Anda di halaman 1dari 22

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

SALIM ,ST . MT

DISUSUN OLEH :

DIMAS PURWA ALDIN


03120160352

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lima puluh tahun yang lalu, kebanyakan orang memiliki hubungan atau

interaksi dengan dunia nyata lewat informasi geografis yang divisualisasikan

hampir seluruhnya hanya dengan peta. Penggunaan peta pun relatif terbatas,

sebuah peta biasanya hanya ada pada edisi terbaru majalah geografi nasional

atau ditempel pada dinding kelas. Namun dalam dekade terakhir, penggunaan

informasi geografis telah berkembang secara eksponensial. Saat ini penggunaan

sig telah sangat terintegrasi ke dalam kehidupan sehari-hari. teknologi

geospasial yang bekerja di belakang layar berbagai program seperti peningkatan

energi, produksi pertanian, dan mengetahui neraca air.

Pemetaan adalah fitur yang diharapkan dari aplikasi ponsel dan situs web2.

Teknologi sig memungkinkan kita mencapai tujuan, membantu kondisi darurat

dalam menemukan lokasi penyelamatan , dan semakin memberi kita pandangan

yang lebih luas dari dunia kita. Pertama kali sistem informasi geografi

digunakan secara nasioanal adalah di canada sekitar tahun 1960, oleh Canada

Geographic Information System (GCIS) dalam proyek untuk pengembangan

kemampuan lahan nasional (National Land Capability) dengan cara

mengkompilasi dan inventarisasi potensi lahan produktip di canada (Aronoff,

1989). beberapa tahun sejak proyek CGIS Canada tersebut, sig mulai intensif
dikembangkan di berbagai bagian dunia khususnya di eropa dan amerika,

bahkan badan dunia fao (food and agriculture organization) mulai intensif

menggunakan sig sejak tahun 1970 (crain, 1987). Sig awalnya berkembang dari

dua independent disiplin ilmu yaitu : kartografi diijital dan database.

Perkembangan dalam kartografi djital sebagai hasil dari berkembangnya

dunia desain khususnya cad (Computer Aided Design) sejak tahun 1960am.

Demikian pula perkembangan penggunaan data base khusunya sistem

pengelolaan database atau data base management systems (dbms) yang

memungkinkan integrasi data spasial dan nonspasial turut andil dalam

memperceppat perkembangan sig. dalam perkembangan lanjut sig melibatkan

berbagai disiplin yang sebenarnya saat ini menjadi akar dari perkembangan

kedepan seperti remote sensing, fotogrametri dan survei.

B. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa teknik sipil dapat

mengenal, memahami, dan mengaplikasikan sistem informasi geografis.


BAB II

KAJIAN TEORI

A. Peta

1. Pengertian Peta

Peta merupakan gambaran atau lukisan seluruh atau sebagian

gambaran dari permukaan bumi yang digambarkan pada bidang datar yang

diperkecil dengan menggunakan skala tertentu dan dijelaskan dalam bentuk

simbol dan dibuat mengikuti ukuran sama luas, sama bentuk, sama jarak,

dan sama arah.

Secara umum Peta didefinisikan sebagai gambaran dari unsur-unsur

alam maupun buatan manusia yang berada diatas maupun dibawah

permukaan bumi yang digambarkan pada suatu bidang datar dengan skala

tertentu (PP Nomor 10 Tahun 2000).

Menurut Imran (2009), Peta merupakan kalibrasi dari bidang

permukaan bumi 3 dimensi menjadi sebuah gambaran utuh yang lebih

sederhana ke dalam selembar kertas media yang datar dengan penyesuaian

baik ukuran maupun bentuknya disertai pula dengan informasi dan detail-

detailnya. Dengan kalimat sederhana, pengertian peta merupakan

pengecilan dari permukaan bumi atau benda angkasa yang digambarkan

pada bidang datar dengan menggunakan ukuran, simbol, dan sistem

generalisasi (penyederhanaan).
Peta mengandung arti komunikasi, artinya merupakan suatu signal atau

saluran antara pengirim pesan (pembuat peta) dengan penerima pesan

(pembaca peta).

