LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh
NIM: 3211422048
LABORATORIUM GEOGRAFI
2023
A. JUDUL
MEMBANGUN KUNCI INTERPRETASI UNTUK BEBERAPA
JENIS PENUTUP/PENGGUNAAN LAHAN
B. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui interpretasi citra.
2. Mahasiswa dapat mengetahui definisi foto udara.
3. Mahasiswa dapat mengetahui macam-macam interpretasi citra.
4. Mahasiswa dapat mengetahui hirarki interpretasi citra.
5. Mahasiswa dapat mengetahui interpretasi penutup lahan.
6. Mahasiswa dapat mengetahui interpretasi penggunaan lahan.
C. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
1. Laptop
2. Microsoft office
3. Handphone
4. Microsoft word
5. Mouse
6. Headset
b. Bahan
1. Cover
2. Foto udara monoskopis
3. Kertas F4
4. Kuota
5. Teh Manis
D. DASAR TEORI
1. Definisi Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh atau inderaja (remote sensing) adalah seni dan ilmu untuk
mendapatkan informasi tentang obyek, area atau fenomena melalui analisa
terhadap data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung
dengan obyek, daerah ataupun fenomena yang dikaji (Lillesand dan Kiefer,1979).
Penginderaan jauh adalah berbagai teknik yang dikembangkan untuk perolehan
dan analisis informasi tentang bumi, infomasi ini khusus berbentuk radiasi
elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi.
Lindgren (1985 dalam Sutanto, 1987).
Penginderaan jauh ialah ilmu untuk memperoleh informasi tentang objek atau
daerah dari kejauhan, biasanya dari pesawat atau satelit. (National Ocean Service
NOS, 2013).
Secara umum Pengindraan jauh adalah ilmu untuk mendapatkan informasi
mengenai permukaan bumi, seperti lahan dan air, dari citra yang diperoleh dari
jarak jauh.
2. Definisi Foto Udara
Foto udara atau peta foto adalah peta foto yang didapat dari survei udara
dengan melakukan pemotretan lewat udara pada daerah tertentu dengan aturan
fotogrametris tertentu. Fotogrametri yaitu suatu seni, pengetahuan dan teknologi
untuk memperoleh data dan informasi tentang suatu obyek serta keadaan di
sekitarnya melalui suatu proses pencatatan, pengukuran dan interpretasi bayangan
fotografis (hasil pemotretan). Foto udara diperoleh melalui pemotretan
menggunakan sensor kamera yang dipasang pada wahana terbang, seperti pesawat
terbang, helikopter, dan sebagainya. Pada saat wahana yang digunakan beroperasi,
pemotretan dilakukan. Pemotretan tersebut seperti layaknya burung yang terbang
dan melihat kenampakan permukaan Bumi secara tiga dimensional. Dengan
menggunakan foto udara kita bisa mengenali kenampakan dan gejala-gejala yang
ada di muka Bumi.
Bagian-bagian foto udara
a. Tanda fidusial
Foto udara tersedia pada tiap foto udara umumnya diberi empat atau
delapan tanda fidusial. Tanda ini terletak pada sudut foto atau pada bagian
tengah foto. Apabila terletak pada sudut foto, pada umumnya berupa garis
silang yang mengarah ke sudut lain di hadapannya. Apabila terletak pada
bagian tengah tepi foto, pada umumnya berupa setengah anak panah.
Kegunaan dari tanda ini adalah untuk menentukan titik prinsipiil foto, yaitu
dengan cara menarik garis dari dua tanda fidusial yang berhadapan. Titik
potong dari dua garis ini merupakan titik prinsipiil foto. Titik prinsipiil ini
berguna untuk mencari daerah tampalan (tumpang tindih) pada foto udara
selanjutnya.
b. Nivo tabung/kotak
• Nivo Tabung/nivo koinsidensi adalah satu nivo yang digunakan untuk
pedoman sejajar tidaknya garis bidik dengan garis acuan nivo.
• Nivo Kotak, adalah nivo untuk pedoman bahwa sumbu kesatu telah
tegak lurus dengan bidang acuan nivo.
c. Jam pemotretan
Jam pemotretan ini membantu untuk mengetahui orientasi atau arah utara
pada foto, serta tinggi relatif objek berdasarkan arah bayangan dan panjang
bayangan.
d. Altimeter
Altimeter digunakan untuk menentukan tinggi pesawat terbang di atas
permukaan laut pada saat pemotretan. Ketinggian dinyatakan dengan kaki
dan meter. Untuk mengetahui tinggi terbang, tinggi berdasarkan altimeter
ini harus dikurangi terlebih dahulu dengan tinggi daerah rata-rata.
Contoh:
a. ketinggian altimeter terbaca = 9.231 m tinggi daerah yang dipotret
(dapat dilihat pada peta) = 192 m maka tinggi terbang = 9.231 m – 192
m = 9.039 m
b. Panjang Fokus Panjang fokus ini menunjukkan panjang fokus kamera
dan nomor seri kamera yang digunakan.
c. Jam Jam pemotretan ini sangat membantu untuk mengetahui orientasi
atau arah utara pada foto, serta tinggi relatif objek berdasarkan arah
bayangan dan panjang bayangan.
d. Level Tanda level untuk mengetahui apakah foto udara benar-benar
vertikal atau tidak.
e. Fungsi kamera
f. Nomor seri
Nomor seri yang lengkap umumnya terdiri atas nomor registrasi, nama
daerah yang dipotret, tanggal pemotretan, nomor jalur terbang, dan nomor
foto. Nomor registrasi diperlukan untuk pengarsipan dan
pencarian kembali apabila ada yang memerlukan. Tanggal pemotretan
menunjukkan kondisi lapangan pada saat pemotretan, seperti kondisi
musim. Selain itu, juga menjadi petunjuk apabila akan menggunakan foto
udara multitemporal. Nomor jalur terbang selain diperlukan dalam
penyimpanan foto, juga diperlukan dalam penyusunan mozaik dan mencari
pasangan foto udara yang bertampalan untuk analisis secara
stereoskopik.
Contoh:
- VII / 320 / XVI – 25
- VII / 320 = nomer registrasi
- XVI = nomer jalur terbang
- 25 = nomer foto udara
3. Macam-macam unsur interpretasi citra.
Dalam melakukan interpretasi citra, ada beberapa unsur penting yang harus
diperhatikan agar gambar yang tampil lebih mudah dijelaskan arti pentingnya.
Unsur-Unsur interpretasi citra diantaranya yaitu
a. Rona dan warna
Warna merupakan ujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan
spektrum sempit, lebih sempit dari spektrum tampak. Sebagai contoh,
objek tampak biru, hijau, atau merah bila hanya memantulkan spektrum
dengan panjang gelombang (0,4 – 0,5) μm, (0,5 – 0,6) μm, atau (0,6 – 0,7)
μm. Sebaliknya, bila objek menyerap sinar biru maka ia akan memantulkan
warna hijau dan merah. Sebagai akibatnya maka objek akan tampak dengan
warna kuning. Berbeda dengan rona yang hanya menyajikan tingkat
kegelapan, warna menunjukkan tingkat kegelapan yang lebih beraneka.
Ada tingkat kegelapan di dalam warna biru, hijau, merah, kuning, jingga,
dan warna lainnya. Meskipun tidak menunjukkan cara pengukurannya,
Estes et al. (1983) mengutarakan bahwa mata manusia dapat membedakan
200
rona dan 20.000 warna.
Rona dan warna disebut unsur dasar. Hal ini menunjukkan betapa
pentingnya rona dan warna dalam pengenalan objek. Tiap objek tampak
pertama pada citra berdasarkan rona atau warnanya. Setelah rona atau
warna yang sama dikelompokkan dan diberi garis batas untuk
memisahkannya dari rona atau warna yang berlainan, barulah tampak
bentuk, tekstur, pola, ukuran dan bayangannya. Itulah sebabnya maka rona
dan warna disebut unsur dasar.
b. Bentuk
Bentuk merupakan variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau
kerangka suatu objek (Lo, 1976). Bentuk merupakan atribut yang jelas
sehingga banyak objek yang dapat dikenali berdasarkan bentuknya saja.
Oleh karena itu bentuk, ukuran, dan tekstur yang langsung dapat dikenali
berdasarkan rona, dikelompokkan sekunder kerumitannya. Ada dua istilah
di dalam bahasa Inggris yang artinya bentuk, yaitu shape dan form. Shape
ialah bentuk luar atau bentuk umum, sedangkan form merupakan susunan
atau struktur yang bentuknya lebih rinci. Contoh shape atau bentuk luar:
• Bentuk Bumi
• Bentuk wilayah Indonesia memanjang sejauh sekitar 5.100 km
Contoh form atau bentuk rinci:
• Pada bumi yang bentuknya bulat terdapat berbagai bentuk relief
atau bentuk lahan seperti gunung api, dataran pantai, dan tanggul
alam.
• Wilayah Indonesia yang bentuk luarnya memanjang, berbentuk
(rinci) negara kepulauan. Wilayah yang memanjang dapat
berbentuk masif atau bentuk lainnya, akan tetapi bentuk wilayah
kita berupa himpunan pulau-pulau.
c. Ukuran
Ukuran ialah atribut objek berupa jarak, luas, tinggi, lereng, dan volume.
Karena ukuran objek pada citra merupakan fungsi skala, maka di dalam
memanfaatkan ukuran sebagai unsur interpretasi citra harus selalu diingat
skalanya.
Contoh pengenalan objek berdasarka ukuran:
• Ukuran rumah sering mencirikan apakah rumah itu rumah mukim,
kantor, atau industri. Rumah mukim umumnya lebih kecil bila
dibanding dengan kantor atau industri.
• Lapangan olahraga di samping dicirikan oleh bentuk segi empat,
lebih dicirikan oleh ukurannya, yaitu sekitar 80 m x 100 m bagi
lapangan sepak bola, sekitar 15 m x 30 m bagi lapangan tenis, dan
sekitar 8 m x 10 m bagi lapangan bulu tangkis.
• Nilai kayu di samping ditentukan oleh jenis kayunya juga
ditentukan oleh volumenya. Volume kayu bisa ditaksir berdasarkan
tinggi pohon, luas hutan serta kepadatan pohonnya, dan diameter
batang pohon.
d. Bayangan
Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau objek yang berada di
daerah
gelap. Objek atau gejala yang terletak di daerah bayangan pada umumnya
tidak tampak sama sekali atau kadang-kadang tampak samar-samar.
Meskipun demikian, bayangan sering merupakan kunci pengenalan yang
penting bagi beberapa objek yang justru lebih tampak dari bayangannya.
Contohnya:
• Cerobong asap, menara, tangki minyak, dan bak air yang dipasang
tinggi lebih tampak dari bayangannya
• Tembok stadion, gawang sepak bola, dan pagar keliling lapangan
tenis pada foto berskala 1: 5.000 juga lebih tampak dari
bayangannya.
• Lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan
e. Tekstur
Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra (Lillesand dan Kiefer,
1979) atau pengulangan rona kelompok objek yang terlalu kecil untuk
dibedakan secara individual (Estes dan Simonett, 1975). Tekstur sering
dinyatakan dengan kasar, halus, dan belang-belang. Contoh pengenalan
objek berdasarkan tekstur:
• Hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang, semak bertekstur
halus.
• Tanaman padi bertekstur halus, tanaman tebu bertekstur sedang, dan
tanaman pekarangan bertekstur kasar.
• Permukaan air yang tenang bertekstur halus.
f. Pola
Pola, tinggi, dan bayangan pada peta dikelompokkan ke dalam tingkat
kerumitan tertier. Tingkat kerumitannya setingkat lebih tinggi dari tingkat
kerumitan bentuk, ukuran, dan tekstur sebagai unsur interpretasi citra. Pola
atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak objek
bentukan manusia dan bagi beberapa objek alamiah. Contoh:
• Pola aliran sungai sering menandai struktur geologi dan jenis
batuan. Pola aliran trellis menandai struktur lipatan. Pola aliran
yang padat mengisyaratkan peresapan air kurang sehingga
pengikisan berlangsung efektif. Pola aliran dendritik mencirikan
jenis tanah atau jenis batuan serba sama, dengan sedikit atau tanpa
pengaruh lipatan maupun patahan. Pola aliran dendritik pada
umumnya terdapat pada batuan endapan lunak, tufa vokanik, dan
endapan tebal oleh gletser yang telah terkikis (Paine, 1981)
• Permukaan transmigrasi dikenali dengan pola yang teratur, yaitu
dengan rumah yang ukuran dan jaraknya seragam, masing-masing
menghadap ke jalan.
• Kebun karet, kebun kelapa, kebun kopi dan sebagainya mudah
dibedakan dari hutan atau vegetasi lainnya dengan polanya yang
teratur, yaitu dari pola serta jarak tanamnya.
g. Situs
Bersama-sama dengan asosiasi, situs dikelompokkan ke dalam kerumitan
yang lebih tinggi pada Gambar diatas. Situs bukan merupakan ciri objek
secara langsung, melainkan dalam kaitannya dengan lingkungan
sekitarnya. Situs diartikan dengan berbagai makna oleh para pakar, yaitu:
• Letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya (Estes dan
Simonett, 1975). Di dalam pengertian ini, Monkhouse (1974)
menyebutnya situasi, seperti misalnya letak kota (fisik) terhadap
wilayah kota (administratif), atau letak suatu bangunan terhadap
parsif tanahnya. Oleh van Zuidam (1979), situasi juga disebut situs
geografi, yang diartikan sebagai tempat kedudukan atau letak suatu
daerah atau wilayah terhadap sekitarnya. Misalnya letak iklim yang
banyak berpengaruh terhadap interpretasi citra untuk geomorfologi.
• Letak objek terhadap bentang darat (Estes dan Simonett, 1975),
seperti misalnya situs suatu objek di rawa, di puncak bukit yang
kering, di sepanjang tepi sungai, dsb. Situs semacam ini oleh van
Zuidam (1979) disebutkan situs topografi, yaitu letak suatu objek
atau tempat terhadap daerah sekitarnya.
Situs ini berupa unit terkecil dalam suatu sistem wilayah morfologi yang
dipengaruhi oleh faktor situs, seperti:
• beda tinggi,
• kecuraman lereng,
• keterbukaan terhadap sinar,
• keterbukaan terhadap angin, dan
• ketersediaan air permukaan dan air tanah.
Lima faktor situs ini mempengaruhi proses geomorfologi maupun proses
atau perujudan lainnya.
Contoh:
• Tajuk pohon yang berbentuk bintang mencirikan pohon palma.
Mungkin jenis palma tersebut berupa pohon kelapa, kelapa sawit,
sagu, nipah, atau jenis palma lainnya. Bila tumbuhnya bergerombol
(pola) dan situsnya di air payau, maka yang tampak pada foto
tersebut mungkin sekali nipah.
• Situs kebun kopi terletak di tanah miring karena tanaman kopi
menghendaki pengaturan air yang baik.
• Situs pemukiman memanjang umumnya pada igir beting pantai,
tanggul alam, atau di sepanjang tepi jalan
h. Asosiasi
Asosiasi dapat diartikan sebagai keterkaitan antara objek yang satu dengan
objek lain.Adanya keterkaitan ini maka terlihatnya suatu objek pada citra
sering merupakan petunjuk bagi adanya objek lain
Contoh:
• Di samping ditandai dengan bentuknya yang berupa empat persegi
panjang serta dengan ukurannya sekitar 80 m x 100 m, lapangan
sepak bola di tandai dengan adanya gawang yang situsnya pada
bagian tengah garis belakangnya. Lapangan sepak bola berasosiasi
dengan gawang. Kalau tidak ada gawangnya, lapangan itu bukan
lapangan sepak bola. Gawang tampak pada foto udara berskala 1:
5.000 atau lebih besar.
• Stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api yang
jumlahnya lebih dari satu (bercabang).
• Gedung sekolah di samping ditandai oleh ukuran bangunan yang
relatif besar serta bentuknya yang menyerupai I, L, atau U, juga
ditandai dengan asosiasinya terhadap lapangan olahraga. Pada
umumnya gedung sekolah ditandai dengan adanya lapangan
olahraga di dekatnya