Walaupun demikian, pada skala global, tingkat urbanisasi di negara- negara Asean masih tergolong rendah. Ini terbukti dari tingkat urbanisasi dunia pada
tahun 1950 dan 2000 masing- masing sebesar 29,1% dan 47,1% yang lebih tinggi daripada rata- rata tingkat urbanisasi Asean. Pada tahun 2030, tingkat
urbanisasi di Asean diperkirakan mencapai 60,7% atau hampir sama dengan tingkat urbanisasi dunia sebesar 60,8%.
Industrialisasi telah menjadi kekuatan utama (driving force) dibalik urbanisasi yang cepat kawasan Asia sejak dasawarsa 1980-an. Kecuali dalam
dalam kasus industri berbasis sumber daya mice-based industries, industri manufaktur cenderung berlokasi di dalam dan sekitar pertanian dan
industri berdampingan, bahkan terkadang berebut lahan di seputar pusat- pusat kota yang pada gilirannya semakin mengaburkan perbedaan baku
antara desa dan kota. Industri cenderung braglomerasi di daerah- daerah dimana potensi dan lampauan daerah tersebut memenuhi kebutuhan
mereka, dan mereka mendapat manfaat: lokasi perusahaan yang saling berekatan. Kota umumnya menawarkan berbagai kelebihan bentuk
produktivitas dan pendapatan lebih tinggi yang menarik investtasi baru, teknologi pekerja terdidik, dan terampil dalam jumlah yang jauh lebih tinggi
dibanding perdesaaan.
Lanjutan….
Pendekatan yang lebih luas dipelopori oleh Paul Krugman yang nyaris sendirian
memproklamasikan paradigma geografi ekonomi baru (Krugman:1998). Krugman
menempatkan aglomerasi perkotaan sebagai pusat perhatian. Walaupun banyak
menggunakan kerangka sistem perkotaan ala neo-klasik, Krugman telah membuka
misteri penghematan eksternal serta memasukkan dimensi spasial dari semangat
“proses kausalitas kumulatif” dalam mendeskripsikan perkembangan perkotaan dan
daerah. Ia menyoroti adanya empat hal yang secara empiris tidak berubah mengenai
konsentrasi.
Sementara itu, Markusen menyatakan bahwa aglomerasi merupakan suatu lokasi yang
PowerPoint
tidak mudah berubah akibat penghematan eksternal yang terbuka bagi semua perusahaan
Presentation
yang letaknya berdekatan dengan perusahaan lain dan penyedia jasa- jasa, serta bukan
akibat kalkulasi perusahaan atau para pekerja secara individual (Kuncoro:2004).
Selanjutnya dengan mengacu pada beberapa defenisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
aglomerasimerupakan konsentrasi dari aktivitas ekonomi dan penduduk secara spasial
yang muncul karena penghematan yang diperoleh akibat lokasi yang berdekatan.
4. Kebijakan Urbanisasi di Indonesia
Dalam program pembangunan perkotaan, terdapat berbagai perkembangan strategi
pembangunan perkotaan dari era orde baru hingga era reformasi sekarang ini.
Awalnya, pada era orde baru, ada beberapa kerangka mengenai program
pembangunan daerah perkotaan berikut ini:
1.Pemisahan aktivitas pembangunan daerah perkotaan dari kawasan andalan dan
aktivitas pembangunan daerah.
2.Sektor- sektor yang mencakup perogram pembangunan daerah dan program
pembangunan daerah perkotaan akan fleksibel.
3.Setiap program nasional akan ditetapkan sesuai dengan misi dari setiap organisasi
yang berpartisipasi.
4.UPD setiap provinsi dan program pendanaan pembangunan daerag akan memiliki
executing board daripada executing agency.
5.Setiap proram nasional mempunyai biaya operasional masing- masing dan
manager program dinominasikan.
5
Lanjutan..
Di era SBY, konsep yang dibangun pada penyusunan Kebijakan
strategi perkotaan Nasional (KSPN) adalah pembangunan berbasis
perkotaan. Konsep ini memandang urbanisasi sebagai fenomena
yang perlu dikelola agar dapat berkontribusi positif terhadap
pembangunan nasional (Alisjahbana:2010), serta memastikan hal-
hal berikut:
1.Optimalisasi potensi kota melalui peningkatan produktivitas dan
meningkatkan nilai tambah ekonomi.
2.Peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi antara kota dan desa
dengan melakukan intervensi atau affirmative action terhadap desa
agar desa tetap memiliki posisi tawar yang memadai.
3.Mendorong peningkatan keterampilan agar penduduk mampu
meningkatkan kinerja secara berkeadilan.