Dengan demikian peta digunakan untuk mengirim pesan yang berupa

informasi tentang realita dalam wujud berupa gambar. Agar pesan

(gambar) tersebut dapat dimengerti maka harus ada bahasa yang sama

antara pembuat peta dan pembaca peta (Aryono Prihandito, 1989) dalam

(Sariyono dan Nursa’ban, 2010).

2. Klasifikasi Peta

Menurut Indarto (2010), klasifikasi peta dikelompokan dalam 3

golongan, yaitu sebagai berikut:

1) Penggolongan peta menurut isi

a. Peta umum atau peta dasar adalah peta yang menyajikan informasi

permukaan bumi secara umum, baik kenampakan alami misalnya

sungai, gunung, laut, danau, maupun kenampakan buatan

misalnya jalan raya, rel kereta api dan pemukiman.

b. Peta tematik adalah peta yang menyajikan informasi tentang

fenomena atau kondisi tertentu yang terjadi di permukaan bumi.

2) Penggolongan peta menurut skala

a. Peta kadaster/teknik adalah peta yang mempunyai skala 1:100

sampai 1:5.000
b. Peta skala besar adalah peta yang mempunyai skala lebih dari

1:75.000

c. Peta skala sedang adalah peta yang mempunyai skala antara

1:75.000 sampai 1:1.000.000

d. Peta skala keci adalah peta yang mempunyai skala lebih kecil dari

1:1.000.000

3) Penggolongan peta menurut penggunaannya meliputi peta pendidikan,

peta ilmu pengetahuan, informasi umum, turis, navigasi, aplikasi

teknik dan perencanaan.

B. Pemetaan

Pemetaan merupakan suatu proses pengukuran, perhitungan dan

penggambaran dengan menggunakan cara atau metode tertentu sehingga

didapatkan hasil berupa softcopy maupun hardcopy peta yang berbentuk data

spasial vector maupun raster. Pemetaan juga dapat diartikan sebagai proses

pembuatan peta.

Pemetaan sekolah merupakan suatu kegiatan untuk memberikan gambaran

atau secara rinci dan tepat dipermukaan suatu daerah tertentu mengenai keadaan

sekolah serta hubungannya dengan jumlah anak usia sekolah, perkembangan

pemukiman penduduk, sosial ekonomi dan lingkungan dalam arti luas.

Pemetaan sekolah juga dapat diartikan sebagai metode perencanaan secara

mikro yang berupa proses penataan atau penataan kembali jaringan


persekolahan yang ada sehingga diperoleh jaringan yang baru dengan daya

tampung yang lebih besar agar mutu pendidikan lebih berbobotdan mempunyai

relevansi dengan pengembangan.

Tujuan utama pemetaan adalah untuk menyediakan deskripsi dari suatu

fenomena geografis, informasi spasial dan non-spasial, informasi tentag jenis

fitur, (titik, garis dan polygon) (Indarto, 2010).

1. Tahapan Pembuatan Peta

Menurut Imran (2009) Dalam buku “Desain dan Komposisi Peta Tematik”

karangan Juhadi dan Dewi Liesnoor, disebutkan bahwa tahapan pembuatan peta

secara sistematis yang dianjurkan adalah:

1) Menentukan daerah dan tema peta yang akan dibuat

2) Mencari dan mengumpulkan data

3) Menentukan data yang akan digunakan

4) Membuat peta dasar

5) Mendesain komposisi peta (lay out peta), unsur peta dan kertas

6) Pencetakan peta

7) Lettering dan pemberian simbol

8) Reviewing

9) Editing

10) Finishing

2. Proses Pemetaan
Menurut Hidayat (2012) proses pembuatan peta harus mengikuti pedoman

dan prosedur tertentu agar dapat dihasilkan peta yang baik, benar, serta

memiliki unsur seni dan keindahan. Secara umum proses pembuatan peta

meliputi beberapa tahapan dari pencarian dan pengumpulan data hingga sebuah

peta dapat digunakan. Proses pemetaan tersebut harus dilakukan dengan urut

dan runtut, karena jika tidak dilakukan secara urut dan runtut, tidak akan

diperoleh peta yang baik dan benar.

