsentris (Concentric Theory)
Teori tentang struktur ruang
kota yang pertama adalah teori
konsentris yakni teori yang
dikemukakan oleh Ernest W.
Burgess, seorang sosiolog asal
Amerika Serikat yang meneliti kota
Chicago pada tahun 1920. Ia berpendapat bahwa kota Chicago telah
mengalami perkembangan dan pemekaran wilayah seiring berjalannya
waktu dan bertambahnya jumlah penduduk. Perkembangan itu semakin
meluas menjauhi titik pusat hingga mencapai daerah pinggiran. Zona
yang terbentuk akibat pemekaran wilayah ini mirip sebuah gelang yang
melingkar.
2. Teori Sektoral (Sector Theory)
Teori tentang struktur ruang
kota yang kedua adalah teori
sektoral yakni teori yang
dikemukakan oleh Hommer Hoyt
dari hasil penelitiannya yang
dilakukannya pada tahun 1930-an di
kota Chicago. Hommer Hoyt
berpendapat bahwa unit-unit kegiatan di perkotaan tidak menganut teori
konsentris melainkan membentuk unit-unit yang lebih bebas.
3. Teori Inti Ganda (Multiple Nucleus Theory)
Teori tentang struktur ruang kota yang ketiga adalah teori inti
ganda yakni teori yang dikemukakan oleh dua orang ahli geografi yang
bernama Harris dan Ullman pada tahun 1945. Mereka berdua
berpendapat bahwa teori konsentris dan sektoral memang terdapat di
perkotaan namun apabila dilihat lebih dalam lagi, maka akan didapati
kenyataan yang lebih kompleks.
Kenyataan yang
kompleks ini disebabkan karena
dalam sebuah kota yang
berkembang akan tumbuh inti-
inti kota yang baru yang sesuai
dengan kegunaan sebuah lahan,
misalnya adanya pabrik,
universitas, bandara, stasiun kereta api dan sebagainya. Nah, inti-inti
kota tersebut akan menciptakan suatu pola yang berbeda-beda karena
kita tentunya akan tahu bahwa sebuah tempat yang dibuka (misalnya
pabrik), maka disekitarnya akan tumbuh pemukiman kos-kosan,
perdagangan kecil dan sebagainya yang tentunya semua ini akan ikut
mempengarui struktur ruang kota. Biasanya faktor keuntungan dari segi
ekonomilah yang melatar belakangi munculnya inti-inti kota ini.
4. Teori Konsektoral (Tipe Eropa)
Teori tentang
struktur ruang kota
yang keempat adalah
teori konsektoral (tipe
Eropa) yakni teori
yang dikemukakan
oleh Peter Mann di
Inggris pada tahun
1965. Peter Mann
mencoba untuk menggabungkan teori konsentris dan sektoral, akan tetapi
disini teori konsentris lebih ditonjolkan.
5. Teori Historis
Teori historis yang
dikemukakan oleh Alonso.
Teorinya didasari atas nilai
sejarah yang berkaitan dengan
perubahan tempat tinggal
penduduk di kota tersebut.

VI. Proses Pembentukan Kota

Terbentuknya kota-kota di Indonesia dapat dikemukakaan berdasarkan hipotesis berikut ini:


1. Terbentuk karena suatu daerah/dataran luas memiliki potensi yang sama, terdapat
keluarga yang ditempatkan merata, memiliki jarak yang sama, dan memiliki kebutuhan
sosial dan ekonomi. Kebutuhan sosial meliputi: tolong menolong, bertukar pikiran,
berteman, keamanan, dan pekerjaan yang tidak dapat dikerjakan sendiri. Dan kebutuhan
ekonomi, meliputi; bakat dan keahlian yang beda sehingga memiliki spesialisasi dalam
menghasilkan sesuatu produk tertentu berbeda-beda dalam masing-masing keluarga, yang
akan menimbulkan perdagangan (menimbulkan kegiatan jual beli), terkonsentrasi pada
suatu lokasi yang menolong kegiatan produsen dan konsumen. Dalam wilayah yang luas
akan terbagi-bagi menjadi beberapa tempat yang terkonsentrasi yang memiliki wilayah
pengaruh (daerah belakannya).

2. Terbentuk karena manusia melakukan perjalanan dari tempat ke tempat yang lain
cenderung mengikuti alur lalu lintas yang lazim digunakan. Lambat laun alur itu
menyediakan kemudahan bagi pelaku lalu lintas seperti; penginapan, tempat istirahat dan
komsumsi, dan lain-lain. Karena tujuan perjalanan berbeda-beda maka alur jalan akan
menjadi cabang (persimpangan), persimpangan ini sering tumbuh menjadi tempat
konsentrasi pemukiman.Persimpangan yang memungkinkan untuk berkembang menjadi
pusat konsentrasi adalah yang lalu lintasnya cukup besar (terutama barang) dan tempat itu
digunakan sebagai transit. Pelaku lintas perlu untuk beristirahat, menginap, misalnya karena
mereka harus pidah dari satu jenis angkutan ke angkutan lainnya. Itulah sebab menggapa
kota-kota di Indonesia berada dekat pantai karena hubungan antara pulau memerlukan
adanya transit di tepi pantai.

3. Terbentuk karena dipusatkan sebagai tempat kerajaan yang lambat laun karena hilang
masa kerajaan menjadi tempat konsentrasi (kota)

4. Terbentuk karena hal khusus yang menarik orang untuk datang misalnya ditemukan
barang tambang, daerah menarik untuk pariwisata, dibukanya proyek besar.

VII. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan kota

Merujuk pada pendapat yang dikemukakan Sujarto (1989) tiga faktor utama
yang mempengaruhi perkembangan kota yakni sebagai berikut:

1. Faktor manusia, yakni faktor yang berkaitan dengan manusia seperti


perkembangan penduduk seperti kelahiran, kematian, dan perpindahan
penduduk (migrasi), perkembangan tenaga kerja baik jumlah, maupun kualitas,
dan perkembangan kemampuan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dimiliki manusia.

2. Faktor kegiatan manusia, yakni faktor yang berkaitan dengan kegiatan kerja,
kegiatan sosial, kegiatan ekonomi, serta kegiatan kerjasama yang dijalin baik
yang berlangsung regional maupun lebih luas lagi.
3. Faktor pola pergerakan, yakni faktor merupakan efek dari perkembangan yang
terjadi yang diakibatkan oleh faktor manusia dan faktor kegiatan manusia dan
disertai dengan perkembangan antara komponen-komponen kegiatan yang
membentuk pola positif menuju lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai