Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDRAAN JAUH

ACARA 3

INTERPRETASI OBYEK BERUPA VEGETASI DAN


MENGKLASIFIKASIKAN BERDASARKAN TINGKAT
KERAPATANNYA SUNGAI KAPUAS, KALIMANTAN

Disusun oleh

ARDIANSYAH

1813034029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
ACARA 3

Interpretasi Obyek Berupa Vegetasi Dan Mengklasifikasikan Berdasarkan


Tingkat Kerapatannya Sungai Kapuas, Kalimantan

I. Tujuan

Melakukan interpretasi obyek berupa vegetasi dan mengklasifikasikan


berdasarkan tingkat kerapatannya sungai kapuas, kalimantan.

II . Alat dan Bahan

Alat yang digunakan meliputi :

1. Spidol OHP
2. Kertas Transparan
3. Penggaris
4. Kertas HVS/Polio Bergaris

Bahan yang digumakan meliputi:

1. Citra satelit/foto udara

III. Tinjauan Pustaka

A. Penginderaan Jauh

1. Pengertian Pengindraan Jauh

Indraja adalah singkatan dari pengindraan jauh atauremotesenseing.


Menurut Lindgreen, pengindraan jauh berarti teknik yang dikembangkan
untuk memperoleh dan menganalisis informasi tentang bumi.Jadi
pengindraan jauh berarti ilmu, seni, dan teknik untuk memperoleh
informasi tentang objek, area, atau gejala dengan jalan menggunakan alat
tanpa kontak langsung dengan objek, area, atau gejala yang dikaji.
Pada gambar berikut, matahari merupakan sumber tenaga, sedangkan
udara atau atmosfer sebagai zat pengantarnya. Objek di muka bumi akan
memantulkan sumber tenaga ke sensor. Pada objek yang mempunyai
tenaga pancaran, jumlah tenaga yang mencapai sensor tergantung pada
suhu dan daya pancar objek, pada sensor inilah objek tersebut direkam,
diproses lalu menghasilkan data pengindraan jauh yang berupa data digital
atau citra.Data tersebut ditafsirkan sehingga menjadi data informasi yang
akan dimanfaatkan oleh pengguna data.

2. Komponen Penginderaan Jauh

Proses pemotretan objek yang sedang diteliti, baik melalui pesawat


terbang maupun satelit, merupakan tahap pengumpulan data yang hasilnya
berupa citra foto udara atau citra satelit. Tahap pengumpulan data ini
memerlukan komponen pendukung, yaitu :
a) Sumber Tenaga
Sumber tenaga yang umumnya digunakan adalah sinar matahari,
sedangkan tenaga yang lain, misalnya sinar bulan dan sinar buatan.
Penggunaan sinar matahari sebagai sumber tenaga disebut sistem pasif,
sedangkan apabila menggunakan tenaga buatan disebut sistem
aktif.Fungsi dari sumber energi adalah untuk menyinari objek
(permukaan bumi) dan memantulkan pada sensor. Cerah dan tidaknya
wujud objek yang dihasilkan tergantung pada jumlah energi yang
diterima oleh sensor.

b) Atmosfer
Atmosfer adalah lapisan udara yang menyelubungi bumi. Tidak semua
spektrum gelombang elektro magnetik dapat sampai di permukaan
bumi, karena dalam atmosfer ada proses pembauran dan
penyerapan.Penyerapan dilakukan oleh molekul atmosfer, sedangkan
spektrum elektro magnetik yang dapat mencapai bumi disebut dengan
jendela atmosfer.

c) Wahana
Dalam pengindraan jauh, bumi dipotret dari ruang angkasa dengan
menggunakan pesawat atau satelit. Pesawat atau satelit inilah yang
disebut dengan wahana. Jarak pemotretan terbagi menjadi tiga tingkat
ketinggian, yaitu:
 Ketinggian 1.000 m sampai 9.000 m dari permukaan laut,
pemotretan dilakukan dengan menggunakan pesawat terbang
rendah sampai medium (lowto medium altitudeaircraft). Citra yang
dihasilkan adalah citra foto (foto udara).
 Ketinggian sekitar 18.000 m dari permukaan bumi, pemotretan
dilakukan dengan menggunakan pesawat terbang tinggi
(highaltitudeaircraft). Citra yang dihasilkan adalah foto udara
dan multispectralscanners data.
 Ketinggian 400 km sampai 900 km dari permukaan bumi,
pemotretan dilakukan dengan menggunakan satelit. Citra yang
dihasilkan adalah citra satelit.
d) Objek
Objek adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran dalam pengindraan
jauh, antara lain atmosfer, biosfer, hidrosfer, dan litosfer.
e) Sensor
Sensor berfungsi sebagai alat perekam objek yang sedang diselidiki.
Setiap sensor mempunyai tingkat kepekaan yang berbeda-beda. Ada
dua macam sensor, yaitu:
 Sensor fotografik, sensor ini berupa kamera yang dapat
menghasilkan foto atau citra.
 Sensor elektronik, sensor yang cara kerjanya secara elektrik
dan sistem pemrosesannya menggunakan komputer dan sensor
elektronik disebut citra pengindraan jauh.
f) Produk (data yang diperoleh)
Produk atau data yang diperoleh berupa citra dan digital. Data inilah
yang akan digunakan pengguna data.
g) Citra
Citra adalah gambar dari suatu objek sebagai hasil pemotretan dengan
kamera. Citra dibedakan menjadi dua, yaitu citra foto (hasil
pemotretan kamera foto) dan citra nonfoto yang berupa gambaran
objek dari hasil rekaman satelit.

B. Interpretasi Citra

1. Pengertian Interpretasi Citra

Interpretasi citra adalah suatu kegiatan atau perbuatan mengkaji citra


foto (foto udara) atau citra nonfoto untuk mengidentifikasi dan
menilai arti penting suatu objek.

2. Interpretasi Citra Pengindraan Jauh

Bila kita melihat suatu foto atau gambar, kadang kita sendiri bingung
dan bahkan ga tau tentang objek-objek yang ada di dalam foto/gambar
itu. Ada beberapa objek yang dapat dikenali secara langsung tetapi
ada sebagain objek yg malah tidak dikenali. Proses pengenalan objek
ini sangat tergantung dari pengalaman dan persepsi dari orang yg
melihat foto tersebut.

Bagi yg dah biasa, mungkin dapat secara mudah mengidentikasi


objek, tetapi bagi yg ga berpengalaman proses pengenalan objek akan
sangat-sangat susah. Apabila dah bisa mengenali objek tersebut dan
dah bisa menyampaikan informasinya kepada orang lain maka kita
sedang melakukan proses interpretasi. Pekerjaan interpretasi bukan
hanya dilakukan oleh para fotografer tapi juga oleh orang2 yang
berada didisiplin ilmu penginderaan jauh, bahkan bagi orang2 yg
bergantung pada hasil penginderaan jauh, interpretasi merupakan
langkah awal yang sangat menentukkan bagi hasil pekerjaannya nanti.

Estes dan Simonett (1975) dalam Sutanto (1992) mengatakan bahwa


interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara dan atau
citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti
pentingnya objek tersebut. Pengalaman sangat menentukkan hasil
interpretasi, karena persepsi pengenalan objek bagi orang2 yang
berpengalaman biasanya lebih konstan atau dengan kata lain
pengenalan objek yang sama pada berbagai bentuk citra akan selalu
sama. Misalkan pada citra A dianggap sebuah pemukiman, maka pada
citra B atau C pun tetap bisa dikenal sebagai pemukiman walaupun
agak sedikit berbeda dalam penampakannya.

4. Tahap-Tahap Interpretasi Citra

1) Deteksi, merupakan usaha pengamatan data pada citra, baik yang


tampak maupun yang tidak tampak.
2) Identifikasi, merupakan usaha untuk mengenali dan mencirikan
obyek yang tergambar pada citra berdasarkan ciri-ciri yang
terekam.
3) Analisis, merupakan usaha untuk mengetahui informasi lebih
lanjut atau detail mengenai obyek-obyek tertentu.
4) Deduksi (kesimpulan), merupakan proses yang didasarkan pada
bukti-bukti yang mengarah kepada hal tertentu (kesimpulan).

5. Interpretasi Secara Manual

Interpretasi secara manual adalah interpretasi data penginderaan jauh


yang mendasarkan pada pengenalan ciri/karakteristik objek secara
keruangan. Karakteristik objek dapat dikenali berdasarkan 9 unsur
interpretasi yaitu bentuk, ukuran, pola, bayangan, rona/warna, tekstur,
situs, asosiasi dan konvergensi bukti.Interpretasi citra secara manual
atau visual merupakan suatu kegiatan untuk menentukan bentuk dan
sifat obyek yang tampak pada citra, berikut deskripsinya.interpretasi
citra dan fotogrametri berhubungan erat, meskipun keduanya tidak
sama. Bedanya, fotogrametri berkepentingan dengan geometri obyek,
sedangkan interpretasi citra berurusan dengan manfaat, penggunaan,
asal-usul, ataupun identitas obyek yang bersangkutan (Glossary of the
Mapping Science, 1994).

Lillesand dan Kiefer (1994) dan juga Sutanto (1986) menyebutkan 8


unsur interpretasi yang di gunakan secara konvergen untuk dapat
mengenali suatu obyek yang ada pada citra, kedelapan unsur tersebut
ialah warna/rona, bentuk, ukuran, bayangan, tekstur, pola, situs dan
asosiasi. Diantara ke delapan unsur tersebut, warna/rona merupakan
hal yang paling dominan dan langsung mempengaruhi pengguna citra
dalam memulai interpretasi. Sebenarnya seluruh unsur interpretasi ini
dapat di kelompokkan ke dalam 3 jenjang dalam piramida unsur-
unsur interpretasi.

Pada jenjang paling bawah terdapat unsur-unsur elementer yang


dengan mudah dapat dikenali pada citra, yaitu warna/rona, bentuk,
dan bayangan. Pada jenjang berikutnya terletak ukuran, tekstur dan
pola, yang membutuhkan pemahaman lebih mendalam tentang
konfigurasi obyek dalam ruang. Pada jenjang paling atas terdapat
situs dan asosiasi, yang merupakan unsur-unsur pengenal utama dan
seringkali menjadi faktor kunci dalam interpretasi, namun sekaligus
paling sulit untuk dideskripsikan.

Pengenalan objek merupakan unsur terpenting dalam interpretasi foto


udara. Tanpa pengenalan objek, sangat tidak mungkin dilakukan
analisis sebagai salah satu usaha untuk memecahkan permasalan yang
sedang dihadapi. Prinsip dasar pengenalan objek pada foto adalah
didasarkan atas penentuan karakteristik atau atributnya dalam foto.
Karaktersitik objek yang tergambar pada citra dan digunakan untuk
mengenali objek disebut unsur interpretasi citra. Unsur interpretasi
citra udara terdiri atas sembilan butir, yaitu rona atau warna, ukuran,
bentuk, tekstur, pola, tinggi, bayangan, situs, dan asosiasi.

(Gambar Piramida tingkatan unsur intepretasi citra)

a. Rona dan Warna


Rona (tone/color tone/grey tone) adalah tingkat kegelapan atau
kecerahan suatu objek pada foto. Rona pada foto pankromatik
merupakan jenis atribut bagi objek yang berinteraksi dengan
seluruh spektrum tampak yang disebut sinar putih, yaitu
spektrum dengan panjang gelombang (0,4–0,7 m). 

Di dalam penginderaan jauh, spek trum ini disebut spektrum


lebar. Apabila kita mengacu pada pengertian ini, rona dapat
ditafsirkan tingkatan dari hitam ke putih maupun sebaliknya.
Warna adalah wujud yang tampak oleh mata dengan
menggunakan spektrum sempit bahkan lebih sempit daripada
spektrum tampak. Warna menunjukkan tingkat kegelapan yang
lebih beragam. Rona pada citra dipengaruhi oleh lima faktor,
yaitu sebagai berikut :
 Karakteristik objek (permukaan kasar atau halus) :
Karakteristik objek yang memengaruhi rona adalah sebagai
berikut.
 Permukaan kasar cenderung menimbulkan rona gelap
pada foto karena sinar yang datang mengalami hamburan
hingga mengurangi sinar yang dipantulkan.
 Warna objek yang gelap cenderung menghasilkan rona
gelap.
 Objek yang basah atau lembap cenderung menimbulkan
rona gelap.
 Pantulan objek, seperti air akan tampak gelap.

 Bahan yang digunakan (jenis film yang digunakan). Jenis


film yang digunakan juga sangat menentukan rona pada
foto, karena setiap jenis film memiliki kepekaan yang
berbeda.
 Pemrosesan emulsi (diproses dengan hasil redup, setengah
redup, dan gelap). Emulsi dapat diproses dengan hasil
redup (mat), setengah redup (semi mat), dan kilap
(glossy). Cetakan kilap lebih menguntungkan karena
ketampakan rona pada foto udara cerah tetapi sulit diberi
gambar. Cetakan redup bersifat sebaliknya. Cetakan
setengah redup memiliki sifat antara, yaitu ronanya cukup
cerah dan masih agak mudah diberi gambar.
 Keadaan cuaca. : Rona citra udara sangat bergantung kepada
jumlah sinar yang dapat mencapai sensor.
 Letak objek dan waktu pemotretan. : Letak dapat diartikan
letak lintang dan letak bujur, ketinggian tempat, dan letak
terhadap objek lainnya. Letak lintang sangat berpengaruh
terhadap ketampakan rona pada foto. Selain itu, letak
lintang juga menentukan sudut datang sinar matahari.
Ketinggian tempat juga memengaruhi rona pada foto bagi
objek yang sama. Hal ini dipengaruhi oleh sering
timbulnya kabut tipis pada pagi hari di tempat tinggi.
Apabila pemotretan dilakukan pada pagi hari saat kabut
tipis belum hilang, rona objek di tempat yang rendah
lebih cerah. Selain kedua pengertian tersebut, letak juga
dapat diartikan sebagai letak terhadap objek lain yang
berada di dekatnya. Apabila objek lain di dekatnya lebih
tinggi dan menghalangi objek utama, objek tersebut akan
tidak tampak pada foto.

b. Tekstur
Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada foto. Tekstur
biasa dinyatakan melalui ukuran kasar, sedang, dan halus.
Misalnya, hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang,
dan semak bertekstur halus. Secara seder hana tekstur
diartikan tingkat kekasaran atau kehalusan suatu objek.

c. Bentuk
Bentuk adalah gambar yang mudah dikenali. Misalnya,
gedung sekolah pada umumnya berbentuk huruf I, L dan U
atau persegi panjang, serta gunungapi berbentuk kerucut
atau segitiga.

d. Ukuran
Ukuran adalah ciri objek berupa jarak, luas, tinggi lereng,
dan volume. Ukuran objek pada citra berupa skala.
Misalnya, lapangan sepak bola dicirikan oleh bentuk
(segiempat) dan ukuran yang tetap, yaitu sekitar (80–100 m).

e. Pola
Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai
objek buatan manusia dan beberapa objek alamiah. Contoh
pola aliran sungai menandai struktur geomorfologis. Pola
aliran trellis menandai struktur lipatanPermukiman
transmigrasi dikenali dengan pola yang teratur, yaitu ukuran
rumah yang jaraknya dan luas bangunan yang seragam, dan
selalu menghadap ke jalan. Kebun karet, kebun kelapa sawit,
dan kebun kopi mudah dibedakan dengan hutan atau
vegetasi lainnya dengan polanya yang teratur, yaitu dari
keteraturan pola serta jarak tanamnya.

f. Situs
Situs adalah letak suatu objek terhadap objek lain di
sekitarnya. Contoh permukiman pada umumnya teratur dan
memanjang mengikuti alur jalan. Persawahan banyak
terdapat di daerah dataran rendah dan sebagainya.

g. Bayangan
Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau objek yang
berada di daerah gelap. Bayangan juga dapat merupakan
kunci pengenalan yang penting dari beberapa objek. Ada
objek-objek tertentu yang tampak lebih jelas ketika ada
bayangan. Contoh lereng terjal tampak lebih jelas dengan
adanya bayangan, begitu juga cerobong asap dan menara
tampak lebih jelas dengan adanya bayangan. Foto-foto yang
sangat condong biasanya memperlihatkan bayangan objek
yang tergambar dengan jelas.

h. Asosiasi
Asosiasi adalah keterkaitan antara objek yang satu dan objek
lainnya. Misalnya, stasiun kereta api berasosiasi dengan
jalan kereta api yang jumlahnya lebih dari satu dan terminal
bus berasosiasi dengan beberapa jalan.
i. Konvergensi Bukti
Di dalam mengenali objek yang terdapat dalam citra udara,
sangat dianjurkan tidak hanya menggunakan satu unsur
interpretasi. Akan tetapi, sebaiknya digunakan unsur
interpretasi sebanyak mungkin. Semakin banyak unsur
interpretasi yang dipertimbangkan, hasil yang didapatkan
akan semakin akurat. Konsep inilah yang dimaksud dengan
konvergensi bukti (convergence of evidence).

6. Metode Pengkajian secara Manual

Pengamatan objek pada foto udara sering di mulai dengan objek yang
mudah dikenali ke arah yang sukar dikenali,atau sering di lakukan
pengkajian dari kenampakan yang umum ke yang khusus,dan hal ini
dilakukan selama tidak ada bias antara kenampakan umum dan
kenampakan khusus tersebut ,akan tetapi yang lebih baik dalah
dilaksanakan secara bersama-sama,ada dua metode pengkajian
menurut Estes(1975),yakni:
 Fishing expedetion,dalam hal ini interpreter mengkaji semua
kenampakan sehingga sering dihasilkan data yang lebih banyak
dari yang diperlukan.
 Logical search ,di sini Interpreter hanya mengkaji objek secara
selektif dimana data yang diperlukan tergambar,metode ini lebih
efisen dari fishing expedetion.(Suryantoro,Agus, 24:2010)

IV. Langkah Kerja

Adapun langkah langkah kerja yang dilakukan didalam praktikum penginderaan


jauh Interpretasi Obyek Berupa Vegetasi Dan Mengklasifikasikan Berdasarkan
Tingkat Kerapatannya Sungai Kapuas, Kalimantan Pada Citra Secara Visual
Menggunakan Unsur-Unsur Interpretasi ini yaitu sebagai berikut :

1. Siapkan citra satelit/foto udara yang akan diinterpretasi


2. Letakan citra satelit/foto udara tersebut di atas meja praktikum
3. Letakan selembar kertas transparan di atas citra satelit/foto udara tersebut
4. Lakukan identifikasi/interpretasi objek Kerapatan Lahan yang tampak
pada citra sateli/foto udara tersebut dengan menggunakan spidol OHP
5. Gunakan unsur-unsur interpretasi dalam melakukan identifikasi setiap
kenampakan penutup lahan

V. Hasil Praktikum

Adapun dalam praktikum penginderaan jauh Interpretasi Obyek Berupa Vegetasi


Dan Mengklasifikasikan Berdasarkan Tingkat Kerapatannya Sungai Kapuas,
Kalimantan Pada Citra Secara Visual Menggunakan Unsur-Unsur Interpretasi .
Adapun hasil deliniasi citra foto tersebut sebagai berikut :
VI. Pembahasan

A. Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Interpretasi Peta Kerapatan


Vegetasi Sungai Kapuas.

Kesulitan dalam melakukan interpretasi pada Peta Kerapatan Vegetasi


Sungai Kapuas,Kalimantan. adalah terkait umur jenis foto udara yang
digunakan sudah cukup lama sehingga mempersulit saat membedakan
objek ketika menginterpretasikannya. Kemudian kurangnya alat seperti
Spidol OHP juga mempersulit pengerjaan interpretasi foto udara.

Ketelitian dan keterampilan yang kurang dalam mengkombinasikan


unsur-unsur Intepretasi, selain itu kurangnya Local Knowledge tentang
daerah Sungai Kapuas,Kalimantan. mempersulit dalam
mengintrepretasikan objek secara manual ini.

B. Faktor-Faktor yang Menentukan dan Hasil Interpretasi


Setelah melakukan praktikum identifikasi Peta Kerapatan Vegetasi
Sungai Kapuas,Kalimantan. diketahuilah faktor dominan yang
menentukan hasil interpretasi secara manual ini yang menentukannya
adalah ketelitian dan keterampilan dalam membedakan unsur-unsur
interpretasi yang tepat untuk objek bentuk Lahan yang ada pada peta.
Selain itu juga Local Knowledge tentang daerah daerah Sungai Kapuas,
Kalimantan. sangat dibutuhkan untuk membantu dalam proses
pengenalan objek penutup lahan pada peta.

Dari hasil praktikum identifikasi Kerapatan Vegetasi berdasarkan foto


udara daerah Sungai Kapuas hal yang di dapatkan ialah :

Dari hasil interpretasi dapat dilihat sebaran Kerapatan Vegetasi yang


Berada di sungai kapuas ialah : Vegetasi Rapat, Vegetasi Sedang,
Vegetasi Jarang, Tidak Bervegetasi. Sementara Vegetasi yang paling
banyak di Sungai Kapuas ialah Vegetasi Sedang sebanyak
60%,Sedangkan Vegetasi rapat sebanyak 30%, Selanjutnya untuk
vegetasi jarang dan dan tidak bervegetasi masing-masing di bawah
10%.semntara untuk polo persebaran spasialnya tidak merata.Vegetasi
Rapat di dominasi oleh pepohonan rindang atau pun hutan,sementara
Vegetasi Sedang di dominasi objek persawahan ataupun
perkebunan,sementara vegetasi jarang dan tidak bervegetasi di dominasi
objek lahan kosong dan pemukiman penduduk yang ada di daerah
tersebut.

VII. Kesimpulan

Interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara dan atau citra
dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya
objek tersebut. Pengalaman sangat menentukkan hasil interpretasi, karena
persepsi pengenalan objek bagi orang-orang yang berpengalaman biasanya
lebih konstan atau dengan kata lain pengenalan objek yang sama pada
berbagai bentuk citra akan selalu sama.

Dalam melakukan Interpretasi secara visual di perlukan ketelitian dalam


melakukan identifikasi objek yang berdasarkan 9 unsur-unsur
Interpretasi,dalam melakukan identifikasi perlu mempertimbangkan dengan
seksama penggunaan unsur-unsur tersebut satu persatu atau dengan
kombinasi unsur-unsur untuk mengenali serta memperkirakan kondisi objek
di lapangan,Selain itu Local Knowledge(pengetahuan tentang kondisi
sebenarnya di lapangan) dapat mempermudah dalam melakukan interpretasi.

Dari hasil praktikum identifikasi citra udara Vegetasi yang paling banyak di
Sungai Kapuas ialah Vegetasi Sedang sebanyak 60%,Sedangkan Vegetasi
rapat sebanyak 30%, Selanjutnya untuk vegetasi jarang dan dan tidak
bervegetasi masing-masing di bawah 10%.semntara untuk polo persebaran
spasialnya tidak merata.Vegetasi Rapat di dominasi oleh pepohonan rindang
atau pun hutan,sementara Vegetasi Sedang di dominasi objek persawahan
ataupun perkebunan,sementara vegetasi jarang dan tidak bervegetasi di
dominasi objek lahan kosong dan pemukiman penduduk yang ada di daerah
tersebut.

VIII. Daftar Pustaka

Anonim.2016.https://mbojo.wordpress.com/2007/07/22/interpretasi-citra
pengindraan-jauh/. Diakses pada tanggal 27 April 2020 Pukul 06:20 WIB
Anonim.2015.http://rangkumangeografi.blogspot.co.id/2015/06/unsur-
interpretasi-foto-udara.html. Diakses pada tanggal 27 April 2020 Pukul
03:18 WIB

Halengkara.Listumbinang.2020.Pengideraan Jauh Dan Interpretasi Citra Tingkat


Dasar.Bandar Lampung.Di Akses Pada 27 April 2020, pukul 06:09
WIB.

Anda mungkin juga menyukai