Anda di halaman 1dari 6

Geografi Desa Kota

Nuke Aulia Saputri / 210722611261

Tambahan Materi

A. Teori Pertumbuhan Kota

1. Teori Ekonomi : Teori ekonomi mengasumsikan bahwa perkembangan kota


didorong oleh keuntungan ekonomi. Menurut teori ini, urbanisasi terjadi
karena kebutuhan untuk mencari pekerjaan yang lebih baik dan peluang
ekonomi yang lebih baik di kota-kota besar. Pendapatan yang lebih tinggi di
kota-kota besar mendorong lebih banyak orang untuk bermigrasi ke kota.
2. Teori Sosiologis: Teori sosiologis mengasumsikan bahwa perkembangan kota
terjadi karena tekanan sosial dan perubahan budaya. Menurut teori ini,
urbanisasi terjadi karena manusia merasa terdorong untuk berinteraksi dengan
orang lain dan merasa terisolasi di pedesaan. Kota-kota besar menyediakan
lebih banyak kesempatan untuk bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang-
orang baru.
3. Teori Geografis: Teori geografis mengasumsikan bahwa perkembangan kota
terjadi karena faktor geografis dan lingkungan. Menurut teori ini, lokasi
geografis dan iklim mempengaruhi ketersediaan sumber daya, seperti air dan
tanah yang subur, yang pada gilirannya mempengaruhi jumlah penduduk dan
pertumbuhan ekonomi di suatu daerah.
4. Teori Ekologi: Teori ekologi mengasumsikan bahwa perkembangan kota
terjadi karena interaksi kompleks antara manusia dan lingkungannya. Menurut
teori ini, perkembangan kota dipengaruhi oleh faktor seperti ketersediaan
sumber daya alam, topografi, dan kebijakan lingkungan. Teori ini juga
menekankan bahwa perkembangan kota dapat memiliki dampak negatif pada
lingkungan dan kesehatan manusia jika tidak diatur dengan baik.
B. Pola-Pola Perkembangan Kota

Sesuai dengan perkembangan penduduk perkotaan yang senantiasa


mengalami peningkatan, maka tuntutan akan kebutuhan kehidupan dalam
aspek ekonomi, sosial, budaya, politik dan teknologi juga terus mengalami
peningkatan, yang semuanya itu mengakibatkan meningkatnya kebutuhan
akan ruang perkotaan yang lebih besar. Oleh karena ketersediaan ruang di
dalam kota tetap dan terbatas, maka meningkatnya kebutuhan ruang untuk
tempat tinggal dan kedudukan fungsi-fungsi selalu akan mengambil ruang di
daerah pinggiran kota (fringe area). Gejala penjalaran areal kota ini disebut
sebagai “invasion” dan proses perembetan kenampakan fisik kota ke arah luar
disebut sebagai “urban sprawl” (Northam dalam Yunus, 1994). Secara garis
besar menurut Northam dalam Yunus (1994) penjalaran fisik kota dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut :

1) Penjalaran fisik kota yang mempunyai sifat rata pada bagian luar, cenderung
lambat dan menunjukkan morfologi kota yang kompak disebut sebagai
perkembangan konsentris (concentric development). Pola Perkembangan Kota
- Model Penjalaran Fisik Kota Secara Konsentris (concentric development)
2) Penjalaran fisik kota yang mengikuti pola jaringan jalan dan menunjukkan
penjalaran yang tidak sama pada setiap bagian perkembangan kota disebut
dengan perkembangan fisik memanjang/linier (ribbon/linear/axial
development).
3) Pola Perkembangan Kota - Model Penjalaran Fisik Kota Secara Memanjang-
Linier yaitu penjalaran fisik kota yang tidak mengikuti pola tertentu disebut
sebagai perkembangan yang meloncat (leap frog/checher board development).
C. Ciri Ciri Pertumbuhan Kota

1. Ciri Fisik Kota


Ciri fisik pertumbuhan kota dapat dilihat dari fasilitas yang lazim
ditemui di wilayahnya. Fasilitas tersebut berupa sarana yang menunjang
kehidupan penduduknya. Beberapa contohnya, yakni:
a) Tempat parkir : Sebagai sarana penunjang mobilitas penduduk yang
memiliki alat transportasi pribadi.
b) Pusat keramaian : Sebagai lokasi atau ruang bagi berkumpulnya warga
di kota. Tempat ini menjadi pusat kegiatan sosial. Contohnya seperti
alun-alun, mall, dan tempat unik untuk berkunjung
c) Sarana olahraga atau lapangan yang luas : Tempat ini menjadi salah
satu pusat kegiatan masyarakat untuk beraktivitas fisik
d) Pasar induk : Sebagai penunjang bahan pangan atau kebutuhan rumah
tangga masyarakat perkotaan.

