Anda di halaman 1dari 16

ACARA I

PENGENALAN OBYEK PADA BERBAGAI CITRA


(Pengamatan Secara Monoskopis)

I. TUJUAN : Memberikan keterampilan kepada mahasiswa agar dapat


melakukan pengenalan dan identifikasi obyek pada berbagai
jenis citra dengan berdasarkan unsur-unsur interpretasi citra.

II. BAHAN & ALAT : - Foto udara pankromatik berwarna


- Foto udara pankromatik hitam putih
- Foto udara inframerah berwarna
- Citra Ikonos
- Plastik transparansi
- Kertas kalkir
- Spidol OHP
- Alat tulis menulis

III. CARA KERJA :

Langkah-langkah untuk pengenalan obyek pada foto udara atau citra yaitu :

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.


2. Amati berbagai foto udara dan citra yang digunakan sebagai bahan praktikum. Catat
jenis foto udara dan informasi tepi foto udara yang digunakan (misal nomor foto,
skala, daerah liputan, tahun pemotretan, dan lain-lain).
3. Letakkan foto udara atau citra di bawah plastik transparansi atau kertas kalkir.
4. Buat bingkainya berdasarkan komposisi peta.
5. Delineasi semua obyek yang ada pada foto udara atau citra (pada plastik transparansi
atau kertas kalkir) dengan menggunakan spidol OHP.
6. Lakukan pengenalan berbagai obyek yang ada pada foto udara, baik untuk : man
made features dan natural features. Untuk pengenalan obyek, gunakan unsur
interpretasi citra.
7. Lakukan pengenalan obyek pada jenis foto udara yang lain, dengan menggunakan
unsur interpretasi citra. Susunlah dalam bentuk tabel.
8. Hasil delineasi dan pengenalan obyek, gambarkan ke dalam bentuk peta tentatif
(dalam kertas kalkir, dan gunakan kaidah kartografis).

1
9. Lakukan analisis terhadap kemudahan pengenalan obyek pada berbagai foto
udara yang digunakan.
10. Membuat laporan praktikum.

IV. DASAR TEORI :

Pengenalan obyek merupakan bagian yang vital dalam kegiatan interpretasi citra.
Interpretasi citra adalah kegiatan mengkaji citra dengan maksud untuk mengidentifikasi
obyek dan menilai arti pentingnya obyek. Tanpa dikenali identitas dan jenis obyek yang
tergambar pada citra, tidak mungkin dapat dilakukan analisis lebih lanjut untuk memecahkan
berbagai permasalahan yang akan diteliti. Pengenalan obyek pada citra, dilakukan dengan
penyidikan karakteristik obyek yang terekam pada citra, yaitu :
o Karakteristik Spektral : tercermin dalam tingkat kecerahan/ rona.
o Karakteristik Spasial : tercermin dalam bentuk, ukuran, bayangan, tekstur, pola,
situs, asosiasi.
o Karakteristik Temporal : terkait dengan umur dan saat perekaman.

Foto udara merupakan jenis citra tertua dalam penginderaan jauh, dan telah lama
dikembangkan (sehubungan dengan ketersediaan foto dan alat interpretasinya serta
kemudahan dalam interpretasinya). Gambaran pada foto udara lebih mirip dengan wujud
aslinya di medan dan lebih terperinci apabila dibandingkan dengan gambaran pada citra
lainnya. Sebagai akibatnya, unsur interpretasi citra pada foto udara adalah yang paling
lengkap. Unsur interpretasi citra terdiri : rona atau warna, bentuk, ukuran, tekstur, pola,
tinggi, banyangan, situs, dan asosiasi.

Citra merupakan gambaran yang terekam oleh kamera atau sensor lainnya.
Interpretasi citra merupakan kegiatan mengkaji citra dan atau foto udara dengan maksud
untuk mengidentifikasi obyek dan menilai arti pentingnya obyek. Dengan demikian,
penafsir citra atau intepreter berupaya untuk mengenali obyek yang tergambar pada citra dan
menerjemahkannya ke dalam disiplin ilmu tertentu seperti geografi, pertanian, ekologi, dan
sebagainya. Dalam pengenalan obyek pada citra, terdapat tiga rangkaian kegiatan yang
diperlukan meliputi deteksi, identifikasi, dan analisis. Deteksi adalah pengamatan atas
adanya suatu obyek, atau penentuan ada atau tidaknya obyek pada citra. Deteksi merupakan
tahap paling awal dalam kegiatan interpretasi citra. Keterangan atau informasi yang
diperoleh pada tahap deteksi masih bersifat global.

2
Identifikasi merupakan upaya mencirikan obyek yang telah dideteksi dengan
menggunakan keterangan yang cukup. Keterangan atau informasi yang diperoleh pada tahap
identifikasi bersifat setengah terperinci. Analisis merupakan penarikan kesimpulan obyek
berdasarkan pengejaan ciri-ciri obyek yang terekam. Pada tahap analisis, dengan
berdasarkan hasil identifikasi, dikumpulkan keterangan-keterangan lebih lanjut atau
keterangan selengkap-lengkapnya. Pengklasifikasian berdasarkan proses induksi dan
deduksi, seperti penambahan informasi. Informasi atau keterangan yang diperoleh pada
tahap analisis bersifat terperinci.

