Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN INTERPRETASI CITRA FOTO

UDARA SECARA MANUAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penginderaan Jauh


Yang Dibina Oleh Bapak Purwanto S.pd, M.si

Oleh:
Talita Okvianti
130721616046
Offering K

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
Oktober, 2015
LAPORAN INTERPRETASI CITRA FOTO UDARA SECARA
MANUAL

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengindraan jauh adalah salah satu mata kuliah yang menarik.
Disini juga dipelajari cara interpretasi Citra digital dan citra foto udara.
Hal tersebut untuk lebih memudahkan dalam pembelajaran, pemahaman,
dan fungsi praktis. Keterampilan interpretasi citra dibutuhkan sebagai
salah satu cara mengetahui kondisi suatu wilayah tanpa harus observasi
langsung pada wilayah tersebut. Citra foto udara tidak mudah dipahami
tanpa adanya interpretasi citra. Pada praktikum sebelumnya, interpretasi
citra digital dilakukan memlalui google earth. Untuk praktikum ini
dilakukan dengan melalui foto udara. Foto udara (citra) ini dihasilkan dari
pemotretan satelit. Ini merupakan foto yang sulit untuk dipahami tanpa
analisa terlebih dahulu. Alat yang digunakan dalam interpretasi ini
menggunakan kertas mika. Dengan bantuan stereoskop ini akan nampak
dalam bentuk tiga dimensi dari citra yang diamati sehingga bentukbentuk
lahan dapat diketahui lebih jelas, berbeda jika menganalisis foto udara
(citra) hanya dengan menggunakan mata telanjang akan sulit.

B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menggunakan stereoskop
2. Mahasiswa dapat mengkaji unsur objek berdasarkan interpretasi

