NPM : 1813034029
Prodi : Pendidikan Geografi
Matkul : Geografi Penduduk
Dosen : Dr. Trisnaningsih, M.Si.
Tanggal : 07 April 2020
Pengertian Fertilitas
Ada satu kata yang memiliki makna yang menyerupai fertilitas, yaitu natalitas.
Perbedaan keduanya hanya pada ruang lingkupnya. Fertilitas mencakup peranan
kelahiran pada perubahan penduduk, sedangkan natalitas mencakup peranan
kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia.
Konsep-konsep Fertilitas
Lahir hidup (Life Birth), menurut WHO, adalah suatu kelahiran seorang bayi tanpa
memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, dimana si bayi menunjukkan
tanda-tanda kehidupan, misal : bernafas, ada denyut jantungnya atau tali pusat atau
gerakan-gerakan otot.
Lahir mati (Still Birth) adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur
paling sedikit 28 minggu, tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
Abortus adalah kematian bayi dalam kandungan dengan umur kurang dari 28
minggu. Ada dua macam abortus : disengaja (induced) dan tidak disengaja
(spontaneus). Abortus yang disengaja mungkin lebih sering kita kenal dengan
istilah aborsi dan yang tidak disengaja lebih sering kita kenal dengan istilah
keguguran.
Sumatera
Aceh 2,7 4.3 3.4
Sumatera Utara 2,9 4.8 3.5
Sumatera Barat 2,5 4.1 3.0
Riau 2,9 4.4 3.4
Jambi 2,3 4.5 2.9
Sumatera Selatan 2,6 5.0 3.2
Bengkulu 2,3 5.0 3.1
Lampung 2,3 4.0 3.0
Bangka Belitung 2,3 5.1 2.8
Kepulauan Riau 2,3 4.0 2.8
Jawa
DKI Jakarta 2,2 2.9 2.5
Jawa Barat 2,4 4.4 2.8
Jawa Tengah 2,3 3.0 2.5
DI Yogyakarta 2,2 2.9 2.1
Jawa Timur 2,1 3.1 2.3
Banten 2,3 4.2 3.2
Kalimantan
Kalimantan Barat 2,7 4.2 3.4
Kalimantan Tengah 2,5 3.4 3.0
Kalimantan Selatan 2,4 4.7 2.9
Kalimantan Timur 2,7 4.4 3.1
Kalimantan Utara 2,8 4.9 4.0
Sulawesi
Sulawesi Utara 2,2 3.0 2.6
Sulawesi Tengah 2,7 4.3 3.3
Sulawesi Selatan 2,4 3.3 3.0
Sulawesi Tenggara 2,8 4.7 3.8
Gorontalo 2,5 4.1 3.1
Sulawesi Barat 2,7 3.2 3.6
Catatan: Angka fertilitas total untuk periode 1-36 bulan sebelum wawancara.
No Provinsi TFR
1. Bali 2,1
2. Jawa Timur 2,1
No Provinsi TFR
1. Yogyakarta 2,2
2. Sulawesi Utara 2,2
3. DKI Jakarta 2,2
No Provinsi TFR
1. Jambi 2,3
2. Bengkulu 2,3
3. Lampung 2,3
4. Bangka Belitung 2,3
5. Kepulauan Riau 2,3
6. Jawa Tengah 2,3
7. Banten 2,3
No Provinsi TFR
1. Jawa Barat 2,4
2. Sulawesi Selatan 2,4
3. Kalimantan Selatan 2,4
No Provinsi TFR
1. Sumatera Barat 2,5
2. Nusa Tenggara Barat 2,5
3. Kalimantan Tengah 2,5
4. Gorontalo 2,5
No Provinsi TFR
1. Sumatera Selatan 2,6
No Provinsi TFR
1. Aceh 2,7
2. Kalimantan Barat 2,7
3. Kalimantan Timur 2,7
4. Sulawesi Tengah 2,7
5. Sulawesi Barat 2,7
No Provinsi TFR
1. Kalimantan Utara 2,8
2. Sulawesi Tenggara 2,8
No Provinsi TFR
1. Sumatera Utara 2,9
2. Riau 2,9
3. Maluku Utara 2,9
No Provinsi TFR
1. Papua Barat 3,2
No Provinsi TFR
1. Papua Maluku 3,3
2. Maluku 3,3
No Provinsi TFR
1. Nusa Tenggara Timur 3,4
Stagnansi Total Fertility Rate (TFR) Indonesia sebesar 2,4 yang sudah
berlangsung selama 10 tahun (2002-2012) menyebabkan tidak tercapainya tujuan
Keluarga berencana (KB) sebagai dampak dari perubahan pola determinan fertilitas.
Peneliti ingin mengetahui lebih dalam terkait perubahan pola determinan fertilitas
melalui pendekatan pendekatan TFR berdasarkan wilayah provinsi. Determinan yang
diteliti meliputi layanan kesehatan reproduksi, karakteristik sosial ekonomi (pendidikan
wanita dan suami/pasangan, pekerjaan suami/pasangan dan wanita, status ekonomi
keluarga, dan daerah tempat tinggal) dan perilaku reproduksi wanita (umur kawin
pertama dan melahirkan pertama, jumlah anak yang diinginkan, metode kontrasepsi,
dan mortalitas anak). Penelitian ini menggunakan data SDKI 2017 dalam daftar blok
sensus dengan stratifikasi dua tahap. Sebanyak 29.615 wanita usia subur (WUS)
berumur 15-49 tahun berstatus pernah kawin dipilih sebagai sampel. Analisis proporsi
menunjukkan pada 2017 terdapat perbedaan yang cukup besar antara wilayah dengan
TFR tinggi dan rendah. Regresi logistik multivariabel dengan sampel komplek
menunjukkan determinan yang paling berpengaruh adalah jumlah anak yang
diinginkan dan pendidikan wanita. Setiap pemodelan multivariabel menghasilkan
persamaan yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa masalah yang dihadapi
beragam