Anda di halaman 1dari 6

Urbanisasi dan Migrasi Desa-Kota

Michael P. Todaro and Stephen C. Smith, Economic Development, 11th Edition, Ch 7.


7.1 Dilema Migrasi dan Urbanisasi
Bab ini berfokus pada salah satu dilema proses pembangunan yang paling rumit dan
peka, yaitu gejala perpindahan penduduk dalam jumlah besar dari kawasan pedesaan ke kota kota yang semakin banyak bermunculan di Afrika, Asia, dan Australia, dan Amerika Latin yang
belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah. Jumlah penduduk dunia pada tahun 2050
diperkirakan akan mencapai lebih dari 9 miliar, dan pertumbuhan penduduk yang paling dramatis
akan lebih banyak terjadi di berbagai kota di negara negara berkembang.
Urbanisasi: Trend dan Proyeksi
Hubungan positif antara urbanisasi dan pendapatan per kapita merupakan fakta
khusus paling jelas dan menonjol dari proses pembangunan. Umumnya, semakin maju suatu
negara berdasarkan pendapatan per kapita, semakin besar jumlah penduduk yang mendiami
kawasan perkotaan. Meski urbanisasi terkait erat dengan pertumbuhan ekonomi, faktanya adalah
urbanisasi terjadi di semua negara. Tidak menjadi soal apakah negara tersebut berpendapatan
tinggi atau rendah dan apakah pertumbuhan itu positif atau negatif. Singkatnya, urbanisasi
sedang terjadi di semua negara di dunia dengan tingkat yang berbeda beda.
Mengapa masyarakat lebih banyak yang memilih untuk menetap di perkotaan? Hal inilah
yang disebut dengan bias perkotaan. Suatu gagasan bahwa hampir semua pemerintah negara
berkembang menerapkan kebijakan pembangunan yang lebih berpihak pada sektor perkotaan,
sehingga menimbulkan kesenjangan besar antara perekonomian perkotaan dan perekonomian
pedesaan.
Pertanyaan penting berkenaan dengan aglomerasi perkotaan yang tidak pernah terjadi
sebelumnya adalah: bagaimana semua kota ini akan mengelola konsentrasi penduduk sebesar itu
secara ekonomi, lingkungan, dan politik. Ukurannya begitu besar sehingga perekonomian kota
itu akan menyusut karena biaya mengelola kepadatan. Cepatnya pertumbuhan penduduk yang
menyebabkan penumpukan manusia akan jauh melebihi pertumbuhan infrastruktur manusia dan
fisik yang dibutuhkan untuk sekedar menjalani kehidupan ekonomi yang cukup efisien serta
hubungan sosial dan politik yang tertib, apalagi kenyamanan bagi penghuninya.
Meski pertumbuhan penduduk dan migrasi desa kota ( rural urban migration ) yang
terus meningkat merupakan penyebab utama ledakan kawasan perkampungan dan kumuh
perkotaan, pemerintah juga turut bertanggung jawab atas timbulnya keadaan itu. Dengan
meluasnya ketidakpuasan yang disebabkan oleh pengalaman akan pertumbuhan perkotaan yang
cepat di negara negara berkembang, isu penting yang perlu dibahas adalah sejauh mana
pemerintah negara berkembang dapat merumuskan kebijakan pembangunan yang benar benar
bisa memberikan dampak yang pasti bagi trend dan karakter pertumbuhan kawasan perkotaan.
7.2 Peranan Kota
Kawasan perkotaan telah memainkan peran sangat konstruktif dalam perekonomian
negara negara maju dewasa ini, dan kawasan ini masih menyisakan potensi besar dan belum
terjamah untuk menghasilkan hal serupa di negara berkembang. Apa sajakah yang menjelaskan
hubungan antara pertumbuhan perekonomian dengan urbanisasi? Secara umum, kota terbentuk
karena memberikan keunggulan atau keuntungan efisiensi biaya bagi para produsen dan
konsumen melalui apa yang disebut ekonomi aglomerasi.

Ekonomi aglomerasi merupakan keunggulan atau efisiensi biaya yang diperoleh produsen
ke konsumen dari lokasi dalam kota besar atau sedang, yang berwujud ekonomi urbanisasi dan
ekonomi lokalisasi. Ekonomi urbanisasi merupakan akibat dari aglomerasi yang berkaitan
dengan pertumbuhan umum wilayah geografi yang terkonsentrasi. Sedangkan ekonomi
lokalisasi adalah akibat aglomerasi yang diperoleh sektor sektor ekonomi, seperti pembiayaan
dan kendaraan bermotor, ketika sector itu tumbuh dan berkembang dalam suatu kawasan.
Distrik Industri
Definisi ekonomi tentang kota adalah suatu kawasan yang kepadatan penduduknya
relatif tinggi, dan memiliki sejumlah aktivitas yang sangat berkaitan. Perusahaan perusahaan
umumnya juga lebih suka berada di lokasi yang memungkinkan mereka belajar dari perusahaan
lain yang melakukan pekerjaan serupa. Imbas pengetahuan ini merupakan manfaat ekonomi
aglomerasi, bagian dari manfaat lokalisasi yang disebut sebagai :distrik industri. Di mana
tepatnya lokasi industri itu tidak menjadi masalah.
Kelompok kelompok industri merupakan hal yang biasa ditemukan di negara negara
berkembang. Dari yang berada pada tahap tahap pembangunan industri yang bervariasi dari
industry rumahan sampai dengan industri manufaktur berteknologi maju. Namun, kedinamisan
kelompok tersebut berbeda beda karena cenderung terspesialisasi pada suatu bidang. Dalam
beberapa kasus, spesialiasasi yang sifatnya tradisional itu telah berkembang menjadi kelompok
usaha yang lebih maju.
Kelompok usaha ini menyerupai distrik di negara maju, tetapi memerlukan pembiayaan yang
memadai untuk berinvestasi dalam perusahaan perusahaan inti yang menggunakan barang
modal dalam skala yang besar.
Dalam studi yang dilakukan terhadap enam kelompok usaha representative di Afrika,
Dorothy McCormick menyimpulkan bahwa, kelompok usaha dasar menyiapkan jalan;
kelompok industrialisasi memprakarsai proses spesialisasi, diferensiasi, dan pengembangan
teknologi; dan kelompok industri canggih menghasilkan produk kompetitif di pasar yang lebih
luas. Dalam beberapa kasus, bukti menunjukkan kegagalan koordinasi yang tidak ditanggulangi,
sehingga pemerintah dapat berperan aktif menetapkan kebijakan untuk mendorong peningkatan
kelompok usaha. Dalam kasus kasus lainnya, justru pemerintah yang menyebabkan
kemandekan gugus usaha karena menerapkan peraturan yang kaku dan tidak rasional, yang
akibatnya jauh lebih merusak ketimbang ketidakacuhan terhadap kelompok usaha di sektor
informal.
Skala Perkotaan yang efisien
Skala perkotaan yang efisien dapat tercapai bagi sejumlah kota industry yang terkait erat, seperti
industri yang memiliki keterkaitan yang kuat dari hulu ke hilir. Salah satu pengecualian yang
menonjol adalah kemungkinan terjadinya imbas dari kemajuan teknologi. Akan tetapi, terdapat
juga biaya penumpukan (congestion) yang penting seperti makin tingginya kawasan perkotaan,
makin tinggi pula biaya real estate.
Dalam mekanisme pasar yang kompetitif, jika para pekerja di sebuah kota besar dengan upah
yang lebih tinggi tetapi dengan biaya hidup yang juga tinggi tidak akan lebih beruntung secara
materiil dibandingkan para pekerja dengan pendidikan, pengalaman, kemampuan, dan kesehatan
setara yang tinggal di kota kecil dengan upah yang lebih rendah dan biaya hidup yang lebih
rendah pula.

7.3 Masalah yang ditimbulkan kota raksasa


Rute transportasi utama di negera-negara berkembang umumnya adalah warisan zaman
kolonial. Rute drainase yang dibuat pada zaman kolonial mengedepankan kemudahan
pengurasan SDA negeri jajahan. Biasanya, ibu kota berlokasi dekat dengan pintu keluar system
ini yaitu tepi laut. Sistem tranportasi ini diacu sebagai system hub-and-spoke.
Pendekatan bidang datar terdeferiensiasi mengedepankan dampak warisan sejarah yang
masih ada sampai sekarang. Pendekatan ini mampu menjelaskan cara kita menemukan kota-kota
yang terlalu besar di negera berkembang dan menyarankan kebijakan desentralisasi perkotaan
yang dapat diterapkan untuk membantu mencari solusi dari masalahnya.
Adakalanya sebuah kota inti (urban core) menjadi terlalu besar, sehingga tidak dapat lagi
mempertahankan biaya industri yang berlokasi di tempat itu pada tingkat minimum. Di Negaranegara berkembang, pemerintah cenderung kurang terlibat dalam penyebaran aktivitas ekonomi
dengan ukuran lebih dapat dikelola atau andaikan mereka memang terlibat, sering kali kurang
efektif. Sebagai contoh, pemerintah ingin menyebarkan industri tanpa mempertimbangkan sifatsifat aglomerasi; dengan memberikan insentif tetapi tidak ada upaya mengelompokkan sejumlah
industru yang berkaitan.
Bias Kota Utama
Bias kota utama (first-city bias) merupakan bentuk bias perkotaan yang sering
menyebabkan gangguan cukup besar. Kota terbesar suatu negara akan menerima bagian investasi
swasta dalam proporsi lebih besar dibandingkan dengan yang diberikan bagi kota terbesar kedua
dan kota-kota kecil lainnya. Efeknya, kota utama memiliki jumlah penduduk dan aktivitas
ekonomi yang besar.
Penyebab timbulnya kota raksasa
Secara keseluruhan, semakin besar kota merupakan akibat dari kombinasi system
transportasi hub-and-spoke dan lokasi modal politik di kota terbesar. Hal ini semakin diperkuat
oleh budaya politik perburuan rente dan kegagalan pasar modal yang membuat upaya
pembangunan pusat-pusat kota baru tidak dapat dilakukan oleh pasar. Paul Krugman
menekankan akibat dari industrialisasi substitusi impor dengan proteksi yang ketat, serta
penduduk dan aktivitas ekonomi yang memiliki insentif untuk berkonsentrasi di satu kota,
sebagian besar untuk mengurangi biaya transportasi. Faktor ekonomi politik yang menyebabkan
semakin besarnya ibu kota negara adalah perusahaan akan lebih diuntungkan untuk berada pada
lokasi dimana mereka memiliki akses yang mudah kepada pejabat pemerintah agar dapat
beroperasi.
7.4 Sektor Informal Perkotaan
Sektor informal adalah bagian dari perekonomian negara-negara berkembang yang
dicirikan dengan adanya usaha kecil kompetitif perorangan atau keluarga, perdagangan
kelontong dan layanan remeh-temeh, berorientasi padat karya, tanpa adanya hambatan masuk,
serta dengan harga faktor dan produk yang ditentukan pasar.
Keberadaan sektor informal yang tidak terorgaisasi, tidak diregulasi, dan semuanya legal
meskipun tidak terdaftar telah diakui pada tahun 1970-an berdasarkan pengamatan di beberapa

negara berkembang, yang menunjukkan bahwa bertambah bayaknya tenaga kerja perkotaan
ternyata tidak tampak dalam statistik pengangguran sektor modern formal.

1.

2.

3.
4.

Kebijakan bagi Sektor Informal Perkotaan


Dalam hubungannya dengan sektor-sektor lainnya, sektor informal terkait dengan sektor
pedesaan dalam arti bahwa sektor ini memungkinkan tenaga kerja yang berlebih untuk keluar
dari kemiskinan ekstrem dan kondisi setengah menganggur di desa, meski harus menjalani
kehidupan serta kondisi erja dan pendapatan yang sering kali tidak jauh lebih baik. Pendapatan
para perkerja sektor informal masih tetap lebih tinggi daripada pekerja di wilayah-wilayah
pedesaan paling miskin, terlepas dari berlanjutnya arus migrasi dari desa ke kota.
Peran penting yang dimainkan sektor informal dalam menyediakan kesempatan
memperoleh penghasilan bagi kaum miskin telah jelas. Akan tetapi, ada pertanyaan mengenai
apakah sektor informal hanyalah landasan ke sektor formal dan jika demikian merupakan tahap
transisional yang harus dibuat senyaman mungkin tanpa melanggengkan keberadaannya sampai
akhirnya diserap oleh sektor formal, atau apakah sektor ini akan tetap ada dan seharusnya justru
ditingkatkan sebagai sumber lapangan kerja dan penghasilan utama bagi tenaga kerja perkotaan.
Argumen yang dapat mendukung upaya meningkatkan sektor informal ialah:
Bukti yang tersebar menunjukkan bahwa sektor informal menghasilka surplus bahkan dalam
lingkungan kebijakan tidak bersahabat yang menghambat sektor ini untuk memperoleh manfaat
yang diberikan kepada sektor formal.
Intensitas modal rendah dan hanya merupakan bagian kecil dari modal yang diperlukan sektor
formal untuk mempekerjakan seorang pekerja di sektor informal, berarti akan ada tabungan yang
cukup besar bagi negara berkembang yang sering kali terganggu oleh kekurangan modal.
Pelatihan dan magang dengan biaya relatif jauh lebih kecil
Menghasilkan permintaan akan tenaga kerja semiterampil dan tidak terampil yang persediaannya
semakin meningkat.
Perempuan di Sektor Informal
Di beberapa wilayah dunia, perempuan mendominasi para migran dari desa ke kota dan
mungkin bahkan menjadi mayoritas penduduk kawasan perkotaan. Perubahan komposisi arus
migrasi ini menimbulkan implikasi ekonomi dan demografi yang penting terhadap kawasan
perkotaan di negara berkembang.
Karena anggota rumah tangga yang dikepalai perempuan ini umumnya melakukan
pekerjaan di sektor informal yang produktivitasnya rendah dan memikul beban ketergantungan
yang lebih tinggi, mereka cenderung lebih miskin dan kurang nutrisi, kecil kemungkinannya
memiliki pendidikan formal serta acapkali tidak terjangkau layanan pemerintah.
Sekalipun rekam jejak perempuan ternyata mengagumkan dalam konteks pelunasan
kredit, peluang mereka mendapatkan kredit tetap terbatas. Kebanyakan lembaga keuangan
menyalurkan kredit ke sektor formal sehingga perempuan umunya tidcak dapat memperoleh
pinjaman, sekalipun pinjaman itu sangat kecil. Untuk mengentaskan perempuan dan anak-anak
mereka dari kubangan kemiskinan yang mengenaskan itu, sangat diperlukan adanya upaya

megintegrasikan perempuan ke dalam arus utama perekonomian. Agar perempuan dapat


memperoleh manfaat program-program pembangunan, rnecana kebijakan yang akan diterapkan
harus mempertimbangkan keadaan khusus yang dihadapi perempuan.
7.5 Migrasi dan Pembangunan
Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya, migrasi desa-kota telah berlangsung
secara dramatis, dan pengembangan kota memainkan peran penting dalam pembangunan
ekonomi. Dampak migrasi terhadap proses pembangunan sebenarnya jauh lebih luas daripada
dampaknya atas semakin parahnya pengangguran terbuka dan terselubung di perkotaan.
Kita harus menyadari bahwa ketidakseimbangan antara besarnya jumlah orang-orang
yang bermigrasi dan terbatasnya lapangan pekerjaan merupakan gejala keterbelakangan dan juga
berkontribusi terhadap keterbelakangan itu. Salah satu tahap sederhana tetapi penting untuk
menekankan fenomena migrasi adalah dengan menyadari bahwa setiap kebijakan ekonomi dan
sosial yang memengaruhi proses migrasi secara langsung atau tidak langsung.
Jenis migrasi yang paling penting dari sudut pandang pembangunan jangka panjang
adalah migrasi desa-kota. Migrasi desa-kota merupakan migrasi yang terpenting dengan adanya
potensi manfaat pembangunan dari aktivitas ekonomi kota-kota besar karena ekonomi
aglomerasi dan sejumlah faktor lainnya.
Selain perbedaan upah, usia, dan pedidikanmigrasi juga sebagian disebabkan oleh
perkawinan; mmengikuti keluarga yang beremigrasi; jarak dan biaya relokasi; terjadinya
kelaparan, wabah penyakit, kekerasan, dan bencana lainnya; serta kedudukan atau status relatif
dalam komunitas asal, di mana mereka yang menyandang status sosial lebih rendah
kemungkinan besar akan bermigrasi.

Teori Ekonomi tentang Migrasi Desa-Kota


Teori yang menjelaskan hubungan yang tampak bersifat paradoks mengenai adanya
akselarasi migrasi desa-kota dalam konteks meningkatnya jumlah pengangguran di perkotaan
dikenal sebagai model migrasi Todaro dan bentuk ekuilibriumnya sebagai model harris Todaro.
Model migrasi Todaro adalah sebuah teori yang menjelaskan bahwamigrasi desakotaadalah proses yang secara ekonomi rasional, terlepas dari tingginya pengangguran di
perkotaan. Para Migran berkalkulasi (Dalam nilai sekarang) pendapatan yang diharapkan dari
bekerja di kota (Atau ekuivalennya) dan bermigrasi jika pendapatan yang diharapkan dengan
bekerja di kota ,melebihi pendapatan rata-rata di pedesaan.
Model Harris Todaro adalah sebuah versi ekuilibrium berdasarkan model migrasi todaro,
yang memprediksi bahwa pendapatan yang diharapkan adalah hasil perbandingan antara sektor
pedesaan dan sektor perkotaan ketika ikut memperhitungkan aktivitas sektor informal dan
pengangguran terbuka.
Migrasi desa-kota bukanlah suatu proses yang memperhitungkan perbandingan antara
tingkat upah di kota dan di desa seperti yang diungkapkan model kompetitif, melainkan
memperhitungkan perbandingan antara pendapatan yang diharapkan di pedesaan dan perkotaan.

1.
2.
3.
4.

Pendapatan yang diharapkan di perkotaan memang begitu tinggi karena itu migrasi akan terus
berlangsung meski tingkat pengangguran di kota tinggi.
Model migrasi Todaro memiliki 4 karateristik dasar yaitu
Migrasi didorong pertimbangan ekonomi yang rasional tetapi juga mempertimbangkan aspek
psikologis.
Keputusan bermigrasi bergantung kepada selisih/perbedaan antara upah pedesaan dan upah
perkotaan.
Lapangan pekerjaan di kota berbandng terbalik dengan tingkat pengangguan di perdesaan
Tingkat pengangguran yang tinggi diperkotaan merupakan akibat dari tidak seimbangnya
kawasan ekonomi di desa dan di perkotaan benar.
5 Implikasi Kebijakan

1. Ketidakseimbangan kesempatan kerja desa kota disebabkan oleh strategi pembangunan yang
memiliki bias perkotaan.
2. Pengadaan lapangan pekerjaan di pekotaan bukanlah solusi yang memadai
3. Perluasan pendidikan yang dilakukan secara serampangan hanya menambah pengangguran
4. Subsisi upah dan penetapan harga tradisionil atas faktor yag langka bisa jadi kontra produktif.
5. Program-program pembangunan pedesaan terpadu harus didorong

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Strategi Komprehensif mengenai migrasi dan lapangan kerja


Menciptakan keseimbangan antara ekonomi pedesaan dan ekonomi perkotaan
Memperluas industri skala kecil padat karya
Menghilangkan distorsi harga faktor
Memilih teknologi produksi padat karya yang sesuai
Memodifikasi keterkaitan antara pendidikan dan lapangan kerja
Menurunkan tingkat pertumbuhan penduduk
Mendesentralisasikan wewenang ke kota-kota dan wilayah sekitarnya

Anda mungkin juga menyukai