Anda di halaman 1dari 15

Tugas Makalah

SISTEM SPASIAL MITIGASI BENCANA

OLEH:

HERAWATI
R1 B1 18 030

JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudulkan “Sistem
Spasial Mitigasi Bencana”. Dengan adanya makalah ini, penulis berharap kita sebagai
mahasiswa dapat mengetahui dan memahami konsep tentang sistem spasial dalam
melakukan mitigasi bencana.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini. Selain itu, penulis juga menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini pasti masih banyak kekurangan dan kesalahan baik
dalam segi isi maupun penulisannya. Untuk itu, penulis mohon kritik dan sarannya
untuk perbaikan dan penulisan selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semuanya.

Kendari, 2 Juli 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................... i


Daftar Isi ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1


A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 2


A. Sistem Informasi Geografi ............................................................... 2
B. Mitigasi Bencana ............................................................................. 3
C. Sistem Informasi Geografi Mitigasi Bencana ................................... 5

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 10


A. Kesimpulan ..................................................................................... 10
B. Saran ............................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana alam di Indonesia terjadi karena posisi geografis Indonesia yang
diapit oleh dua samudera besar, posisi geologis Indonesia pada pertemuan tiga
lempeng utama dunia (Indo-Australia, Eurasia, Pasifik), kondisi permukaan
wilayah Indonesia (relief) yang sangat beragam.
Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan sistem informasi berbasis
computer yang digunakan secara dijital untuk menggambarkan dan menganalisa
ciri-ciri geografi yang digambarkan pada permukaan bumi dan kejadian-
kejadiannya. Sistem Informasi Geografi menghasilkan aspek data spasial dan data
non spasial.
Oleh karena itu, pada makalah kali ini saya akan membahas tentang
mitigasi bencana menggunakan SIG.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Sistem Informasi Geografi?
2. Apa yang dimaksud dengan mitigasi bencana?
3. Bagaimana penggunaan Sistem Informasi Geografi dalam mitigasi bencana?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui yang dimaksud dengan Sistem Informasi Geografi.
2. Dapat mengetahui yang dimaksud dengan mitigasi bencana.
3. Dapat mengetahui penggunaan Sistem Informasi Geografi dalam mitigasi
bencana.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Informasi Geografi


Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographic Information System
(GIS) adalah sebuah sistem yang didesain untuk menangkap, menyimpan,
memanipulasi, menganalisa, mengatur dan menampilkan seluruh jenis data
geografis. Akronim GIS terkadang dipakai sebagai istilah untuk geographical
information science atau geospatial information studies yang merupakan ilmu
studi atau pekerjaan yang berhubungan dengan Geographic Information System.
Dalam artian sederhana sistem informasi geografis dapat kita simpulkan sebagai
gabungan kartografi, analisis statistik dan teknologi sistem basis data (Irwansyah,
2013).
Secara umum pengertian SIG adalah Suatu komponen yang terdiri dari
perangkat keras, perangkat lunak, sumberdaya manusia dan data yang bekerja
bersama secara efektif untuk memasukan, menyimpan, memperbaiki,
memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa dan
menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis (Annugerah, 2016).
Data spasial merupakan informasi yang handal untuk menggambarkan
fakta yang ada, khususnya mengenai kondisi wilayah - suatu daerah, sebagai titik
awal pembangunan yang berkesinambungan (Riadi, 2011).
Pengelolaan data spasial merupakan hal yang penting dalam pengelolaan
data Sistem Informasi Geografi. Proses pengolahan dilakukan dengan
menerapkan kaidah-kaidah relasional terkait secara simultan. Sistem Informasi
Geografis (SIG) tidak hanya berfungsi untuk memindahkan / mentransformasi
peta konvensional (analog) ke bentuk digital (digital map), lebih jauh lagi sistem
ini mempunyai kemampuan untuk mengolah dan menganalisis data yang
mengacu pada lokasi geografis menjadi informasi berharga (Handayani, 2005).
Perkembangan pemanfaatan data spasial dalam dekade belakangan ini
meningkat dengan sangat drastis. Hal ini berkaitan dengan meluasnya

2
pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) dan perkembangan teknologi
dalam memperoleh, merekam, dan mengumpulkan data yang bersifat keruangan
(spasial). Sistem informasi atau data yang berbasiskan keruangan pada saat ini
merupakan salah satu elemen yang sangat penting, karena berfungsi sebagai
pondasi dalam melaksanakan dan mendukung berbagai macam aplikasi (Suryani).

B. Mitigasi Bencana
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis.
Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang
berlangsung secara perlahan. Beberapa jenis bencana seperti gempa bumi, hampir
tidak mungkin diperkirakan secara akurat kapan, dimana akan terjadi dan besar
kekuatannya, sedangkan beberapa bencana lainnya seperti banjir, tanah longsor,
kekeringan, letusan gunung api, tsunami dan anomali cuaca masih dapat
diramalkan sebelumnya. Meskipun demikian kejadian bencana selalu
memberikan dampak kejutan dan menimbulkan banyak kerugian baik jiwa
maupun materi. Kerkurangan tersebut terjadi karena kurangnya kewaspadaan dan
kesiapan dalam menghadapi ancaman bahaya (Niode, 2016).
Ancaman bahaya gempa bumi tersebar di hampir seluruh wilayah
Kepulauan Indonesia, baik dalam skala kecil hingga skala besar yang merusak.
Hanya di Pulau Kalimantan bagian barat, tengah dan selatan sumber gempa bumi
tidak ditemukan , walaupun masih ada goncangan yang berasal dari sumber
gempa bumi yang berada di wilayah Laut Jawa dan Selat Makassar. Wilayah
yang rawan bencana gempa bumi di Indonesia tersebar mulai dari Provinsi Aceh,
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Daerah
Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, Pulau
Sulawesi, Kepulauan Maluku, Maluku Utara dan wilayah Papua.

3
Indonesia juga terletak di garis khatulistiwa sehingga wilayahnya beriklim
tropis. Akibat posisi geografis ini, Indonesia hanya memiliki dua musim, yaitu
musim penghujan dan musim kemarau. Pada saat musim penghujan apabila curah
hujan tinggi, kondisi ini memicu terjadinya puting beliung, banjir dan tanah
longsor. Sedangkan pada musim kemarau, dan curah hujan rendah terjadi bencana
kekeringan, kebakaran hutan dan lahan. Sedangkan pada musim kemarau, dan
curah hujan rendah terjadi bencana kekeringan, kebakaran hutan dan lahan.
Sementara pada musim peralihan, fenomena alam puting beliung menjadi
ancaman bencana.
Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008
tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana). Mitigasi didefinisikan
sebagai upaya yang ditujukan untuk mengurangi dampak dari bencana, Mitigasi
adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana (UU No 24 Tahun 2007, Bab I Ketentuan Umum,
Pasal 1 angka 9) (PP No 21 Tahun 2008, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 angka
6).
Mitigasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf c dilakukan untuk
mengurangi risiko bencana bagi masyarakat yang berada pada kawasan rawan
bencana (UU No 24 Tahun 2007 Pasal 47 ayat (1))
Mitigasi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf c
dilakukan untuk mengurangi risiko dan dampak yang diakibatkan oleh bencana
terhadap masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana (PP No 21 Tahun
2008 Pasal 20 ayat (1)) baik bencana alam, bencana ulah manusia maupun
gabungan dari keduanya dalam suatu negara atau masyarakat. Dalam konteks
bencana, dekenal dua macam yaitu (1) bencana alam yang merupakan
serangkaian peristiwa bencana yang disebabkan oleh faktor alam, yaitu berupa

4
gempa, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan tanah longsor,
dll. (2) bencana sosial merupakan suatu bencana yang diakibatkan oleh manusia,
seperti konflik social, penyakit masyarakat dan teror. Mitigasi bencana
merupakan langkah yang sangat perlu dilakukan sebagai suatu titik tolak utama
dari manajemen bencana. Ada empat hal penting dalam mitigasi bencana, yaitu:
1. Tersedia informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap jenis bencana.
2. Sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam
menghadapi bencana, karena bermukim di daerah rawan bencana.
3. Mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari, serta mengetahui cara
penyelamatan diri jika bencana timbul, dan
4. Pengaturan dan penataan kawasan rawan bencana untuk mengurangi ancaman
bencana.

C. Sistem Informasi Geografi Mitigasi Bencana


The past four decades have witnessed a massive proliferation of
geographical information system (GIS) data models, data structures, and
discussions of geographic representation and ontology. Berry’s geographic matrix
(Berry 1964) and Sinton’s three-dimensional schema (Sinton 1978) provided
early models of the geographic world, as did vector and raster representations. In
the 1970s, topological data structures (see, for example, Laboratory for Computer
Graphics and Spatial Analysis 1978) were the subject of much discussion; in the
1980s, the relational model was found to offer a straightforward way of
implementing topological structures in commercial GIS (Worboys 1995); and in
the 1990s, the object-oriented model was widely adopted (Egenhofer and Frank
1992, Worboys 1995, Arctur and Zeiler 2004), although frequently by utilizing
more conventional elational database technology. Recently, much effort has gone
into extending these models to include time (Langran 1992, Peuquet 2002) and
the third spatial dimension (Raper 1989,Breunig 1996). The distinction between
discrete-object and continuous-field conceptualizations has received attention

5
(Goodchild 1991, Couclelis 1992), and metamaps (Takeyama and Couclelis
1997) and object fields (Cova and Goodchild 2002) have been described.
Faced with such complexity, anyone approaching GIS in the early years of
the 21st century might well ask whether geographic representation needs to be so
complex; whether a general theory might bring all of these ideas under a single
umbrella that includes all three spatial dimensions and time; and whether such a
theory might eventually simplify the design and construction of GIS. We know
that the geographic world is complex, but it does not follow that the rules that are
built into our systems and used to represent the geographic world also need to be
complex. A general theory that provided a simpler set of building blocks for
geographic representation would give better support for the scientific
investigation and management of the surface and near-surface of the Earth,
including its description, representation, analysis, visualization, and simulation
(Goodchild, 2007).
Dalam Penelitian dan Analisis, SIG dapat dimanfaatkan untuk mengetahui
daerah rawan bencana, SIG dapat membantu menentukan wilayahnya. Misalkan
untuk wilayah Jawa, sangat berpotensi Gempa karena dilalui oleh lempeng
samudra dan benua. Jawa juga merupakan daerah busur dalam vulkanik atau
darah yang memiliki banyak gunungapi yang aktif. Wilayah selatan Jawa
berpotensi gempa dan tsunami. Oleh karena itu dengan memanfaatkan SIG dapat
mengurangi dan bersiaga tehadap ancaman bencana tersebut. Peta Bencana
Berbasis SIG, Sistem Informasi Geografi adalah suatu sistem yang diaplikasikan
untuk memperoleh, menyimpan, menganalisa dan mengelola data yang terkait
dengan atribut, secara spasial. Pada kondisi yang lebih umum, SIG adalah cara
yang memudahkan pengguna untuk membuat query interaktif, menganalisa
informasi spasial dan mengedit data. Ilmu informasi geografis adalah ilmu yang
mengkombinasikan antara penerapan dengan sistem.
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu alat yang dapat
mendukung penetapan keputusan dalam semua fase siklus bencana. Dengan kata
lain adalah suatu kata yang menjelaskan tentang semua jenis item dari data yang

6
hendaknya mempunyai tingkat keakuratan yang tinggi terhadap suatu lokasi atau
dapat diukur dalam hal koordinat geografis. Pada awalnya focus dari SIG adalah
terutama pada respon bencana. Dengan perubahan paradigma aturan manajemen
bencana telah berkembang secara cepat. Proses harus berjalan menjadi suatu
kejadian yang mengalir dari penyiapan hingga mitigasi, perencanaan hingga
prediksi dan kedaruratan hingga perbaikan. Tiap-tiap aktivitas diarahkan
menghasilkan keberhasilan penanganan bencana. Aturan yang dikembangkan
termasuk cara yang diambil dalam mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu dan
sejumlah keahlian tergambarkan dari berbagai area yang berbeda. SIG dapat
bertindak sebagai antar muka antara semua ini dan dapat mendukung semua fase
siklus manajemen bencana.
SIG dapat diterapkan untuk melindungi kehidupan, kepemilikan dan
infrastuktur yang kritis terhadap bencana yang ditimbulkan oleh alam; melakukan
analisis kerentanan, kajian multi bencana alam, rencana evakuasi
dan`perencanaan tempat pengungsian, mengerjakan skenario penanganan
bencana yang tepat sasaran, pemodelan dan simulasi, melakukan kajian
kerusakan akibat bencana dan kajian keutuhan komunitas korban bencana.
Karena SIG adalah teknologi yang tepat guna yang secara kuat merubah cara
pandang seseorang secara nyata dalam melakukan analisis keruangan. SIG
menyediakan dukungan bagi pemegang keputusan tentang analsis
spasial/keruangan dan dalam rangka untuk mengefektifkan biaya. SIG tersedia
bagi berbagi bidang organisasi dan dapat menjadi suatu alat yang berdaya guna
untuk pemetaan dan analisis.
Penghindaran bencana dapat dimulai dengan mengidentifikasi resiko yang
ditimbulkan dalam suatu area yang diikuti oleh identifikasi kerentanan orang-
orang, hewan, struktur bangunan dan asset terhadap bencana. Pengetahuan
tentang kondisi fisik, manusia dan kepemilikan lainnya berhadapan dengan resiko
adalah sangat mendesak. SIG berdasarkan pemetaan tematik dari suatu area
kemudian di tumpangkan dengan kepadatan penduduk, struktur yang rentan, latar
belakang bencana, informasi cuaca dan lain lain akan menetukan siapakah,

7
apakah dan yang mana lokasi yang paling beresiko terhadap bencana. Kapabilitas
SIG dalam pemetaan bencana dengan informasi tentang daerah sekelilingnya
membuka trend gerografi yang unik dan pola spasial yang mana mempunyai
kejelasan visual, adalah lebih dapat dipahami dan membantu mendukung proses
pembuatan keputusan.
Penggunaan SIG dalam rentang manajemen resiko bencana dari
pembuatan Basis data, inventori, overlay SIG yang paling sederhana hingga
tingkat lanjut, analisis resiko , analisis untung rugi, proses geologi, statistik
spasial, matriks keputusan, analisis sensitivitas, proses geologi, korelasi, auto
korelasi dan banyak peralatan dan algoritma untuk pembuatan keputusan spasial
yang komplek lainnya. Sekali lagi dapat dikenali bahwa area dimana resiko
dengan potensi bahayanya, proses mitigasi dapat dimulai. SIG dapat digunakan
dalam penentuan wilayah yang menjadi prioritas utama untuk penanggulangan
bencana berikut penerapan standar bangunan yang sesuai, untuk mengidentifikasi
struktur untuk retrofitting, untuk menentukan besarnya jaminan keselamatan
terhadap masyarakat dan bangunan sipil, untuk mengidentifikasi sumber bencana,
pelatihan dan kemampuan yang dimiliki secara spesifik terhadap bahaya yang
dijumpai dan untuk mengidentifikasi area yang terkena banjir serta relokasi
korban ke tempat yang aman. Daerah yang paling rentan terhadap bencana
menjadi prioritas utama dalam melakukan tindakan mitigasi. Semua langkah-
langkah yang diambil bertujuan untuk menghindari bencana ketika diterapkan,
langkah yang berikutnya adalah untuk bersiap-siap menghadapi situasi jika
bencana menyerang. Akibatnya bagaimana jika atau pemodelan kapabilitas SIG
telah memberi suatu gagasan yang ideal tentang segala sesuatu yang diharapkan.
SIG untuk kesiapsiagaan bencana adalah efektif sebagai sarana untuk
menentukan lokasi sebagai tempat perlindungan di luar zone bencana,
mengidentifikasi rute pengungsian alternatif yang mendasarkan pada scenario
bencana yang berbeda, rute terbaik ke rumah sakit di luar zona bencana itu,
spesialisasi dan kapasitas rumah sakit dan lain lain. SIG dapat memberikan suatu

8
perkiraan jumlah makanan, air, [obat/ kedokteran] dan lain lain misalnya untuk
penyimpanan barang atau logistik.
Perkembangan teknologi yang semakin pesat sangat membantu manusia
dalam membantu menjalankan hidupnya. SIG dalam geografi sangat membantu
menganalisis data-data geografi. Data yang dimaksudkan adalah data spasial. SIG
membantu dalam memperoleh, menyimpan, menganalisa dan mengelola data
yang terkait dengan atribut, yang mana secara spasial.
Berdasarkan kegunaan dari SIG yang begitu besar maka SIG dapat
dimanfaatkan untuk hal-hal yang berguna. Tetapi sangat disayangkan bahwa di
Indonesia orang yang paham mengenai hal tersebut masih sangat sedikit. Oleh
karena itu pemerintah harus membantu agar warga negaranya banyak yang
mengetahui tentang SIG. hal ini dimaksudkan agar Mereka dapat mengetahui dan
membantu menganilsis terjadinya bencana dan membantu mitigasi bencana.
Dengan ini dapat meminimalisir adanya korban bencana.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sebuah sistem yang didesain untuk
menangkap, menyimpan, memanipulasi, menganalisa, mengatur dan
menampilkan seluruh jenis data geografis.
2. Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,
baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana.
3. Dalam Penelitian dan Analisis, SIG dapat dimanfaatkan untuk mengetahui
daerah rawan bencana, SIG dapat membantu menentukan wilayahnya. Oleh
karena itu dengan memanfaatkan SIG dapat mengurangi dan bersiaga tehadap
ancaman bencana.

B. Saran
Kesadaran akan datangnya bencana seharusnya telah terpikirkan dan
diantisipasi oleh orang Indonesia sejak dulu, karena memang Negara Indonesia
termasuk rawan bencana Besar. Mari mulai saat ini sadarlah akan adanya bencana
yang selalu mengancam kita.

10
DAFTAR PUSTAKA

Annugerah, A., Astuti, I. F., Kridalaksana, A. H. 2016. SISTEM INFORMASI


GEOGRAFIS BERBASIS WEB PEMETAAN LOKASI TOKO OLEH-
OLEH KHAS SAMARINDA. Jurnal Informatika Mulawarman. 11 (43-47)
Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana. BNPB. 2018
Goodchild, M. F., Yuan, M., Cova, T. J. 2007. Towards a general theory of
geographic representation in GIS. International Journal of Geographical
Information Science. 21 (239-260)
Handayani, D., Soelistijadi, R., Sunardi. 2005. Pemanfaatan Analisis Spasial untuk
Pengolahan Data Spasial Sistem Informasi Geografi: Studi Kasus Kabupaten
PEMALANG. Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK. 10 (108-116)
http://bpbd.karanganyarkab.go.id/?p=603 (diakses pada 2 Juli 2019)
http://bpbd.pringsewukab.go.id/pengertian-bencana-dan-jenis-bencana/ (diakses pada
2 Juli 2019)
http://bpbd.probolinggokab.go.id/id/berita/pemanfaatan-sig-system-information-
geografis-untuk-mitigasi-bencana/ (diakses pada 2 Juli 2019)
http://indonesiabaik.id/infografis/faktor-penyebab-terjadinya-bencana (diakses pada 2
Juli 2019)
https://www.researchgate.net/publication/277175313_Pemanfaatan_Analisis_Spasial
_untuk_Pengolahan_Data_Spasial_Sistem_Informasi_Geografi (diakses pada
2 Juli 2019)
https://id.wikipedia.org/wiki/Persiapan_bencana (diakses pada 2 Juli 2019)
Irwansyah, E. 2013. SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS: Prinsip Dasar dan
Pengembangan Aplikasi. Jakarta: Digibooks
Niode, D. F., Rindengan, Y. D. Y., Karouw, S. D. S. 2016. Geographical Information
System (GIS) untuk Mitigasi Bencana Alam Banjir di Kota Manado. E-
Journal Teknik Elektro dan Komputer. 5 (14-20)

11
Riadi, B., Syafi’I, A., Widodo, H. W. 2011. PEMBANGUNAN SISTEM
INFORMASI SPASIAL: Studi Kasus Kabupaten Pidiejaya, Provinsi Aceh.
Globe. 13 (69-76)
Suryani, S., Sasongko, P. S., Suharto, E. SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
PEMETAAN SEKOLAH TINGKAT PENDIDIKAN DASAR DAN
MENENGAH DI KOTA SERANG. Jurnal Masyarakat Informatika. 2 (39-50)

12

Anda mungkin juga menyukai