Anda di halaman 1dari 3

Muhammad daffa ghalyputra

20180203004

1. Teori aglomerasi
a. Teori neo-klasik
Sumbangan terbesar teori neo klasik adalah pengenalan terhadap ekonomi aglomerasi
dengan argumentasi bahwa aglomerasi muncul dari prilaku para pelaku ekonomi dalam mencari
keuntungan aglomerasi berupa ekonomi lokalisasi dan ekonomi urbanisasi. (Kuncoro, 2002).
Asumsi yang digunakan oleh teori neo-klasik adalah constant return to scale dan persaingan
sempurna.

Dalam sistem perkotaan teori neo klasik, mengasumsikan adanya persaingan sempurna
sehingga kekuatan sentripetal aglomerasi disebut sebagai ekonomi eksternal murni. (Krugman,
1998). Kekuatan sentripetal muncul dari kebutuhan untuk pulang-pergi (commute) ke pusat
bisnis utama dalam masing-masing kota yang menyebabkan suatu gradien sewa tanah dalam
masing-masing kota. Menurut Krugman (1998), keterbatasan teori neo klasik di antaranya
adalah melihat bahwa ekonomi eksternal yang mendorong adanya aglomerasi masih dianggap
sebagi misteri (blackbox). Di samping itu sistem perkotaan neo klasik adalah non spasial yang
hanya menggambarkan jumlah dan tipe kota tetapi tidak menunjukkan lokasinya.

b. Teori eksternalitas dinamis

Teori-teori eksternalitas dinamis percaya bahwa kedekatan geografis memudahkan


transmisi ide, maka transfer teknologi merupakan hal penting bagi kota (Glaeser, et.al. 1992).
Teori eksternalitas dinamis didasarkan pada teori yang dikemukakan oleh Marshall-Arrow-
Romer (MAR), Porter dan Jacob. Teori-teori ini mencoba menjelaskan secara simultan
bagaimana membentuk kota dan mengapa kota tumbuh.

Eksternalitas MAR menekankan pada transfer pengetahuan antarperusahaan dalam


suatu industri. Menurut MAR monopoli lokal merupakan hal yang lebih baik dibandingkan
dengan kompetisi lokal sebab lokal monopoli menghambat aliran ide dari industri lain dan
eksternalitas diinternalisasi oleh inovator.

Seperti halnya MAR, Porter mengatakan bahwa dengan transfer pengetahuan tertentu,
konsentrasi industri secara geografis akan mendorong pertumbuhan. Berbeda dengan MAR,
Porter menyatakan bahwa kompetisi lokal lebih penting untuk mempercepat adopsi inovasi.

Tidak seperti MAR dan Porter, Jacob percaya bahwa transfer pengetahuan paling
penting adalah berasal datang dari industriindustri inti. Variasi dan keberagaman industri yang
berdekatan secara geografis akan mendukung inovasi dan pertumbuhan dibandingkan dengan
spesialisasi secara geografis
c. Teori ekonomi geografi baru (the new economy geography)
Teori ekonomi geografi baru berupaya untuk menurunkan efek-efek aglomerasi dari
interaksi antara besarnya pasar, biaya transportasi dan increasing return dari perusahaan.
Dalam hal ini ekonomi aglomerasi tidak diasumsikan tetapi diturunkan dari interaksi ekonomi
skala pada tingkat perusahaan, biaya transportasi dan mobilitas faktor produksi.
Teori ekonomi geografi baru menekankan pada adanya mekanisme kausalitas sirkular
untuk menjelaskan konsentrasi spasial dari kegiatan ekonomi (Krugman dan Venables dalam
Martin & Ottavianno, 2001). Dalam model tersebut kekuatan sentripetal berasal dari adanya
variasi konsumsi atau beragamnya intermediate good pada sisi produksi. Kekuatan sentrifugal
berasal dari tekanan yang dimiliki oleh konsentrasi geografis dari pasar input lokal yang
menawarkan harga lebih tinggi dan menyebarnya permintaan. Jika biaya transportasi cukup
rendah maka akan terjadi aglomerasi.

2. Konsep ekonomi aglomerasi (agglomerations economies)

Dalam konteks ekonomi geografi, konsep aglomerasi berkaitan dengan konsentrasi spasial
dari penduduk dan kegiatan-kegiatan ekonomi (Malmberg dan Maskell, 2001). Hal ini sejalan
dengan apa yang dikemukakan oleh Montgomery dalam Kuncoro (2002) bahwa aglomerasi
adalah konsentrasi spasial dari aktivitas ekonomi di kawasan perkotaan karena penghematan
akibat lokasi yang berdekatan (economies of proximity) yang diasosiasikan dengan kluster
spasial dari perusahaan, para pekerja dan konsumen.

Keuntungan-keuntungan dari konsentrasi spasial sebagai akibat dari ekonomi skala (scale
economies) disebut dengan ekonomi aglomerasi (agglomeration economies). (Mills dan
Hamilton, 1989). Pengertian ekonomi aglomerasi juga berkaitan dengan eksternalitas kedekatan
geografis dari kegiatan-kegiatan ekonomi, bahwa ekonomi aglomerasi merupakan suatu bentuk
dari eksternalitas positif dalam produksi yang merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
terjadinya pertumbuhan kota. (Bradley and Gans, 1996). Ekonomi aglomerasi diartikan sebagai
penurunan biaya produksi karena kegiatan-kegiatan ekonomi berlokasi pada tempat yang sama.
Gagasan ini merupakan sumbangan pemikiran Alfred Marshall yang menggunakan istilah
localized industry sebagai pengganti dari istilah ekonomi aglomerasi.

Daftar pustaka : Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 8, Nomor 2, Oktober 2007: 117-129

Anda mungkin juga menyukai