BAB I
PENDAHULUAN
Menyadari bahwa pada dasarnya peta adalah alat penyampai pesan, maka
agar pesan dapat dimengerti (sampai) pada penerimanya, diperlukan bahasa
yang sama antara pembuat dan pemakai peta. Melalui kesepatakan
(kompromi), bahasa yang sama tersebut diwujudkan melalui simbol-simbol
(titik, garis, luasan, warna, dan sebagainya).
(Badan
Koordinasi
Survei
dan
Pemetaan
Batas-batas administrasi,
lain
Dua sistem
Koordinat Geografi
Sistem ini menggunakan titik longitude (bujur) dan latitude (lintang).
Sistem koordinat bujur-lintang (atau dalam bahasa Inggris disebut
Latitude-Longitude), terdiri dari dua komponen yang menentukan, yaitu :
Garis meridian tidak sejajar satu sama lainnya, berawal dari satu
titik di kutub utara maupun kutub selatan dan melebar di equator,
garis-garis meridian memotong equator tegak lurus. Setiap titik di
muka bumi memiliki jarak tertentu dari garis prime meridian, jika
jarak tersebut dinyatakan dalam satuan derajat, menit dan detik,
maka jarak tersebut disebut sebagai bujur (longitude).
10
berbeda
dengan
koordinat
bujur-lintang
yang
11
Zona Lintang
Garis utama untuk penentuan lintang UTM adalah garis Khatulistiwa
yang tepat berada di 0m tepat seperti yang dijelaskan di gambar dibawah
ini.
12
BAB II
PENGENALAN ALAT
13
14
b. Theodolit Reiterasi
Lingkaran skala mendatar theodolit menyatu dengan tribrach,
sehingga lingkaran mendatar tidak dapat diputar. Akibatnya bacaan
lingkaran mendatarnya untuk suatu target merupakan suatu bacaan
arah. Jadi sudut yang dibentuk oleh garis bidik yang diarahkan kedua
target adalah bacaan arah kedua dikurangi bacaan arah pertama.
lensa
mikroskop
pembacaan-pembacaan.
Angka
yang
15
pembacaannya
berupa
dua
buah
garis
sejajar
yang
16
e. Sistem digital
Adalah pembacaan piringan hasil pengukuran menggunakan alat
theodolit dengan melihat angka digital yang sudah terpampang di
kotak pembacaan. Biasanya dilakukan pada pengukuran alat digital.
3. Berdasarkan Ketelitiannya
a. Teodolit presisi/teliti, misal Wild tipeT-3
b. Teodolit satu sekon, misal Wild tipe T2
c. Teodolit puluhan sekon , misal Shokisa tipe TM-20
d. Teodolit satu menit, misal Wild tipe T0
Nivo kotak
Sebagai pertolongan pengaturan sumbu I verikal.
Teropong
Digunakan unuk membidik atau mengamati, benda yang jauh agar
kelihatan dekat, jelas dan besar. Teropong theodolit menggunakan prinsip
dari kepler yaitu terdiri dari lensa objektif sebagai lensa obyekif dan lensa
negatif unuk lensa mata, yang berindak sebagai lup. Lensa obyekip
memberikan bayangan nyata terbalik dan diperkecil, bayangan ini
digunakan sebagai benda oleh lensa okuler menjadi diperbesar dekat dan
terbalik.
Nivo tabung
Sebagai pertolongan pengaturan sumbu I verikal.
Tribrach
Merupakan tempat tumpuan dari sumbu I
17
Sumbu mendatar
Adalah sumbu perputaran teropong, disangga oleh dua tiang penyangga
kiri-kanan.
18
19
20
Bila sumbu mendatar tegak lurus dengan sumbu tegak dan garis
bidik tegak lurus dengan sumbu mendatar maka garis bidik akan
bergerak sepanjang benang unting-unting ( tidak menyimpang dari
bidikan benang).
Baca lingkaran skala tegak, missal didapat bacaan sudut zenith (z).
21
Bila garis arah nivo tegak lurus dengan sumbu tegak, maka
gelembung nivo akan tetap berada ditengah.
22
23
24
25
b. Micrometer TL 20 DE
26
c. Micrometer T0
27
d. Micrometer TL 20
28
e. Theo 20A
Dalam puluhan menit dibagi sepuluh garis strip yang artinya satu
garis strip adalah satu menit
Dalam satu garis strip satu menit dibagi menjadi 2 garis strip yang
artinya satu garis strip adalah 20 detik
Contoh Pembacaan :
Derajat
: 87
Puluhan menit
: 20
Satuan menit
: 9
Detik
: 40
29
30
BAB III
POLIGON TERTUTUP
III.1. MAKSUD DAN TUJUAN
Praktikan mampu mengukur dan mengerti tatacara pengukuran dengan
metode poligon tertutup.
Praktikan
mengerti
dan
mampu
melakukan
perhitungan
dan
J12
J23
P.3
S2
S3
J34
S1
J71
P.7
S7
S4
J67
P.4
J45
S6
P.6
J56
S5
P.5
31
8.
Penentuan Asimut
Banyak cara bisa dilakukan untuk menentukan asimut, salah satu cara
tersebut adalah dengan cara menghitung asimut dari dua titik yang
diketahui koordinatnya. Untuk praktikum ukur tanah, koordinat titik
32
Catatan :
P.1 (X1 , Y 1) dan P.2 (X2 , Y2), diperoleh dari pembacaan koordinat
GPS (UTM).
2.
Catatan :
Sn
: Sudut dalam,
33
Poligon Tertutup
P.2
A12
J12
J23
P.3
S2
S3
J34
S1
P.1
J71
P.7
S7
S4
J67
P.4
J45
S6
P.6
J56
S5
P.5
atau
H J tg h Ta - bt
H n H n1 H ( n1) n
Catatan :
H :
sudut helling,
Ta :
bt
34
5.
arah sasaran
h
H
Catatan :
z+h
90o,
90o z,
90o h.
Setelah bisa membedakan dua sudut tegak (helling dan zenith), berikut
adalah rumus untuk menghitung jarak datar.
J AY cos 2 h
Catatan :
J
A
: (ba bb),
: sudut helling
35
= ( n 2 ) x 180o
2. ( J sin A)
= 0 atau X = 0
3. ( J cos A) = 0 atau Y = 0
4. H
= 0
= fx
3. ( J cos A)
= fy
4. ( H )
= fh
dimana :
fs
fx
fy
fh
36
Langkah peerataan :
1. Hitung syarat geometris poligon terbuka yaitu
Sd = ( n 2 ) x 180o
Sd
: sudut dalam
37
3. Absis
Syarat Absis X = 0.
Maka hitung dulu :
a. Absis X n(n+1) = J n(n+1) sin A n(n+1)
J n(n+1) : jarak datar titik n ke titik n +1
A n(n+1) : asimut titik n ke titik n +1
b. Total kesalahan pengukuran jarak untuk absis (fx)
fx = X
c. Menghitung koreksi absis
4. Ordinat
Syarat ordinat Y = 0. Maka hitung dulu
a. Ordinat Y n(n+1) = J n(n+1) cos A n(n+1)
J n(n+1) : jarak datar titik n ke titik n +1
A n(n+1) : asimut titik n ke titik n +1
38
5. Tinggi
Syarat geometris H = 0
Untuk memenuhi syarat tinggi
a. Menghitung beda tinggi antar titik (H)
H = J . tg h + ( Ta bt )
h
: sudut helling,
39
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
40
BAB IV POLIGON
TERBUKA
mengerti
dan
mampu
melakukan
perhitungan
dan
41
S2
S1 J12
JA1
J23
S3
J34
S4
J45
Si
Jij
S2
AA1
JA1
S1
J12
J23
S3
J34
S4
J4B
42
Catatan :
A (XA,Y A)
B (XB,Y B)
AA1
Si
Jij
S2
S1
JB1
JAB
J12
S2
J34
SC
Jij
43
poligon
yang
tidak
sesuai
dengan
keadaan
sebenarnya.
44
Catatan :
P.1 (X1 , Y 1) dan P.2 (X2 , Y2), diperoleh dari pembacaan koordinat
GPS (UTM).
2.
Catatan :
Sn
: Sudut dalam,
Hzn-1
Hzn+1
Hzn-1
45
3.
AB1=AAB 180 + S0
A (n-1) =A (n-1).n 180 + Sn
4. Menghitung Beda Tinggi dan Tinggi Titik
Banyak cara/metode yang dapat dilakukan untuk menghitung beda
tinggi, dalam praktikum ini ditentukan berdasar bacaan benang dan
sudut tegak. Adapun rumusnya sebagai berikut :
H J tg h Ta - bt
H n H n1 H ( n1) n
Catatan :
H : beda tinggi antar titik (m),
J
: sudut helling,
46
arah sasaran
h
H
Catatan :
z+h =
90o,
90o z,
90o h.
Setelah bisa membedakan dua sudut tegak (helling dan zenith), berikut
adalah rumus untuk menghitung jarak datar.
J AY cos 2 h
Catatan :
J
: (ba bb),
: sudut helling
47
= fx
3. Y (Yak Yaw)
= fy
= fh
dimana :
fs = total kesalahan pengukuran sudut
fx = total kesalahan pengukuran jarak untuk absis
fy = total kesalahan pengukuran jarak untuk ordinat
fh = total kesalahan pengukuran titik ketinggian
48
Langkah perhitungannya :
1. Hitung syarat geometris poligon terbuka yaitu
Sd = (Aak - Aaw) + (n . 1800) atau
Aak - Aaw = Sd - (n . 1800)
Apabila tidak memenuhi syarat maka:
a. Hitung total kesalahan penutup sudut (fs).
fs = Sd - (Aak - Aaw) - (n . 1800 )
b. Hitung besar koreksi sudut (Ks)
49
3. Syarat Absis
X = Xak Xaw
Xn = Xn Kx
e. Menghitung koordinat X tiap-tiap titik
Xn = X(n-1) + Xn
4. Syarat ordinat
Y = Yak Yaw
50
: sudut helling,
Jn : jarak titik n
J : jumlah totak jarak
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah
51
52
BAB V
PETA PLANIMETRI
Praktikan
planimetri.
53
54
2) Dirikan alat ukur (theodolit) di salah satu titik yang sudah diukur
poligonnya (misalnya di titik P.1), dua rambu masing-masing didirikan di
titik detil.
3) Lakukan prosedur membuat sumbu I vertikal dan sentring (unting-unting
tepat di atas patok), ukur tinggi alat (Ta).
4) Dalam kedudukan teropong biasa (B) arahkan ke rambu P.n, atau ke P.2,
(pilih salah satu), tepatkan benang silang vertikal di tengah-tengah rambu,
dan lakukan hanya pembacaan piringan horisontal.
5) Arahkan ke rambu pertama dan kedua (secara bergantian), yang sudah
didirikan di atas titik detil, tepatkan benang silang vertikal di tengahtengah rambu dan benang silang horisontal ditepatkan pada angka genap,
lakukan pembacaan ba, bb, bt, piringan horisontal, sudut tegak (h atau z),
dan catat dalam formulir.
6) Arahkan kembali teropong ke rambu pertama dan kedua (secara
bergantian), yang sudah didirikan di atas titik detil lainnya.
7) Tepatkan benang silang vertikal di tengah-tengah rambu dan benang silang
horisontal ditepatkan pada angka genap, lakukan pembacaan ba, bb, bt,
piringan horisontal, sudut tegak (h atau z), dan catat dalam formulir.
8) Lakukan langkah 4) maupun 5) hingga secara radial semua detil tercover.
9) Theodolit di pindah ke titik polygon berikutnya, lakukan langkah 3) dan
5), untuk langkah (c) ini sesuaikan titiknya, artinya kalau berdiri di titik
P.2, rambu di arahkan ke P.1 atau P.3 (hanya salah satu).
10) Lakukan langkah 4), 5), dan 6).
11) Begitu seterusnya (pindah ke titik poligon yang lain) hingga semua titik
detil dalam area pemetaan tercover.
55
Sungai
b.
Danau
c.
Belokan sungai
Rumah
b.
Jalan
c.
Bangunan
Gambar V.2 Pengambilan detil planimetri untuk jalan sungai yang lurus.
Keterangan :
101, 102, dst = Nomor Detil (Penempatan Rambu)
56
57
58
BAB VI
PETA TOPOGRAFI
adalah
garis
khayal
yang
menghubungkan
titik-titik
berketinggian sama yang diukur dari atas permukaan air laut. Sifat-sifat garis
kontur adalah sebagai berikut:
1. Garis kontur selalu merupakan garis lengkung yang tertutup/tidak terputus.
2. Garis kontur tidak pernah berpotongan atau menjadi satu.
59
3. Garis kontur tidak mungkin pecah atau bercabang. Garis kontur dengan
ketinggian yang lebih rendah selalu mengelilingi garis kontur yang lebih
tinggi,kecuali bila disebutkan khusus untuk hal-hal tertentu seperti kawah.
4. Beda ketinggian antara dua garis kontur adalah tetap walaupun kerapatan
garis berubah-ubah.
5. Untuk daerah yang landai terlihat bahwa jarak antara garis kontur jarangjarang.
6. Untuk daerah yang curam jarak antara garis-garis kontur terlihat rapat.
7. Punggungan gunung/ bukit terlihat dipeta sebagai rangkaian kontur
berbentuk U yang ujungnya mlengkung menjauhi puncak.
8. Lembah terlihat dipeta sebagai rangkaian kontur berbentuk V yang
ujungnya tajam dan menjorok kearah puncak.
60
dalam
area
pemetaan
tercover
(topografi
dan
litologi).
61
62
63
64
65
dan
Melihat gambar sebelumnya, jika harus mencari jarak-jarak ketinggian 97,
98,dst, maka dapat dicari dengan rumus perbandingan dalam segitiga sikusiku.
Jika AD merupakan jarak ketinggian 97 (dicari), maka
DE = 97 96,8
= 0,2 (m)
AB = 8,7 (cm)
BC = 7,6 (m).
AD(97) = 0,2 cm, AD(98) = 1,4 cm, AD(99) = 2,5 cm, AD(100) = 3,7 cm dst.
66
Lihat dan amati titik detail pada peta yakinlah bahwa titik tersebut sudah benar.
67
Langkah kedua
68
Langkah ketiga
Mulailah hitungan interpretasi dan jangan lupa untuk mencatat dan memberi
tanda pada garis-garis yang tadi sudah dibuat. Kali ini juga gunakanlah pensil atau
sesuatu yang nantinya bisa dihapus kalau salah atau kalau interpolasi sudah
selesai.
69
Langkah keempat
70
Langkah kelima
Hapus garis bantu segingga lembar kerja hanya tertinggal garis kontur dan
titik ketinggian saja. Rapikan dan bedakan antara indeks kontur dan kontur
interval.
71
BAB VII
AUTOCAD LAND DESKTOP
VII. 1. PENDAHULUAN
Pada era sekarang ini, perkembangan teknologi terasa sangat cepat. Hampir semua
aspek kehidupan mulai disentuh dengan yang namanya teknologi. Dengan teknologi
semua terasa lebih mudah dikerjakan. Berbagai inovasi tidak henti-hentinya dilakukan
untuk meningkatkan penggunaan dan penerapan teknologi dalam kehidupan manusia.
Salah satu teknologi yang berkembang pesat adalah CADD (Computer Aided Design and
Drafting). Pengembangan teknologi ini bertujuan untuk mempermudah para designer dan
drafter untuk memvisualisasikan idenya ke dalam bentuk gambar. Sebuah desain yang
dibuat dengan AutoCAD dapat dengan mudah untuk diedit bila masih ada kesalahan dan
kekurangan, memiliki layout gambar yang sangat variatif, skala dapat diubah-ubah,
disesuaikan dengan ukuran kertas, dan sangat praktis penyimpanannya. Software CADD
yang akan kita bahas adalah AutoCAD, di mana software tersebut mempunyai
fleksibilitas yang tinggi. AutoCAD tidak hanya dipakai untuk aplikasi khusus saja, seperti
arsitektur, mekanikal, geodesi, atau mesin, tetapi mempunyai kemampuan untuk
menggambar apa saja. Jika kita ingin membuat AutoCAD menjadi software yang khusus,
kita dapat menambahkan yang dinamakan 3rd party software, contohnya:
72
Data-data yang dapat di-input ke dalam program ALD dibagi menjadi tiga macam,
yaitu :
Dari macam-macam data tersebut yang sering digunakan dan paling mudah yaitu data
yang bersumber import file dan data dari pengolahan data baku hasil pengukuran. Datadata sumber import ada beberapa macam, antara lain.
Import ASCII point file, format yang dipakai berupa file .txt, data yang dapt
dimasukkan berupa, nomor, northing, easthing, elevation dan description.
Dalam penyajiananya ALD masih berupa default, yaitu bentuk standar dari perincian
program yang berasal dari AutoCAD coursware.
VII. 2. TUTORIAL
Dalam tutorial berikut ini akan dijelaskan mengenai manual prosedur pemetaan
dasar menggunakan Autodesk Land Desktop (ALD). Dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah
yang lalu, praktikan telah diajarkan mengenai pengambilan data titik poligon maupun
detailnya menggunakan theodolite sampai dengan pembuatan peta secara manual. Dalam
tutorial Autodesk Land Desktop di bawah akan dijelaskan pembuatan peta secara
otomatis menggunakan software diatas. Berikut merupakan tutorial penggunaan Autodesk
Land Desktop dalam pemetaan dasar.
73
2. Berikan nama project yang diinginkan pada Name, serta pilih tempat
penyimpanan, klik Browse.
74
75
6. Atur Linear Units, Angle Units, Angle Display, dan Display Precission. Lalu
Next
76
77
2. Lalu muncul kotak dialog Format Manager-Import Points. Pilih format data yang
digunakan, jika .csv gunakan yang comma delimited, jika .prn gunakan space
delimited. Sedangkan untuk format data digunakan PENZD, PENZ, ENZ, dsb.
Lalu pilih source file yang digunakan.
78
3. Gunakan Add Points untuk menggabungkan seluruh titik. Beri nama pada point
group tersebut. Lalu OK.
4. Lalu muncul kotak dialog COGO Database Import Options, terima semua
default yang ada dengan klik OK.
79
5. Apabila point sudah berhasil ter-import maka akan muncul kotak dialog
bertuliskan Done!. Apabila poin belum terlihat klik View > Zoom > Erase
(short key : tulis Z > enter > tulis E > enter).
80
2. Klik kanan pada Terrain > New Surface, kemudian expand lah folder
Surface1 tersebut dengan klik tanda plus (+) di depan Surface1 hingga muncl
data dibawahnya, yaitu TIN Data. Kemudian pilih Point Groups klik kanan >
Add Points Group...
3. Lalu muncul kotak dialog Add Point Group, pilih Point Group Name dengan
nama yang telah dibuat pada saat import point, kemudian klik OK. Kemudian
Klik kanan pada Surface1 tersebut dan pilih Build....
81
4. Untuk memunculkan segitiga triangulasi pilih menu Terrain > Edit Surface >
Import 3D Lines.
5. Lalu untuk membuat kontur pilih Terrain > Create Contours..., atur major dan
minor kontur, kemudian klik OK.
82
2. Buat garis awal dan akhir pada kontur yang diinginkan untuk diberikan kontur
indeks, maka akan muncul indeks kontur yang diinginkan.
83
84
2. Lalu pilih menu Terrain > Sections > View Quick Section, kemudian select
polyline yang sebelumnya telah dibuat, lalu tekan enter.
4. Jika ingin mengubah tampilan sayatan, pilih menu Section > View Properties
hingga nantinya muncul kotak dialog Quick Section Properties yang
memungkinkan untuk mengubah Grid Settings, Color Settings, dan Surface
Color Settings.
85
5. Untuk memasukkan sayatan tersebut kedalam lembar kerja lakukan dengan pilih
menu
6. Klik ditempat dimana sayattan akan diletakkan, enter. Kemudian tutup Quick
Section View.
86
87
3. Buat garis yang menghubungkan dua titik sehingga membentuk garis vertikal
sebagai acuan, kemudian tekan tombol escape. Untuk membentuk garis horisontal
sebagai acuan, ketik pl > Enter, kemudian buat garis horisontal yang
menghubungkan dua titik.
88
4. Untuk membuat grid secara penuh pada dengan cara, klik garis yang sebagai
acuan > ketik array.
5. Kemudian isikan row apabila yang ingin di copy secara vertical atau colum yang
ingin di copy secara horisontal. Selanjutnya isikan juga pada row offset dan colum
offset sesuai jarak antar titik.
89
6. Untuk memberi keterangan koordinat pada grid gunakan Text dan untuk
mengatur text tersebut, kita dapat mengaturnya pada Design yang terdapat pada
bagian kiri tampilan setelah kita mengklik text yang ingin di edit. Di sana kita
dapat mengatur warna, skala, tebal tipis garis, tinggi, serta posisi text sesuai
dengan koordinat.
90
91
3. Ketik hotkeys bh untuk hatch and gradient, lalu tekan Enter dan akan muncul
kotak dialog Hatch and Gradient.
Di sini saudara tidak bisa mengganti warna dan simbol sekaligus, melainkan harus
dilakukan satu per satu. Mulanya kita akan mengganti warna terlebih dahulu.
Pada Pattern, saudara pilih SOLID. SOLID merupakan pilihan pattern untuk suatu corak
warna yang memblok atau penuh dalam suatu bangun ruang.
Lalu pada Swatch, saudara dapat menggunakannya untuk memilih warna yang
diinginkan. Misal litologi yang ingin dimasukkan adalah batugamping, maka pilihlah
warna biru. Setelah itu klik Add Pick Points.
92
4. Lalu klik pada ruang dalam persegi, setelah itu Enter, akan muncul lagi kotak
dialog Hatch and Gradient, lalu klik OK.
93
7. Tampilan simbol litologi akan muncul. Jika ingin mengubah warna garis, tebal
garis, maupun skala dapat gunakan menu Design yang berada pada kiri tampilan.
94
BAB VIII
PERHITUNGAN LUAS DAN VOLUME
VIII.1. MAKSUD DAN TUJUAN
95
96
pengukuran
yang
dibutuhkan
untuk
menghitung luas
dilapangan.
(
(
97
Catatan : Tanda absolut untuk menghindari hasil luas negatif karena luas
hasilnya selalu positif.
b. Metode Trapezoid
Dengan offset yang sama
Metode Trapezoid biasanya digunakan untuk menghitung luas
dengan daerah yang tidak teratur seperti gambar dibawah ini.
98
99
2. Metode Grafis
Metode yang paling sederhana untuk menghitung luas daerah adalah
dengan metode grafis yaitu dengan bantuan bujur sangkar (kertas grafik
mm) dan segitiga.
a. Bujur Sangkar (Kertas mm)
100
Dari gambar diatas ada tiga jenis bujur sangkar yang digunakan yaitu
misalkan yang besar dengan sisi 1 cm, sedang dengan sisi 5 mm dan
kecil 1 mm. Dengan mengalikan skala peta yang ada dengan luas bujur
sangkar-bujursangkar tersebut maka luas daerah tersebut akan dengan
mudah dihitung. Yaitu dengan menjumlahkan seluruh luas bujursangkar
yang melingkupi daerah tersebut. Semakin kecil bujur sangkar yang
digunakan dan semakin besar skala peta yang digunakan maka semakin
teliti hasil yang diperoleh.
b. Segitiga
Dimana s =
teliti.
101
3. Metode Mekanis
Cara lain yang digunakan untuk menghitung luas daerah yang tidak
beraturan adalah dengan cara mekanis yaitu dengan alat yang dinamakan
dengan planimeter. Alat planimeter diletakkan diatas peta (gambar) yang
akan dihitung luasnya. Kemudian alat tersebut mentrace (mengikuti) batas
wilayah yang akan diukur luasnya. Dengan konversi tertentu, maka luas
akan dapat dihitung. Ketelitian hasil sangat bergantung pada besar atau
kecilnya skala peta. Semakin besar skala petanya, akan semakin teliti hasil
luasannya. Sekarang ini sudah tersedia planimeter mekanik (manual) dan
planimeter digital.
data dari
media kertas
ke
digital
adalah dengan
102
103
1. Penampang rata-rata
Catatan :
A1 = luas penampang 1
A2 = luas penampang 2
d = jarak antar penampang 1 dan 2
2. Kontur
Catatan :
A1, A2, dan An = luas penampang 1, 2 dan n diukur dengan planimeter
104
Catatan :
A = luas penampang satu kapling yang seragam ( m2 )
h1 = tinggi yang digunakan untuk menghitung volume 1 kali ( m )
h2 = tinggi yang digunakan untuk menghitung volume 2 kali ( m )
h3 = tinggi yang digunakan untuk menghitung volume 3 kali ( m )
h4 = tinggi yang digunakan untuk menghitung volume 4 kali ( m )
Berikut ini akan dicontohkan cara menghitung volume cara tersebut diatas.
Contoh :
Suatu daerah dibagi dalam kapling yang seragam dengan ukuran 20 m x 20
m; Tinggi masing-masing tanah tertera di sampingnya. Apabila daerah
tersebut akan digali rata dengan ketinggian (level) 10 m, maka berapa
volume galiannya.
105
Jawab :
Luas satu kapling = A = 20 m x 20 m = 400 m2
Hitungan h
h1 = ( 3 + 2 + 1 + 2 + 2 ) = 10 1 x h1 = 1 x 10 = 10
h2 = (2+ 1 + 3 + 3 )
=9
2 x h2 = 2 x 9 = 18
h3 = ( 1 )
=1
3 x h3 = 3 x 1 = 3
h4 = ( 5 )
=5
4 x h4 = 4 x 5 = 20
106