Anda di halaman 1dari 15

MODUL FOTOGRAMETRI

(ESA 316)

MODUL 5
INTEPRETASI, KLASIFIKASI DAN GEOMETRI FOTO UDARA

DISUSUN OLEH
Prama Ardha Aryaguna.S.Si.,M.Sc.

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


2020

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 0 / 15
INTEPRETASI, KLASIFIKASI DAN GEOMETRI FOTO UDARA

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan

Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu :


1. Memahami Pengertian Interpretasi Citra dan Ragam Foto Udara
2. Memahami Informasi Tepi dan Titik Pusat Foto Udara
3. Memahami Klasifikasi Foto Udara
4. Memahami Distorsi dan Displacement pada Foto Udara

B. Uraian dan Contoh

1. Visi dan Misi

Universitas Esa Unggul mempunyai visi menjadi perguruan tinggi kelas dunia
berbasis intelektualitas, kreatifitas dan kewirausahaan, yang unggul dalam mutu
pengelolaan dan hasil pelaksanaan Tridarma Perguruan Tinggi.
Untuk mewujudkan visi tersebut, maka Universitas Esa Unggul menetapkan
misi-misi sebagai berikut :
a. Menyelenggarakan pendidikan tinggi yang bermutu dan relevan
b. Menciptakan suasana akademik yang kondusif
c. Memberikan pelayanan prima kepada seluruh pemangku kepentingan

2. Topik Perkuliahan
A. Pengertian Interpretasi Citra dan Ragam Foto-udara

Foto udara merupakan rekaman fotogrametris obyek di atas permukaan bumi


yang pengambilannya dilakukan dari udara. Obyek yang terekam dalam foto udara
meliputi semua kenampakan tanpa bisa untuk diseleksi terlebih dahulu. Dalam
kondisi tertentu gambaran ini sangat menguntungkan karena melalui media foto
udara bisa didapatkan gambaran semua obyek dengan kondisi dan tipe yang sesuai
dengan bentuk aslinya. Akan tetapi dalam beberapa hal karena semua unsur
terekam menjadikan informasi menjadi sulit diterjemahkan.
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 1 / 15
Interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara dan atau citra
dengan maksud untuk mengidentifikasi obyek dan melihat arti pentingnya obyek
tersebut (Estes dan Simonett, 1975 dalam Sutanto 1986). Didalam melakukan
interpretasi terdapat kegiatan atau proses penalaran untuk mendeteksi,
mengidentifikasi dan menilai arti pentingnya obyek yang tergambar pada citra.
Deteksi adalah pengamatan atas adanya suatu obyek, identifikasi adalah uapaya
mencirikan obyek yang telah dideteksi untuk mendapatkan informasi
menggunakan unsur/elemen interpretasi.

Untuk itu diperlukan cara melakukan interpretasi pada citra/foto udara


menggunakan unsur-unsur/elemen interpretasi yaitu ;
1. Rona (tone)/Warna, yaitu tingkat keabuan pada foto hitam putih atau intensitas
warna pada foto berwarna.
2. Bentuk (shape), merupakan konfigurasi wujud obyek seperti kotak, melingkar,
memanjang dst.
3. Ukuran (size), seperti panjang, pendek, besar, kecil, luas, sempit dst.
4. Pola (pattern), konfigurasi obyek misal mengelompok, menyebar.
5. Tekstur, yaitu tingkat kehalusan atau kekasaran gambaran obyek.
6. Bayangan (shadow), mencerminkan adanya obyek yang lebih tinggi.
7. Situs atau asosiasi, yaitu identifikasi obyek berdasarkan hubungan/keterkaitan
obyek tersebut dengan obyek lainnya. Misal obyek lapangan bola dicerminkan
oleh adanya lapangan dan gawang, dst

Selain interpretasi secara visual menggunakan unsur-unsur interprtasi sebagaimana


tersebut diatas, interpretasi juga dapat dilakukan secara digital berdasarkan nilai
pantulan spektral obyek yang terekam pada citra digital.