Proses atau tahap-tahap pemetaaan diantaranya, yaitu :

1. Tahap pencarian dan pengumpulan data

Ada beberapa cara dalam mencari dan mengumpulkan data, yaitu:

a) Secara langsung

Cara pencarian data secara langsung dapat melalui metode

konvensional yaitu meninjau secara langsung ke lapangan dimana daerah

tersebut akan dijadikan objek dari peta yang dibuat. Cara ini disebut

dengan teristris. Dengan cara ini dilakukan pengukuran medan

menggunakan theodolit, GPS, dan alat lain yang diperlukan serta

pengamatan informasi ataupun wawancara dengan penduduk setempat

secara langsung sehingga didapat data yang nantinya akan diolah.

Dapat pula dilakukan secara fotogrameti, yaitu dengan metode foto

udara yang dilakukan dengan memotret kenampakan alam dari atas dengan

bantuan pesawat dengan jalur khusus menurut bidang objek. Atau dapat
pula menggunakan citra dari satelit serta cara-cara lain yang dapat

digunakan.

b) Secara tak langsung

Melalui cara ini tentu saja kita tidak usah repot-repot meninjau

langsung ke lapangan melainkan kita hanya mencari data dari peta atau

data-data yang sudah ada sebelumnya. misalnya dalam membuat peta

kepemilikan tanah di daerah Semarang, kita cukup mencari peta

administrasi lengkap kota Semarang, kemudian dapat diperoleh data

pemilikan tanah di Lembaga Pertanahan daerah atau nasional (BPN).

Data yang diperoleh dari pencarian data secara tak langsung ini disebut

dengan data sekunder, sedangkan peta yang digunakan sebagai dasar

pembuatan peta lain disebut sebagai peta dasar.

2. Tahap pengolahan data

Data yang telah dikumpulkan merupakan data spasial yang tersebar

dalam keruangan. Data yang telah diperoleh tersebut kemudian dikelompokkan

misalnya data kualitatif dan data kuantitatif, kemudian data kuantitatif

dilakukan perhitungan yang lebih rinci. Langkah selanjutnya yaitu pemberian

simbol atau simbolisasi terhadap data-data yang ada.

Dalam tahap akan mudah dengan menggunakan sistem digital

komputing karena data yang masuk akan langsung diolah dengan software atau

aplikasi tertentu sehingga data tersebut akan langsung jadi dan siap untuk

disajikan.
3. Tahap penyajian dan penggambaran data

Tahap ini merupakan tahap pembuatan peta dari data yang telah diolah dan

dilukiskan pada media. Dalam tahap ini dapat digunakan cara manual dengan

menggunakan alat-alat yang fungsional, namun cara ini sangat membutuhkan

perhitungan dan ketelitian yang tinggi agar didapat hasil yang baik.

Akan lebih baik jika digunakan teknik digital melalui komputer,

penggambaran peta dapat digunakan aplikasi-aplikasi pembuatan peta yang

mendukung, misalnya ARC View, ARC Info, AutoCAD Map, Map Info, dan

software lain. Setelah peta tergambar pada komputer, kemudian data yang telah

disimbolisasi dalam bentuk digital dimasukkan dalam peta yang telah di

gambar pada komputer, pemberian informasi tepi, yang kemudian dilakukan

proses printing atau pencetakan peta.

