Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGINDERAAN JAUH
(GKP0202)

ACARA III
INTERPRETASI PENUTUP/PENGGUNAAN LAHAN

Disusun oleh:
Nama : Aude Lathif Eriawan
NIM : 20/458597/GE/09280
Hari, Waktu : Kamis, 11.00 – 12.40 WIB
Asisten : 1. Haniswanti
2. Luluk Budi Nur Khasanah

LABORATORIUM PENGINDERAAN JAUH


DEPARTEMEN SAINS INFORMASI GEOGRAFI
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2021
Acara III Waktu Praktikum Nilai :
Interpretasi Penutup/Penggunaan Lahan 11.00 – 12.40 WIB
Disusun oleh Asisten Praktikum Tanggal
Aude Lathif Eriawan 1. Haniswanti Praktikum
20/458597/GE/09280 2. Luluk Budi Nur Kamis, 25 Maret
Khasananh 2021
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Membangun kunci interpretasi berdasarkan observasi lapangan dan kenampakan
foto udara sekaligus.
Bahan dan Alat
Alat yang digunakan pada praktikum :
1. Perangkat lunak (laptop)
2. Alat tulis
Bahan yang digunakan pada praktikum
1. Citra Quickbird Blok A1 Sebagian Kabupaten Sleman Tahun 2015
Lampiran
1. Delineasi penutup/penggunaan lahan
2. Tabel pengisian unsur-unsur interpretasi
3. Tabel kunci interpretasi
Langkah Kerja
Langkah kerja diperlihatkan seperti diagram alir dibawah :

Citra Quickbird Blok A1 Sebagian Sleman Tahun 2015

Mencatat kunci
Mendelineasi penggunaan Mengidentifikasi unsur
interpretasi
lahan pada citra interpretasi pada objek
penggunaan lahan

Peta delineasi penggunaan Tabel identifikasi unsur


Tabel kunci interpretasi
lahan pada citra interpretasi pada objek

Keterangan :
: Input

: Process

: Output

Gambar 4.1 Diagram Alir Cara Kerja Praktikum


Pembahasan
Penginderaan jauh memerlukan interpretasi citra dalam mengidentifikasikan
suatu objek. Interpretasi citra merupakan kegiatan untuk menentukan bentuk dan sifat objek
yang ada pada citra serta deskripsinya. Menurut Sutanto (1986) interpretasi citra merupakan
suatu langkah untuk mengkaji foto maupun citra non foto dengan maksud untuk
mengidentifikasi objek dan menilai arti penting nya objek yang tergambar pada citra
tersebut. Interpretasi citra dibagi menjadi dua jenis, yaitu interpretasi citra visual dan
interpretasi citra digital. Interpretasi visual adalah kegiatan pengenalan objek yang
dilakukan secara manual berdasarkan pengetahuan yang dimiliki interpreter. Sedangkan
interpretasi digital merupakan kegiatan identifikasi berdasarkan nilai piksel suatu objek.
Penutup lahan merupakan objek fisik yang menutup permukaan tanah yang
meliputi vegetasi, bangunan buatan manusia, tubuh air, es, batuan dan permukaan pasir
(Berrios 2004). Penggunaan lahan merupakan upaya manusia untuk memanfaatkan lahan
yang tersedia untuk tujuan tertentu. Pengidentifikasian proses perubahan tutupan dan
penggunan lahan dapat menggunakan teknologi penginderaan jauh (inderaja) dan Sistem
Infromasi Geografis (SIG). Pemahaman terhadap proses perubahan tersebut perlu
dilakukan sebagai upaya untuk pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan sekaligus
juga untuk tujuan mitigasi dampak perubaan iklim global.
Klasifikasi objek dilakukan pada objek jalan, tanah terbuka, permukiman,
sawah, hutan, perkebunan, semak belukar, tegalan, pabrik, dan gedung. Interpretasi
dilakukan berdasarkan 8 unsur berupa warna, rona, bentuk, tekstur, pola, situs, dan asosiasi.
Terdapat beberapa objek yang dapat mudah dikenali hanya dengan beberapa unsur. Hal
tersebut berkaitan dengan ciri objek yang umumnya mudah dikenali dan memiliki
kenampakan yang khusus. Objek jalan dalam proses interpretasi, cukup dengan
menggunakan unsur interpretasi berupa rona dan bentuk. Waktu pengambilan citra pada
siang hari mengakibatkan rona jalan menjadi terlihat cerah karena permukaan aspal
bertekstur halus. Permukaan yang halus cenderung menimbulkan rona cerah/terang pada
citra karena sinar yang datang tidak dihamburkan secara berlebihan.
Kenampakan bentuk lahan seperti tanah terbuka, semak belukar, tegalan dan
sawah memerlukan identifikasi menggunakan beberapa kunci interpretasi seperti warna,
bentuk, pola, rona dan tekstur. Tanah terbuka memiliki rona cerah serta tekstur halus,
bentuk persegi dan berasosiasi dengan kawasan permukiman. Semak belukar memiliki
bentuk dan pola yang tidak beratur dan cenderung menyebar serta teksturnya kasar, dapat
ditemukan dekat dengan permukiman dan pepohonan. Tegalan memiliki warna coklat dan
rona yang cerah, berbentuk petak-petak, dan terdapat jalan setapak. Sawah memiliki warna
hijau dan rona yang cerah. Rona pada penggunaan lahan sawah umumnya bervariasi, ada
rona gelap dan juga rona yang terang (A. Ismail 2015). Bentuk sawah umumnya berupa
persegi panjang, yang membentuk kotak-kotak tidak beraturan dengan ukuran yang agak
besar. Tekstur yang dimiliki cenderung halus karena rona yang cerah. Pola yang terbentuk
berkelompok, memanjang dan menyebar. Pada daerah kajian, sawah bersitus di sekitar
permukiman dan jalan.
Permukiman, gedung, dan pabrik memiliki unsur interpretasi yang sama yaitu
memiliki bayangan. Bayangan menandakan bahwa objek tersebut memiliki ketinggian.
Permukiman memiliki rona yang cerah dengan bentuk kotak dan tidak beraturan. Umumnya
memiliki ukuran lebih kecil dibanding dengan objek yang memiliki luasan. Pola agak
teratur, menyebar dan memanjang sepanjang jalan. Gedung memiliki ukuran yang relatif
besar dan adanya bayangan karena jumlah lantai yang bertingkat. Pola yang terdapat pada
gedung adalah memusat dan berada di lokasi yang luas sebagai tempat untuk parkir
kendaraan. Pabrik memiliki cerobong asap pada atap yang menjadikan ciri khusus. Selain
itu, bentuk dan ukuran pabrik yang tampak berbeda dari sekitarnya juga menjadi kunci
interpretasi.
Interpretasi penggunaan lahan dilakukan melalui interpretasi visual.
Interpretasi visual merupakan pengenalan objek yang dilakukan secara manual dan didasari
oleh ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh interpreter. Keterbatasan dan kapabilitas yang
dimiliki oleh seorang interpreter akan memengaruhi hasil dari interpretasi visual. Oleh
karenanya tingkat akurasi interpretasi ditentukan oleh kemampuan dan pengetahuan
interpreter terhadap hal yang akan dikaji
Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum ini adalah :
1. Interpretasi visual adalah kegiatan pengenalan objek yang dilakukan secara
manual berdasarkan pengetahuan yang dimiliki interpreter. Interpretasi citra secara
visual dilakukan menggunakan kunci interpretasi untuk mengidentifikasi kelas-
kelas penutup lahan. Kunci interpretasi merupakan karakterisitik atau kombinasi
karakteristik (unsur-unsur interpretasi) yang memungkinkan suatu objek pada citra
agar dapat dikenali yang digunakan untuk menentukan objek berdasarkan
kompleksitasnya.

Daftar Pustaka
A. Ismail, Kuratmoko, E, dan Sobirin. “Pemodelan Perubahan Penggunaan Lahan dan
Pengaruhnya Terhadap Koefisien Aliran pada Daerah Tangkapan Air Waduk
Darma, Kabupaten Kuningna, Provinsi Jawa Barat.” Ilmu Kehutanan, Wanakarsa,
9, 2015: 1-14.
Berrios, P.H. Spatial Analysis of The Differences Between Forest Land Use and Forest
Cover Using GIS and RS. A case study in Telake Watershed, Pasir district, East
Kalimantan. Netherland: ITC, 2004.
Sutanto. Penginderaan Jauh Jilid 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1986.

Tugas
1. Jelaskan pengaruh tinggi rendahnya resolusi spasial citra terhadap kemampuan
dalam mengenali objek pada citra penginderaan jauh!
Jawab :
Resolusi spasial merupakan ukuran terkecil dari suatu bentuk permukaan bumi yang
bisa dibedakan dengan bentuk permukaan di sekitarnya atau yang ukuran nya dapat
diukur. Data digital resolusi dilapangan dinyatakan dengan pixel. Semakin kecil
ukuran objek (terkecil) yang dapat terdeteksi, semakin halus atau tinggi resolusi
spasialnya. Begitu pula sebaliknya, semakin besar ukuran objek terkecil yang dapat
terdeteksi, semakin kasar atau rendah resolusinya.
2. Jelaskan kelebihan kajian multitemporal (time series) dengan menggunakan
citra penginderaan jauh. Kaitkan dengan resolusi temporal citra satelit penginderaan
jauh.
Jawab :
Penginderaan jauh memiliki keunggulan dalam konsep resolusi temporal.
Perbedaan waktu perekaman (resolusi temporal) citra penginderaan jauh digunakan
untuk memantau fenomena atau obyek di permukaan bumi yang mengalami
perubahan dalam kurun waktu tertentu. Obyek yang direkam pada waktu yang
berbeda menghasilkan variasi pantulan spektral obyek
3. Carilah dan review satu jurnal terkait penggunaan sistem klasifikasi untuk pemetaan
penutup/penggunaanlahan menggunakan citra penginderaan jauh.

Judul Pengaruh resolusi spasial pada citra penginderaan jauh terhadap


ketelitian pemetaan penggunaan lahan pertanian di Kabupaten
Wonosobo

Jurnal Geomatika Vol. 18


Tahun 2012
Penulis Sigit Heru Murti
Pendahuluan Teknologi penginderaan jauh (PJ) telah mengalami perkembangan yang
sangat pesat, hal ini ditunjukkan dengan semakin beragamnya jenis
wahana, sensor dan sistem PJ yang ada, diiringi dengan semakin luasnya
lingkup aplikasi teknologi ini. Salah satu masalah yang dialami dalam
pemanfaatan citra penginderaan jauh di Indonesia adalah jenis citra
yang dapat diakses dengan biaya murah dan ketersediaan datanya. Citra
Landsat merupakan salah satu citra yang sangat populer dan banyak
digunakan di Indonesia semenjak era berkembangnya citra satelit
multisensory. Dalam pertanian modern, prediksi panen yang akurat
merupakan faktor ekonomi yang sangat penting. Selama ini seringkali
ditemukan ketidakakuratan dan ketidakkonsistenan data pertanian yang
menyangkut luas lahan pertanian
Tujuan mengkaji kemampuan dan ketelitian citra penginderaan jauh
multisensor dan multiresolusi untuk memetakan lahan pertanian
menggunakan pendekatan ekologi bentanglahan pada daerah
Wonosobo, Jawa Tengah
Metodologi Pengumpulan Data 1. Data Penginderaan Jauh
(a) citra Landsat ETM+ yang direkam
tanggal 21 Agustus 2002,
(b) citra Terra ASTER VNIR yang
direkam tanggal 29 September 2003,
(c) citra ALOS AVNIR-2 dengan
tanggal perekaman 29 September 2006
2. Pengambilan data lapangan
Metode Penelitian Metode penginderaan jauh yang
diintegrasikan dengan sistem informasi
geografis menggunakan pendekatan
ekologi bentanglahan
Analisis data 1. Pemetaan penggunaan lahan
2. Melakukan uji ketelitian interpretasi
di lapangan.
3. Analisis komparasi masing – masing
peta
Hasil dan Pemilihan daerah penelitian Daerah tersebut dipilih berdasarkan
pembahasan pada pertimbangan bahwa Kabupaten
Wonosobo merupakan daerah penghasil
produk pertanian yang cukup besar di
Provinsi Jawa Tengah. Wilayah
Kabupaten Wonosobo sebagian besar
wilayah memiliki topografi bergunung
dan berbukit yang menyebabkan ukuran
luas lahan pertanian relatif sempit.
Kondisi lahan pertanian ini diasumsikan
akan mempunyai pengaruh cukup besar
dalam penelitian ini terkait dengan
resolusi spasial citra yang digunakan
Pemrosesan awal citra Koreksi geometrik yang digunakan
penginderaan jauh dalam penelitian ini adalah koreksi
gemoetrik menggunakan interpolasi
spasial orde 3 dan interpolasi intensitas
nearest neighbour. Selanjutnya dalam
pemrosesan citra ini adalah melakukan
koreksi radiometrik.
Pemetaan penggunaan lahan Pada tahap ke-1, pemetaan penutup
pertanian lahan daerah penelitian dilakukan
dengan menggunakan metode klasifikasi
multispektral terselia/beracuan.
Pada tahap ke-2, pemetaan bentuklahan
dilakukan dengan teknik interpretasi
visual pada Citra Landsat 7 ETM+.
Pada tahap ke-3, dilakukan proses
pemodelan spasial penggunaan lahan di
sebagian Kabupaten Wonosobo dengan
pendekatan ekologi bentanglahan yang
menggabungkan klas penutup lahan
dengan klas bentuklahan menggunakan
bantuan tabel 2 dimensi.
Ketelitian pemetaan Uji ketelitian terhadap ketiga peta
penggunaan lahan pertanian penggunaan lahan yang dihasilkan dari
pemodelan spasial menggunakan citra
Landsat ETM+, ASTER VNIR dan
ALOS AVNIR-2 di daerah Kabupaten
Temanggung digunakan 47 titik sampel
uji yang dipilih dengan cara acak
berdasarkan pada jenis penggunaan
lahan yang ada dan kepentingannya
dalam penelitian ini, yaitu untuk
memetakan lahan pertanian. Ketelitian
interpretasi ketiga peta penggunaan
lahan Kabupaten Wonosobo tersebut
bahwa kesalahan interpretasi untuk
ketiga peta penggunaan lahan tersebut
juga memiliki kemiripan, dimana ketiga
peta tersebut memiliki kesalahan dalam
interpretasi kebun campuran, sawah,
tegalan, dan perkebunan.
Kesimpulan 1. Pendekatan ekologi bentanglahan sangat membantu dalam
menyusun peta penggunaan lahan menggunakan citra
peginderaan jauh.
2. Hasil ketelitian interpretasi penggunaan lahan pertanian di
daerah penelitian menggunakan berbagai citra penginderaan
jauh adalah :
(a) ketelitian Landsat ETM+ 89,30%;
(b) ketelitian ASTER VNIR 91,49%; dan
(c) ketelitian ALOS AVNIR-2 adalah 93,62%.
3. Wilayah dengan kondisi lahan pertanian pada daerah
pegunungan dan perbukitan seperti di daerah penelitian,
pengaruh resolusi spasial terhadap ketelitian interpretasi sangat
besar. Hal ini ditunjukkan dengan semakin tinggi resolusi spasial
citra yang digunakan interpretasi maka semakin baik pula
ketelitian hasil interpretasinya, yang berujung pada semakin
tinggi ketelitian pemetaannya.
LAMPIRAN
Peta Delineasi
Tabel 3.1 Tabel Identifikasi Unsur – Unsur Interpretasi

Objek Unsur Interpretasi Gambar


Warna/rona Bentuk Ukuran Bayangan Tekstur Pola Situs Asosiasi
Jalan Abu- memanjang kecil - halus Teratur dan Berbatasan Dekat daerah
abu/cerah memanjang dengan permukiman
permukiman
dan gedung

Tanah Coklat/cerah Persegi Agak luas - halus memusat Ditengan Kawasan


Terbuka permukiman permukiman

Permukiman Cerah persegi luas ada kasar Menyebar, Berkelompok Bangunan


memanjang dan tak beraturan
mengikuti dengan
jalan cakupan luas
Sawah Hijau/cerah Persegi Agak luas - Agak halus Mengelompok, Daratan Garis-garis
panjang, memanjang rendah, dekat tempat
kotak-kotak dan menyebar permukiman vegetasi
dan tidak atau sungai tumbuh,
beraturan dekat
permukiman
dan lahan
pertanian

Hutan Hijau / agak Membulat luas ada kasar Menyebar dan Sekitar Berbatasan
gelap pada tajuk berkelompok permukiman dengan
pohon dan jalan perkebunan,
permukiman
dan sawah

Perkebunan Hijau/agak Membentuk luas ada kasar tertata, Sekitar Garis-garis


cerah petakan tak mengelompok permukiman tempat
beraturan dan atau hutan vegetasi
atau bertepi memanjang tumbuh
tegas

Semak Hijau/agak Tidak teratur Kecil - Kasar Tidak Sekitar Dekat


Belukar cerah beraturan dan permukiman dengan
menyebar dan jalan pepohonan
dan
bangunan
Tegalan Coklat/cerah Petak Agak luas - Agak halus Membentuk Disekitar Daerah
petak-petak hutan dan petakan
permukiman memanjang
dan jalan
sepetak

Pabrik Cerah Kotak Besar Ada Agak halus Beraglomerasi Daerah lahan Adanya
dengan sesama kosong dan cerobong
pabrik dekat jalan asap atau
exhaust roof
yang
berbentuk
lingkaran
pada atap
pabrik
Gedung Hitam/ gelap Kotak Besar Ada Agak halus Memusat Daerah lahan Berbatasan
kosong dan daerah
dekat jalan permukiman
dan akses
lalu lintas
Tabel 3.2 Tabel Kunci Interpretasi

No. Jenis Objek Kunci Interpretasi


1 Jalan Bentuk dan pola
2 Tanah terbuka Tekstur dan situs
3 Permukiman Bentuk dan pola
4 Sawah Bentuk dan ukuran
5 Hutan Tekstur dan rona
6 Perkebunan Tekstur dan rona
7 Semak belukar Ukuran dan situs
8 Tegalan Ukuran dan bentuk
9 Pabrik Bentuk dan situs
10 Gedung Bentuk dan ukuran

Anda mungkin juga menyukai