Data dalam bidang fotogrametri dapat dibedakan atas data yang bersifat
metrik (kuantitatif) dan non metrik (kualitatif).
1. Data metrik adalah data yang bersifat kuantitatif dan ditunjukkan dengan
nilai angka. Sebagai contoh data-data ukuran yang diambil dari pengukuran
di atas bidang foto seperti ukuran jarak, sudut, ketinggian, bentuk dan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 2 / 15
ukuran suatu obyek. Data-data ini dapat dijadikan bentuk peta dengan skala
tertentu melalui proses reduksi dan tranformasi.
2. Data non metric adalah data yang bersifat kualitatif dan menunjukkan
mutu atau perbandingan dari unsure-unsur obyek yang ada diatas bidang
foto. Untuk tujuan tertentu data ini sangat menunjang dalam pembuatan
peta dalam tema - tema tertentu.
Secara garis besar obyek yang terekam dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Bentang alami yang meliputi bukit, lembah, sungai, rawa-rawa,
danau, gunung, laut dsb.
b. Bentang buatan manusia seperti bangunan/gedung, perumahan,
waduk, jalan raya, rel kereta api dsb.

B. Informasi Tepi dan Titik Pusat Foto Udara


Apabila sebuah foto udara dicermati selain didapatkan informasi grafis
sebagaimana dikemukakan diatas juga akan didapatkan informasi tepi yang
menguraikan seluk beluk tentang foto udara yang bersangkutan. Informasi tepi
dari sebuah foto udara dapat dijelaskan seperti gambar di bawah:

Gambar 1. Layout Lembar Foto Udara

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 3 / 15
Keterangan :
a. tanda fidusial
b. nivo kotak
c. waktu
d. altimeter
e. jenis lensa atau kamera
f. nomor foto
g. konstanta kamera
h. catatan lain-lain (nama perusahaan dan tanggal pemotretan).

Tanda fidusial tiap foto udara terletak pada masing-masing sudut foto
udara atau pada bagian tengah tepi foto udara, sehingga jumlahnya ada empat atau
delapan tanda fidusial. Tanda fidusial yang terletak pada sudut foto pada
umumnya berupa garis silang tipis yang mengarah ke sudut lain dihadapannya,
sedangkan apabila tanda fidusial terletak pada bagian tengah foto pada umumnya
berupa lekukan atau tonjolan segitiga kecil yang alasnya searah garis tepi foto.

Kegunaan tanda fidusial adalah untuk menentukan titik pusat foto atau
titik prinsipal (principle point) atau Titik Utama (TU) foto udara, yaitu titik
potong dua buah garis yang ditarik dari dua tanda fidusial yang berhadapan.

Dalam fotogrametri dengan melihat bahwa perekaman foto udara sebenarnya


tidaklah ideal benar-benar vertikal namun agak condong (oblique), maka titik pusat
pada foto udara dilihat dari posisi kamera dan arah (jalur) terbang dikenal ada tiga
pusat foto udara, yaitu : a. Titik Utama (prinsipal poin), b. Titik Nadir, c. Isocenter.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 4 / 15
Gambar 2. Tanda fidusial, titik dasar (principle point) dan sumbu koordinat foto
udara tunggal

Pada foto udara yang benar-benar vertikal, ketiga titik pusat yaitu titik
prinsipal, titik nadir dan titik isocenter berimpit menjadi satu titik. Sehingga
pada foto udara dapat dikatakan memiliki satu titik pusat foto dan atau
memiliki tiga titik pusat foto semuanya benar.

Gambar 3. Lokasi relatif Titik Prinsipal, Titik Nadir dan Isocenter


Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 5 / 15
Titik prinsipal yaitu titik tembus sumbu kamera pada foto udara dengan arah
sumbu sumbu kamera tegak lurus terhadap daerah yang dipotret yang
dianggap sebagai bidang datar. Titik prinsipal inilah yang merupakan titik
potong antara dua garis yang ditarik dari pasangan tanda fidusial yang
berhadapan. Titik prinsipal ini merupakan pusat geometri foto udara.

Titik Nadir adalah titik yang terletak tegak lurus (garis berat)
dibawah pusat kamera pada saat pemotretan..Untuk menentukan letak Titik
Nadir pada foto udara diperlukan “Stereoscopic Plotting Instrument” yang rumit
dan titik kontrol lapangan yang mahal. Dalam keadaan tertentu maka titik nadir
dapat ditentukan dengan mudah, yaitu berupa titik potong antara
perpanjangan garis-garis yang ditarik dari puncak bangunan yang tinggi
seperti tercermin pada gambar berikut.

Gambar 4. Penentuan letak titik nadir berdasarkan perpanjangan


garis yang ditarik dari bangunan vertikal yang tinggi.
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 6 / 15
Isocenter ialah titik pada foto udara yang terletak ditengah garis antara titik
prinsipal dan titik nadir.

C. Klasifikasi Foto Udara


Perbincangan mengenai pengelompokan atau klasifikasi jenis foto udara
sangat beragam tergantung dari sudut pandang apa foto udara tersebut
dikelompokan.
a. Pengelompokan foto udara berdasarkan spektrum elektromagnetik yang
digunakan. Contoh : Foto Ultra Violet, Foto Visible (Pankromatik), Foto
Inframerah.
b. Pengelompokan foto berdasarkan skala fotonya. Contoh Foto skala besar,
skala menengah dan skala kecil
c. Pengelompokan foto berdasarkan jenis kamera yang digunakan, yaitu foto
yang direkam dengan kamera tunggal (satu saluran panjang gelombang),
atau dengan kamera jamak (satu kamera dengan lebih dari satu lensa
untuk perekaman pada berbagai saluran sekaligus).
d. Pengelompokan foto udara berdasarkan sumbu kameranya. Contoh
Foto vertikal (vertical photograph) dan foto condong (oblique photograph)

Sehubungan dengan geometrinya, maka yang erat kaitannya dengan


fotogrametri adalah klasifikasi foto berdasarkan sumbu kameranya.
Berdasarkan posisi sumbu kamera terhadap permukaan bumi, foto udara
dibedakan atas 2 (dua) macam yaitu foto udara vertical dan foto udara miring
(oblique).

Foto udara vertical meliputi foto udara tegak sempurna (sumbu kamera tegak
lurus dengan permukaan bumi) dan foto senget (tilt photograph sedangkan
foto udara miring meliputi foto udara miring (normal oblique) dan foto udara
miring sekali (high oblique). Penting untuk diperhatikan bahwa pada foto

senget dengan kemiringan sumbu kamera < 3o melalui proses tertentu

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 7 / 15
masih dapat dikoreksi sehingga mendekati foto udara tegak sempurna. Untuk
foto udara miring dan miring sekali skala foto menjadi tidak seragam
bahkan untuk foto udara miring sekali akan tampak adanya horizon.

sumbu kamera

Gambar 5 . Posisi sumbu kamera vertikal dan gambaran bujursangkar pada bidang foto udara
tetap berbentukbujur sangkar

sumbu kamera

Gambar 6 . Posisi sumbu kamera miring dan gambaran bujursangkar pada bidang foto udara
terlihat seperti trapesium

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 8 / 15
sumbu kamera

Gambar 7 . Posisi sumbu kamera sangat miring dan gambaran bujur sangkar
pada bidang foto udara yang tampakadanya horizon

A B C
Gambar 8. Bentuk Liputan Foto Udara

Keterangan :
A : Foto udara tegak
B : Foto udara agak condong
C : Foto udara sangat condong

Dari gambar di atas tampak lebih jelas dalam memahami perbedaan foto udara tegak, agak
condong dan sangat condong

Pada foto udara tegak, apabila daerah yang terpahat terdiri dari blok-blok berbentuk
bujur sangkar, maka blok bujur sangkar tetap tergambar sebagai bujur sangkar, tetapi pada
foto agak condong blok bujur sangkar tergambar sebagai trapezium dan pada foto sangat
condong bentuk blok menjadi trapezium dan tampak cakrawalanya.
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 9 / 15
Paine (1981:23-24 dalam Sutanto 1989) mengutarakan bahwa foto udara vertikal
mempunyai empat kelebihan bila dibanding terhadap foto udara condong, yaitu :

a. Skala pada tiap bagian foto lebih seragam


b. Penentuan arah pada foto udara vertikal lebih mudah. Perkiraan arah dapat
ditentukan seperti penentuan arah pada peta.
c. Dalam batas tertentu, foto udara vertikal dapat dipakai sebagai substitusi peta.
d. Foto udara vertikal lebih mudah diinterpretasi, karena disamping skalanya lebih
seragam, juga tidak banyak obyek yang terlindung oleh obyek lainnya.

Meskipun demikian menurut Sutanto, 1989. foto condong juga mempunyai


kelebihan bila dibanding foto vertikal, yaitu :
a. Luas liputannya beberapa kali lipat bila dibanding dengan liputan foto vertikal.
b. Untuk daerah yang sering tertutup oleh awan, masih ada kemungkinan menembus
celah-celah awan bila dilakukan pemotretan condong.
c. Gambaran yang disajikan lebih mirip dengan apa yang dilihat sehari- hari dari tempat
yang relatif tinggi.
d. Obyek tertentu seperti goa yang tidak tampak pada foto udara vertikal, ada
kemungkinan dapat dikenali pada foto condong.

Berdasarkan masing-masing kelebihan tersebut maka mudah dimengerti bahwa foto


udara vertikal lebih menguntungkan karena ukuran geometrinya lebih teliti dan cara
pengukurannya lebih mudah. Foto vertikal pada umumnya juga tidak benar-benar
vertikal, melainkan sedikit condong. Bila condongnya tidak melebihi 3º, maka foto
tersebut dianggap foto vertikal ( Paine, 1981).

D. Distorsi dan Displacement pada Foto Udara


Berbeda dengan peta yang memiliki proyeksi ortogonal, maka foto udara dibuat
dengan proyeksi sentral sehingga dapat menimbulkan kesalahan yang berupa distorsi
dan ”displacement”. Distorsi adalah pergeseran letak suatu obyek pada foto udara yang
menyebabkan perubahan karakteristik perspektif obyek, sedangkan displacement adalah
pergeseran letak suatu obyek pada foto udara yang tidak menyebabkan perubahan
karakteristik perspektif obyek.
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 10 / 15
Dua kesalahan ini disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut :

DISTORSI DISPLACEMENT
1. Pengkerutan film dan kertas foto 1. Lengkung permukaan bumi
2. Refraksi atmosferik berkas sinar 2. :Tilt”
3. Gerakan obyek pada saat 3. Topografi atau relief, termasuk
pemotretan tinggi obyek
4. Distorsi lensa

Kesalahan yang sering dibahas untuk kegiatan fotogrametri adalah kesalahan akibat
distorsi lensa, Tilt, dan pergeseran letak oleh topografi atau relief, sedangkan kesalahan
lainnya sering diabaikan kecuali untuk pemetaan dan pengukuran pada foto udara dengan
ketelitian tinggi.

Pergeseran letak akibat distorsi lensa bersifat radial terhadap titik prinsipal,
yang menyebabkan obyek tampak lebih dekat atau lebih jauh terhadap titik prinsipal.
Distorsi ini semakin besar bagi obyek yang terletak semakin jauh dari titik prinsipal.
Berdasarkan kalibrasi lensa dapat dibuat kurva yang menunjukan perbedaan distorsi ini
berdasarkan jarak radialnya terhadap titik prinsipal. Berdasarkan koreksi ini dapat dibuat
koreksi terhadap distorsi oleh lensa bila diketahui letak obyek terhadap titik prinsipalnya.
Dengan kamera yang berkualitas tinggi maka foto udara dapat dikatakan bebas dari distorsi
lensa.
Pergeseran letak oleh ”Tilt” (Tilt displacement) disebabkan karena pesawat udara
atau wahana lainnya tidak dalam kedudukan horisontal pada saat

