Anda di halaman 1dari 10

SIMULASI PENGENALAN

BEBERAPA UNSUR INTERPRETASI

LAPORAN MINGGUAN ACARA I

DIAJUKAN SEBAGAI PERSYARATAN PREKTIKUM


PENGINDERAAN JAUH DASAR

OLEH:

MUHAMMAD FATHURRAHMAN
R1 B1 18 041

PROGRAM STUDI GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
ACARA I
SIMULASI PENGENALAN
BEBERAPA UNSUR INTERPRETASI

I. TUJUAN PRAKTIKUM

Adapun tujuan dari praktikum yang kami lakukan adalah untuk


memperkenalkan beberapa unsur interpretasi melalui simulasi, terutama
warna/rona, tekstur dan pola, bentuk, bayangan, situs dan asosiasi.

II. ALAT DAN BAHAN

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini,
adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Alat dan Kegunaan
No. Alat Kegunaan
1. Alat tulis Untuk mencatat data
2. Kertas kalkir A3 Sebagai lembaran hasil digitasi
3. Pulpen OHP waterproof Untuk melakukan digitasi di atas kalkir
Untuk membantu pembuatan garis
4. Penggaris ukuran A3
pinggir
5. Mistar sablon Untuk membuat huruf lebih rapi
6. Penjepit kertas Untuk menjepit kalkir di atas peta citra
Tabel 2. Bahan dan Kegunaan
No. Bahan Kegunaan
Peta citra Google Earth
1. Kecamatan Kendari Sebagai objek pengamatan
Barat

III. DASAR TEORI

a. Penginderaan Jauh

Penginderaan Jauh (remote sensing) sering disingkat inderaja,


adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek,
daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu
alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah atau fenomena yang
dikaji (Has dkk, 2018).
Pada saat ini teknologi penginderaan jauh (PJ) telah mengalami
perkembangan yang sangat pesat, hal ini ditunjukkan dengan semakin
beragamnya jenis wahana, sensor dan sistem PJ yang ada, diiringi dengan
semakin luasnya lingkup aplikasi teknologi ini. Salah satu misi
dikembangkannya PJ adalah untuk merekam data pada permukaan bumi,
sehingga data tersebut dapat digunakan untuk inventarisasi dan evaluasi
pemanfaatan kekayaan alam yang tersimpan di bumi. Teknologi PJ
menghasilkan berbagai jenis citra yang direkam dengan berbagai sensor
(multisensor) yang mampu menghasilkan citra dengan berbagai resolusi
(multiresolusi). Selanjutnya citra PJ diproses dan diinterpretasi guna
menghasilkan data dan informasi yang bermanfaat untuk aplikasi di
bidang pertanian, kehutanan, arkeologi, geografi, geologi, perencanaan
wilayah, mitigasi bencana dan bidang-bidang lainnya. Data hasil ekstraksi
dari citra PJ memiliki kelebihan dalam hal waktu pengamatan yang real
time dan kecilnya human error dibandingkan dengan data pengamatan
langsung di lapangan (Murti, 2012).

b. Citra

Perkembangan teknologi satelit penginderaan jauh meningkat


seiring dengan kemajuan teknologi saat ini. Perkembangan ini meliputi
kemampuan sensor dan wahana satelit yang membawa sensor mencapai
orbit sehingga dapat mendeteksi obyek yang berada di permukaan bumi.
Data yang dihasilkan berasal dari perekaman sensor yang mengalami
peningkatan resolusi meliputi resolusi spasial, resolusi temporal, resolusi
spektral, dan resolusi radiometrik. Kemajuan teknologi ini menuntut para
praktisi bidang penginderaan jauh melakukan pengembangan metode-
metode ekstraksi citra dengan metode klasifikasi untuk mendapatkan
informasi yang tepat dan akurat. Klasifikasi citra meliputi klasifikasi secara
manual menggunakan citra dan klasifikasi multispektral secara digital
menggunakan komputer. Klasifikasi multispektral merupakan salah satu
bagian dari pengolahan citra penginderaan jauh untuk menghasilkan peta
tematik dan dijadikan masukan dalam permodelan spasial dalam
lingkungan sistem informasi geografis/GIS (Anggoro dkk, 2017).
Citra satelit merupakan salah satu perkembangan dari teknologi
pemetaan yang kian merambah dalam ilmu geografi. Citra satelit yang
ada di google earth merupakan gambar dari hasil penginderaan jauh yang
diperoleh menggunakan satelit yang mengorbitkan ke angkasa luar.
Banyak satelit yang digunakan untuk mengamati objek-objek di
permukaan bumi yang disesuaikan dengan informasi tutupan lahan yang
dibutuhkan untuk berbagai bidang aplikasi, seperti aplikasi bidang
pertanian, kehutanan, dan kelautan (Hartono, 2016).
Jenis data penginderaan jauh, yaitu citra. Citra adalah gambaran
rekaman suatu objek atau biasanya berupa gambaran objek pada foto.
Sutanto (1986) dalam Somantri (2008) menyebutkan bahwa terdapat
beberapa alasan yang melandasi peningkatan penggunaan citra
penginderaan jauh, yaitu sebagai berikut.
1. Citra menggambarkan objek, daerah, dan gejala di permukaan
bumi dengan wujud dan letaknya yang mirip dengan di permukaan bumi.
2. Citra menggambarkan objek, daerah, dan gejala yang relatif
lengkap, meliputi daerah yang luas dan permanen.
3. Dari jenis citra tertentu dapat ditimbulkan gambaran tiga dimensi
apabila pengamatannya dilakukan dengan stereoskop.
4. Citra dapat dibuat secara cepat meskipun untuk daerah yang
sulit dijelajahi secara terestrial.
Data penginderaan jauh digital (Citra digital) direkam dengan
menggunakan sensor non-kamera, antara lain scanner, radiometer,
spectrometer. Detektor yang digunakan dalam sensor penginderaan jauh
adalah detector elektronik dengan menggunakan tenaga elektromagnetik
yang luas, yaitu spektrum tampak, ultraviolet, inframerah thermal, dan
gelombang mikro. Citra digital dibentuk dari elemen-elemen gambar atau
pixel (picture element) yang menyatakan tingkat keabuan pada gambar.
Informasi yang terkandung dalam pixel tersebut bersifat diskrit yaitu
mempunyai ukuran presisi tertentu (Has dkk, 2018).
Karakter utama citra (image) dalam penginderaan jauh adalah
adanya rentang kanal (band) panjang gelombang elektromagnetik
(electromagnet wavelength) yang dimilikinya. Beberapa radiasi yang
dapat dideteksi dengan system penginderaan jauh adalah seperti radiasi
cahaya matahari yang dapat terdeteksi melalui medium gelombang
elektromagnetik. Daerah panjang gelombang elektromagnetik dari daerah
visible dan ner sampai middle infrared atau dari distribusi spasial energi
(thermal) ini dipantulkan dari permukaan bumi. Setiap material pada
permukaan bumi mempunyai reflektansi yang berbeda terhadap cahaya
matahari, sehingga material-material tersebut akan mempunyai resolusi
yang berbeda pada setiap band panjang gelombang (Has dkk, 2018).
Perkembangan teknologi penginderaan jauh yang sangat pesat
didorong oleh meningkatnya tuntutan kebutuhan aplikasi guna menjawab
berbagai tantangan dan permasalahan pembangunan. Hal tersebut
dikarenakan citra penginderaan jauh dapat menyajikan gambaran obyek,
daerah dan gejala di permukaan bumi secara lengkap dengan wujud dan
letak obyek yang mirip dengan keadaan sebenarnya. Banyaknya
keunggulan yang dimiliki oleh citra satelit antara lain cakupan wilayah
yang lebih luas, data yang selalu up to date, maka pemanfaatan citra
akan lebih efisien (Has dkk, 2018).

c. Interpretasi Citra

Interpretasi citra adalah perbuatan mengkaji foto udara atau citra


dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya
objek tersebut. Di dalam pengenalan objek yang tergambar pada citra,
ada tiga rangkaian kegiatan yang diperlukan, yaitu deteksi, identifikasi,
dan analisis. Deteksi ialah pengamatan atas adanya objek, identifikasi
ialah upaya mencirikan objek yang telah dideteksi dengan menggunakan
keterangan yang cukup, sedangkan analisis ialah tahap mengumpulkan
keterangan lebih lanjut (Somantri, 2008).
Interpretasi citra dapat dilakukan secara visual maupun digital.
Interpretasi visual dilakukan pada citra hardcopy ataupun citra yang
tertayang pada monitor komputer. Interpretasi visual adalah aktivitas
visual untuk mengkaji gambaran muka bumi yang tergambar pada citra
untuk tujuan identifikasi objek dan menilai maknanya (Somantri, 2008).
Prinsip pengenalan objek pada citra secara visual bergantung pada
karakteristik atau atribut yang tergambar pada citra. Karakteristik objek
pada citra digunakan sebagai unsur pengenalan objek yang disebut unsur-
unsur interpretasi. Menurut Sutanto (1999) dalam Somantri (2008) unsur-
unsur interpretasi meliputi sebagai berikut.
1. Rona atau warna (tone/color). Rona adalah tingkat kegelapan
atau kecerahan objek pada citra, sedangkan warna adalah wujud yang
tampak oleh mata. Rona ditunjukkan dengan gelap – putih. Pantulan
rendah, ronanya gelap, pantulan tinggi ronanya putih.
2. Bentuk (shape) adalah variabel kualitatif yang memberikan
konfigurasi atau kerangka suatu objek. Bentuk merupakan atribut yang
jelas sehingga banyak objek yang dapat dikenali berdasarkan bentuknya
saja, seperti bentuk memanjang, lingkaran, dan segi empat.
3. Ukuran (size) adalah atribut objek yang antara lain berupa jarak,
luas, tinggi, kemiringan lereng, dan volume.
4. Kekasaran (texture) adalah frekwensi perubahan rona pada citra
atau pengulangan rona terhadap objek yang terlalu kecil untuk dibedakan
secara individual.
5. Pola (pattern) adalah hubungan susunan spasial objek. Pola
merupakan ciri yang menandai objek bentukan manusia ataupun alamiah.
6. Bayangan (shadow) adalah aspek yang menyembunyikan detail
objek yang berada di daerah gelap.
7. Situs (site) adalah letak suatu objek terhadap objek lain di
sekitarnya.
8. Asosiasi (association) adalah keterkaitan antara objek yang satu
dan objek lainnya.
Lo (1976) dalam Somantri (2008) mengemukakan bahwa pada
dasarnya kegiatan penafsiran citra terdiri atas dua tingkat, yaitu tingkat
pertama yang berupa pengenalan objek melalui proses deteksi dan
identifikasi. Adapun tingkat kedua yang berupa penilaian atas pentingnya
objek yang telah dikenali tersebut. Tingkat pertama berarti perolehan
data, sedangkan tingkat kedua berupa interpretasi atau analisis data.
Sutanto (1999) dalam Somantri (2008) mengemukakan bahwa
interpretasi citra pada dasarnya terdiri atas dua kegiatan utama, yaitu 1)
penyadapan data dari citra dan 2) penggunaan data tersebut untuk tujuan
tertentu. Penyadapan data dari citra berupa pengenalan objek yang
tergambar pada citra serta penyajiannya ke tabel, grafik, dan peta
tematik. Urutan pekerjaannya dimulai dari menguraikan atau memisahkan
objek yang rona atau warnanya berbeda, diikuti oleh delineasi atau
penarikan garis batas bagi objek yang memiliki rona atau warna sama.
Objek yang telah dikenali jenisnya kemudian diklasifikasikan sesuai
dengan tujuan interpretasi dan digambarkan pada peta (Somantri, 2008).
IV. PEMBAHASAN

Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh


informasi tentang objek, daerah atau gejala dengan jalan menganalisis
data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung
dengan objek, daerah atau gejala yang dikaji.
Citra satelit merupakan salah satu perkembangan dari teknologi
pemetaan yang kian merambah dalam ilmu geografi. Citra satelit yang
ada di google earth merupakan gambar dari hasil penginderaan jauh yang
diperoleh menggunakan satelit yang mengorbitkan ke angkasa luar.
Banyak satelit yang digunakan untuk mengamati objek-objek di
permukaan bumi yang disesuaikan dengan informasi tutupan lahan yang
dibutuhkan untuk berbagai bidang aplikasi, seperti aplikasi bidang
pertanian, kehutanan, dan kelautan.
Interpretasi citra adalah tindakan mengkaji foto atau citra dengan
maksud untuk mengenali objek dan gejala serta menilai arti pentingnya
objek dan gejala tersebut. citra dapat diterjemahkan dan digunakan ke
dalam berbagai kepentingan seperti dalam: geografi, komputer, printer
dan GPS Hand Held yang digunakan untuk perekaman titik koordinat data
di lapangan, geologi, lingkungan hidup dan sebagainya.
Dari hasil praktikum yang dilakukan pada hari sabtu, 05oktober
2019 menggunakan data citra satelit Kecamatan Kendari Barat didapatkan
hasil sebagai berikut :
a. Vegetasi
Vegetasi yang terdapat dalam citra terlihat bahwa vegetasi memiliki
rona yang gelap dan warnanya hijau tua, memiliki tekstur kasar yang
dihasilkan dari banyaknya pohon yang tinggi dan besar serta memiliki
daun yang lebat dan ukuran yang tidak teratur dapat dilihat secara kasat
mata dengan adanya ukuran pohon yang tidak teratur mengakibatkan
pola yang tidak teratur pola, vegetasi memiliki bentuk berkelompok,
memiliki situs pepohonan dan memiliki bayangan, pada vegetasi terdapat
perkebunan.
b. Lahan Terbangun
Lahan terbangun yang terlihat dari citra terdapat pemukiman yang
memiliki rona terang dan berwarna merah,tekstur yang kasar dengan pola
yang teratur dan bentuk berkelompok. Dapat dilihat juga bahwa
disebagian lahan pemukiman terdapat pohon-pohon yang melindungi
pemukiman serta dekat dengan jalan raya.
c. Lahan Terbuka
Lahan terbuka terlihat dari citra mempunyai rona yang terang dan
berwarna biru. Mempunyai tekstur halus, dan pola yang teratur, serta
memiliki bentuk yang terpisah-pisah, pada lahan terbuka ini tidak memiliki
bayangan, situs lahan terbuka berdekatan dengan situs sawah, lahan
terbuka memiliki hubungan dengan vegetasi.
d. Perkebunan
Perkebunan terlihat dari citra mempunyai rona gelap dan berwarna
hitam, memiliki tekstur kasar, serta memiliki bayangan.

V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah dimana kita dapat


mengetahui pengertian penginderaan jauh,citra,dan unsur interpretasi
citra melalui kegiatan simulasi ataupun kegiatan praktikum yang sudah
dilaksanakan, sehingga kita dapat mengetahui pengertian penginderaan
jauh secara luas dan pengertian citra secara mendalam dan juga kita
dapat mengetahui interpretasi citra terdapat 9 kunci yaitu, rona/warna,
tekstur, bentuk, ukuran, pola, situs, bayangan, asosiasi, dan konvergensi
bukti namun pada praktikum kali ini praktikan hanya menggunakan 8
kunci.
VI. DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, A, Siregar, V, P & Agus, S, B 2017, ‘Klasifikasi Multikskala untuk


Pemetaan Zona Geomorfologi dan Habitat Bentik Menggunakan
Metode Obia di Pulau Pari’, Jurnal Penginderaan Jauh, vol. 14, no.
2 : 89-100.
Hartono, R 2016, ‘Identifikasi Bentuk Erosi Tanah Melalui Interpretasi Citra
Google Earth di Wilayah Sumber Brantas Kota Batu’, Jurnal
Pendidikan Geografi, vol. 21, no.1 : 30 – 42.
Has, S, N & Sulistiawaty 2018, ‘Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh
untuk Mengenali Perubahan Penggunaan Lahan pada Kawasan
Karst Maros’, Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika , vol. 14, no. 1 : 60
– 66.
Murti, S, H 2012, ‘Pengaruh Resolusi Spasial pada Citra Penginderaan
Jauh Terhadap Ketelitian Pemetaan Penggunaan Lahan Pertanian di
Kabupaten Wonosobo’, Jurnal Ilmiah Geomatika, vol. 18, no. 1 : 84
– 94.
Somantri, L 2008, ‘Pemanfaatan Teknik Penginderaan Jauh untuk
Mengidentifikasi Kerentanan dan Risiko Banjir’, Jurnal Gea Jurusan
Pendidikan Geografi, vol. 8, no. 2 : 1 – 6.

Anda mungkin juga menyukai