4. Tahap penggunaan data

Tahap ini sangatlah penting dalam pembuatan sebuah peta, karena dalam

tahap ini menentukan baik atau tidaknya sebuah peta, berhasil atau tidaknya

pembuatan sebuah peta. Dalam tahap ini pembuat peta diuji apakah petanya

dapat dimengerti oleh pengguna atau malah susah dalam dimaknai. Peta yang

baik tentunya peta yang dapat dengan mudah dimengerti dan dicerna maksud

peta oleh pengguna. Selain itu, pengguna dapat memberikan respon misalnya

tanggapan, kritik, dan saran agar peta tersebut dapat disempurnakan sehingga
terjadi timbal balik antara pembuat peta (map maker) dengan pengguna peta

(map user).

C. Sistem Informasi Geografis (Sig)

1. Definisi SIG

Definisi SIG kemungkinan besar masih berkembang, bertambah, dan

sedikit bervariasi. Hal ini terlihat dari banyaknya definisi SIG yang telah

beredar di berbagai sumber pustaka. Berikut adalaha beberapa definisi SIG

yang telah beredar :

a) Marbel et al (1983), SIG merupakan sistem penanganan data

keruangan.

b) Burrough (1986), SIG adalah sistem berbasis komputer yang

digunakan untuk memasukan, menyimpan, mengelola, menganalisis

dan mengaktifkan kembali data yang mempunyai referensi keruangan

untuk berbagai tujuan yang berkaitan dengan pemetaan dan

perencanaan.

c) Berry (1988), SIG merupakan sistem informasi, referensi internal,

serta otomatisasi data keruangan.

d) Aronoff (1989), SIG adalah suatu sistem berbasis komputer yang

memiliki kemampuan dalam menangani data bereferensi geografi yaitu

pemasukan data, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan

kembali), manipulasi dan analisis data, serta keluaran sebagai hasil


akhir (output). Hasil akhir (output) dapat dijadikan acuan dalam

pengambilan keputusan pada masalah yang berhubungan dengan

geografi.

e) Gistut (1994), SIG adalah sistem yang dapat mendukung pengambilan

keputusan spasial dan mampu mengintegrasikan deskripsi-deskripsi

lokasi dengan karakteristik-karakteristik fenomena yang ditemukan di

lokasi tersebut. SIG yang lengkap mencakup metodologi dan teknologi

yang diperlukan yaitu data spasial, perangkat keras, perangkat lunak

dan struktur organisasi.

f) Chrisman (1997), SIG adalah sistem yang terdiri dari perangkat keras,

perangkat lunak, data, manusia (brainware), organisasi dan lembaga

yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, dan

menyebarkan informasi-informasi mengenai daerah-daerah di

permukaan bumi.

SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada

suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa, dan akhirnya

memetakan hasilnya. Data yang diolah pada SIG adalah data spasial yaitu

sebuah data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki

sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Sehingga aplikasi SIG

dapat menjawab beberapa pertanyaan seperti lokasi,kondisi, tren, pola dan

pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dengan sistem

informasi lainnya.
2. Subsistem SIG

SIG dapat diuraikan menjadi beberapa subsistem sebagai berikut :

a) Data Input

Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan, mempersiapkan, dan

menyimpan data spasial dan atributnya dari berbagai sumber. Sub-sistem

ini pula yang bertanggung jawab dalam mengonversikan atau

mentransformasikan format-format data aslinya ke dalam format yang

dapat digunakan oeh perangkat SIG yang bersangkutan.

b) Data Output

Sub-sistem ini bertugas untuk menampilkan atau menghasilkan

keluaran (termasuk mengekspornya ke format yang dikehendaki) seluruh

atau sebagian basis data (spasial) baik dalam bentuk softcopy maupun

hardcopy seperti halnya tabel, grafik, report, peta, dan lain sebagainya.

c) Data Management

Sub-sistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun tabel-

tabel atribut terkait ke dalam sebuah sistem basis data sedemikian rupa

hingga mudah dipanggil kembali atau di-retrieve, diupdate, dan diedit.

d) Data Manipulation & Analysis

Sub-sistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan

oleh SIG. Selain itu sub-sistem ini juga melakukan manipulasi (evaluasi

dan penggunaan fungsifungsi dan operator matematis & logika) dan

pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan.