2. Ciri Sosial Kota


Ciri sosial pertumbuhan kota, memiliki perbedaan dari cara
mendefinisakannya. Jika ciri fisiknya menyangkut tentang fasilitas, ciri
sosial berkaitan dengan nilai dan pelapisan sosial yang dianut masyarakat di
perkotaan. Ciri sosial pada umumnya dilihat dari hal-hal sebagai berikut:
a) Jenis pekerjaan yang dijalani : Di kota, cukup banyak dan beragam
bidang pekerjaan, mulai dari pegawai kantor, aparatur sipil, dosen, dan
peneliti, hingga pedagang serta pekerja serabutan. Pekerjaan yang
memiliki kestabilan dan menentukan hajat hidup orang banyak biasanya
akan mendapatkan tingkat sosial lebih tinggi dibanding yang lainnya.
b) Tingkat pendapatan : Makin tinggi pendapatan seseorang, maka akan
tinggi pula strata sosial yang mereka miliki.
c) Kepemilikan barang-barang yang unik dan mahal : Hal ini juga menjadi
tolok ukur yang menentukan lapisan sosial di kota. Kepemilikan benda
yang dinilai unik dan tidak dimiliki orang banyak, karena faktor harga
dan nilai yang tidak bisa dijangkau banyak orang, akan menentukan
kasta sosial tertentu bagi pemiliknya.
d) Sistem kekerabatan : Sistem ini berlandaskan pada kepentingan atau
patembayan, yang berarti antar individu memiliki ikatan sosial yang
lemah, tidak saling mengenal orang di lingkungannya, nilai, norma, dan
sikap menjadi kurang berperan dalam berinteraksi.
e) Mobilitas tinggi : Masyarakat kota terkenal dengan kesibukan dan
frekuensi berpindah tempat yang tinggi. Salah satunya karena struktur
pola keruangan kota yang padat, membuat masyarakatnya aktif
bepergian dari rumah menuju tempat lokasi kerja.
f) Cara berpikir rasional : Orang yang hidup di kota akan jauh lebih
realistis dan berpandangan rasional, terlebih pada ekonomi. Maka dari
itu, tak bisa dipungkiri bahwa tingkat penghasilan dan gaya hidup yang
mewah menjadi sesuatu yang dikejar bagi penduduk kota.

Kritisi Materi
1. Kritik terhadap Teori Konsentris : teori konsentris mendefinisikan
pertumbuhan kota melalui pusat perkembangannya, akan tetapi pada
teori konsentris tidak melihat perbedaan geografi di wilayah yang
berbeda.
2. Kritik terhadap Teori Sektoral : Teori sektoral menjelaskan bahwa setiap
wilayah dapat berkembang dengan caranya sendiri akan tetapi, bukan
berarti antar wilayah tidak membutuhkan satu sama lain namun antar
wilayah saling berkaitan.
3. Kritik terhadap Teori Konsektoral Tipe Eropa dan Amerika Latin : teori
ini tidak mempertimbangkan perbedaan kondisi geografis, sosial, dan
ekonomi di setiap kota, karena antar wilayah selalu berbeda beda
4. Kritik terhadap Teori Historis : Pada teori ini definisi yang diambil
dilihat dari faktor sejarah dan juga kondisi di setiap perwilayahannya.
Catatan Materi

1. Teori Konsentris : Teori ini mensyaratkan kondisi topografi lokal yang


memudahkan rute transportasi dan komunikasi.
2. Teori Sektoral : Teori ini muncul berdasarkan penelitiannya pada tahun 1930-an.
Hoyt berkesimpulan bahwa proses pertumbuhan kota lebih berdasarkan sektorsektor
daripada sistem gelang atau melingkar sebagaimana yang dikemukakan dalam teori
Burgess.
3. Teori Inti ganda : Teori ini dikemukakan oleh Harris dan Ullman pada tahun 1945.
Kedua geograf ini berpendapat, meskipun pola konsentris dan sektoral terdapat dalam
wilayah kota, kenyataannya lebih kompleks dari apa yang dikemukakan dalam teori
Burgess dan Hoyt.
4. Teori konsektoral tipe Eropa dikemukakan oleh Peter Mann pada tahun 1965
dengan mengambil lokasi penelitian di Inggris.
5. Teori konsektoral tipe Amerika Latin dikemukakan oleh Ernest Griffin dan Larry
Ford pada tahun 1980 berdasarkan penelitian di Amerika Latin.
6. Teori poros dikemukakan oleh Babcock (1932), yang menekankan pada peranan
transportasi dalam memengaruhi struktur keruangan kota.
7. teori historis, Alonso mendasarkan analisisnya pada kenyataan historis yang
berkaitan dengan perubahan tempat tinggal penduduk di dalam kota.

Kesimpulan
Kota merupakan suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai
dengan kepadatan penduduk yang tinggi, strata sosial-ekonomi yang heterogen, dan
kehidupan materialistis. Pemerintah Indonesia mendefinisikan mengenai kota dalam
Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Kota dijelaskan sebagai
kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan, dan distribusi pelayanan
jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Dalam sistem
pertumbuhan, kota memiliki tiga pola utama dan dua aspek ciri fisik yang dilihat dari
fasilitas serta ciri sosial yang dilihat dari pelapisan sosial yang dianut masyarakat nya.
Daftar Rujukan
Branch, Melville, 1955. Perencanaan kota Komprehensif, pengantar dan penjelasan
(versi terjemahan).
Nicofergiyono.blogspot.com, 2014. Teori teori perkembangan kota. Diakses pada 25
Februari 2022. https://nicofergiyono.blogspot.com/2014/06/teori-teori-
perkembangan-kota.html
Sujarto, Djoko, 1989, Faktor Sejarah Perkembangan Kota Dalam Perencanaan
Perkembangan Kota. Bandung : Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITB.

Anda mungkin juga menyukai