Asas pengenalan obyek pada citra, dilakukan melalui pelacakan atau tracing tiga
variasi (perbedaan) yaitu variasi spektral, variasi spasial, dan veriasi temporal. Prinsip
pengenalan obyek pada citra mendasarkan atas penyidikan karakteristiknya pada citra.
Karakteristik obyek yang tergambar pada citra dan digunakan untuk mengenali obyek
disebut unsur interpretasi citra. Unsur interpretasi citra merupakan karakteristik obyek yang
tergambar pada citra dan digunakan untuk pengenalan obyek. Unsur interpretasi citra terdiri
dari :

1. Rona dan Warna

Rona dan warna disebut unsur dasar.hal ini mencerminkan betapa pentingnya rona
dan warna di dalam mengenali obyek. Tiap obyek tampak pertama pada citra berdasarkan
rona atau warnanya. Setelah warna atau rona yang sama dikelompokkan dan diberi garis
batas untuk memisahkannya dari rona atau warna yang berlainan, barulah tampak bentuk,
tekstur, pola, ukuran dan bayangannya. Itulah sebabnya maka rona dan warna disebut unsur
dasar menginggat pentingnya rona dan warna sebagai unsur dasar. Rona merupakan tingkat
kegelapan atau kehitaman pada citra, dan pada umumnya rona dibedakan menjadi putih,
kelabu putih, kelabu hitam, dan hitam. Dalam interpretasi citra, rona dan warna merupakan
kunci utama untuk pengenalan obyek, sehingga rona dan warna disebut unsur dasar atau
unsur interpretasi primer. Rona pada foto pankromatik merupakan atribut bagi objek yang
berinteraksi dengan seluruh spektrum tampak yang sering disebut sinar putih, yaitu spektrum
dengan panjang gelombang (0,4 – 0,7). Di dalam penginderaan jauh spektrum demikian
disebut spektrum lebar.

Rona dapat diukur dengan dua cara, yaitu dengan cara relatif dengan menggunakan
mata biasa dan dengan cara kuantitatif dengan menggunakan alat. Dengan menggunakan
mata biasa, pada umumnya rona dibedakan menjadi lima tingkat yaitu putih, kelabu-putih,

3
kelabu, kelabu-hitam dan hitam. Dengan menggunakan alat maka rona dapat dibedakan
dengan lebih pasti dan dengan tingkat pembedaan yang lebih banyak.

Faktor – faktor yang mempengaruhi rona :


a) Karakteristik objek
b) Bahan yang digunakan
c) Pemrosesan emulasi
d) Cuaca
e) Letak objek

Contoh pengenalan obyek berdasarkan pada rona : pada foto pankromatik, air
nampak dengan rona gelap, namun air akan nampak dengan rona cerah apabila air tersebut
dangkal, deras alirannya, keruh, atau gabungan di antaranya.

Sedangkan warna adalah wujud yang tampak pada mata dengan menunjukan
spektrum sempit. Lebih sempit dari spektrum tampak dan tingkat kegelapan yang beragam
warna biru, hijau, kuning, merah, jingga dan lainnya. Sebagai contoh, obyek tampak biru,
hijau, atau merah bila ia hanya memantulkan spektrum dengan panjang gelombang (0,4 –
0,5), (0,5 – 0,6) atau (0,6 – 0,7), sebaliknya bila obyek menyerap sinar biru maka ia akan
memantulkan warna hijau dan warna. Sebagai akibatnya maka obyek akan tampak dengan
warna kuning. Berbeda dengan rona yang hanya menyajikan tingkat kegelapan di dalam
wujud hitam putih, warna menunjukan tingkat kegelapan yang lebih beraneka. Ada tingkat
kegelapan di dalam warna biru, hijau, merah, kuning, jingga dan warna lainnya.

Cara pengukuran warna yaitu sebagai berikut :


 Cara integral adalah pengukuran warna gabungan yang dibuahkan oleh lapisan-
lapisan zat warna, tanpa memisahkan satu persatu.
 Cara pengukuran analitik adalah pengukuran densiti pada tiap panjang gelombang
bagi tiap lapis zat warna.

Sedangkan faktor – faktor yang mempengaruhi warna antara lain :


Panjang gelombang sinar yang membentuk warna itu.panjang gelombang (0,4 – 0,5)
membentuk warna biru sedang warna gelombang (0,5 – 0,7) membentuk warna
kuning.
Panjang gelombang yang dominan atau panjang gelombang rata-rata yang
membentuk warna disebut “hue”. Dengan kata lain hue merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi warna.

4
Kejenuhan (soturation)
Intensitas. Kejenuhan mencirikan julat (range) panjang gelombang yang membentuk
warna. Intensitas ditentukan oleh jumlah total sinar yang dipantulkan, terlepas dari
panjang gelombangnya.

2. Bentuk

Bentuk merupakan atribut yang jelas, sehingga banyak obyek yang dapat
dikenali berdasarkan bentuknya saja. Dalam konteks ini bentuk dapat berupa bentuk yang
tampak dari luar (umum), maupun menyangkut susunan atau struktur yang lebih rinci.
Contoh : gedung perkantoran biasanya berbentuk huruf I, L atau U. Pohon kelapa berbentuk
bintang sedang pinus berbentuk kerucut. Contoh lainnya dari pengenalan obyek berdasarkan
bentuk : tajuk pohon palma berbentuk bintang, tajuk pohon pinus berbentuk kerucut, dan
tajuk bambu berbentuk bulu-bulu.

3. Ukuran

Ukuran merupakan atribut obyek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi, lereng,
dan volume. Ukuran obyek pada citra merupakan fungsi skala, sehingga dalam interpretasi
citra harus selalu diperhatikan skalanya. Karena ukuran objek pada citra merupakan fungsi
skala, maka di dalam memanfaatkan ukuran sebagai unsur interpretasi citra harus selalu
diingat skalanya. Sebagai contoh : ukuran suatu rumah dibedakan apakah rumah hunian,
kantor, atau pabrik. Rumah hunian biasanya ukuranya relatif lebih kecil dibandingkan
dengan perkantoran atau pabrik. Contoh lain pengenalan obyek berdasarkan ukuran :
lapangan sepak bola, disamping dicirikan dari bentuknya yang persegi panjang, lebih
dicirikan dari ukurannya yaitu 100m x 80m.

4. Tekstur

Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra, atau pengulangan rona
kelompok obyek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual. Tekstur sering
dinyatakan dalam tekstur kasar, sedang, dan halus. Contoh pengenalan obyek berdasarkan
tekstur : hutan bertekstuk kasar, belukar bertekstur sedang, semak bertekstur halus. Tanaman
padi bertekstur halus, tanaman tebu bertekstur sedang, dan tanaman pekarangan bertekstur
kasar. Sedangkan permukiman, dan air yang tenang bertekstur halus.

5
5. Pola

Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak obyek
buatan manusia dan beberapa obyek alamiah yang membentuk susunan keruangan. Contoh
perumahan real estate dikenali dengan pola yang teratur sedangkan perkampungan menyebar
tidak teratur. Perkebunan polanya teratur dan dapat dibedakan dengan vegetasi lainnya.
Contoh lain pengenalan obyek berdasarkan pola : kebun karet, kopi, dikenali dari pola
larikan dan jarak tanamnya yang teratur.

6. Bayangan

Bayangan bersifat menyembunyikan obyek yang berada di daerah gelap, sehingga


obyek yang tertutup bayangan akan samar atau tidak tampak sama sekali. Namun bayangan
sering merupakan kunci pengenalan yang penting dari obyek yang justru lebih tampak dari
bayangannya dan merupakan faktor penting untuk mengamati obyek-obyek yang
tersembunyi. Contoh pengenalan obyek berdasarkan bayangan : lereng yang curam, lebih
mudah dikenali dari bayangannya. Cerobong asap pabrik, menara, bak air yang dipasang
tinggi akan tampak dari bayangan. Selain itu, tembok stadion, gawang sepak bola, dan pagar
keliling lapangan tenis pada foto berskala 1: 5.000 juga lebih tampak dari bayangannya.

7. Situs

Situs diartikan sebagai letak obyek terhadap obyek lain di sekitarnya. Situs bukan
merupakan ciri obyek secara langsung, melainkan dalam kaitannya dengan
lingkungan sekitar. Situs ini berupa unit terkecil dalam suatu sistem wilayah morfologi
yang dipengaruhi oleh faktor situs, seperti : (1) beda tinggi, (2) kecuraman lereng, (3)
keterbukaan terhadap sinar, (4) keterbukaan terhadap angin, dan (5) ketersediaan air
permukaan dan air tanah. Lima faktor situs ini mempengaruhi proses geomorfologi maupun
proses atau perujudan lainnya. Contoh pengenalan obyek berdasarkan situs : sawah, situsnya
di dataran alluvial. Tajuk pohon yang berbentuk bintang mencirikan pohon palma. Mungkin
jenis palma tersebut berupa pohon kelapa, kelapa sawit, sagu, nipah, atau jenis palma
lainnya. Bila tumbuhnya bergerombol (pola) dan situsnya di air payau, maka yang tampak
pada foto tersebut mungkin sekali nipah. Contoh lain situs kebun kopi terletak di tanah
miring karena tanaman kopi menghendaki pengaturan air yang baik. Situs pemukiman
memanjang umumnya pada igir beting pantai, tanggul alam, atau di sepanjang tepi jalan.

6
8. Asosiasi

Beberapa obyek sering berasosiasi erat dengan obyek lain sehingga suatu obyek
dapat ditandai dengan obyek lainnya. Asosiasi ini lebih besar manfaatnya dalam mengenali
obyek bentukan manusia. Keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek yang lain,
berdasarkan asosiasi tersebut maka bila telah dikenali satu obyek tertentu maka dapat
dijadikan petunjuk bagi obyek yang lain. Contoh : stasiun kereta api berasosiasi dengan rel,
lapangan sepak bola berasosiasi dengan gawang, tribun penonton bila itu stadion yang besar,
dan sebagainya.