3. Sejarah SIG

Sistem ini pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1972 dengan

nama Data Banks for Development. Munculnya istilah Sistem Informasi

Geografis seperti sekarang ini setelah dicetuskan oleh General Assembly dari

International Geographical Union di Ottawa Kanada pada tahun 1967.

Dikembangkan oleh Roger Tomlinson, yang kemudian disebut CGIS

(Canadian GIS-SIG Kanada). CGIS digunakan untuk menyimpan, menganalisa

dan mengolah data yang dikumpulkan untuk inventarisasi Tanah Kanada (CLI-

Canadian Land Inventory) yang merupakan sebuah inisiatif untuk mengetahui

kemampuan lahan di wilayah pedesaan Kanada dengan memetakan berbagai

informasi pada tanah, pertanian, pariwisata, alam bebas, unggas dan

penggunaan tanah pada skala 1:250000.

Sejak saat itu Sistem Informasi Geografis berkembang di beberapa benua

terutama Benua Amerika, Benua Eropa, Benua Australia, dan Benua Asia.

Seperti di Negaranegara yang lain, di Indonesia pengembangan SIG dimulai di

lingkungan pemerintahan dan militer. Perkembangan SIG menjadi pesat

semenjak di ditunjang oleh sumberdaya yang bergerak di lingkungan akademis

(kampus). Dalam sejarahnya penggunaan SIG modern (berbasis computer,

digital) dimulai sejak tahun 1960-an. Pada saat itu untuk menjalankan

perangkat SIG diperlukan computer mainframe khusus dan mahal. Dengan

perkembangan computer PC, kecanggihan CPU, dan semakin murahnya

memori, sekarang SIG tersedia bagi siapapun dengan harga murah.


4. Komponen SIG

Menurut John E. Harmon, Steven J. Anderson, 2003, secara rinci SIG dapat

beroperasi dengan komponen- komponen sebagai berikut :

a) Orang yang menjalankan sistem meliputi orang yang mengoperasikan,

mengembangkan bahkan memperoleh manfaat dari sistem. Kategori

orang yang menjadi bagian dari SIG beragam, misalnya operator,

analis, programmer, database administrator bahkan stakeholder.

b) Aplikasi merupakan prosedur yang digunakan untuk mengolah data

menjadi informasi. Misalnya penjumlahan, klasifikasi, rotasi, koreksi

geometri, query, overlay, buffer, jointable, dsb.

c) Data yang digunakan dalam SIG dapat berupa data grafis dan data

atribut.

 Data posisi/koordinat/grafis/ruang/spasial, merupakan data yang

merupakan representasi fenomena permukaan bumi/keruangan

yang memiliki referensi (koordinat) lazim berupa peta, foto udara,

citra satelit dan sebagainya atau hasil dari interpretasi data-data

tersebut.

 Data atribut/non-spasial, data yang merepresentasikan aspek-aspek

dari fenomena yang dimodelkannya. Misalnya data sensus

penduduk, catatan survei, data statistik lainnya.

d) Software adalah perangkat lunak SIG berupa program aplikasi yang

memiliki kemampuan pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan, analisis


dan penayangan data spasial (contoh : ArcView, Idrisi, ARC/INFO,

ILWIS, MapInfo, dll)

e) Hardware, perangkat keras yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem

berupa perangkat komputer, printer, scanner, digitizer, plotter dan

perangkat pendukung lainnya.

Selain kelima komponen di atas, ada satu komponen yang sebenarnya

tidak kalah penting yaitu Metode. Sebuah SIG yang baik adalah apabila

didukung dengan metode perencanaan desain sistem yang baik dan sesuai

dengan ‘’business rules’’ organisasi yang menggunakan SIG tersebut.

