Dosen:
Levana Apriani , ST., MT.
DisusunOleh :
Yayan Gunawan 4122.3.19.13.0011
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI
UNIVERSITAS WINAYA MUKTI
2020
1. KARTOGRAFI
Kartografi adalah suatu tekhnik yang secara mendasar dihubungkan dengan kegiatan
memperkecil keruangan suatu daerah yang luas sebagian atau seluruh permukaan
bumi,atau benda-benda angkasa dan menyajikan dalam suatu bentuk yang dapat mudah
diobservasi ,sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan komunikasi.
Kartografi diyakini sudah ada, bahkan jauh sebelum bahasa tertulis. Terdapat lukisan
dinding di Ankara, Turki, yang diyakini sebagai peta tertua. Peta tersebut bertanggal
sekitar 6.000 SM. Selain itu, ada pula peta yang digoreskan pada tablet tanah liat yang
dibakar. Peta tersebut digali dari reruntuhan Gasur di Irak dan bertanggal 2.500 SM atau
3.800 SM.
Peta dunia pertama diketahui disusun oleh orang Babilonia pada abat ke-6 SM. Bumi
ditampilkan sebagai bulatan yang dikelilingi lautan dan beberapa pulau. Kemudian, ada
pula Claudius Ptolemy yang merancang peta dunianya sendiri. Ia merupakan ahli geografi
di abad ke-2 dan memercayai bahwa Bumi itu bulat. Ia juga merupakan orang pertama
yang menggagas bahwa Matahari berputar mengelilingi Bumi.
Ahli geografi Yunani dan Arab turut membangun dasar kartografi modern, salah
satunya adalah Eratosthenes. Ia merupakan ilmuwan pertama yang mengukur keliling
Bumi secara akurat. Al-Idrisi juga pernah membuat peta dunia yang terperinci.
Kemajuan teknologi pemetaan (visualisasi), saat ini mengalami perkembangan yang
sangat pesat. Banyak perusahaan yang menawarkan peta foto untuk wilayah yang
diinginkan dengan scene tertentu dan tingkat resolusi spassial yang beragam. Hal ini
terbukti dengan diluncurkannya satelit Lansat oleh NASA pada tanggal 23 juli 1972 yang
diberi nama ERST-1 (Earth Reseource Tehnology Satelit) (Lillesand, 1979 dalam
Rachman dkk, 2004).
Menurut Mumby et all.,(11997) dalam Siregar (2010), pada area lebih dari 60 km
dengan tingkat akurasi rendah, Lansat TM memberi hasil dengan akurasi yang lebih baik.
Sementara itu, untuk pemetaan dengan tingkat resolusi sedang menghasilkan peta habitat
yang kurang akurat.
Sehubungan dengan hal di atas, menurut Siregar (2010) kemajuan- kemajuan yang
dicapai dalam sensor satelit indraja terutama dengan diluncurkannya satelit yang
mempunyai resolusi spasial tinggi seperti Ikonos di tahun 1995 dan QuickBird di tahun
2001, ini memungkinkan fitur-fitur habitat di perairan dangkal pada luasan kurang dari 1
m atau beberapa meter saja. Hal ini dikarenakan satelit Ikonos memiliki resolusi spasial
antara 1-4 m dan QuickBird dengan resolusi spasial 0,65 m.
Wilayah indonesia terdiri dari alut yaitu 62% dari seluruh luas wilayah sangat efektif
diterapkan di Indonesia terhadap pelestarian sumberdaya aalam. Hal ini karena di
sepanjang pesisir dan lautan Indonesia terdapat 5 macam ekosistem yang sangat produktif
dalam memberikan kontribusi sebagai arial penghasil sumber protein dan dapat
meningkatkan pendapatan nelayan serta pendapan daerah. Lima ekosistem tersebut
adalah ekosistem mangrove, ekosistem lamun, ekosistem terumbu karang, ekosistem
muara dan ekosistem rumput laut (Rachman, 2004).
Produk survei pemetaan adalah peta, profil melintang, profil memanjang, galian dan
timbunan dalam format digital. Di dalam bidang kelautan pemetaan digunakan untuk
mengetahui potensi kelautan tanpa menimbulkan dampak serius bagi biota laut.
Pemetaan di Indonesia sudah banyak digunakan oleh para peneliti. Hal ini
dikarenakan memerlukan waktu yang singkat serta biayanya yang murah. Berikut para
peneliti yang pernah menggunakan penginderaan jauh dalam pemetaannya adalah Siregar
(2010) menggunakan citra QuickBird untuk memetakan dasar perairan dangkal di
Kepulauan Seribu, Restuning dan handayani (2007) menggunakan data citra dari USGS
tahun 1973-2006 dalam pemetaan pola gempa bumi di Indonesia , Usman dkk (2005)
menggunakan citra Lansat TM dalam penelitian sedimentasi perairan lagoon Segara
Anakan dan dalam bidang perikanan Simbolon (2010) juga menggunakan data citra
modis dalam menentukan daerah penangkapan ikan cakalang melalui analisis Suhu
Permukaan Laut (SPL) di Teluk Pelabuhan Ratu.
1.7. PERKEMBANGAN SAAT INI
2. PETA
Peta adalah gambaran konvensional pola-pola permukaan bumi yang dilihat dari atas
dan padanya ditambahkan tulisan-tulisan untuk identifikasi.
Peta adalah: (a) alat ilmiah yang tepat digunakan untuk berbagai penelitian dan
beberapa aplikasi teknik, (b) suatu bentuk komunikasi grafis (Robinson dan Sale., 1965).
Peta adalah gambaran sebagian atau seluruh wilayah permukaan bumi dengan
berbagai kenampakannya pada suatu bidang datar dengan menggunakan skala tertentu.
Peta (map) berasal dari bahasa Yunani “mappa”, artinya taplak atau kain penutup
meja. Pada awalnya peta hanya menggambarkan kenampakan nyata yang ada di permukaan
bumi. Sejalan dengan perkembangan dunia ilmu pengetahuan, saat ini peta digunakan pula
untuk menggambarkan hal-hal yang bersifat abstrak dan benda angkasa.
Peta adalah gambaran objek yang diseleksi dan diperkecil, harus digambarkan pada
bidang datar (kertas) dengan proyeksi tertentu. Objek tersebut dapat berupa kenampakan
atau data tentang permukaan bumi atau benda angkasa. Dalam penggambaran, unsur-unsur
digambarkan dalam bentuk simbul-simbul. Ukuran objek diperkecil dengan menggunakan
skala.
Untuk dapat melakukan penggambaran peta yang benar, harus diketahui terlebih
dahulu konsep pemetaan. Konsep pemetaan ialah bagaimana dapat menggambarkan
sebagian atau seluruh permukaan bumi yang bentuknya melengkung itu ke bidang datar
yang disebut peta dengan mendekati kebenaran yaitu dengan distrosi sekecil-kecilnya.
Untuk penggambaran tersebut pasti dijumpai kesulitan, karena bidang asli yang akan
digambar (bola/globe) berbeda dengan bidang yang digunakan untuk menggambar
(kertas/peta). Bola bumi/globe merupakan bangun tiga dimensi, sedangkan kertas/peta
merupakan bangun dua dimensi. Ini dapat dibayangkan apabila seseorang ingin
mendatarkan kulit jeruk yang melengkung. Tanpa adanya kerutan dan sobekan pada kulit
jeruk itu, tidak akan mungkin diperoleh kulit jeruk yang datar. Kerutan dan sobekan itulah
yang menyebabkan terjadinya distorsi. Distorsi yang timbul dalam proyeksi peta mungkin
berupa distorsi jarak, sudut, yang dapat mengakibatkan terjadinya distorsi luas, dan
bentuk.
Peta tematik adalah peta yang isinya mengutamakan penggambaran objek tertentu.
Sebagai contoh adalah peta tanah, peta geologi, peta cpenggunaan lahan, peta kepadatan
penduduk, peta curah hujan dan lain-lain. Kenampakan objek lain pada peta tematik hanya
berfungsi menambah informasi, sehingga memudahkan si pengguna dalam membaca peta
tersebut. Saat ini peta-peta tematik banyak dikembangkan dan dimanfaatkan untuk
kepentingan praktis diberbagai bidang pembangunan.
Salah satu jenis peta tematik ialah peta teknis, yaitu peta yang bersifat teknis dan
digunakan sebagai pedoman untuk pelaksanaan proyek pembangunan. Peta ini merupakan
peta yang berskala besar, lebih besar dibanding jenis peta lain. Sebagai contoh adalah peta
kontur, peta rencana jalan, peta pembangunan perumahan, dan lain-lain.
Fungsi simbol pada peta adalah untuk mengganti atau mewakili objek yang
digambarkan pada peta. Dalam penggambaran peta, penempatan simbol ini diusahakan
benar lokasinya. Simbol peta yang baik adalah yang mudah dikenal dan mudah digambar.
Simbol peta dapat diklasifikasikan menurut bentuk dan sifatnya. Simbol menurut
bentuknya terdiri dari simbol: titik, garis dan luasan/area. Sedangkan menurut sifatnya,
ada simbol kualitatif, dan ada yang kuantitatif. Pemilihan bentuk dan sifat simbol yang
dipilih tergantung pada jenis data yang akan digambarkan pada peta. Data statistik
umumnya digambar dengan simbol kuantitatif (seperti pada peta-peta statistik).Bagaimana
objek permukaan bumi digambarkan pada peta.
a. Objek digambarkan dengan simbol tertentu.
b. Bentuk permukaan bumi digambarkan dengan proyeksi peta.
c. Detil informasi objek ditentukan oleh skala.
d. Jenis informasi digambarkan berdasarkan tema
Skala Peta adalah perbandingan antara jarak di lapangan dengan jarak di peta.
Sebagai contoh:
Jarak sebenarnya antara Jakarta – Bogor adalah 50 km. Pada peta skala 1 : 100.000, maka
jarak antara kedua kota tersebut adalah : 1 cm di peta = 100.000 cm atau 1 km di lapangan,
Maka 50 km di lapangan = 50 cm di peta.
Berdasarkan skalanya peta dapat dibedakan menjadi 5 macam, yaitu:
a. Peta kadaster (peta teknis) yaitu peta yang berskala > 1:5. 000
b. Peta skala besar, yaitu peta yang berskala 1:5. 000 – 1:250. 000
c. Peta skala sedang, yaitu peta yang berskala 1:250. 000 – 1:500. 000
d. Peta skala kecil, yaitu peta yang berskala 1: 500. 000 – 1: 1. 000. 000
e. Peta geografis, yaitu peta yang berskala < 1:1. 000. 000
Skala merupakan perbandingan jarak tertentu pada peta dengan jarak itu di
lapangan. Umumnya penempatan skala peta diletakan tepat di bawah judul peta dengan
ukuran lebih kecil. Skala peta dapat dinyatakan dalam 3 cara, yaitu:
a. Skala angka (numerical scale) atau skala pecahan:
Contoh: Skala 1 : 100.000 (artinya setiap 1 cm di peta mewakili 100.000 cm atau 1
km dilapangan)
b. Skala inch – mile Contoh: Skala 1 inch : 10 mile (artinya setiap 1 inch di
peta mewakili 10 mile atau 10 x 63.360 inch = 633.660 inch di lapangan).
c. Skala grafis (graphic scale), yaitu skala yang digambar dalam bentuk
garis yang dibagi dalam unit-unit yang sama panjang.
Contoh: setiap satu segmen yang panjangnya 1 cm mewakili jarak 1 km