Citra Foto atau foto udara adalah foto yang dibuat atau direkam dengan pesawat
udara atau wahana lain, menggunakan kamera sebagai sensornya, menggunakan bagian
spektrum tampak mata atau perluasannya yaitu spektrum ultraviolet dekat dan inframerah
dekat. Foto udara merupakan jenis citra yang paling tua dalam penginderaan jauh dan paling
banyak digunakan, karena berbagai alasan antara lain : caranya sederhana, tidak mahal,
mempunyai resolusi spasial baik (karena foto udara berskala besar), integritas geometriknya
baik (data jarak, luas, arah, ketinggian, dan lereng) lengkap.

Jenis-jenis foto udara, dapat dibedakan berdasarkan atas : Spektrum elektromagnetik


(panjang gelombang) yang digunakan, arah sumbu kamera, sudut pandang/liputan kamera,
jenis kamera, dan berdasarkan wahana. Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang
digunakan, foto udara dibedakan menjadi :

a) Foto Udara Ultraviolet


Yaitu foto udara yang dibuat dengan menggunakan spektrum ultraviolet (panjang
gelombang 0,3 – 0,4 μm). Foto udara ini merupakan jenis foto udara dalam pengembangan.

b) Foto Udara Ortokromatik


Yaitu foto udara yang dibuat dengan menggunakan spektrum dari saluran biru hingga
saluran hijau (panjang gelombang 0,4 – 0,56 μm). Foto udara ortokromatik mempunyai rona
yang lemah (tidak tajam), tetapi mempunyai daya tembus air yang besar (hingga 20
m), sehingga baik untuk studi pantai atau kelautan dan studi vegetasi.

c) Foto Udara Pankromatik


Yaitu foto udara yang dibuat dengan menggunakan seluruh spektrum tampak
(panjang gelombang 0,4 – 0,7 μm). Foto Pankromatik ini kepekaannya sama dengan mata
manusia, sehingga mudah diinterpretasi. Kesan yang terlihat pada foto sama wujudnya
dengan wujud di lapangan (pada foto pankromatik berwarna).

7
Obyek yang banyak memantulkan tenaga, pada foto nampak dengan rona cerah,
sedangkan obyek yang banyak menyerap tenaga, ronanya nampak gelap pada foto. Informasi
metrik pada foto udara pankromatik lebih baik, mempunyai resolusi spasial halus, sehingga
batas antar obyek jelas.

d) Foto Udara Inframerah


Yaitu foto udara yang dibuat dengan menggunakan spektrum inframerah dekat
(panjang gelombang 0,7 – 0,9 μm, 0,7 – 1,2 μm, dan 0,55 – 0,9 μm). Foto udara inframerah
ini baik untuk studi vegetasi, dan mempunyai daya tembus yang besar terhadap kabut tipis
(sehingga memungkinkan dilakukan pemotretan dari pesawat terbang yang tinggi). Foto
udara inframerah juga mempunyai daya serap air yang besar (beberapa desimeter saja air
nampak gelap), sehingga baik untuk studi hidrologi.

e) Foto Udara Multiband atau Multispektral


Yaitu foto udara yang dibuat dengan menggunakan bagian-bagian spektrum yang
lebih sempit, dan perekaman dilakukan pada saat bersamaan. Pada umumnya dibuat dengan
empat saluran yaitu : biru (0,4 – 0,5 μm), hijau ( 0,5 – 0,6 μm), merah (0,7 – 0,8 μm), dan
inframerah (0,8 – 0,9 μm). Foto yang dihasilkan mempunyai format kecil, dan menghasilkan
banyak data.

Penginderaan Jauh merupakan salah satu teknologi informasi spasial yang


perkembangannya cukup pesat, dan sangat membantu dalam kajian Geografi. Dengan segala
keunggulan yang dimilikinya, penginderaan jauh banyak membantu geografiwan sebagai
sumber data dalam perolehan data spasial maupun dalam analisis geografi. Citra
penginderaan jauh menyajikan data permukaan bumi secara lengkap dan mirip dengan letak
dan wujudnya di permukaan bumi,dan merupakan model medan ikonik.

Perkembangan penginderaan jauh yang cukup pesat memunculkan berbagai jenis


citra penginderaan jauh yang mempunyai resolusi yang baik. Selain citra foto (foto udara
konvensional), foto udara small format, foto udara digital, juga berkembang citra non foto
seperti : Landsat 1-7, SPOT 2-5, IKONOS, Quickbird, MODIS-tera, NOAA, dan
sebagainya, sehingga sangat banyak informasi permukaan bumi yang dapat diperoleh. Citra
IKONOS mempunyai resolusi spasial 1 meter, sehingga setiap obyek yang berukuran 1
meter persegi di lapangan, akan tergambar. Selain itu resolusi spektral citra IKONOS juga
cukup baik, karena merupakan citra multispektral. Dengan resolusi spasial dan spektral
yang sangat baik tersebut, citra IKONOS dapat menggambarkan medan dan

8
permukaan bumi secara detil, sehingga sangat membantu dalam analisis spasial yang
merupakan inti kajian Geografi.

V. HASIL & PEMBAHASAN

Pada praktikum penginderaan jauh acara pertama ini yang dilaksanakan pada hari
Senin, 14 Desember 2015 di Laboratorium Geografi Gedung A FKIP UNS dengan tema
atau judul pengenalan obyek pada berbagai citra dengan pengamatan secara monoskopis
yang bertujuan memberikan keterampilan kepada mahasiswa agar dapat melakukan
pengenalan dan identifikasi obyek pada berbagai jenis citra dengan berdasarkan unsur-unsur
interpretasi citra. Foto udara atau citra yang digunakan pada praktikum kali ini antara lain :
Foto udara pankromatik berwarna, Foto udara pankromatik hitam putih, Foto udara
inframerah berwarna, dan Citra Ikonos. Foto udara atau citra tersebut dibagikan secara acak
kepada mahasiswa yang mengikuti praktikum. Setiap mahasiswa mendapatkan satu foto
udara atau citra yang berbeda-beda dan satu kertas transparan atau kertas kalkir untuk
mendelineasi dan mengenali obyek yang ada di foto udara atau citra yang didapatkan.
Kemudian lakukan tahap-tahap selanjutnya sesuai dengan langkah kerja.

Pada praktikum kali ini, saya mendapatkan Citra Ikonos Google Earth daerah
Kabupaten Karanganyar. Satelit Ikonos adalah satelit dengan resolusi tinggi yang
dioperasikan oleh GeoEye. Memiliki resolusi spasial 3,2 m untuk multispektral dan 0,82 m
untuk pankromatik. Aplikasi citra Ikonos ini meliputi pemetaan kota dan pedesaan serta
sumberdaya alam dan bencana alam, pemetaan objek pajak, pertanian dan analisis hutan,
pertambangan, teknik sipil, konstruksi dan deteksi perubahan.

Tabel. Band Spektral Pada Sensor IKONOS

Tipe Data Julat Spektral (μm)


Pankromatik 0,45 – 0,90
Multispektral Band 1 0,45 – 0,53 (Biru)
Multispektral Band 2 0,52 – 0,61 (Hijau)
Multispektral Band 3 0,64 – 0,72 (Merah)
Multispektral Band 4 0,77 – 0,88 (Inframerah Dekat)

Produk dari satelit Ikonos antara lain :

 Georetified Product (Geo) : Produk ideal untuk interprestasi, karena sudah direktifikasi
pada datum dan system proyeksi.

9
 Orthorectified Product : Pada produk ini telah di lakukan orthorectifikasi pada clipsoid
dan proyeksi peta tertentu, untuk menghilangkan distorsi citra akibat kesalahan
geometric dan pergeseran relief.

 Stereo Product : Menggunakan film kamera model regional polinominal coefisient


(RCP), yang menyediakan model data kamera dendan paket progam untuk fotogrametri
dengan koordinat 3D, DEM dan yang telah diorthorektifikasi.

Sebelum menginterpretasi citra yang ada, terlebih dahulu kami menyediakan alat dan
bahan yang akan digunakan dalam menginterpretasi citra, adapun langkah awal yang kami
lakukan pada saat akan menginterpretasikan citra yaitu dengan menempelkan plastik
transparan yang telah digunting seukuran kertas A3 di atas citra ikonos yang kemudian kedua
ujung antara plastik dan citra direkatkan dengan isolasi agar plastik transparan tidak bergeser
dari citra ikonos, setelah ujung-ujung plastik lurus dengan ujung-ujung citra kemudian
membuat garis tepi pada plastik transparan sesuai dengan garis tepi yang ada pada citra atau
menciplak bingkai pada citra, garis tepi yang dibuat pada plastik transparan yaitu garis tepi
dalam dan garis tepi luar pada citra atau biasa disebut juga bingkai dalam citra dan bingkai
luar citra. Setelah itu lakukan interpretasi citra, langkah awal yang kami lakukan yaitu
mengidentifikasi obyek pada citra, obyek pada citra ikonos tidaklah nampak seperti peta
pada umumnya, karena itu untuk mengidentifikasi obyek-obyek yang ada pada citra tersebut
kami melihat atas dasar rona dan warna, tekstur, pola, situs, dan lain sebagainya. Pada
praktikum ini kami hanya mengidentifikasi 10 obyek umum yang ada di citra ikonos Google
Earth antara lain Sungai, Sawah, Jalan, Permukiman, Sekolah, Lapangan, Vegetasi, Pabrik,
Ruang Terbuka Hijau, dan Perumahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel.

Sstiap obyek memiliki ciri khasnya masing-masing dari rona/warnanya, pola, tekstur,
asosiasi, situs, bayangan, asosiasi, dan bentuknya. Obyek yang ada di Citra Ikonos Google
Earth akan dijelaskan lebih lengkap di bawah ini.

10
OBYEK YANG RONA / KESIMPULAN
NO. BENTUK UKURAN TEKSTUR POLA BAYANGAN SITUS ASOSIASI
DIIDENTIFIKASI WARNA OBYEK
Berupa Cukup
1. A Agak Gelap Halus Teratur - SAWAH
Petakan Luas
Berupa Relatif
2. B Cerah Kasar Teratur - PERMUKIMAN
Petakan Kecil
Berasosiasi
Garis
Tidak dengan Lahan
3. C Gelap Berkelok- Halus - SUNGAI
Teratur Kosong dan
Kelok
Jalan
4. D Gelap Halus Teratur - JALAN
Relatif Tidak
5. E Agak Cerah Halus - LAPANGAN
Kecil Teratur
Tidak
6. F Agak Gelap Kasar - VEGETASI
Teratur
Berbentuk
huruf I, L, dan Relatif Tidak
7. G Cerah Agak Kasar - SEKOLAH
U atau persegi Kecil Teratur
panjang
Terdapat
Cukup Tidak bayangan
8. H Cerah Memanjang Agak Kasar PABRIK
Besar Teratur ditengah-tengah
bagian atapnya
Berupa Relatif
9. I Cerah Kasar Teratur - PERUMAHAN
Petakan Kecil
Sekitar
RUANG
Tidak permuki-
10. J Cerah Agak Kasar - TERBUKA
Teratur man, jalan
HIJAU
dan sungai
Bila dilihat sekilas sangat susah untuk mengidentifikasi obyek tersebut karena pada
citra ikonos tidak jelas penampakannya dan tidak teratur serta berpencar baik warna maupun
bentuknya, oleh karena itu menginterpretasi citra harus dibantu dengan melihat unsur-unsur
interpretasi citra, yang pertama kami lakukan yaitu melihat berdasarkan warna, kami mulai
dengan mencari sawah, karena biasanya sawah disimbolkan dengan warna orange maka
kami kemudian mengidentifikasi pada citra yang memiliki warna orange, dan kami
menemukan obyek yang berwarna orange yang cukup besar, kemudian kami menarik garis
pada plastik transparan yang terletak diatas citra pada penampakan yang berwarna orange
sehingga membentuk poligon tertutup dengan menggunakan spidol orange dan menuliskan
nama obyeknya ditengah poligon sehingga nantinya bisa diketahui bahwa obyek yang dibuat
poligon tersebut adalah sawah. Karena poligon tertutup agak besar maka kami
identifikasikan sebagai sawah. Sawah memiliki tekstur yang halus, pola teratur, berbentuk
petakan, dan biasanya berada di dekat jalan, permukiman penduduk, pabrik, dan sungai.

Pabrik atau industri memiliki gedung dengan ukuran besar pada umumnya
memanjang, beberapa gedung sering bergabung dengan jarak yang dekat (rapat). Gedung
terletak dipinggir jalan, sawah, terdapat tempat bongkar muat barang, terkadang terlihat
tangki air atau bahan bakar, cerobong asap, dan sebagainya. Kawasan pabrik Pabrik dapat
dikenali dengan bentuknya yang serba lurus dan ukurannya yang besar, jauh lebih besar dari
ukuran rumah mukim pada umumnya. Biasanya pabrik berasosiasi dengan lori yang tampak
pada foto dengan bentuk empat persegi panjang dan ronanya kelabu, mengelompok dalam
jumlah besar. Namun, pada citra tidak trdapat lori. Kemungkinan pabrik tersebut merupakan
industry seperti rokok, dan lain sebagainya. Pola perumahan yang teratur dan letaknya yang
berdekatan dengan pabrik atau kawasan industri mengisyaratkan bahwa perumahan itu
merupakan perumahan karyawan pabrik. Kawasan pabrik biasanya jauh dari permukiman
penduduk selain agar tidak mengganggu aktivitas penduduk juga agar kegiatan pabrik bisa
dilakukan dengan lancer tanpa ada kendala dari penduduk sekitar. Pembangunan kawasan
pabrik atau industri biasanya dilaukan di lahan kosong yang dekat dengan jalan raya atau di
sekitar sawah agar aksesibilitasnya mudah.

Kemudian kami ingin mengidentifikasi vegetasi pada citra karena vegetasi biasanya
disimbolkan dengan warna hijau maka kami kemudian melihat pada citra yang memiliki
warna hijau, berdasarkan pengamatan kami pada citra banyak sekali warna hijau, dan
berpencar, warna hijau yang terlihat pada citra ada berapa macam, ada yang hijau muda dan
ada yang hijaunya sedikit tua dan berserat-serat, untuk itu cara mengidentifikasinya yaitu

12
melihat berdasarkan tekstur dan warna. Pada citra ada sebagian berwarna agak hijau tua yang
penampakannya agak kasar seperti berserat yang kemudian kami identifikasikan sebagai
vegetasi yang biasanya terlihat kasar pada citra, selain itu ada sebagian hijau yang sedikit
muda dengan tekstur halus yang kemudian kami identifikasikan sebagai vegetasi yang terdiri
dari hutan dan vegetasi homogen yang lainnya yang terdapat kawasan ruang terbuka hijau
karena pada citra terkesan penampakannya agak kasar. Kawasan ruang terbuka hijau dan
vegetasi saling berasosiasi dan biasanya terdapat di lahan terbuka atau di sekitar sungai.

Beberapa unsur bentang alam yang dijabarkan berdasarkan kenampakan pada citra
satelit ikonos salah satunya yaitu sungai. Berdasarkan citra tersebut dapat diinterpretasikan
bahwa sungai berwarna biru tua dengan rona gelap, jika menggunakan sinar visible maka
akan menyerap sinar matahari, dipancarkan spektrum 0,4-0,5µm. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa dengan adanya interpretasi citra berdasarkan rona dan warna
memudahkan untuk mengenali objek. Sungai memiliki tekstur permukaan air yang seragam
dengan rona yang gelap jika airnya jernih atau berona cerah jika airnya keruh. Arah aliran
sungai ditandai oleh bentuk sungai yang melebar pada bagian muara, pertemuan sungai
memiliki sudut lancip sesuai dengan arah aliran, perpindahan meander ke arah samping dan
ke arah bawah (muara), ketinggiannya semakin rendah ke arah muara, gosong sungai
meruncing ke arah hulu dan melebar ke arah muara. Sungai terdapat di sekitar lahan terbuka
dan biasanya dekat dengan kawasan permukiman. Di tepi sungai terdapat vegetasi untuk
menjaga agar tidak banjir dan mencegah terjadinya erosi.

Selanjutanya kami melakukan identifikasi pada obyek berikutnya yaitu permukiman,


untuk melihat pemukiman kami melihat berdasarkan warna karena biasanya pada peta
permukiman disimbolkan dengan warna coklat, maka kami lebih memfokuskan pada citra
yang berwarna coklat, berdasarkan pengamatan kami melihat banyak sekali penampakan
yang berwarna coklat baik di dekat jalan, vegetasi, sawah, pabrik, sungai dan letaknya
tersebar di mana-mana sehingga kami sangat sulit untuk mengidentifikasi pemukiman pada
citra ikonos tersebut berdasarkan warna saja untuk itu perlu juga dilihat pola dan situsnya
pada citra, berdasarkan situs biasanya pemukiman itu berada disepanjang jalan, tanggul alam
seperti sungai dan memiliki pola yang menyebar disepanjang jalan, maka kami kemudian
mengidentifikasi penampakan berwarna coklat disepanjang sungai dan disepanjang jalan
sebagai permukiman dan kemudian kami membuat poligon tertutup dengan menggunakan
spidol warna coklat dengan nama obyek ditengah poligon. Berdasarkan hal tersebut
kemudian kami membuat poligon tertutup pada citra yang berwarna coklat muda yang

13
terdapat diantara vegetasi dan jumlahnya sangat banyak. Ini menandakan bahwa di daerah
Karanganyar terdapat cukup banyak penduduk yang tinggal disana. Rumah mukim
berbentuk emppat persegi panjang, terdapat bayangan ditengah-tengah bagian atapnya,
terletak di dekat jalan dan ukuran rumah relatif kecil

Kemudian kami mengidentifikasi jalan, jalan pada citra tidak bisa identifikasi dengan
warna saja karena warnanya tidak nampak pada citra karena jalan termasuk kecil sehingga
tidak nampak pada citra oleh karena itu kami melihat berdasarkan bentuk dan asosiasi karena
tentunya disepanjang permukiman memiliki jalan dan disetiap permukiman ada jalan, selain
itu berdasarkan bentuk kami juga melihat disepanjang pinggir terdapat garis tipis begitu juga
di dalam permukiman terlihat seperti garis kotak-kotak sehingga kami identifikasikan
sebagai jalan. Jalan raya memiliki bentuk memanjang, lebarnya seragam dan relatif lurus.
Tekstur halus serta rona yang kontras dengan daerah sekitar dan pada umumnya cerah.
Simpang jalan tegak lurus atau mendekati tegak lurus. Lalu kami menarik garis berdasarkan
identifikasi tersebut dengan menggunakan spidol warna merah.

Gedung sekolah bentuknya seperti I, L, atau U dengan halaman yang teratur dan
bersih serta luas, ronanya gelap tidak memiliki batasan ukuran dengan bentuk prtak-petak
dan polanya teratur. Terdapat di setiap wilayah, biasanya dikawasan permukiman, dekat
sawah atau jalan dan memiliki tekstur kasar.

Lapangan memiliki bentuk yang beravariasi dengan tekstur halus agak kasar dan
biasanya terdapat pepohonan, rumput atau semak di sekitarnya. Pola dari lapangan tidak
teratur, tidak memiliki bayangan, dan berasosiasi di daerah yang belum dibangun atau tidak
terbangun. Lapangan biasanya terdapat di sekitar sekolah atau dekat dengan permukiman.
Pada peta kami gambar dengan warna coklat tua.

Kemudian untuk Perumahan memiliki pola teratur dan bertekstur kasar. Perumahan
memiliki bentuk yang seragam antar rumah yang berbeda dengan kawasan permukiman.
Biasanya setiap rumah memiliki bentuk dan ukuran yang sama. Pada citra ikonos tersebut
kawasan perumahan terdapat di sekitar pabrik/ industri yang menandakan bahwa perumahan
tersebut merupakan perumahan karyawan pabrik. Pada peta kawasan perumahan tersebut
kami beri warna kuning untuk membedakan dengan kawasan permukiman penduduk.

Untuk membuat peta hasil interpretasi citra ikonos dilihat berdasarkan identifikasi
pada citra yang sudah dibuat pada plastik transparan tadi, untuk itu plastik transparan
tersebut dipindahkan ke kertas kalkir karena tidak mungkin membuat peta diatas plasitk

14
transparan, kemudian hasilnya tersebut diwarnai pada poligon yang telah dibuat, warna yang
diberikan pada tiap poligon disesuaikan dengan obyek yang sudah diidentifikasi misalnya
waran biru untuk sungai, warna coklat muda untuk permukiman, warna orange untuk
sawah/ladang, hijau tua untuk vegetasi, hijau muda untuk ruang terbuka hijau, kuning untuk
perumahan, putih untuk pabrik/kawasan pabrik, coklat tua untuk lapangan, putih berbentuk
huruf L atau I untuk sekolah, dan warna merah untuk jalan. Setelah semua obyek diwarnai
kemudian memberi keterangan atau legenda pada tepi kanan peta hasil interpretasi citra
ikonos tersebut. Namun, berhubung kertas kalkir yang saya dapatkan tidak mencukupi, peta
yang saya buat tidak ada legenda atau unsur-unsur peta lainnya.

VI. KESIMPULAN :

Dari praktikum yang dilakukan pada Senin, 14 Desember 2015 pada pukul 11.00
sampai selesai yang dilaksanakan di Laboratorium Geografi di Gedung A FKIP UNS, kita
dapat melakukan pengenalan dan identifikasi obyek pada berbagai jenis citra dengan
berdasarkan unsur-unsur interpretasi citra melalui pengamatan secara monoskopis. Adapun
citra atau foto udara yang saya dapatkan adalah Citra Ikonos (Google Earth) daerah
Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Untuk dapat mengidentifikasi obyek melalui citra
perlu dibantu dengan unsur-unsur interpertasi yang terdiri dari rona/warna, bentuk, ukuran,
tekstur, pola, bayangan, situs dan asosiasi serta teknik interpretasi citra.

Berdasarkan pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam menginterpretasi


citra tergantung dari latihan atau pengalaman penafsir, sifat objek yang diinterpretasi, dan
kualitas foto yang digunakan. Pengalaman penafsir dalam menginterpretasikan citra juga
sangat penting, karena dengan semakin luas wawasan dalam menimba ilmu yang erat
kaitannya interpretasi citra, maka akan mudah baginya dalam menginterpretasi citra tersebut.
Di dalam mengenalkan objek yang tergambar pada citra, ada tiga rangkaian kegiatan yang
diperlukan, yaitu deteksi, identifikasi, dan analisis. Kesemuanya merupakan satu rangkaian
yang tidak dapat dipisahkan. Adapun unsur interpretasi citra untuk mengenali objek antara
lain : rona,warna,bentuk,ukuran, tekstur, pola,bayangan, situs, dan asosiasi. Adapun unsur
bentuk, beberapa objek demikian mencirikan sehingga citranya dapat diidentifikasi langsung
hanya berdasarkan kriteria ini.
Sifat objek yang diinterpretasi antara wilayah satu dengan wilayah lainnya berbeda
– beda. Oleh karena itu perlu adanya ketelitian dalam mengenal objek wilayah tersebut.
Kualitas citra juga sangat berpengaruh terhadap interpretasi citra. Salah satu citra yang

15
sampai sekarang masih digunakan dalam interpretasi citra dan memiliki kualitas hasil yang
bagus adalah citra ikonos. Citra ikonos dapat diakses melalui aplikasi google earth secara
gratis. Sehingga dengn adanya citra ikonos yang dapat membantu dalam menginterpretasi
suatu kawasan atau wilayah di permukaan bumi ini. Dalam menginterpretasi citra,
konvergensi bukti perlu dilakukan. Sehingga memudahkan penafsir untuk mengambil
sebuah kesimpulan.

VII. DAFTAR PUSTAKA :

Materi PowerPoint Bu Rahning Utomowati Tentang Analisis dan Interpretasi Citra.


Modul Praktikum Penginderaan Jauh yang Disusun Oleh : Rahning Utomowati, S.Si, M.Sc
dan Pak Gentur Adi Tjahjono, S.Si
http://yanti-geoblog.blogspot.co.id/2012/03/inderaja.html diakses pada Sabtu, 19 Desember
2015 pukul 16.40

16

Anda mungkin juga menyukai