5. Tugas Utama SIG

Berdasarkan desain awalnya tugas utama SIG adalah untuk melakukan

analisis data spasial. Dilihat dari sudut pemrosesan data geografik, SIG

bukanlah penemuan baru. Pemrosesan data geografik sudah lama dilakukan

oleh berbagai macam bidang ilmu, yang membedakannya dengan pemrosesan

lama hanyalah digunakannya data digital. Adapun tugas utama dalam SIG

adalah sebagai berikut:

a) Input Data, sebelum data geografis digunakan dalam SIG, data

tersebut harus dikonversi terlebih dahulu ke dalam bentuk digital.

Proses konversi data dari peta kertas atau foto ke dalam bentuk digital

disebut dengan digitizing. SIG modern bisa melakukan proses ini

secara otomatis menggunakan teknologi scanning.


b) Pembuatan peta, proses pembuatan peta dalam SIG lebih fleksibel

dibandingkan dengan cara manual atau pendekatan kartografi otomatis.

Prosesnya diawali dengan pembuatan database. Peta kertas dapat

didigitalkan dan informasi digital tersebut dapat diterjemahkan ke

dalam SIG. Peta yang dihasilkan dapat dibuat dengan berbagai skala

dan dapat menunjukkan informasi yang dipilih sesuai dengan

karakteristik tertentu.

c) Manipulasi data, data dalam SIG akan membutuhkan transformasi

atau manipulasi untuk membuat data-data tersebut kompatibel dengan

sistem. Teknologi SIG menyediakan berbagai macam alat bantu untuk

memanipulasi data yang ada dan menghilangkan data-data yang tidak

dibutuhkan.

d) Manajemen file, ketika volume data yang ada semakin besar dan

jumlah data user semakin banyak, maka hal terbaik yang harus

dilakukan adalah menggunakan database management system (DBMS)

untuk membantu menyimpan, mengatur, dan mengelola data

e) Analisis query, SIG menyediakan kapabilitas untuk menampilkan

query dan alat bantu untuk menganalisis informasi yang ada.

Teknologi SIG digunakan untuk menganalisis data geografis untuk

melihat pola dan tren.

f) Memvisualisasikan hasil, untuk berbagai macam tipe operasi

geografis, hasil akhirnya divisualisasikan dalam bentuk peta atau graf.


Peta sangat efisien untuk menyimpan dan mengkomunikasikan

informasi geografis. Namun saat ini SIG juga sudah mengintegrasikan

tampilan peta dengan menambahkan laporan, tampilan tiga dimensi,

dan multimedia.

6. Bidang-bidang Aplikasi SIG

Sistem Informasi Geografis dapat dimanfaatkan untuk mempermudah

dalam mendapatkan data-data yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut

suatu lokasi atau obyek. Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri

dari data spasial dan data atribut dalam bentuk dijital. Sistem ini merelasikan

data spasial (lokasi geografis) dengan data non spasial, sehingga para

penggunanya dapat membuat peta dan menganalisa informasinya dengan

berbagai cara. SIG merupakan alat yang handal untuk menangani data spasial,

dimana dalam SIG data dipelihara dalam bentuk digital sehingga data ini lebih

padat dibanding dalam bentuk peta cetak, tabel, atau dalam bentuk

konvensional lainya yang akhirnya akan mempercepat pekerjaan dan

meringankan biaya yang diperlukan.

Beberapa alasan penggunaan SIG, antara lain:

a) SIG sangat efektif dalam membantu proses-proses pembentukan,

pengembangan, atau perbaikan peta mental yang telah dimiliki oleh

setiap orang yang selalu berdampingan dengan lingkungan dunia

nyata.
b) SIG dapat digunakan sebagai alat bantu utama yang effektif, menarik,

dan menantang dalam usaha-usaha untuk meningkatkan pemahaman,

pengertian, dan pendidikan mengenai ide atau konsep lokasi, ruang

(spasial), kependudukan dan unsur-unsur geografis yang terdapat

dipermukaan bumi berikut data atribut terkait yang menyertainya.

c) SIG dapat memberikan gambaran yang lengkap dan komprehensif

terhadap suatu masalah nyata yang terkait spasial permukaan bumi.