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
Penginderaan jauh ialah ilmu dan seni untuk memperoleh
informasi tentang objek, daerah atau gejala dengan jalan menganalisis data
yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap
objek, daerah atau gejala yang dikaji. Hasil interaksi antara tenaga objek
direkam oleh sensor. Perekamannya dilakukan dengan menggunakan
kamera atau alat perekam lainnya. Hasil rekaman ini disebut dengan data
penginderaan jauh. Data harus diterjemahkan menjadi informasi tentang
objek, gejala atau daerah yang di interpretasi.
Interpretasi Citra merupakan satu perbuatan untuk mengkaji foto
udara (Citra foto) maupun Citra non foto (satelit) dengan maksud untuk
memperoleh mengidentifikasi objek atau arti penting objek yang
tergambar pada Citra tersebut (simonett dalam Sutanto dalam
Purwanto,2012). Secara sederhana interpretasi dapat diartikan satu proses
memaknai informasi dalam foto maupun satelit. Tanpa mengenali identitas
dan jenis objek yang tergambar pada objek yang tergambar pada Citra,
tidak mungkin dilakukan analisis terhadap satu masalah yang akan diteliti.
Tehnik interpretasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara
visual (manual) maupun digital (komputerisasi). Cara Visual merupakan
cara interpretasi dengan cara mengenali objek secara langsung
menggunakan pancar indera. Alat bantu yang digunakan dapat berupa
stereoskop, komputer, maupun plastik dan spidol transparan. Sedangkan
interpretasi secara digital dilakukan dengan menggunakan aplikasi
software seperti ER- Mapper, ENVI, ERDAS Imaging dan Ilwis.
Di dalam interpretasi Citra atau foto secara umum ada 4 (empat)
rangkaian kegiatan yang diperlukan yaitu deteksi, identifikasi, klasifikasi
dan analisis. Deteksi merupakan tahap awal dalam interpretasi yaitu
pengamatan atas ada atau tidaknya satu objek pada Citra. Keterangan yang
diperoleh dalam tahap ini masih bersifat umum. Identifikasi yaitu kegiatan
untuk mencirikan objek yang telah dideteksi dengan menggunakan
keterangan yang cukup, misalnya berdasarkan ukuran, bentuk, letak dan
sebagainya. Keterangan yang diperoleh dalam tahap ini lebih rinci
dibandingkan dengan deteksi. Tahap klasifikasi, pada tahap ini objek-objek
yang memiliki ciri atau kenampakan yang sama diklasifikasikan sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan. Tahap terakhir adalah analisis, pada rahap
inidata yang didapat bersifat lebih rinci dan Eti (Linz dan Simonet, 1976).
Proses penalaran dalam interpretasi bersifat objektif, kewajaran, rasional
karena objek permukaan bumi memiliki sifat dan karakteristik yang
berbeda.
Di dalam proses interpretasi terdapat unsur interpretasi yaitu rona
atau warna, ukuran, bentuk, tekstur, pola, tinggi, bayangan, situs dan
asosiasi.
Proses interpretasi
1. Rona dan warna
Rona (tone/Color tone/grey) ialah tingkat kegelapan atau tingkat
kecerahan objek Citra. Rona pada foto pankromatik merupakan atribut
bagi objek yang berinteraksi dengan seluruh spektrum tampak yang
disebut sinar putih, yaitu spektrum dengan panjang gelombang (0,4-0,7)
m. Contoh penegenalan objek berdasarkan rona yaitu air tampak
dengan rona gelap pada foto pankromatik. Meskipun demikian, air
tampak cerah bila dangkal, deras alirannya, keruh atau gabungan
diantaranya.
Warna ialah wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan
spektrum sempit, lebih sempit dari spektrum tampak. sebagai contoh
objek tampak biru, hijau, atau merah bila ia hanya memantulkan salah
satu spektrum dengan panjang gelombang ((0,4-0,7) m. Namun jika
komposisi Warna digabungkan maka akan membentuk foto udara
maupun Citra berwarna sesuai dengan karakter spektrum.
2. Bentuk
Bentuk merupakan kualitatif yang memberikan konfigurasi atau
kerangka satu objek (Lo, 1976 dalam Sutanto,1994 dalam Purwanto,
2014). Bentuk merupakan atribut yang jelas sehingga banyak objek
banyak dikenali berdasarkan bentuknya saja. Contoh pengenalan objek
berdasarkan bentuk yaitu gedung sekolah pada umumnya berbentuk
huruf I, L, U dan atau berbentuk empat persegi panjang.
3. Ukuran
Ukuran ialah atribut objek yang antara lain berupa jarak, luas,
tinggi, lereng dan volume.karena ukuran objek pada Citra merupakan
fungsi skala, maka di dalam memanfaatkan ukuran sebagai unsur
interpretasi Citra harus selalu diingat skalanya.
4. Tekstur
Tekstur ialah frekuensi perubahan rona pada Citra (Lillesand dan
kiefer, 1979) atau pengulangan rona kelompok objek yang terlalu kecil
untuk dibedakan secara individual (Estes dan Simonett, 1975). Tekstur
sering dinyatakan dengan kasar, halus seperti beledu dan belang-belang.
Contoh pengenalan objek berdsarkan tekstur yaitu hutan bertekstur
kasar, belukar bertekstur sedang, semak bertekstur halus.
5. Pola
Pola atau susunan keuangan merupakan ciri yang menandai bagi
banyak objek yang bentukan manusia dan bagibebrapa objek alamiah.
Contoh pemukiman di kota, permukiman di kota umumnya memiliki
pola teratur untuk kawasan perumahan yaitu rumah dengan ukuran dan
jarak yang seragam, masing-masing menghadap ke jalan. Selain itu juga
ada permukimanyang memiliki pola tidak teratur dengan arah dan
ukuran tidak seragam. Permukiman ini umumnya berkembang pada
kawasan permukiman yang tidak direncanakan.
6. Bayangan
Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau objek yang berada
pada daerah gelap. Objek atau gejala yang terletak di daerah bayangan
pada umumnya tidak tampak sama sekali atau kadang-kadang tampak
samar-samar. Contoh cerobong asap, menara, gedung yang dipasang
tinggi lebih tampak banyangannya.
7. Ketinggian
Ketinggian merupakan salah satu unsur yang dipertimbangkan
dalam interpretasi foto udara. Ketinggian umumnya dapat dilihat dalam
foto udara atau Citra skala besar yang menggambarkan objek lebih detil.
Selain itu pengenalan objek yang memiliki ketinggian dapat diketahui
dari bayangan objek. Sehingga antara unsur bayangan dengan ketinggian
dalam interpretasi tidak dapat dipisahkan.
8. Situs
Situs bukan ciri objek secara langsung, melainkan dalam kaitannya
dengan lingkungan sekitarnya. Situs diartikan dengan berbagai makna
oleh berbagai pakar salah satunya yaitu letak suatu objek terhadap objek
lain disekitarnya (Estes dan Simonett, 1975). Contoh situs pemukiman
memanjang tepi jalan, sungai dan lahan pertanian.
9. Asosiasi
Asosiasi dapat diartikan sebagai keterkaitan antar objek yang satu
dengan objek yang lain. Karena adanya keterkaitan ini maka terlihatnya
suatu objek pada Citra sering merupakan petunjuk bagi adanya objek
lain. Contoh bandara berasosiasi dengan pesawat, landasan pacu, apron
dan sebaginya (Sutanto 1994)

BAB III
METODOLOGI
A. Alat dan bahan
Alat : Sterioskop Cermin dan spidol OHP
Bahan : Hasil Citra, Isolasi, Mika transparan

B. Langkah Kerja
Cara menggunakan stereoskop cermin
a. Menyiapkan stereokop yang akan digunakan untuk mengamati Citra
b. Meniadakan hasil Citra yang akan menjadi objek yang akan diamati
dan memiliki tampalan sebesar 60 %
c. Temukan daerah tampalan dari kedua foto
d. Beri tanda pada kenampakan yang sama
e. Letakkan kedua foto udara itu disebelah kanan dan kiri
f. Lihatlah menggunakan stereoskop
g. Geser foto udara tersebut hingga daerah yang bertampalan menjadi
satu pada stereoskop dan tampak jelas
Cara Interpretasi objek
a. Identifikasi 5 atau lebih objek penutup/penggunaan lahan
b. Delineasi objek tersebut dengan menggunakan stereoskop cermin
c. Teruskan delineasi dengan visual manual.

Daftar Pustaka
Purwanto, 2012. Penginderaan Jauh Teori dan Aplikasinya. Malang :
Bahan Ajar

Anda mungkin juga menyukai