Ekonomi aglomerasi merupakan keunggulan atau efisiensi biaya yang diperoleh produsen
ke konsumen dari lokasi dalam kota besar atau sedang, yang berwujud ekonomi urbanisasi dan
ekonomi lokalisasi. Ekonomi urbanisasi merupakan akibat dari aglomerasi yang berkaitan
dengan pertumbuhan umum wilayah geografi yang terkonsentrasi. Sedangkan ekonomi
lokalisasi adalah akibat aglomerasi yang diperoleh sektor sektor ekonomi, seperti pembiayaan
dan kendaraan bermotor, ketika sector itu tumbuh dan berkembang dalam suatu kawasan.
Distrik Industri
Definisi ekonomi tentang kota adalah suatu kawasan yang kepadatan penduduknya
relatif tinggi, dan memiliki sejumlah aktivitas yang sangat berkaitan. Perusahaan perusahaan
umumnya juga lebih suka berada di lokasi yang memungkinkan mereka belajar dari perusahaan
lain yang melakukan pekerjaan serupa. Imbas pengetahuan ini merupakan manfaat ekonomi
aglomerasi, bagian dari manfaat lokalisasi yang disebut sebagai :distrik industri. Di mana
tepatnya lokasi industri itu tidak menjadi masalah.
Kelompok kelompok industri merupakan hal yang biasa ditemukan di negara negara
berkembang. Dari yang berada pada tahap tahap pembangunan industri yang bervariasi dari
industry rumahan sampai dengan industri manufaktur berteknologi maju. Namun, kedinamisan
kelompok tersebut berbeda beda karena cenderung terspesialisasi pada suatu bidang. Dalam
beberapa kasus, spesialiasasi yang sifatnya tradisional itu telah berkembang menjadi kelompok
usaha yang lebih maju.
Kelompok usaha ini menyerupai distrik di negara maju, tetapi memerlukan pembiayaan yang
memadai untuk berinvestasi dalam perusahaan perusahaan inti yang menggunakan barang
modal dalam skala yang besar.
Dalam studi yang dilakukan terhadap enam kelompok usaha representative di Afrika,
Dorothy McCormick menyimpulkan bahwa, kelompok usaha dasar menyiapkan jalan;
kelompok industrialisasi memprakarsai proses spesialisasi, diferensiasi, dan pengembangan
teknologi; dan kelompok industri canggih menghasilkan produk kompetitif di pasar yang lebih
luas. Dalam beberapa kasus, bukti menunjukkan kegagalan koordinasi yang tidak ditanggulangi,
sehingga pemerintah dapat berperan aktif menetapkan kebijakan untuk mendorong peningkatan
kelompok usaha. Dalam kasus kasus lainnya, justru pemerintah yang menyebabkan
kemandekan gugus usaha karena menerapkan peraturan yang kaku dan tidak rasional, yang
akibatnya jauh lebih merusak ketimbang ketidakacuhan terhadap kelompok usaha di sektor
informal.
Skala Perkotaan yang efisien
Skala perkotaan yang efisien dapat tercapai bagi sejumlah kota industry yang terkait erat, seperti
industri yang memiliki keterkaitan yang kuat dari hulu ke hilir. Salah satu pengecualian yang
menonjol adalah kemungkinan terjadinya imbas dari kemajuan teknologi. Akan tetapi, terdapat
juga biaya penumpukan (congestion) yang penting seperti makin tingginya kawasan perkotaan,
makin tinggi pula biaya real estate.
Dalam mekanisme pasar yang kompetitif, jika para pekerja di sebuah kota besar dengan upah
yang lebih tinggi tetapi dengan biaya hidup yang juga tinggi tidak akan lebih beruntung secara
materiil dibandingkan para pekerja dengan pendidikan, pengalaman, kemampuan, dan kesehatan
setara yang tinggal di kota kecil dengan upah yang lebih rendah dan biaya hidup yang lebih
rendah pula.
negara berkembang, yang menunjukkan bahwa bertambah bayaknya tenaga kerja perkotaan
ternyata tidak tampak dalam statistik pengangguran sektor modern formal.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
Pendapatan yang diharapkan di perkotaan memang begitu tinggi karena itu migrasi akan terus
berlangsung meski tingkat pengangguran di kota tinggi.
Model migrasi Todaro memiliki 4 karateristik dasar yaitu
Migrasi didorong pertimbangan ekonomi yang rasional tetapi juga mempertimbangkan aspek
psikologis.
Keputusan bermigrasi bergantung kepada selisih/perbedaan antara upah pedesaan dan upah
perkotaan.
Lapangan pekerjaan di kota berbandng terbalik dengan tingkat pengangguan di perdesaan
Tingkat pengangguran yang tinggi diperkotaan merupakan akibat dari tidak seimbangnya
kawasan ekonomi di desa dan di perkotaan benar.
5 Implikasi Kebijakan
1. Ketidakseimbangan kesempatan kerja desa kota disebabkan oleh strategi pembangunan yang
memiliki bias perkotaan.
2. Pengadaan lapangan pekerjaan di pekotaan bukanlah solusi yang memadai
3. Perluasan pendidikan yang dilakukan secara serampangan hanya menambah pengangguran
4. Subsisi upah dan penetapan harga tradisionil atas faktor yag langka bisa jadi kontra produktif.
5. Program-program pembangunan pedesaan terpadu harus didorong
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.