Gambar 10. Kemiringan pesawat pada sumbu x dan y yang mempengaruhi kedudukan
kamera
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 11 / 15
Gambar 11. Putaran pada sumbu x, y, dan z yang menyebabkan Anggukan, Gulingan dan
Gelengan (Curran, 1985)

Ketiga macam ” Tilt ” tersebut adalah sebagai berikut :


1. Q (Phi)-tilt atau tilt longitudinal atau Tip yang disebabkan oleh putaran sepanjang
sumbu y. Moncong pesawat terbang menukik atau menengadah
2. W (Omega)-tilt atau tilt lateral yang disebabkan oleh putaran sepanjang
sumbu x. Sayap pesawat terbang miring.
3. K (Kappa)-tilt atau Swing yang disebabkan oleh putaran sepanjang sumbu z.
Kesalahan oleh ”Tilt” bersifat radial terhadap ”Isocenter”, dimana letak obyek diatas
isocenter tergeser kedalam, sedangkan obyek dibawah isocenter tergeser keluar.

C. Latihan
1. Sebutkan beberapa informasi yang terdapat dalam informasi tepi foto
udara dan apakegunaannya !
2. Sebutkan beberapa informasi grafis dari sebuah foto udara!
3. Jelaskan cara pengorbitannya satelit penginderaan jauh kelompok
Geostasionary

D. Kunci Jawaban
1. Informasi tepi sebuah foto udara diantaranya adalah :
a. tanda fidusial digunakan dalam proses hitungan koordinat foto dan untuk
menetukan titik utama foto udara.
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 12 / 15
b. nivo kotak, dapat menggambarkan bagaimana kondisi kamera udara pada
saat pemrotetan apakah dalam posisi datar atau tidak.
c. Waktu,menerangkan kapan pelaksanaan dan jamberpa saat pemrotetan
tersebut juga dapat untuk menentukan orientasi arah utara dengan
memperhatikan bayangan obyek.
d. Altimeter, untuk mengetahui ketinggian pesawat pada saat pemrotetan
dilaksanakan dsb.Jenis jenis scanner optic menurut Jensen

2. Beberapa informasi grafis darimedia foto udara diantaranya jalan aspal,


jalan tanah, bangunan (kampus, gedung pemerintahan, masjid, gereja,
stadion rumah tinggal dsb), penggunaan tanah (pertanian,pemukiman,
perkotaan,dsb)

3. Berdasar soal tersebut dapat diketahui bahwa panjang focus kamera (f =


152 mm)dan tinggi terbang (H=1.520 m/msl),
maka skala didapatkan sebesar S = 152/ 1.520.000 = 1 : 10.000
Catatan :
i. Untuk proses hitungan satuan harus disamakan, disini digunakan
satuan millimeter sehingga tinggi terbang dituliskan 1.520.000 mm.
ii. Untuk mendapatkan besaran factor skala dilakukan hitungan
pembilang dibagi penyebut. Akan sangat salah jika skala tersebut
dituliskan 0,0001.

E. Daftar Pustaka
Campbell, J. B. 2002. Introduction to Remote Sensing, 3rd edition. New York:
Guildford Press
Curran, P. J. 1985. Principles of Remote Sensing. London:Longman
Gao, J. 2010. Digital Analysis of Remotely Sensed Imagery. New York: McGrawHill
Jensen, J. R. 2004. Introductory Digital Image Processing –A Remote Sensing
Perspective, 3rd edition. Englewood Cliffs, N.J.: Prentice Hall.
McCoy, R. 2005. Field Methods in Remote Sensing. New York: The Guildford Press

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 13 / 15
Nag, P. And Kudrat, M. 2000. Digital Remote Snsing New Delhi: Concept Publishing
Company
Danoedoro. Projo. 1996. Pengolahan Citra Digital.
Danoedoro. Projo. 2012.Pengantar Penginderaan Jauh Digital. ANDI. Yogyakarta
+

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 14 / 15

Anda mungkin juga menyukai