Semua entitas yang dilibatkan dapat divisualkan untuk memberikan

informasi baik yang tersirat (implisit) maupun yang tersurat (eksplisit).

d) SIG menggunakan baik data spasial maupun atribut secara terintegrasi

hingga sistemnya dapat menjawab baik pertanyaan spasial maupun

non-spasial, memiliki kemampuan analisis spasial dan non-spasial.

e) SIG memiliki kemampuan yang sangat baik dalam memvisualkan data

spasial berikut atribut-atributnya. Modifikasi warna, bentuk dan

ukuran simbol yang diperlukan untuk merepresentasikan unsur-unsur

permukaan bumi dapat dilakukan dengan mudah.

f) SIG memiliki kemampuan untuk menguraikan unsur-unsur yang

terdapat di permukaan bumi ke dalam bentuk layer, tematik, atau

coverage data spasial. Dengan layer ini permukaan bumi dapat

‘’direkonstruksi’’ kembali atau dimodelkan ke dalam bentuk nyata

(real world tiga dimensi) dengan menggunakan data ketinggian berikut

layer tematik yang diperlukan.


g) SIG dapat menurunkan informasi secara otomatis tanpa keharusan

untuk selalu melakukan interpretasi secara manual. Dengan demikian,

SIG dengan mudah dapat menghasilkan data spasial tematik yang

merupakan (hasil) turuan dari data spasial yang lain (primer) dengan

hanya memanipulasi atribut-atributnya.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun yang dapat di ambil kesimpulan dari makalah iniadalah sistem

informasi geografis merupkan sebuah alat bantu manajemen berupainformasi

berbantuan computer yang berkait erat dengan sisitem pemetaan dan analitis

terhadapsegala Sesutu serta peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi. Sistem

informasi geogeafis dapat dimanfaatkan dalam banyak bidang terutama agribisnis.

Para pelaku bisnisyang bergerakdalam bidang pemasara, periklnan, real estate, dan

ritel sat ini suda menggunakan GIS untuk melakukan analisa pasar, mengoptimalkan

kampanye periklanan melalui media mssa, analisis terhadap bidang-bidangtanah, dan

membuat model atas pola pengeluaan.

B. Saran

Sebagai maasiswa teknik sipil sebaiknyamau terbuka untuk menerima,

memahami dan memepelajari kemajuan-kemajuan teknologi yang saat ini

berkembang pesat. Terutama teknologo informasi yang dapat mendukung kerja kita

dalam bidang agribisnis. Kita tidak boleh menutup mata terhadap ketertinggalan kita,

terhadap Negara-negara lainyang dapat menmanfaatkan kemjuan teknologi dengan

aik terutama dalam menyongsong era goalisasi ini.


DAFTARA PUSTAKA

http://www.tropenbos.org/file.php/332/guideline-of-gis-basic-training.pdf

http://p3m.amikom.ac.id/p3m/dasi/juni07/02%20

%20STMIK%20AMIKOM%20Yogyakarta%20Sistem%20Informasi%20Geografi,%

20Peng ertian%20dan%20Pemanfaatannya.pdf

http://s3.amazonaws.com/ppt-download/gis-bab1-100214094850

phpapp02.pdf?responsecontentdisposition=

attachment&Signature=pzMzRDvBm9o7E3nlp3qMXpOIdE4%3D&Expires=13

30347549&AWSAccessKeyId=AKIAJLJT267DEGKZDHEQ

http://www.westminster.edu/staff/athrock/GIS/GIS.pdf Prahasta, Eddy. 2009. Sistem

Informasi Geografis : Konsep-konsep Dasar (Perspektif Geodesi & Geomatika).

Penerbit Informatika, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai