Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PENGINDERAAN JAUH I


ACARA 2
INTERPRETASI DAN DELINIASI CITRA

Oleh :
Guntoro Saputro
NIM. A0B018014

Asisten :
Aini Zati Hulani
NIM. A0B017020

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

Interpretasi foto udara merupakan kegiatan menganalisa citra foto udara


dengan maksud untuk mengidentifikasi dan menilai obyek pada citra tersebut sesuai
dengan prinsip-prinsip interpretasi.Interpretasi biasanya meliputi penentuan lokasi
relatif dan luas bentangan Interpretasi akan dilakukan berdasarkan kajian dari
obyek-obyek yang tampak pada foto udara. Keberhasilan dalam interpretasi foto
udara akan bervariasi sesuai dengan latihan dan pengalaman penafsir, kondisi
obyek yang diinterpretasi dan kualitas foto yang digunakan. Seseorang dalam
menginterpretasikan foto udara memerlukan pertimbangan pada karakteristik dasar
citra foto udara.

Interpretasi foto biasanya meliputi penentuan lokasi relatif dan luas


bentangan. Interpretasi akan dilakukan berdasarkan kajian dari objek-objek yang
tampak pada foto udara. Keberhasilan dalam interpretasi foto udara akan bervariasi
sesuai dengan latihan dan pengalaman penafsir, kondisi objek yang diinterpretasi,
dan kualitas foto yang digunakan. Penafsiran foto udara banyak digunakan oleh
berbagai disiplin ilmu dalam memperoleh informasi yang digunakan. Aplikasi
fotogrametri sangat bermanfaat diberbagai bidang Untuk memperoleh jenis-jenis
informasi spasial diatas dilakukan dengan teknik interpretasi foto atau citra,sedang
referensi geografinya diperoleh dengan cara fotogrametri.
Interpretasi foto atau citra dapat dilakukan dengan cara konvensional atau
dengan bantuan komputer. Salah satu alat yang banyak digunakan dalam pekerjaan
interpretasi konvensional atau visual adalah stereoskop. Untuk dapat melakukan
interpretasi dengan baik maka kita perlu memahami cara interpretasi visual foto
udara.

Oleh karena itu dengan adanya praktikum tentang Interpretasi dan Deliniasi
Citra kali ini diharapkan mahasiswa Jurusan D3-PSL dapat mampu
menginterpretasikan , melakukan deliniasi dan menghitung luas objek pada citra
yang telah disediakan.
Tujuan praktikum acara 2 ini antara lain Menginterpretasikan 5 objek pada
citra dengan menggunakan kunci interpretasi, melakukan deliniasi pada citra dan
yang terakhir menghitung luas objek pada citra yang telah disediakan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengolahan data citra satelit atau dikenal dengan klasifikasi citra adalah
proses identifikasi pixel dari citra berdasarkan ke samaan sifat-sifat dan
mengelompokannya kedalam kelas-kelas serta memberikan label (misalnya nama
habitat) untuk kelas-kelas tersebut. Hasil akhir dari klasifikasi adalah sebaran suatu
obyek atau kenampakan- kenampakan lain yang menjadi perhatian (Ardyansah,
2007).
Menurut Felix 2009, citra terbagi menjadi dua yaitu citra foto dan non foto.
Citra foto sering disebut dengan foto udara, merupakan citra yang direkam
menggunakan kamera dengan detektor film. Sedangkan citra non foto atau citra
satelit. merupakan citra yang dihasilkan oleh sensor non kamera.

Aplikasi penginderaan jauh untuk pemetaan sumberdaya wilayah


memerlukan pertimbangan tertentu agar dapat menghasilkan keluaran dengan
kualitas baik.Selain mempertimbangkan resolusi spasial,temporal, dan radiometrik,
juga diperlukan pertimbangan resolusi spektral berupa pemilihan saluran, serta
kombinasi saluran.Penentuan teknik dan metode pengolahan juga dapat
berpengaruh terhadap hasil akhir suatu aplikasi penginderaan jauh.Sistem
Informasi Geografis diperlukan dalam analisis sumberdaya wilayah karena
memiliki kemampuan menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografi
dan kemampuan untuk melakukan tumpang susun antar beberapa paramater, serta
memiliki kemampuan memvisualisasikan hasil pengolahan spasial citra
penginderaan jauh (Sari, et al, 2000)
Foto udara merupakan citra yang direkam dari udara untuk memperoleh
gambaran dari sebagian permukaan bumi dengan menggunakan wahana pesawat
terbang dengan ketinggian tertentu dan menggunakan kamera tertentu
(Kemala,2017).

Pengenalan objek yang tergambar pada foto udara, rangkaian kegiatannya ada
tiga, yaitu deteksi, identifikasi, dan analisis.Tahap deteksi ialah pengamatan atas
adanya suatu objek, misalnya pada gambaran sungai terdapat objek yang bukan
air.Identifikasi ialah upaya mencirikan objek yang telah dideteksi dengan
menggunakan keterangan yang cukup.Sehubungan dengan contoh tersebut maka
berdasarkan bentuk, ukuran, dan letaknya, objek yang tergambar pada foto udara
tersebut disimpulkan sebagai perahu dayung.Pada tahap analisis dikumpulkan
keterangan lebih lanjut, misalnya dengan mengamati jumlah penumpangnya,
sehingga dapat disimpulkan bahwa perahu tersebut berupa perahu dayung yang
berisi tiga orang (Lintzdan Simonett, 1976).
Deteksi berarti penentuan ada atau tidak adanya sesuatu objek pada foto
udara.Ia merupakan tahap awal dalam interpretasi foto udara. Keterangan yang
diperoleh pada tahap deteksi bersifat global.Keterangan yang diperoleh pada tahap
interpretasi selanjutnya, yaitu pada tahap identifikasi, bersifat setengah
rinci.Keterangan rinci diperoleh dari tahap akhir interpretasi, yaitu tahap analisis
(Lintz dan Simonett, 1976).
Interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara dan atau citra
dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek
tersebut. Pengalaman sangat menentukkan hasil interpretasi, karena persepsi
pengenalan objek bagi orang-orang yang berpengalaman biasanya lebih konstan
atau dengan kata lain pengenalan objek yang sama pada berbagai bentuk citra akan
selalu sama. Misalkan pada citra A dianggap sebuah pemukiman, maka pada citra
B atau C pun tetap bisa dikenal sebagai pemukiman walaupun agak sedikit berbeda
dalam penampakannya (Estes and Simonett, 1975).
Informasi tutupan lahan terbaru berupa peta dapat diperoleh dari interpretasi
melalui teknik penginderaan jauh.Penginderaan jauh telah lama menjadi sarana
yang penting dan efektif dalam pemantauan tutupan lahan dengan kemampuannya
menyediakan informasi mengenai keragaman spasial di permukaan bumi dengan
cepat, luas, tepat, serta mudah.Berdasarkan keterbaruan data, informasi yang
diperoleh melalui penginderaan jauh dinilai lebih baik dibandingkan dengan
informasi dari instansi pemerintah yang terkait.Melalui pengindraan jauh, data
satelit yang digunakan dapat berupa data hasil perekaman terbaru (Sampurno, et
al, 2016).
Prinsip pengenalan objek pada citra secara visual bergantung pada
karakteristik atau atribut yang tergambar pada citra.Karakteristik objek pada citra
digunakan sebagai unsur pengenalan objek yang disebut unsur-unsur
interpretasi.Menurut Sutanto (1986), unsur-unsur interpretasi meliputi sebagai
berikut.
1. Rona atau warna (tone/color). Rona adalah tingkat kegelapan atau kecerahan
objek pada citra, sedangkan warna adalah wujud yang tampak oleh mata. Rona
ditunjukkan dengan gelap – putih. Pantulan rendah, ronanya gelap, pantulan
tinggi ronanya putih.
2. Bentuk (shape) adalah variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau
kerangka suatu objek. Bentuk merupakan atribut yang jelas sehingga banyak
objek yang dapat dikenali berdasarkan bentuknya saja, seperti bentuk
memanjang, lingkaran, dan segi empat.
3. Ukuran (size) adalah atribut objek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi,
kemiringan lereng, dan volume.
4. Kekasaran (texture) adalah frekwensi perubahan rona pada citra atau
pengulangan rona terhadap objek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara
individual.
5. Pola (pattern) adalah hubungan susunan spasial objek. Pola merupakan ciri
yang menandai objek bentukan manusia ataupun alamiah.
6. Bayangan (shadow) adalah aspek yang menyembunyikan detail objek yang
berada di daerah gelap.
7. Situs (site) adalah letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya.
8. Asosiasi (association) adalah keterkaitan antara objek yang satu dan objek
lainnya.
Lo(1976) yang menyimpulkan pendapat vink mengemukakan bahwa pada
dasarnya kegiatan interpretasi citra terdiri dari dua tingkat yaitu:
 Tingkat pertama yang berupa pengenalan obyek melalui poses deteksi dan
identifikasi dan
 Tingkat kedua yang berupa penilaian atas pentingnya sumber obyek yang telah
dikenali tersebut, yaitu arti pentingnya tiap obyek dan kaitananya obyek itu.
Tingkat petama berarti perolehan data sedang tingkat kedua berupa interpretasi
atau analisis data.
Foto udara merupakan citra tertua di dalam penginderaan jauh.Ia telah
dikembangkan paling lama dan hingga dasawarsa 1960-an paling banyak
digunakan sehubungan dengan ketersediaan foto dan alat interpretasinya secara
kemudahan di dalam pelaksanaann interpretasinya. Prinsip pengenalan obyek pada
citra mendasar atas penyidikan karakteristiknya atau atributnya pada
citra.Karakteristik obyek yang terganbar pada citra dan digunakan untuk mengenali
obyek disebut unsur interpretasi citra.Unsur – unsur tersebut yaitu rona / warna,
bentuk, ukuran, tekstur, pola, bayangan, asosiasi, konvergensi bukti (Sutanto,
1986).
III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum Teknik Penginderaan Jauh I acara 2 yang berjudul Interpretasi


dan Deliniasi Citra dilaksanakan pada hari Senin,21 Oktober 2019 jam 13.00WIB
– Selesai di Laboratorium Pedologi, Survey, dan Pemetaan Tanah. Gedung B
Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah foto udara, citra non foto
(citra satelit), kertas kalkir atau plastik transparan.

Alat yang digunakan adalah alat tulis, spidol ohp ukuran F, penggaris,
kapas, spirtus, isolasi, benang, 1 lembar millimeter block (A4), dan kaca pembesar.

C. Prosedur Kerja

• Cara kerja yang diikuti untuk deliniasi citra pada acara 2 adalah sebagai
berikut:

a) Lembar citra satelit yang akan digunakan disiapkan.

b) lembar citra satelit ditutup dengan kertas kalkir dan direkatkan


menggunakan isolasi pada masing-masing sisinya.

c) garis tepi dibuat dengan spidol OHP warna hitam.

d) kenampakan objek yang ada diamati kemudian di deliniasi menggunakan


spidol OHP warna biru untuk objek air, spidol OHP warna hitam untuk
objek lahan (permukiman, kawasan, industri, hutan, dan lain-lain) serta
spidol OHP warna merah untuk jalan. setiap objek yang dideliniasi diberi
nama menggunakan spidol OHP.
e) luas area efektif, dan luas satuan lahan yang terbentuk dihitung berdasarkan
metode bujur sangkar dan strip

• Cara kerja yang diikuti untuk interpretasi citra pada acara 2 adalah sebagai
berikut:

a) Siapkan lembar foto udara dan citra satelit yang tersedia.

b) Tutuplah setiap lembar foto udara dan citra satelit dengan kertas kalkir,
kemudian rekatkan isolasi pada masing-masing sisinya.

c) Buatlah garis tepi dengan spidol OHP berwarna hitam, kemudian catat
informasi foto udara dan citra satelit di luar batas tepi serta tuliskan nama,
NIM, dan tanggal praktikum.

d) Lakukan deteksi 5 macam objek yang terekam pada lembar citra satelit dan
foto udara.

e) Beri tanda angka sesuai dengan hasil deteksi pada kertas kalkir
menggunakan spidol OHP ukuran F.

f) Lakukan identifikasi pada masing-masing objek yang terdeteksi


menggunakan kunci interpretasi dan catat hasilnya sesuai dengan tabel
yang tertera pada diktat.

g) Buatlah dua titik objek yang telah teridentifikasi, kemudian hubungan dua
titik tersebut menggunakan spidol OHP ukuran F dan ukurlah jarak antara
kedua titik tersebut.

Hitunglah luas daerah liputan foto udara dan citra satelit, dan panjang jarak
kedua titik tersebut pada keadaan sebenarnya
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Terlampir

B. Pembahasan

Interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara dan atau citra
dengan maksud untuk mengidentifikasi obyek dan melihat arti pentingnya objek
tersebut (Estes dan Simonett, 1975). Menurut Sutanto (1986), di dalam interpretasi
citra, penafsir citra mengkaji citra dan berupaya melalui proses penalaran untuk
mendeteksi, mengidentifikasi, dan melihat arti pentingnya obyek yang tergambar
pada citra. Dengan kata lain maka penafsir citra berupaya untuk mengenali obyek
yang tergambar pada citra dan menterjemahkannya kedalam disiplin ilmu tertentu
seperti geologi, geografi, ekologi, dan disiplin ilmu lainnya.
Dalam melakukan interpretasi citra dibutuhkan teknik interpretasi citra.
Teknik interpretasi citra yaitu cara khusus yang digunakan untuk melaksanakan
interpretasi citra indera secara ilmiah. Menurut Samadi (2006), guna melakukan
interpretasi citra secara ilmiah, untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, maka
interpretasi citra dapat dilakukan dengan berbagai teknik yaitu :

1. Data Acuan
Citra menyajikan gambaran yang lengkap sesuai dengan wujud objek dan
letak yang sebenarnya. Namun, untuk lebih meyakinkan hasil interpretasi
diperlukan pula data-data lain selain data inderaja yang disebut data
acuan. Data acuan tersebut diperoleh bukan dari citra inderaja dan sifatnya
adalah melengkapi data yang diperoleh dari citra inderaja. Data acuan ini
antara lain dapat berupa buku, peta dan data-data di lapangan.
2. Kunci interpretasi
Kunci interpretasi adalah potongan citra yang diberi keterangan sesuai
dengan hasil interpretasi yang telah diyakini kebenarannya. Keterangan
tersebut meliputi jenis objek, unsur interpretasi, dan keterangan citra yang
terdiri dari jenis, skala, waktu perekaman, serta lokasi. Kunci interpretasi
citra digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan interpretasi citra.
3. Penangan data ( data handling)
Penanganan data kebih ditekankan pada cara memperlakukan data untuk
penggunaan tertentu dan cara menyimpannya, baik sebelum maupun
setelah digunakan.
4. Pengamatan stereoskopis
Pengamatan stereoskopis adalah kegiatan mengamati dan
menginterprerasi citra menggunakan alat bantu stereoskop. Pengamatan
stereoskopis dapat dilakukan jika terdapat gambar objek yang
bertampalan pada dua lembar citra. Penngamatan stereoskopis pada citra
yang bertampalan dapat menghasilkan gambaran 3 dimensi. Perwujudan
dari bentuk 3 dimensi tersebut dapat menunjukkan beda tinggi dan
kemiringan lereng objek sehingga dapat digunakan untuk membuat peta
contour.
5. Metode pengkajian
Metode pengkajian dapat diartikan sebagai suatu cara atau teknik dalam
menelaahatau mengkaji objek secara ilmiah dan sistematis. Interpretasi
citra pada umumnya dilaksanakan secara deduktif, yaitu dimulai dari
pertimbangan yang bersifat umum ke objek yang lebih khusus.
Pertimbangan yang bersifat umm dapat diartikan sebagai perwujudan
regional. Sedangkan pertimbangan khusus dapat diartikan sebagai
perwujudan lokal. Secara umum, metode pengkajian terbagi menjadi dua
yaitu :
a. Fishing expedition
Fishing expedition adalah melakukan pengamatan ke seluruh wilayah
disertai pengambilan data-datanya.
b. Logical research
Logical researh adalah melakukan pengamatan terhadap seluruh
wilayah, tetapi data yang diambil hanya pada tempat-tempat tertentu.
6. Cara perolehan dan analisis data
Cara perolehan dan analisis data inderaja dikenal dengan istilah konsep
multi, yaitu meliputi :
a. Multi spektral
Multi spektral adalah interpretasi dan analisis citra dengan
memanfaatkan banyak warna.
b. Multi tingkat
Multi tingkat adalah adanya perbedaan ketinggian sensor pada wahana
saat melakukan penginderaan.
c. Multi temporal
Multi temporal adalah perolehan data inderaja melalui perekaman
yang berulang setiap kurun waktu tertentu. Umumnya dilakukan
dalam jarak tiga tahun lebih.
d. Multi arah
Multi arah adalah posisis sensor yang dapat digerakkan dan dapat
diatur ke segala arah sehingga dapat meningkatkan kemampuan
pengadaan data inderaja, terutama wilayah tropika yang banyak
tertutup awan.
e. Multi polarisasi
Multi polarisasi adalah objek yang terekam oleh sensor mengikuti
bidang horizontal atau vertikal.
f. Multi disiplin

Estes danSimonett (1975) dalamSutanto (1992) mengatakan bahwa


interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara dan atau citra dengan
maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek tersebut.
Pengalaman sangat menentukkan hasil interpretasi, karena persepsi pengenalan
objek bagi orang orang yang berpengalaman biasanya lebih konstan atau dengan
kata lain pengenalan objek yang sama pada berbagai bentuk citra akan selalu sama.
Misalkan pada citra dianggap sebuah pemukiman, maka pada citra B atau C pun
tetap bias dikenal sebagai pemukiman walaupun agak sedikit berbeda dalam
penampakannya.

Deliniasi citra merupakan pemberian garis batas atau memberikan simbol


pada kenampakan yang sama dengan membedakan dari kenampakan yang lain.
Digitasi merupakan usaha untuk menggambarkan kondisi bumi kedalam sebuah
bidang datar dalam computer atau dapat disebut sebagai pengubahan data peta
hardcopy menjadi softcopy. Digitasi merupakan proses alih media dari cetak atau
analog ke dalam media digital atauelektronik melalui proses scanning, digital
photograph atau teknik lainnya (Putra, 2012).
Menghitung dengan menggunakan sistem grid adalah dengan membuat
petak-petak pada gambar peta dalam bentuk bujur sangkar yang berukuran sama.
Penentuan panjang sisi bujur sangkar secara umum dibuat 1 cm, tetapi dapat
dimodifikasi tergantung kebutuhan. Kemudian hitung berapa jumlah kotak yang
ada, dengan pedoman :Kotak yang penuh dihitung satu 2. Jika ada kotak yang
terpotong oleh poly gonmaka :area yang berada di dalam lebih luas/sama dengan
area yang berada di luar poligon, dihitung satu kotak area yang berada di dalam
lebih sempit dengan area yang berada di luar poligon, tidak dihitung. Contoh
perhitungan jumlah kotak seperti berikut :Tahap tersebut baru menghitung jumlah
kotak, untuk menghitung luas maka menggunakan rumus berikut :L= (Jumlah

Kotak x Luas 1 Kotak dalam 〖cm〗^2) x (Penyebut Skala)^2 (Marsudi, 2012.)

Hasil praktikum Interpretasi visual pada foto udara hitam putih daerah
Banyumas skala 1 : 10.000 didapatkan 5 obyek yaitu jalan, sawah, pemukiman,
sungai, dan hutan. Sawah memiliki rona / warna abu-abu gelap, bentuk tidak teratur,
ukuran besar, tekstur halus, pola tidak teratur, situs jalan, dan asosiasinya pematang
sawah.Jalan memiliki rona / warna putih terang, bentuk memanjang, ukuran kecil,
tekstur halus, pola teratur, situs persawahan.Pemukiman memiliki rona / warna
putih terang, bentuk tidak teratur, ukuran besar, tekstur kasar, pola tidak teratur,
situs jalan.Sungai memiliki rona / warna abu-abu gelap, bentuk memanjang, ukuran
kecil, tekstur kasar, pola tidak teratur, situs persawahan, dan asosiasinya pohon.
Hutan memiliki rona / warna abu-abu gelap, bentuk tidak teratur, ukuran besar,
tekstur kasar, pola tidak teratur, situs persawahan.
Menurut Sutanto (1986), karakteristik obyek yang mempengaruhi rona /
warna antara lain :
1. Permukaan kasar cenderung menimbulkan warna gelap pada foto karena sinar
yang datang mengalami hamburan hingga mengurangi sinar yang dipantulkan.
2. Warna obyek yang gelap cenderung menimbulkan rona gelap.
3. Obyek yang basah / lembab cenderung menimbulkan warna gelap.
4. Pantulan obyek, misalnya air tampak gelap dan batuan kapur tampak cerah.
Hal tersebut sesuai dengan hasil interpretasi visual foto udara dimana warna
sawah, sungai abu-abu gelap karena obyek basah atau lembab, kemudian
pemukiman dan tegalan memiiki rona abu-abu gelap karena teksturnya kasar.
Sawah , sungai memiliki tekstur halus, menurut Sutanto (1986) tekstur sering
dinyatakan dengan kasar, halus, seperti beledu, belang-belang. Contoh pengenalan
obyek berdasarkan tekstur antara lain hutan bertekstru kasar, belukar bertekstur
sedang , semak bertekstur halus, sawah bertekstur halus, permukaan air yang tenang
bertekstur halus.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. 5 macam obyek yang terdeteksi pada citra foto udara antara lain pemukiman,
sawah, sungai, kebun campur dan hutan
2. 5 macam obyek yang teridentifiksai pada foto udara berdasarkan unsur
interpretasinya antara lain: kebun campur memiliki rona / warna hijau keabu-
abuan, abu abu kehitaman, ukuran lumayan besar, agar besar, besar, tekstur
halus, kasar, halus bergelombang, pola teratur, situs sawah, jalan, pemukiman,
jalan, Asosiasi jalan, pematang, Jalan, lapangan.

B. Saran

Sebaiknya alat-alat praktikum yang sudah rusak segera diganti atau


diperbaharui agar praktikan dalam melakukan pengamatan tidak ada data yang
keliru.
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, 2007. Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis


menggunakan citra satelit. http://www. Berita iptek.com. Diakses 28 Februari
2007

Estes.J.E. and Simonett.D.S. 1975. Fundamentals of Image Interpretation, In


Manual of Remote Sensing, First Edition, The American Society of
Photogrametry. Falls Church, Virginia.

Felix. F.J. 2009. Level of Blood Pressure Control in A Hypertensive Population


When Measurements are Peformed Outside the Clinical Setting. Cardiology
Journal. Vol. 16.

Lintz, J.Jr. dan D.S. Simonett. 1976. Remote Sensing of Environment. Addison-
Wesley Publishing Company, London.

Lo,C. P. 1976.Geographical Applicatin of Remote Sensing. David and Charles,


London.

Prahasta. 2009. Agribisnis Terong. CV. Pustaka Grafika. Bandung.

Putra, Nusa.2012. Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan. Jakarta : Rajagrafindo


Persada.

Samadi B. 2007. Analisis Usaha Tani. Edisi revisi. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Sampurno, Rizky Mulya , dan Ahmad Thoriq. 2016. Klasfikasi Tutupan Lahan
Menggunakan Citra Landsat 8 Operational Land Imager (Oli) Di Kabupaten
Sumedang.Jurnal Teknotan.Vol. 10 No. 2.
Sari, Putri Marulia, Sudaryatno.2000 .Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh dan
Sistem Informasi Geografis Untuk Identifikasi Mataair Di Kabupaten
Sleman.Jurnal penginderaan jauh.

Marsudi. 2012. Pengaruh Letak Bujur Lintang Persil Bidang Tanah Terhadap Peta
Digital Terhadap Perhitungan Luas menggunakan googleplanimete. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Sutanto, 1986.Penginderaan Jauh Jilid I. Gadjah Mada University


Press,Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai