Anda di halaman 1dari 106

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. MAKSUD DAN TUJUAN


Praktikan mampu mengetahui pengertian ilmu ukur tanah dan manfaatnya.

Praktikan mengetahui pengertian umum peta.

Praktikan dapat menguasai dan mengerti proses pembuatan peta


topografi.

I.2. DASAR TEORI


Ilmu ukur tanah adalah cabang dari ilmu Geodesi yang khusus
mempelajari sebagian kecil dari permukaan bumi dengan cara melakukan
pengukuran-pengukuran guna mendapatkan peta. Pengukuran di lakukan
terhadap titik-titik detail alam maupun buatan manusia meliputi posisi
horizontal (x,y) maupun posisi vertikalnya (z) yang direrensikan terhadap
permukaan air laut rata-rata.
Dalam pengertian yang lebih umum pengukuran tanah dapat dianggap
sebagai disiplin yang meliputi semua metoda untuk menghimpun dan
melakukan proses informasi dan data tentang bumi dan lingkungan fisis.
Salah satu aplikasi dari ilmu ukur tanah adalah membuat peta yang
nantinya akan digunakan lagi dalam disiplin ilmu lain terutama yang
menggunakan peta untuk dasarnya. Penggunaan peta untuk terutama dibidang
geologi contohnya dalam geomorfologi, pemetaan geologi dan geofisika, dan
lain sebagainya.

I.3. PENGERTIAN PETA


Peta adalah penyajian informasi spasial permukaan/bawah permukaan
bumi dalam skala tertentu dan digambarkan di atas bidang datar melalui
sistem proyeksi. Dari definisi di atas dapat dimengerti bahwa peta merupakan
alat untuk menyampaikan informasi (alat komunikasi). Informasi yang
disampaikan adalah unsur-unsur permukaan/bawah bumi secara grafis.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

Penyajian informasi dalam bentuk grafis akan mempersoalkan beberapa


pengertian yang perlu diketahui, yaitu :
1. Visualisasi : data yang akan dirubah menjadi gambar,
2. Universal : sesuatu yang akan disajikan/digambar haruslah difahami oleh
setiap orang,
3. Grafik : gambar tersebut harus dapat diperkecil skalanya, direproduksi
tanpa merubah pengertian yang mendasar tentang sesuatu informasi.
Berkaitan dengan masalah komunikasi, ada beberapa pengertian yang perlu
dipahami sehubungan dengan masalah peta.
1. Peta adalah alat untuk menyampaikan pendapat,
2. Pendapat itu ingin disampaikan melalui mata kepada yang menerimanya,
3. Dengan menggunakan peta, diharapkan pendapat tersebut bisa diterima
dengan lebih mudah, dibandingkan tanpa menggunakan peta,
4. Pendapat yang ingin disampaikan adalah segala hal yang menyangkut
ruang.
Pada pelaksanaan pembuatan peta, akan dijumpai beberapa masalah yang
berhubungan dengan komunikasi, antara lain :
1. Imajinasi (daya cipta)
Pembuat peta harus dapat menyajikan dengan jelas informasi yang
menyatakan bahwa kepadatan penduduk suatu tempat lebih padat
dibandingkan dengan tempat lain.
2. Persepsi
Perlu disadari bahwa akan timbul suatu kesulitan antara pembuat dan
pemakai peta dalam hal :
a. Sampai sejauh mana pemakai peta dapat mengerti pesan yang akan
disampaikan pada selembar peta,
b. Adanya perbedaan tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh pembuat
dan pemakai peta,
c. Konsep-konsep untuk data-data geometrik pada peta yang belum tentu
sama antara pembuat dan pemakai peta.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

Menyadari bahwa pada dasarnya peta adalah alat penyampai pesan, maka
agar pesan dapat dimengerti (sampai) pada penerimanya, diperlukan bahasa
yang sama antara pembuat dan pemakai peta. Melalui kesepatakan
(kompromi), bahasa yang sama tersebut diwujudkan melalui simbol-simbol
(titik, garis, luasan, warna, dan sebagainya).

I.4. FUNGSI PETA


Dalam penyajian suatu peta, isi peta mempunyai karakteristik dan fungsi
tertentu, yang secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Peta merupakan gambaran dalam bentuk 2(dua) dimensi,
2. Gambaran yang disajikan adalah dalam bentuk hasil reduksi dari keadaan
yang sebenarnya,
3. Informasi/data yang disajikan merupakan suatu bentuk penegasan atau
enhancement dari unsur yang ada.
Sedang fungsi peta adalah :
1. Memperlihatkan posisi atau lokasi relatif (letak suatu tempat dalam
hubungannya terhadap tempat lain di permukaan bumi),
2. Memperlihatkan ukuran (dari peta dapat diukur luas daerah dan jarakjarak di permukaan bumi.
3. Memperlihatkan bentuk (dari peta dapat dilihat bentuk-bentuk daerah
bergunung, permukiman, dataran, dan obyek lain yang cukup besar,
sehingga dimensinya dapat diperlihatkan dalam peta dengan skala yang
tertentu),
4. Menghimpun dan menyeleksi data (peta menghimpun dan menyeleksi
sejumlah data-data tertentu dari suatu daerah dan disajikan dalam bentuk
yang memadai keadaan di permukaan bumi).

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

I.5. KLASIFIKASI PETA


Tidak ada klasifikasi peta yang bersifat baku. Secara garis besar, peta
dapat dibagi berdasarkan bentuk penyajian, isi atau informasi utama pada
peta, dan kegunaan peta.
1. Klasifikasi Peta bersadarkan bentuk penyajiannya
a. Peta Garis (Line Map)
Peta yang menyajikan gambaran dari permukaan bumi dalam bentuk
garis atau grafis.
b. Peta Foto (Photo Map)
Gambaran dari permukaan bumi disajikan dalam bentuk fotografis,
hasil dari pemotretan udara.
c. Peta Digital (Digital Map)
Suatu peta yang data-datanya (nomor titik, koordinat horisontal,
vertikal) tersimpan dalam media komputer.
2. Klasifikasi Peta berdasarkan isi peta
a. Peta Topografi (Topographic Map)/Rupabumi
BAKOSURTANAL

(Badan

Koordinasi

Survei

dan

Pemetaan

Nasional) mendefinisikan Peta Topografi/Rupabumi sebagai peta yang


menyajikan informasi spasial dari unsur-unsur pada permukaan dan di
bawah bumi yang meliputi :

Hipsografi (tinggi rendahnya lasekap dalam bentuk kontur),

Hidrografi (tatanan air : sungai, danau, dan sebagainya),

Vegetasi (budidaya dan non budidaya),

Toponimi (nama-nama generik unsur-unsur muka bumi),

Batas-batas administrasi,

Unsur-unsur buatan manusia (jalan, bendungan, permukiman,


termasuk peninggalan purbakala, dan sebagainya),

Rujukan geografis baku.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

b. Peta Tematik (Thematic Map)


Peta yang menyajikan informasi unsur-unsur tertentu dari permukaan
bumi sesuai dengan tema peta bersangkutan dan umumnya
mempunyai hubungan tertentu dengan informasi topografi.
c. Chart
Suatu peta untuk kegunaan bersifat khusus, dalam hal ini data-data
yang disajikan berhubungan dengan masalah navigasi.
3. Klasifikasi Peta berdasarkan kegunaan peta
a. Peta Referensi atau Peta Serbaguna
Peta yang dijadikan dasar dari perencanaan pembangunan nasional
dan regional, umumnya diproduksi dalam satu seri peta.
Jenis dari peta referensi antara lain :
1) Peta Planimetris
Peta yang hanya menyajikan posisi horisontal dari unsur-unsur
permukaan bumi tanpa menyajikan data ketinggian.
2) Peta Kadaster
Peta yang menyajikan batas pemilikan tanah.
3) Peta Topografi/Rupabumi
Peta yang menggambarkan tidak hanya detil planimetris dari
unsur-unsur di permukaan bumi, tetapi juga menggambarkan
bentuk terein/relief. Seri pemetaan nasional adalah dalam bentuk
Peta Topografi/Rupabumi.
b. Peta Tematik
Dalam pembuatan peta tematik, diperlukan dua elemen penting, yaitu
peta dasar serta data/informasi spesifik yang akan disajikan.
Contoh peta tematik antara lain :
1) Peta Geologi,
2) Peta Geomorfologi,
3) Peta Sumber Daya Alam,

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

4) Peta Jaringan Jalan,


5) Peta Tanah,
6) Peta Pariwisata,
7) Peta Sumber Daya Hutan,
8) Peta Tata Guna Lahan,
9) Peta Sumber Daya Air,

I.6. PETA DASAR


Di samping pengklasifikasian peta di atas, dikenal juga istilah Peta
Dasar. Ada dua pengertian peta dasar, yaitu ditinjau dari segi teknis
pengadaan dan dari segi fungsinya.
1. Peta Dasar dari segi teknis pengadaan
Dari segi teknis pengadaan, R.Janicot memberi pembatasan
sebagai berikut : "Peta Dasar (Basic Map) adalah peta yang dibuat
langsung dari survei lapangan". Dengan demikian ketelitian peta dasar
tergantung pada skala yang dibuat. Skala ini menentukan persyaratan
teknis pembuatannya, seperti skala foto udara, distribusi titik-titik kontrol
lapangan, dan pesifikasi kartografi lainnya.
Bersadarkan peta dasar tersebut dapat dibuat peta-peta jabaran
(derived map) dengan skala yang lebih kecil dengan hanya operasi
kartografis saja, yaitu melalui generalisasi (tanpa perlu kerja lapangan).
Misalnya, kalau peta dasar tersebut 1 : 50.000, maka dapat dibuat peta
jabaran 1 : 100.000, 1 : 250.000, 1 : 500.000, dan 1 : 1.000.000. Peta
dasar yang dibuat langsung dari lapangan hanya dilakukan satu kali saja.
Jika peta dasar telah "out of date", maka dilakukan revisi peta atau dibuat
peta dasar baru yang skalanya lebih besar dari peta dasar semula.
2. Peta Dasar dari segi fungsinya
Peta Dasar (Base Map) adalah peta yang menyajikan informasi
dasar, pada mana data tambahan yang sifatnya khusus dikompilasikan
atau dicetak, sehingga menghasilkan peta baru. Peta baru di atas disebut
Peta Tematik (Thematic Map) yang memuat tema-tema tertentu.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

I.7. MANFAAT PETA


Manfaat peta dalam konteks pembangunan (umum) adalah :
1. Sebagai Dasar Penetapan Kebijaksanaan pembangunan.
2. Sebagai alat dalam proses perencanaan.
3. Sebagai alat dalam pelaksanaan pembangunan.
4. Sebagai alat monitoring.
5. Untuk presentasi data.
Dalam konteks perencanaan/pembangunan di atas tentunya disesuaikan
dengan skala peta yang dibuat dan keperluan bidang masing-masing. Setiap
bidang pembangunan dan tahapan pembangunan membutuhkan bermacam
jenis peta dalam dengan skala peta yang berbeda (skala peta : kecil,
menengah, dan besar).

I.8. MEMBUAT PETA


Berbagai metode dapat digunakan untuk mebuat peta (peta garis), salah
satu yang akan dipelajari di sini adalah cara membuat peta dengan metode
terestris, yaitu dengan melakukan pengukuran-pengukuran langsung di
lapangan.
Kalau diperhatikan dengan cermat, peta garis merupakan kombinasi
secara sistematis dari unsur-unsur ilmu ukur Euclidian (titik, garis, dan
luasan). Data dasar yang diperlukan adalah jarak, sudut, asimut, dan tinggi
(untuk kontur). Masing-masing data dasar tersebut akan dijelaskan pada bab
selanjutnya.

I.9. SISTEM KOORDINAT PETA


Sistem koordinat merupakan suatu parameter yang menunjukkan
bagaimana suatu objek diletakkan dalam koordinat. Koordinat merupakan
titik pertemuan antara absis dan ordinat, ditentukan dengan menggunakan
sistem sumbu, yakni perpotongan antara garis-garis yang tegak lurus satu
sama

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

lain

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

Ada tiga sistem koordinat yang digunakan pada pemetaan yakni :


1. Sistem Koordinat 1 Dimensi : satu sumbu koordinat
2. Sistem Koordinat 2 Dimensi : dua sumbu koordinat
3. Sistem Koordinat 3 Dimensi : tiga sumbu koordinat
Dalam kontek perpetaan, koordinat yang dimaksud adalah koordinat posisi
titik dalam ruang. Koordinat titik dalam ruang, umumnya berupa koordinat
kartesi (X, Y) dan (L, B) serta tinggi (Z atau h(H)).
Di Indonesia umumnya digunakan 2 sistem koordinat, yaitu koordinat
geografi dan sistem Universal Transverse Mercator (UTM).

Dua sistem

koordinat ini cocok digunakan di Indonesia karena Indonesia terletak di


sekitar garis khatulistiwa, yang lingkar garis bujur akan lebih panjang dari
pada lingkar garis bujur di kutub.
1.

Koordinat Geografi
Sistem ini menggunakan titik longitude (bujur) dan latitude (lintang).
Sistem koordinat bujur-lintang (atau dalam bahasa Inggris disebut
Latitude-Longitude), terdiri dari dua komponen yang menentukan, yaitu :

Gambar I.1 Garis Khatulistiwa

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

Equator adalah garis khayal yang bidang irisannya membagi bumi


menjadi dua sama besar, yaitu belahan bumi bagian utara dan
belahan bumi bagian selatan.

Garis Paralel adalah garis khayal sejajar yang dengan equator.

Garis paralel makin ke utara / ke selatan akan berbentuk lingkaran


yang bidang irisnya sejajar equator namun luasnya semakin kecil
dan akhirnya hanya berupa titik di kutub utara / selatan. Jarak busur
(dalam satuan derajat, menit dan detik) dengan patokan equator
disebut sebagai lintang (latitude).

Garis Meridian adalah garis-garis khayal yang menghubungkan


kutub utara dengan kutub selatan.

Garis meridian tidak sejajar satu sama lainnya, berawal dari satu
titik di kutub utara maupun kutub selatan dan melebar di equator,
garis-garis meridian memotong equator tegak lurus. Setiap titik di
muka bumi memiliki jarak tertentu dari garis prime meridian, jika
jarak tersebut dinyatakan dalam satuan derajat, menit dan detik,
maka jarak tersebut disebut sebagai bujur (longitude).

Gambar I.2 Garis Prime Meridian

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

Sifatsifat koordinat bujur-lintang


a. Titik longitude mempunyai nilai 180 sampai dengan 180 (WE)
b. Titik latitude mempunyai nilai 90 sampai dengan 90 (SN)
c. Penulisan koordinat biasanya ditulis dalam derajad menit detik
(degrees-minutesseconds / DMS). Contoh: 110o 30 37,80
d. Pengubahan menjadi koordinat proyeksi biasanya dalam bentuk
derajad desimal (Decimal Degrees / DD). Contoh: 110,5105
e. Cara pengubahannya dengan menjumlahkan nilai:
Derajad dibagi 1 (tetap) + Menit dibagi 60 + Detik dibagi 3600

2. Koordinat Universal Transverse Mercator (UTM)


Koordinat Universal Transverse Mercator atau biasa disebut dengan
UTM, memang tidak terlalu dikenal di Indonesia karena lebih sering
menggunakan koordinat bujur-lintang.

Gambar I.3 Sistem Koordinat UTM


Sifatsifat Proyeksi UTM
a. Proyeksi ini adalah proyeksi Transverse Mercator yang memotong
bola bumi pada dua buah meridian, yang disebut dengan meridian
standar. Meridian pada pusat zone disebut sebagai meridian tengah.
b. Daerah diantara dua meridian ini disebut zone. Lebar zone adalah 6
(derajat) atau sekitar 667 kilometer.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

10

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

c. Seluruh wilayah yang ada di permukaan bola bumi dibagi menjadi


60 zona bujur.
d. Garis lintang UTM dibagi menjadi 20 zona lintang dengan panjang
masing-masing zona adalah 8 (derajat) atau sekitar 890 kilometer.
e. Perbesaran pada meridian tengah adalah 0,9996.
f. Perbesaran pada meridian tepi adalah 1,001.
g. Satuan ukuran yang digunakan adalah meter.
h. Dalam koordinat UTM, setiap zona memiliki sumbu-sumbu
tersendiri,

berbeda

dengan

koordinat

bujur-lintang

yang

menggunakan satu sumbu yang berpusat di kutub.


Sistem angka pada koordinat UTM
Zona Bujur
Cara menentukan koordinat di dalam peta dalam garis bujur UTM, semua
pusat sumbu utama zona UTM terletak pada koordinat 500.000 m atau
tepat di tengah-tengah zona tersebut.

Gambar I.4 Menentukan Zona Bujur

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

11

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

Zona Lintang
Garis utama untuk penentuan lintang UTM adalah garis Khatulistiwa
yang tepat berada di 0m tepat seperti yang dijelaskan di gambar dibawah
ini.

Gambar I.5 Menentukan Zona Lintang

Berikut ini adalah beberapa kelebihan koordinat UTM :


a. Proyeksinya (sistem sumbu) untuk setiap zona sama dengan lebar
bujur 6o.
b. Transformasi koordinat dari zona ke zona dapat dikerjakan dengan
rumus yang sama untuk setiap zona di seluruh dunia.
c. Penyimpangannya cukup kecil, antara -40 cm/1000m sampai
dengan 70 cm/1000m.
d. Setiap zona berukuran 6 o bujur 8 o lintang (kecuali pada lintang
72 o LU-84 o LU memiliki ukuran 6 o bujur 12 o lintang).

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

12

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

BAB II
PENGENALAN ALAT

II.1. MAKSUD DAN TUJUAN


Praktikan memahami dan mengerti bagian-bagian alat yang digunakan
pada praktikum ilmu ukur tanah.
Praktikan memahami dan mampu mengoperasikan dan membaca alatalat (theodolit dan rambu) pada praktikum ilmu ukur tanah.
Praktikan mengerti tata cara dan persyaratan sebelum melakuan
pengukuran dilapangan.

II.2. DASAR TEORI


Dalam pengukuran ilmu ukur tanah dapat dilakukan menggunakan alat
Theodolit. Theodolit merupakan alat ukur tanah yang universal. Selain
digunakan untuk mengukur sudut horisontal dan sudut vertikal, theodolit juga
dapat digunakan untuk mengukur jarak secara optis, membuat garis lurus dan
sipat datar orde rendah. Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang
digunakan untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut
tegak. Berbeda dengan waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja.
Di dalam theodolit sudut yang dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon
(detik).
Di dalam pekerjaan pekerjaan yang berhubungan dengan ukur tanah,
theodolit sering digunakan dalam bentuk pengukuran poligon, pemetaan
situasi, maupun pengamatan matahari. Theodolit juga bisa berubah fungsinya
menjadi seperti Pesawat Penyipat Datar bila sudut vertikalnya dibuat 90.
Dengan adanya teropong pada theodolit, maka theodolit dapat
dibidikkan kesegala arah. Di dalam pekerjaan bangunan gedung, theodolit
sering digunakan untuk menentukan sudut siku-siku pada perencanaan /
pekerjaan pondasi, theodolit juga dapat digunakan untuk mengukur
ketinggian suatu bangunan bertingkat.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

13

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

II.3. PENGELOMPOKAN THEODOLIT


Theodolit dikelompokan menjadi 3 yaitu :
1. Berdasarkan konstruksinya
a. Theodolit Repetisi
Lingkaran skala mendatar dapat diatur mengelilingi sumbu tegak. Bila
skrup pengunci lingkaran skala mendatar dibuka, maka tidak dapat
dilakukan pengukuran sudut. Besarnya sudut yang dibentuk oleh garis
bidik yang diarahkan ke dua buah target hanya dapat diukur kalau
skrup pengunci lingkaran skala mendatarnya terkunci. Sebab bila
sekrup pengunci skala lingkaran mendatar tidak dikunci, maka pada
saat diputar, piringan skala mendatar ikut berputar bersama-sama
dengan indek pembaca lingkaran mendatar.
Keuntungannya adalah dimungkinkannya mengubah bacaan pada
suatu arah garis bidik tertentu. Misal pada suatu arah garis bidik di A
o

bacaan skala mendatarnya dibuat 0 , kemudian garis bidik diarahkan


ke B, maka bacaan skala mendatar di B juga merupakan sudut APB

Gambar II.1 Theodolit repetisi

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

14

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

b. Theodolit Reiterasi
Lingkaran skala mendatar theodolit menyatu dengan tribrach,
sehingga lingkaran mendatar tidak dapat diputar. Akibatnya bacaan
lingkaran mendatarnya untuk suatu target merupakan suatu bacaan
arah. Jadi sudut yang dibentuk oleh garis bidik yang diarahkan kedua
target adalah bacaan arah kedua dikurangi bacaan arah pertama.

Gambar II.2 Theodolit reiterasi

2. Berdasarkan Sistem Pembacaannya


a. Sistem dengan indeks garis
Pada lingkaran pembacaan hanya ada pada garis garis pembagian
derajat dan pembagian terkecil dalam satu derajat dibagi menjadi
enam kolom. Garis pembacaan dinamakan garis indeks yang ada di
deapan

lensa

mikroskop

pembacaan-pembacaan.

Angka

yang

ditunjukkan adalah menit diperkirakan.


b. Sistem dengan nonius
Garis nol skala nonius berlaku sebagai garis indeks, besar kesatuan
nonius perlu dicari untuk mengetahui besar dan skala nonius. Misal :
besar satu kolom lingkar R = 10; banyaknya kolom nonius (n) = 30;
maka kesatuan nonius = R/n = 10/30. Besar menit dan detiknya dapat
dicari dengan melihat garis yang berhimpit dengan garis skala
lingkaran.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

15

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

c. Sistem dengan micrometer


Garis

pembacaannya

berupa

dua

buah

garis

sejajar

yang

pembacaannya baru bisa dilakukan apabila salah satu garis skala


lingkaran telah masuk di tengah antara dua garis indeks, dengan
menggunakan micrometer.
d. Sistem koinsidensi
Adalah sistem dimana dua buah pembacaan terdapat dalam piringan
yang sama dengan menggunakan manipulasi sinar yang masuk pada
piranti alat pembacaan alat theodolit.

Gambar II.3 Pembacaan sudut dengan cara koinsidensi

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

16

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

e. Sistem digital
Adalah pembacaan piringan hasil pengukuran menggunakan alat
theodolit dengan melihat angka digital yang sudah terpampang di
kotak pembacaan. Biasanya dilakukan pada pengukuran alat digital.

3. Berdasarkan Ketelitiannya
a. Teodolit presisi/teliti, misal Wild tipeT-3
b. Teodolit satu sekon, misal Wild tipe T2
c. Teodolit puluhan sekon , misal Shokisa tipe TM-20
d. Teodolit satu menit, misal Wild tipe T0

II.4. BAGIAN THEODOLIT


Bagian-bagian yang penting dari alat theodolit:

Nivo kotak
Sebagai pertolongan pengaturan sumbu I verikal.

Teropong
Digunakan unuk membidik atau mengamati, benda yang jauh agar
kelihatan dekat, jelas dan besar. Teropong theodolit menggunakan prinsip
dari kepler yaitu terdiri dari lensa objektif sebagai lensa obyekif dan lensa
negatif unuk lensa mata, yang berindak sebagai lup. Lensa obyekip
memberikan bayangan nyata terbalik dan diperkecil, bayangan ini
digunakan sebagai benda oleh lensa okuler menjadi diperbesar dekat dan
terbalik.

Nivo tabung
Sebagai pertolongan pengaturan sumbu I verikal.

Skrup kaki tribrach


Digunakan unuk mengatur sumbu I agar verikal. Sekerup ini juga disebut
dengan level scew

Tribrach
Merupakan tempat tumpuan dari sumbu I

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

17

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

Sumbu mendatar
Adalah sumbu perputaran teropong, disangga oleh dua tiang penyangga
kiri-kanan.

Lingkaran skala mendatar


Adalah piringan dari metal atau kaca tempat skala lingkaran, berputar
bersama teropong.

Klem teropong dan penggerak halus


Digunakan untuk mematikan gerak teropong, dan unuk gerakan kecil
digunakan sekerup penggerak halus. Gerak halus ini berfungsi apabila
klem telah dimatikan.

Indeks pembaca lingkaran

Penyangga sumbu mendatar

Indeks pembaca lingkaran skala mendatar

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

18

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

Gambar II.4 Bagian-bagian Alat Theodolit Wild T0

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

19

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

Gambar II.5 Bagian-bagian Alat Teodolit TM 10C

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

20

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

II.5. PERSYARATAN ALAT UKUR THEODOLIT


1. Sumbu Tegak (Sumbu-I) Harus Benar-Benar Tegak.
Bila sumbu tegak miring maka lingkaran skala mendatar tidak lagi
mendatar. Hal ini berarti sudut yang diukur bukan merupakan sudut
mendatar. Gelembung nivo yang terdapat pada lingkaran skala mendatar
ditengah dan gelembung nivo akan tetap berada ditengah meskipun
theodolit diputar mengelilingi sumbu tegak. Bila pada saat maka berarti
sumbu-I tidak vertikal, ini disebabkan oleh kesalahan sistem sumbu yang
tidak benar, atau dapat juga disebabkan oleh posisi nivo yang tidak benar.
2. Sumbu Mendatar (Sumbu-II) Harus Benar-Benar Mendatar
3. Garis Bidik Harus Tegak Lurus Sumbu Mendatar
Untuk memenuhi syarat kedua dan ketiga lakukan langkah-lankah sebagai
berikut:

Gantungkan unting-unting pada dinding. Benang diusahakan agar


tergantung bebas (tidak menyentuh dinding atau lantai)

Setelah sumbu tegak diatur sehingga benar-benar tegak, garis bidik


diarahkan ke bagian atas benang. Kunci skrup pengunci sumbu tegak
dan lingkaran skala mendatar.

Gerakkan garis bidik perlahan-lahan ke bawah

Bila sumbu mendatar tegak lurus dengan sumbu tegak dan garis
bidik tegak lurus dengan sumbu mendatar maka garis bidik akan
bergerak sepanjang benang unting-unting ( tidak menyimpang dari
bidikan benang).

4. Tidak Ada Salah Indeks Pada Skala Lingkaran Tegak

Setelah syarat pertama, kedua dan ketiga dipenuhi maka arahkan


garis bidik ketitik yang agak jauh.

Ketengahkan gelembung nivo lingkaran skala tegak

Baca lingkaran skala tegak, missal didapat bacaan sudut zenith (z).

Putar teropong 180o kemudian dikembalikan garis bidik ke titik yang


sama

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

21

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

Periksa gelembung nivo lingkaran skala tegak, ketengahkan bila


belum terletak di tengah

Baca lingkaran skala tegak, misal z. Bila bacaan z = 360-z, maka


salah indeks adalah 0

Apabila keempat syarat tidak terpenuhi maka diadakan pengaturan.


Untuk mendapatkan sudut horisontal yang benar maka syarat pertama kedua
dan ketiga harus benar-benar dipenuhi, sedangkan syarat keempat dipenuhi
untuk mendapatkan sudut vertikal yang benar.

5. Mengatur Sumbu Tegak


Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengatur sumbu tegak
adalah sebagai berikut:

Usahakan agar nivo lingkaran mendatar sejajar dengan arah 2 skrup


kaki tribrach.

Tengahkan posisi gelembung nivo dengan cara memutar kedua skrup


kaki tribrach secara bersamaan dengan arah yang berlawanan.

Setelah keadaan gelembung nivo berada di tengah maka putar


o

theodolit 90 . tengahkan posisi gelembung nivo dengan hanya


memutar skrup kaki tribrach yang ketiga

Kemudian kembalikan ke kedudukan semula (sejajar skrup kaki


tribrach 1 dan 2)

Tengahkan kembali posisi nivo apabila gelembung nivo belum


berada ditengah.

Kemudian putar theodolit 180 , sehingga nivo berputar mengelilingi


sumbu tegak dalam kedudukan nivo yang sejajar dengan skrup kaki
kiap 1 dan 2.

Bila garis arah nivo tegak lurus dengan sumbu tegak, maka
gelembung nivo akan tetap berada ditengah.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

22

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

II.6. PERSYARATAN SEBELUM MULAI MENGUKUR


1. Penempatan Sentris

Letakkan statif di tengah tengah patok

Pasang unting unting tempatnya

Naik dan turunkan kaki statif secara bergantian untuk meletakkan


unting unting tepat di atas patok

Setelah tepat di atas patok lakukan prosedur membuat sumbu satu


vertikal

Gambar II.6 Contoh penrmpatan sentris

2. Membuat Sumbu I Vertikal


a. Stel Nivo Kotak

Putarlah sekrup A, B secara bersama-sama hingga gelembung nivo


bergeser ke arah garis sekrup C. ( lihat gambar a )

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

23

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

Putarlah sekrup C ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo


bergeser ke tengah.

Gambar II.7 Penyetelan Nivo Kotak


b. Stel Nivo Tabung
Bila alat dilengkapi dengan dua nivo yaitu nivo kotak dan tabung,
maka setelah menyetel nivo kotak dilakukan penyetelan nivo tabung
dengan cara :

Putar teropong dan sejajarkan dengan dua sekrup AB.

Putarlah sekrup A, B masuk atau keluar secara bersama-sama,


hingga gelembung nivo bergeser ke tengah.

Putarlah teropong 90 ke arah garis sekrup C.

Putarlah sekrup c ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo


bergeser ke tengah-tengah.

Gambar II.8 Penyetelan Nivo Tabung

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

24

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

II.7. CARA PEMBACAAN


1. Cara Pembacaan Theodolit
Pada waktu membaca piringan dilakukan secara bergantian (satu persatu)
baik horisontal dan vertikal, masing-masing indek diletakkan pada garis
yang bersesuaian dengan sekrup koisiden, kecuali untuk piringan vertikal
T0 dan piringan horisontal dan vertikal Theo 20A yang dibaca apa
adanya.
a. Micrometer TM 10C

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

25

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

b. Micrometer TL 20 DE

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

26

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

c. Micrometer T0

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

27

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

d. Micrometer TL 20

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

28

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

e. Theo 20A

Angka 87 menunjukkan besaran derajat

Angka 2,3,4 menunjukkan besaran puluhan menit

Dalam puluhan menit dibagi sepuluh garis strip yang artinya satu
garis strip adalah satu menit

Dalam satu garis strip satu menit dibagi menjadi 2 garis strip yang
artinya satu garis strip adalah 20 detik

Contoh Pembacaan :
Derajat

: 87

Puluhan menit

: 20

Satuan menit

: 9

Detik

: 40

Jadi hasil pembacaan : 87 29 40

2. Cara Pembacaan Rambu


Maksud dari pembacaan rambu adalah dapat mengerti akan besaran
satuan dan pembagiannya bila tampak dalam teropong. Rambu adalah
mistar yang digunakan pada saat pengukuran dengan menggunakan alat
ukur optis. Grid-grid rambu berupa gambar dengan bentuk E memiliki
tebal 1 cm untuk masing-masing garis, atau satu huruf mewakili 5 cm.
Ada dua jenis rambu, rambu tegak digunakan untuk teodolit dan rambu
terbalik untuk BTM.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

29

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

Untuk mempermudah pembacaan


rambu, tepatkan benang tengah di
bacaan angka genap

Gambar II.9 Cara Pembacaan Rambu


Langkah Kerja :
1. Dirikan alat dengan baik dan benar diatas patok yang sudah
ditentukan.
2. Lakukan sentring unting-unting.
3. Atur sumbu I vertikal.
4. Semua sekrup pengunci dikendorkan kecuali sekrup kunci repetisi.
5. Dirikan rambu sesuai dengan kemampuan normal alat.
6. Arahkan teropong ke arah rambu.
7. Semua sekrup pengunci dikencangkan.
8. Perhatikan ketiga benang silang (horizontal), benang atas (ba), benang
tengah (bt), benang bawah (bb).
9. Tempatkan benang vertikal tepat di tengah-tengah rambu dengan
penggerak halus.
10. Catat hasil yang ditunjukkan dari hasil pembacaan ba, bt, bb. Jika
benar akan didapatkan persamaan bt = (ba + bb).

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

30

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

BAB III
POLIGON TERTUTUP
III.1. MAKSUD DAN TUJUAN
Praktikan mampu mengukur dan mengerti tatacara pengukuran dengan
metode poligon tertutup.
Praktikan

mengerti

dan

mampu

melakukan

perhitungan

dan

penggambaran poligon tertutup.


III.2. DASAR TEORI
Poligon berasal darikata poly yang berarti banyak dan gono yang
berarti sudut. Secara harafiah, poligon berarti sudut banyak. Namun arti
yang sebenarnya adalah rangkaian titik-titik secara berurutan sebagai
kerangka dasar pemetaan. Sebagai kerangka dasar, posisi, atau koordinat
titik-titik poligon harus diketahui atau ditentukan secara teliti. Pengukuran
poligon harus memenuhi kriteria atau persyaratan tertentu.
Poligon tertutup adalah poligon yang titik awalnya dan akhirnya
menjadi satu. Poligon ini merupakan poligon yang paing disukai dan paling
banyak digunakan dilapangan karena tidak membutuhkan titik ikat yang
banyak yang memang sulit ditemukan dilapangan. Namun demikian hasil
pengukurannya cukup terkontrol.
P.2
A12
P.1

J12

J23

P.3

S2

S3
J34

S1
J71

P.7

S7
S4
J67

P.4

J45
S6

P.6

J56

S5
P.5

Gambar III.1 Poligon Tertutup

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

31

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

III.3. PENGUKURAN POLIGON TERTUTUP


1. Dirikan alat ukur (theodolit) di tempat yang nyaman di atas patok yang
sudah dipasang (misalnya di titik P.1), dua rambu masing-masing
didirikan di titik P.n (titik terakhir yang direncanakan) dan titik P.2
(dipegang).
2. Lakukan prosedur membuat sumbu I vertikal dan sentering (untingunting tepat di atas patok), ukur tinggi alat (Ta).
3. Dalam kedudukan teropong biasa (B) arahkan ke rambu P.n, benang
silang vertikal ditepatkan pada tengah-tengah rambu dan benang silang
horisontal ditepatkan pada angka genap, lakukan pembacaan ba, bb, bt,
piringan horisontal, sudut tegak (h atau z), dan catat dalam formulir.
4. Putar teropong dan arahkan ke rambu P.2, benang silang vertikal
ditepatkan pada tengah-tengah rambu dan benang silang horisontal
ditepatkan pada angka genap, lakukan pembacaan ba, bb, bt, piringan
horisontal, sudut tegak (h atau z), dan catat dalam formulir.
5. Kedudukan teropong dijadikan luar biasa (LB) dan arahkan kembali ke
titik P.n, benang silang vertikal ditepatkan pada tengah-tengah rambu
dan benang silang horisontal ditepatkan pada angka genap, lakukan
pembacaan ba, bb, bt, piringan horisontal, dan catat dalam formulir.
6. Putar teropong dan arahkan ke rambu P.2, benang silang vertikal
ditepatkan pada tengah-tengah rambu dan benang silang horisontal
ditepatkan pada angka genap, lakukan pembacaan ba, bb, bt, piringan
horisontal.
7.

Alat ukur di pindah ke titik P.2, lakukan langkah 1) sampai 6).

8.

Begitu seterusnya sampai alat ukur (theodolit) berdiri di titik terakhit


(Pn).

III.4. PROSEDUR PERHITUNGAN


1.

Penentuan Asimut
Banyak cara bisa dilakukan untuk menentukan asimut, salah satu cara
tersebut adalah dengan cara menghitung asimut dari dua titik yang
diketahui koordinatnya. Untuk praktikum ukur tanah, koordinat titik

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

32

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

didapat dengan penentuan koordinat dengan GPS Receiver. Misalnya


titik yang ditentukan dengan GPS adalah P.1 dan P.2, maka asimut titik
dimaksud dapat ditentukan dengan rumus berikut :

Catatan :
P.1 (X1 , Y 1) dan P.2 (X2 , Y2), diperoleh dari pembacaan koordinat
GPS (UTM).

2.

Menghitung Sudut Dalam


Pada dasarnya sudut dalam tidak bisa langsung diukur, yang diukur
adalah arah-arah ke depan dan ke belakang dari pembacaan piringan
horisontal. Memperhatikan gambar poligon di atas, masing-masing
sudut dalam dapat dihitung dengan rumus :

Catatan :
Sn

: Sudut dalam,

Hzn-1 : bacaan arah piringan horisontal ke belakang (biasa),


Hzn+1 : bacaan arah piringan horisontal ke depan (biasa),
Hzn-1 : bacaan arah piringan horisontal ke belakang (luar biasa),
Hzn+1 : bacaan arah piringan horisontal ke depan (luar biasa).
3.

Menghitung Asimut Antar Titik


Asimut antar titik bisa dihitung (ditentukan) jika asimut awal diketahui.
Rumus yang digunakan tergantung arah pengukuran dan sudut yang
diukur (sudut dalam atau sudut ke-kanan). Berikut adalah rumus
menghitung asimut antar titik dengan ketentuan : arah pengukuran ke
kanan (searah jarum jam), sedang yang di ukur sudut dalam.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

33

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

Poligon Tertutup
P.2
A12

J12

J23

P.3

S2

S3
J34

S1

P.1

J71

P.7

S7
S4
J67

P.4

J45
S6

P.6

A23 A12 180 o S 2

J56

S5
P.5

atau

An.(n1) A( n1). x 180 o S n


Catatan : A23 = Asimut 2 ke 3
S2 = Sudut dalam titik 2
4.

Menghitung Beda Tinggi dan Tinggi Titik


Banyak cara/metode yang dapat dilakukan untuk menghitung beda
tinggi, dalam praktikum ini ditentukan berdasar bacaan benang dan
sudut tegak. Adapun rumusnya sebagai berikut :

H J tg h Ta - bt
H n H n1 H ( n1) n

Catatan :
H :

beda tinggi antar titik (m),

jarak datar (m),

sudut helling,

Ta :

tinggi alat (m),

bt

bacaan benang tengah (m).

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

34

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

5.

Menghitung Jarak Datar


Jarak datar yang akan ditentukan pada kegiatan ini adalah jarak yang
diperoleh secara tidak langsung (jarak optis) merupakan fungsi dari :
bacaan benang (ba, bb, bt) dan sudut tegak (sudut helling ataupun sudut
zenith). Sebelum sampai pada rumus jarak optis, di sini dijelaskan
perbedaan antara sudut helling dan sudut zenith (periksa Gambar
berikut).
Z

arah sasaran

h
H

Catatan :
z+h

90o,

90o z,

90o h.

Setelah bisa membedakan dua sudut tegak (helling dan zenith), berikut
adalah rumus untuk menghitung jarak datar.

J AY cos 2 h
Catatan :
J
A

: jarak datar (m),


: konstanta pengali = 100 (tanpa satuan),

: (ba bb),

ba : bacaan benang atas (m)


bb : bacaan benang bawah (m)
h

: sudut helling

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

35

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

III.5. SYARAT POLIGON TERTUTUP


Syarat geometris poligon tertutup adalah :
1. Sd

= ( n 2 ) x 180o

2. ( J sin A)

= 0 atau X = 0

3. ( J cos A) = 0 atau Y = 0
4. H

= 0

n adalah jumlah titik poligon

Sebagaimana dijelaskan di atas, kondisi ini sulit dicapai, karena adanya


galat (sistematik maupun acak) dan yang umum terjadi adalah :
1. ( n 2 ) x 180o - Sd = fs
2. ( J sin A)

= fx

3. ( J cos A)

= fy

4. ( H )

= fh

dimana :
fs

= total kesalahan pengukuran sudut

fx

= total kesalahan pengukuran jarak untuk absis

fy

= total kesalahan pengukuran jarak untuk ordinat

fh

= total kesalahan pengukuran titik ketinggian

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

36

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

III.6. PROSEDUR PERATAAN


Maksud perataan di sini adalah untuk kerangka peta (poligon), meliputi
posisi horisontal (perataan koordinat planimetri X , Y) dan posisi vertikal
(perataan tinggi Z). Peratan disini merupakan perhitungan dengan koreksi
sesuai dengan syarat poligon.

Langkah peerataan :
1. Hitung syarat geometris poligon terbuka yaitu
Sd = ( n 2 ) x 180o
Sd

: sudut dalam

Apabila tidak memenuhi syarat maka:


a. Hitung total kesalahan penutup sudut (fs).
fs = Sd (( n 2 ) x 180o)
b. Hitung besar koreksi sudut (Ks)

dimana n adalah jumlah titik poligon.


c. Menghitung sudut dalam terkoreksi tiap titik (Sn)
Sn = Sn Ks
Sn

: sudut dalam pada titik n

2. Hitung Asimut Antar Titik (A)


An(n+1) = A(n-1)n + 1800 - S

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

37

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

3. Absis
Syarat Absis X = 0.
Maka hitung dulu :
a. Absis X n(n+1) = J n(n+1) sin A n(n+1)
J n(n+1) : jarak datar titik n ke titik n +1
A n(n+1) : asimut titik n ke titik n +1
b. Total kesalahan pengukuran jarak untuk absis (fx)
fx = X
c. Menghitung koreksi absis

J n(n+1) : jarak datar titik n ke titik n +1


J : jumlah total jarak
d. Menghitung absis terkoreksi
Xn = Xn Kx

e. Menghitung koordinat X tiap-tiap titik


Xn = X(n-1) + Xn

4. Ordinat
Syarat ordinat Y = 0. Maka hitung dulu
a. Ordinat Y n(n+1) = J n(n+1) cos A n(n+1)
J n(n+1) : jarak datar titik n ke titik n +1
A n(n+1) : asimut titik n ke titik n +1

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

38

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

b. Total kesalahan pengukuran jarak untuk ordinat (fy)


fy = Y
c. Menghitung koreksi ordinat

J n(n+1) : jarak datar titik n ke titik n +1


J : jumlah total jarak
d. Menghitung ordinat terkoreksi
Yn = Yn Ky
e. Menghitung koordinat Y tiap-tiap titik
Yn = Y(n-1) + Yn

5. Tinggi
Syarat geometris H = 0
Untuk memenuhi syarat tinggi
a. Menghitung beda tinggi antar titik (H)
H = J . tg h + ( Ta bt )
h

: sudut helling,

Ta : tinggi alat (m),


bt

: bacaan benang tengah (m).

b. Total kesalahan pengukuran titik ketinggian (fh)


fh = H
c. Menghitung koreksi beda tinggi ( kH )

J n(n+1) : jarak datar titik n ke titik n +1


J : jumlah total jarak
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

39

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

d. Menghitung beda tinggi terkoreksi (H)


H = H kH

e. Menghitung tinggi titik (H)


H = Hawal H

Hawal : tinggi titik ikat (BM)

III.7. PENGGAMBARAN POLIGON TERTUTUP


1.

Siapkan kertas millimeter.

2.

Tentukan sumbu : Y + (Utara), X + (Timur), Y (Selatan), X (Barat).

3.

Tentukan skala yang dipergunakan pada sumbu tersebut.

4.

Tempatkan titik-titik poligon sesuai dengan koordinatnya.

5.

Hubungkan tiap titik tersebut sesuai dengan urutannya sehingga


menjadi poligon yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya di
lapangan.

6.

Beri keterangan di setiap titik poligon, baik sudut dalamnya, asimut,


maupun nomor titik poligon.

7.

Lengkapi gambar poligon dengan draft peta.

8.

Sesuikan dengan format peta dan beri warna dan keterangan.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

40

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

BAB IV POLIGON
TERBUKA

IV.1. MAKSUD DAN TUJUAN


Praktikan mampu mengukur dan mengerti tatacara pengukuran dengan
metode poligon terbuka.
Praktikan

mengerti

dan

mampu

melakukan

perhitungan

dan

penggambaran poligon terbuka.

IV.2. DASAR TEORI


Poligon terbuka adalah poligon dengan titik awal dan titik akhir yang
tidak sama, biasanya berbentuk memanjang. Titik awal hitungan pada
poligon di atas lazimnya dikatakan sebagai titik ikat yang merupakan titik
referensi (acuan) dalam perhitungan koordinat titik-titik selanjutnya.
Bila ditinjau dari ketersediaan jumlah dan penyebaran titik ikat yang
digunakan pada suatu poligon, maka untuk jenis poligon terbuka dapat
dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu poligon terbuka lepas, poligon terbuka
terikat, dan poligon terbuka terikat sempurna. Akan tetapi untuk jenis
ploigon yang akan dilakukan pada acara praktikum adalah poligon terbuka
terikat dan poligon terbuka terikat sempurna.
Poligon terbuka terikat sempurna adalah poligon yang titik awal dan
akhirnya tidak dalam satu titik yang sama. Karena bersifat terikat sempurna
maka poligon tersebut memiliki titik awal dan titik akhir yang berbeda dan
telah diketahui ketinggian serta koordinatnya.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

41

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

1. Poligon terbuka lepas


AA1

S2

S1 J12

JA1

J23
S3

J34
S4
J45

Gambar IV.1 Poligon terbuka lepas


Catatan :
A (XA,Y A) = Titik A dengan koordinat (XA,YA) , titik awal hitungan
AA1

= Sudut jurusan awal

Si

= Sudut mendatar pada titik I

Jij

= Jarak mendatar dari titik I ke j

= Titik-titik yang akan ditentukan koordinatnya

2. Poligon terbuka terikat

S2

AA1
JA1

S1

J12
J23

S3
J34
S4
J4B

Gambar IV.2 Poligon terbuka terikat

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

42

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

Catatan :
A (XA,Y A)

= Titik A dengan koordinat (XA,YA) , titik awal hitungan

B (XB,Y B)

= Titik B dengan koordinat (XB,YB) , titik akhir hitungan

AA1

= Sudut jurusan awal

Si

= Sudut mendatar pada titik I

Jij

= Jarak mendatar dari titik I ke j

= Titik-titik yang akan ditentukan koordinatnya

3. Poligon terbuka terikat sempurna

S2
S1

JB1

JAB

J12

S2
J34

SC

Gambar IV.1 Poligon terbuka terikat sempurna


Catatan :
= Titik-Titik ikat
B (XB,Y B) = Titik awal hitungan
C (XC,Y C) = Titik akhir hitungan
Si

= Sudut mendatar pada titik I

Jij

= Jarak mendatar dari titik I ke j

= Titik-titik yang akan ditentukan koordinatnya

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

43

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

IV.3. PENGUKURAN POLIGON TERBUKA


1. Dirikan alat pada BM 2 dengan tepat dan benar.
2. Lakukan prosedur membuat sumbu I vertikal dan sentering (untingunting tepat di atas patok), ukur tinggi alat (Ta).
3. Rambu diletakkan masing-masing di BM 1 dan titik 1.
4. Dalam kedudukan teropong biasa (B) arahkan ke rambu BM 1, benang
silang vertikal ditepatkan pada tengah-tengah rambu dan benang silang
horisontal ditepatkan pada angka genap, lakukan pembacaan ba, bb, bt,
piringan horisontal, sudut tegak (h atau z), dan catat dalam formulir.
5. Putar teropong dan arahkan ke rambu P.1, benang silang vertikal
ditepatkan pada tengah-tengah rambu dan benang silang horisontal
ditepatkan pada angka genap, lakukan pembacaan ba, bb, bt, piringan
horisontal, sudut tegak (h atau z), dan catat dalam formulir.
6. Kedudukan teropong dijadikan luar biasa (LB) dan arahkan kembali ke
titik BM1, benang silang vertikal ditepatkan pada tengah-tengah rambu
dan benang silang horisontal ditepatkan pada angka genap, lakukan
pembacaan ba, bb, bt, piringan horisontal, dan catat dalam formulir.
7. Putar teropong dan arahkan ke rambu P.1, benang silang vertikal
ditepatkan pada tengah-tengah rambu dan benang silang horisontal
ditepatkan pada angka genap, lakukan pembacaan ba, bb, bt, piringan
horisontal.
8. Buat sketsa lintasan dari hasil pengukuran, bila menemui kejanggalan
segera diskusikan dengan assisten dan segera lakukan pengecekan ulang
sebelum melangkah ke poligon selanjutnya.
9. Pindahkan alat ke titik P.1 dan lakukan langkah 2 sampai langkah 8.
10. Setelah selesai melakukan pengukuran, lakukan pengukuran dengan gps
pada titik BM 1 sampai BM 4 lalu catat koordinat titik tersebut untuk
titik ikat.
11. Kemudian lakukan perhitungan terhadap koreksi pengukuran, kesalahan
pengukuran harus diusahakan sekecil mungkin, bila koreksi kesalahan
terlalu besar maka pengukuran sebaiknya diulang kembali atau dikoreksi
pada

poligon

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

yang

tidak

sesuai

dengan

keadaan

sebenarnya.

44

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

IV.4. PROSEDUR PERHITUNGAN


1. Penentuan Asimut
Banyak cara bisa dilakukan untuk menentukan asimut, salah satu cara
tersebut adalah dengan cara menghitung asimut dari dua titik yang
diketahui koordinatnya. Untuk praktikum ukur tanah, koordinat titik
didapat dengan penentuan koordinat dengan GPS Receiver. Misalnya
titik yang ditentukan dengan GPS adalah P.1 dan P.2, maka asimut titik
dimaksud dapat ditentukan dengan rumus berikut :

Catatan :
P.1 (X1 , Y 1) dan P.2 (X2 , Y2), diperoleh dari pembacaan koordinat
GPS (UTM).

2.

Menghitung Sudut Dalam


Pada dasarnya sudut dalam tidak bisa langsung diukur, yang diukur
adalah arah-arah ke depan dan ke belakang dari pembacaan piringan
horisontal. Memperhatikan gambar poligon di atas, masing-masing
sudut dalam dapat dihitung dengan rumus :

Catatan :
Sn

: Sudut dalam,

Hzn-1

: bacaan arah piringan horisontal ke belakang (biasa),

Hzn+1

: bacaan arah piringan horisontal ke depan (biasa),

Hzn-1

: bacaan arah piringan horisontal ke belakang (luar biasa),

Hzn+1 : bacaan arah piringan horisontal ke depan (luar biasa).

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

45

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

3.

Menghitung Asimut Antar Titik


Asimut antar titik bisa dihitung (ditentukan) jika asimut awal diketahui.
Rumus yang digunakan tergantung arah pengukuran dan sudut yang
diukur (sudut dalam atau sudut ke-kanan). Berikut adalah rumus
menghitung asimut antar titik dengan ketentuan : arah pengukuran ke
kanan (searah jarum jam), sedang yang di ukur sudut dalam

Poligon Terbuka / Memanjang

AB1=AAB 180 + S0
A (n-1) =A (n-1).n 180 + Sn
4. Menghitung Beda Tinggi dan Tinggi Titik
Banyak cara/metode yang dapat dilakukan untuk menghitung beda
tinggi, dalam praktikum ini ditentukan berdasar bacaan benang dan
sudut tegak. Adapun rumusnya sebagai berikut :

H J tg h Ta - bt

H n H n1 H ( n1) n
Catatan :
H : beda tinggi antar titik (m),
J

: jarak datar (m),

: sudut helling,

Ta : tinggi alat (m),


bt : bacaan benang tengah (m).

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

46

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

5. Menghitung Jarak Datar


Jarak datar yang akan ditentukan pada kegiatan ini adalah jarak yang
diperoleh secara tidak langsung (jarak optis) merupakan fungsi dari :
bacaan benang (ba, bb, bt) dan sudut tegak (sudut helling ataupun sudut
zenith). Sebelum sampai pada rumus jarak optis, di sini dijelaskan
perbedaan antara sudut helling dan sudut zenith (periksa Gambar
berikut).
Z

arah sasaran

h
H

Catatan :
z+h =

90o,

90o z,

90o h.

Setelah bisa membedakan dua sudut tegak (helling dan zenith), berikut
adalah rumus untuk menghitung jarak datar.

J AY cos 2 h
Catatan :
J

: jarak datar (m),

: konstanta pengali = 100 (tanpa satuan),

: (ba bb),

ba : bacaan benang atas (m)


bb : bacaan benang bawah (m)
h

: sudut helling

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

47

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

IV.5. SYARAT POLIGON TERBUKA


Syarat geometris poligon terbuka adalah :
1. Sd = (Aak - Aaw) + (n . 1800)
2. X = Xak Xaw
3. Y = Yak Yaw
4. H = Hak Haw
dimana n adalah jumlah titik poligon.
Apabila perhitungan yang dilakukan benar, maka syarat diatas akan dapat
terpenuhi namun hal seperti ini jarang terjadi sebelum dilakukan koreksi
terlebih dahulu hingga hasil perhitungan terkoreksinya adalah sebagai
berikut :
1. Sd - (Aak - Aaw) - (n . 1800 ) = fs
2. X (Xak Xaw)

= fx

3. Y (Yak Yaw)

= fy

4. (H) (Hak Haw)

= fh

dimana :
fs = total kesalahan pengukuran sudut
fx = total kesalahan pengukuran jarak untuk absis
fy = total kesalahan pengukuran jarak untuk ordinat
fh = total kesalahan pengukuran titik ketinggian

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

48

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

IV.6. PERATAAN POLIGON TERBUKA


Seperti halnya pada poligon tertutup, maksud perataan di sini adalah untuk
kerangka peta (poligon), meliputi posisi horisontal (perataan koordinat
planimetri X , Y) dan posisi vertikal (perataan tinggi Z). Peratan disini
merupakan perhitungan dengan koreksi sesuai dengan syarat poligon.

Langkah perhitungannya :
1. Hitung syarat geometris poligon terbuka yaitu
Sd = (Aak - Aaw) + (n . 1800) atau
Aak - Aaw = Sd - (n . 1800)
Apabila tidak memenuhi syarat maka:
a. Hitung total kesalahan penutup sudut (fs).
fs = Sd - (Aak - Aaw) - (n . 1800 )
b. Hitung besar koreksi sudut (Ks)

dimana n adalah jumlah titik poligon.


c. Menghitung sudut dalam terkoreksi tiap titik (Sn)
Sn = Sn Ks
dimana Sn

: sudut dalam pada titik n

2. Hitung Asimut Antar Titik (A)

A (n-1) = A (n-1).n 180 + Sn

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

49

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

3. Syarat Absis
X = Xak Xaw

Maka hitung dulu


a. Absis
X n(n+1) = J n(n+1) sin A n(n+1)
J n(n+1) : jarak datar titik n ke titik n +1
A n(n+1) : asimut titik n ke titik n +1
b. Total kesalahan pengukuran jarak untuk absis (fx)
fx = X (Xak Xaw)
c. Menghitung koreksi absis

J n(n+1) : jarak datar titik n ke titik n +1


J : jumlah total jarak
d. Menghitung absis terkoreksi

Xn = Xn Kx
e. Menghitung koordinat X tiap-tiap titik
Xn = X(n-1) + Xn

4. Syarat ordinat
Y = Yak Yaw

Maka hitung dulu


a. Ordinat
Yn(n+1) = J n(n+1) cos A n(n+1)
J n(n+1) : jarak datar titik n ke titik n +1
A n(n+1) : asimut titik n ke titik n +1
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

50

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

b. Total kesalahan pengukuran jarak untuk ordinat (fy)


fy = Y (Yakhir Yawal)
c. Menghitung koreksi ordinat

J n(n+1) : jarak datar titik n ke titik n +1


J : jumlah total jarak
d. Menghitung ordinat terkoreksi
Yn = Yn Ky
e. Menghitung koordinat Y tiap-tiap titik
Yn = Y(n-1) + Yn

5. Syarat geometris tinggi


H = Hak Haw
Untuk memenuhi syarat tinggi
a. Menghitung beda tinggi antar titik (H)
H = J . tg h + ( Ta bt )
h

: sudut helling,

Ta : tinggi alat (m),


bt

: bacaan benang tengah (m).

b. Total kesalahan pengukuran titik ketinggian (fh)


fh = ( Hakhir Hawal ) - H
c. Menghitung koreksi beda tinggi ( kH )

Jn : jarak titik n
J : jumlah totak jarak
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

51

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

d. Menghitung beda tinggi terkoreksi (H)


H = H kH

e. Menghitung tinggi titik (H)


H = Hawal H
Hawal : tinggi titik ikat (BM)

IV.7. PENGGAMBARAN POLIGON TERBUKA


1. Siapkan kertas milimeter.
2. Tentukan sumbu : Y + (Utara), X + (Timur), Y (Selatan), X (Barat).
3. Tentukan skala yang dipergunakan pada sumbu tersebut.
4. Tempatkan titik-titik poligon sesuai dengan koordinatnya.
5. Hubungkan tiap titik tersebut sesuai dengan urutannya sehingga menjadi
poligon yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dilapangan.
6. Beri keterangan di setiap titik poligon, baik sudut dalamnya, asimut,
maupun nomor titik poligon.
7. Lengkapi gambar poligon dengan draft peta.
8. Sesuaikan dengan format peta dan beri warna dan keterangan.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

52

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

BAB V
PETA PLANIMETRI

V.1. MAKSUD DAN TUJUAN

Praktikan mengetahui cara pengambilan data, perhitungan, dan


pembuatan peta planimetri dengan baik dan benar.

Praktikan

mengetahui manfaat manfaat dari pembuatan peta

planimetri.

V.2. DASAR TEORI


Peta dapat diartikan sebagai gambaran sebagian atau seluruh permukaan
bumi yang diperkecil pada suatu bidang datar. Macam macam peta antara
lain :
1. Peta umum
2. Peta khusus
3. Peta stasioner
4. Peta dinamik
5. Peta planimetri
Peta planimetri adalah peta yang dibuat pada bidang datar, yang
memiliki kedudukan serta memuat informasi-informasi tertentu tetapi hanya
2D (horisontal dan vertikal saja) tanpa adanya titik ketinggian. Kenampakan
permukaan bumi pada peta ini digambarkan dengan menggunakan simbol
simbol tertentu, misalnya dataran rendah yang digambarkan dengan warna
hijau, pegunungan dengan warna coklat, dan perairan dengan warna biru.
Peta planimetri biasanya digunakan dalam pembuatan peta dari suatu
kawasan gedung. Perbedaannya dengan peta topografi adalah tidak adanya
unsur ketinggian pada peta planimetri, karena yang digambarkan adalah
bentuk bentuk objek peta.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

53

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

Gambar V.1 Contoh peta planimetri

V.3. PENGUKURAN PETA PLANIMETRI


Langkah pengukuran untuk pembuatan peta planimetri pada awalnya
harus dimulai dengan pembuatan poligon. Baik poligon tertutup maupun
terbuka. Pembuatan poligon terlebih dahulu akan mendasari pengambilan
data-data detail yang diperlukan nantinya dalam pembuatan peta.
Disini poligon dijadikan dasar untuk pengeplotan titik detail. Dalam
pengambilan titik detail pasti akan melalui titik poligon. Maka harus yakin
poligon yang telah dibuat telah benar, karena apabila ada kesalahan dalam
pembuatan poligon maka nantinya dalam pembuatan peta tidak akan match
dengan kondisi dilapangan.
Langkah kerjanya:
1) Setelah selesai pengukuran pologon, lakukan koreksi dan telitilah bahwa
poligon sudah benar.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

54

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

2) Dirikan alat ukur (theodolit) di salah satu titik yang sudah diukur
poligonnya (misalnya di titik P.1), dua rambu masing-masing didirikan di
titik detil.
3) Lakukan prosedur membuat sumbu I vertikal dan sentring (unting-unting
tepat di atas patok), ukur tinggi alat (Ta).
4) Dalam kedudukan teropong biasa (B) arahkan ke rambu P.n, atau ke P.2,
(pilih salah satu), tepatkan benang silang vertikal di tengah-tengah rambu,
dan lakukan hanya pembacaan piringan horisontal.
5) Arahkan ke rambu pertama dan kedua (secara bergantian), yang sudah
didirikan di atas titik detil, tepatkan benang silang vertikal di tengahtengah rambu dan benang silang horisontal ditepatkan pada angka genap,
lakukan pembacaan ba, bb, bt, piringan horisontal, sudut tegak (h atau z),
dan catat dalam formulir.
6) Arahkan kembali teropong ke rambu pertama dan kedua (secara
bergantian), yang sudah didirikan di atas titik detil lainnya.
7) Tepatkan benang silang vertikal di tengah-tengah rambu dan benang silang
horisontal ditepatkan pada angka genap, lakukan pembacaan ba, bb, bt,
piringan horisontal, sudut tegak (h atau z), dan catat dalam formulir.
8) Lakukan langkah 4) maupun 5) hingga secara radial semua detil tercover.
9) Theodolit di pindah ke titik polygon berikutnya, lakukan langkah 3) dan
5), untuk langkah (c) ini sesuaikan titiknya, artinya kalau berdiri di titik
P.2, rambu di arahkan ke P.1 atau P.3 (hanya salah satu).
10) Lakukan langkah 4), 5), dan 6).
11) Begitu seterusnya (pindah ke titik poligon yang lain) hingga semua titik
detil dalam area pemetaan tercover.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

55

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

V.4. CARA PENGAMBILAN DETIL


Detil yang perlu diambil dalam rangka pembuatan Peta Planimetri, antara lain
:
1. Detail alamiah, seperti :
a.

Sungai

b.

Danau

c.

Belokan sungai

2. Detail buatan, seperti :


a.

Rumah

b.

Jalan

c.

Bangunan

Kali ini dijelaskan secara singkat melalui gambar-gambar pengambilan data


detail planimetri.

Gambar V.2 Pengambilan detil planimetri untuk jalan sungai yang lurus.

Keterangan :
101, 102, dst = Nomor Detil (Penempatan Rambu)

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

56

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

Gambar V.3 Pengambilan detil planimetri untuk jalan sungai yang


berkelok.
Keterangan :
101, 102, dst = Nomor Detil (Penempatan Rambu)

Gambar V.4 Pengambilan detil planimetri untuk perempatan jalan.


Keterangan :
101, 102, dst = Nomor Detil (Penempatan Rambu)

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

57

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

V.5. PEMBUATAN PETA PLANIMETRI


Penggambaran dilakukan sesuai dengan urutan prosedur berikut :
a. Plotkan semua titik poligon, tulis ketinggian di samping nomor titik
poligon.
b. Plotkan semua titik detail, tulis ketinggiannya (titik detail digunakan
sebagai penunjuk koma angka ketinggian).
c. Hubungkan detail - detail planimetri sesuai sketsa yang dibuat.
d. Letakan sesui dengan format peta dan beri warna dan keterangan.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

58

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

BAB VI
PETA TOPOGRAFI

VI.1. MAKSUD DAN TUJUAN

Praktikan mengetahui cara pengambilan data, perhitungan, dan


pembuatan peta topografi dengan baik dan benar.

Praktikan mengetahui manfaat manfaat dari pembuatan peta topografi.

VI.2. DASAR TEORI


Berasal dari bahasa yunani, topos yang berarti tempat dan graphi yang
berarti menggambar. Peta topografi memetakan tempat-tempat dipermukaan
bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garisgaris kontur, dengan satu garis kontur mewakili satu ketinggian. Peta
topografi mengacu pada semua ciri-ciri permukaan bumi yang dapat
diidentifikasi, apakah alamiah atau buatan, yang dapat ditentukan pada posisi
tertentu. Oleh sebab itu, dua unsur utama topografi adalah ukuran relief dan
ukuran planimetrik. Peta topografi menyediakan data yang diperlukan tentang
sudut kemiringan, elevasi, daerah aliran sungai, vegetasi secara umum dan
pola urbanisasi. Peta topografi juga menggambarkan sebanyak mungkin ciriciri permukaan suatu kawasan tertentu dalam batas-batas skala.
Peta topografi dibuat untuk memberikan informasi tentang keberadaan,
lokasi, dan jarak, seperti lokasi penduduk, rute perjalanan dan komunikasi.
Peta topografi juga menampilkan variasi daerah, ketinggian kontur, dan
tingkat tutupan vegetasi.
Kontur

adalah

garis

khayal

yang

menghubungkan

titik-titik

berketinggian sama yang diukur dari atas permukaan air laut. Sifat-sifat garis
kontur adalah sebagai berikut:
1. Garis kontur selalu merupakan garis lengkung yang tertutup/tidak terputus.
2. Garis kontur tidak pernah berpotongan atau menjadi satu.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

59

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

3. Garis kontur tidak mungkin pecah atau bercabang. Garis kontur dengan
ketinggian yang lebih rendah selalu mengelilingi garis kontur yang lebih
tinggi,kecuali bila disebutkan khusus untuk hal-hal tertentu seperti kawah.
4. Beda ketinggian antara dua garis kontur adalah tetap walaupun kerapatan
garis berubah-ubah.
5. Untuk daerah yang landai terlihat bahwa jarak antara garis kontur jarangjarang.
6. Untuk daerah yang curam jarak antara garis-garis kontur terlihat rapat.
7. Punggungan gunung/ bukit terlihat dipeta sebagai rangkaian kontur
berbentuk U yang ujungnya mlengkung menjauhi puncak.
8. Lembah terlihat dipeta sebagai rangkaian kontur berbentuk V yang
ujungnya tajam dan menjorok kearah puncak.

Gambar VI.1 Contoh peta topografi

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

60

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

VI.3. PENGUKURAN SITUASI PETA TOPOGRAFI


Untuk pengukuran yang dipakai dalam pengukuran peta topografi tidak
berbeda dengan cara pengukuran pada bab sebelumnya. Diawali denan
pembuatan poligon dan usahakan penentuan titik poligon dapat mencakup
seluruh sasaran detail pada peta yang akan di gambarkan nantinya dad sesuai
dengan kenyataan lapangan.
1. Dirikan alat ukur (theodolit) di salah satu titik yang sudah diukur
poligonnya (misalnya di titik P.1), dua rambu masing-masing didirikan di
titik detil (detil topografi maupun litologi).
2. Lakukan prosedur membuat sumbu I vertikal dan sentering (unting-unting
tepat di atas patok), ukur tinggi alat (Ta).
3. Dalam kedudukan teropong biasa (B) arahkan ke rambu P.n, atau ke P.2,
(pilih salah satu), tepatkan benang silang vertikal di tengah-tengah rambu,
dan lakukan hanya pembacaan piringan horisontal.
4. Arahkan ke rambu pertama dan kedua (secara bergantian) yang sudah
didirikan di atas titik detil (detil topografi maupun litologi), tepatkan
benang silang vertikal di tengah-tengah rambu dan benang silang
horisontal ditepatkan pada angka genap, lakukan pembacaan ba, bb, bt,
piringan horisontal, sudut tegak (h atau z), dan catat dalam formulir.
5. Teropong arahkan kembali ke rambu pertama dan kedua (secara
bergantian) yang sudah didirikan di atas titik detil lainnya (detil
topografi maupun litologi), tepatkan benang silang vertikal di tengahtengah rambu dan benang silang horisontal ditepatkan pada angka genap,
lakukan pembacaan ba, bb, bt, piringan horisontal, sudut tegak (h atau z),
dan catat dalam formulir.
6. Lakukan langkah 4) maupun 5) hingga secara radial semua detil tercover.
7. Theodolit di pindah ke titik poligon lainnya (terserah), lakukan langkah 3)
dan 5), untuk langkah (c) ini sesuaikan titiknya artinya kalau berdiri di
titik P.2, rambu di arahkan ke P.1 atau P.3 (hanya salah satu).
8. Lakukan langkah 4), 5), dan 6).
9. Begitu seterusnya (pindah ke titik poligon yang lain) hingga semua titik
detil

dalam

area

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

pemetaan

tercover

(topografi

dan

litologi).

61

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

VI.4. CARA PENGAMBILAN DETIL TOPOGRAFI


Untuk cara pengambilan detail topografi sebenarnya sama pada pengambilan
detail planimetri, hanya saja pada detail topografi ditambah dengan detail
ketinggian pada setiap detailnya. Detail yang diambil dalam pembuatan peta
topografi adalah semua unsur - unsur topografi dan non topografi seperti :
a. Beda tinggi (melalui bacaan benang, sudut vertikal, dst)
b. Termasuk semua detail planimetri baik yang alami maupun yang
buatan

Detail alamiah, seperti :


o Sungai
o Danau
o Belokan sungai

Detail buatan, seperti :


o Rumah
o Jalan
o Bangunan

Dibawah ini dijelaskan secara singkat melalui gambar-gambar pengambilan


data ketinggian untuk pembuatan peta topografi.

Gambar VI.2 Pengambilan detil topografi (ketingian) untuk lereng dan


lembah.
Keterangan :
101, 102, dst = Nomor Detil (Penempatan Rambu)

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

62

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

Gambar VI.3 Pengambilan detil topografi (ketingian) untuk lereng.


Keterangan :
101, 102, dst = Nomor Detil (Penempatan Rambu)

Gambar VI.4 Pengambilan detil topografi (ketingian) untuk lereng dan


sungai.
Keterangan :
101, 102, dst = Nomor Detil (Penempatan Rambu)

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

63

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

VI.5. PEMBUATAN PETA TOPOGRAFI


Penggambaran dilakukan sesuai dengan urutan prosedur berikut :
1. Plotkan semua titik poligon, tulis ketinggian di samping nomor titik
poligon
2. Plotkan semua titik detail, tulis ketinggiannya (titik detail digunakan
sebagai penunjuk koma angka ketinggian)
3. Hubungkan detail - detail planimetri sesuai sketsa yang dibuat
4. Lakukan penarikan garis kontur sesuai metode interpolasi kontur.
5. Sesuikan dengan format peta dan beri warna dan keterangan.

Metode Interpolasi Kontur


Penarikan garis kontur diperoleh dengan cara perhitungan interpolasi,
pada pengukuran garis kontur cara langsung, garis-garis kontur merupakan
garis penghubung titik-titik yang diamati dengan ketinggian yang sama,
sedangkan pada pengukuran garis kontur cara tidak langsung umumnya titiktitik detail itu pada titik sembarang tidak sama.
Bila titik-titik detail yang diperoleh belum mewujudkan titik-titik
dengan ketinggian yang sama, posisi titik dengan ketinggian tertentu dicari,
berada diantara 2 titik tinggi tersebut dan diperoleh dengan prinsip
perhitungan 2 buah segitiga sebangun. Data yang harus dimiliki untuk
melakukan interpolasi garis kontur adalah jarak antara 2 titik tinggi di atas
peta, tinggi definitif kedua titik tinggi dan titik garis kontur yang akan
ditarik. Hasil perhitungan interpolasi ini adalah posisi titik garis kontur yang
melewati garis hubung antara 2 titik tinggi.
Posisi ini berupa jarak garis kontur terhadap posisi titik pertama atau
kedua. Titik hasil interpolasi tersebut kemudian kita hubungkan untuk
membentuk garis kontur yang kita inginkan. Maka perlu dilakukan interpolasi
linear untuk mendapatkan titik-titik yang sama tinggi.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

64

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

Contoh Dalam Interpolasi


Misalkan ada dua titik detil d.301 dan d.206 yang berjarak 8,7 cm (di peta)
dan masing-masing mempunyai mempunyai ketinggian 96,8 meter dan 104,4
meter. Kedua titik tersebut akan diinterpolasi setiap 1 meter sehingga harus
dicari jaraknya untuk ketinggian 97, 98, 99, 100, 101, 102, 103, dan 104
meter pada bidang kertas (proyeksi di bidang datar).

Titik dilihat dari atas

Gambar VI.8 Titik diproyeksikan dari samping

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

65

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

Perhatikan segitiga dibawah ini

Segitiga ABC siku-siku di B, garis BC sejajar DE, maka berlaku rumus


berikut :

dan
Melihat gambar sebelumnya, jika harus mencari jarak-jarak ketinggian 97,
98,dst, maka dapat dicari dengan rumus perbandingan dalam segitiga sikusiku.
Jika AD merupakan jarak ketinggian 97 (dicari), maka
DE = 97 96,8
= 0,2 (m)

AB = 8,7 (cm)
BC = 7,6 (m).

AD(97) = 0,2 cm, AD(98) = 1,4 cm, AD(99) = 2,5 cm, AD(100) = 3,7 cm dst.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

66

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

Sebaran titik detil berikut akan ditarik garis konturnya


Langkah Pertama

Lihat dan amati titik detail pada peta yakinlah bahwa titik tersebut sudah benar.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

67

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

Langkah kedua

Hubungkan tiap-tiap detail ketinggian. Usahakan memakai pensil atau


sesuatu yang nantinya bisa dihapus kalau salah atau kalau interpolasi sudah
selesai

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

68

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

Langkah ketiga

Mulailah hitungan interpretasi dan jangan lupa untuk mencatat dan memberi
tanda pada garis-garis yang tadi sudah dibuat. Kali ini juga gunakanlah pensil atau
sesuatu yang nantinya bisa dihapus kalau salah atau kalau interpolasi sudah
selesai.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

69

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

Langkah keempat

Hubungkanlah tanda-tanda atau hitungan interpolasi tadi sesuai dengan


ketinggian yang dimilikinya, jangan sampai bercabang, menabrak, ataupun
memotong. Sesuaikan dengan kondisi lapangan. Apabila belus sesuai maka ada
kesalahan
dalam
interpolasi.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

70

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

Langkah kelima

Hapus garis bantu segingga lembar kerja hanya tertinggal garis kontur dan
titik ketinggian saja. Rapikan dan bedakan antara indeks kontur dan kontur
interval.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

71

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

BAB VII
AUTOCAD LAND DESKTOP
VII. 1. PENDAHULUAN
Pada era sekarang ini, perkembangan teknologi terasa sangat cepat. Hampir semua
aspek kehidupan mulai disentuh dengan yang namanya teknologi. Dengan teknologi
semua terasa lebih mudah dikerjakan. Berbagai inovasi tidak henti-hentinya dilakukan
untuk meningkatkan penggunaan dan penerapan teknologi dalam kehidupan manusia.
Salah satu teknologi yang berkembang pesat adalah CADD (Computer Aided Design and
Drafting). Pengembangan teknologi ini bertujuan untuk mempermudah para designer dan
drafter untuk memvisualisasikan idenya ke dalam bentuk gambar. Sebuah desain yang
dibuat dengan AutoCAD dapat dengan mudah untuk diedit bila masih ada kesalahan dan
kekurangan, memiliki layout gambar yang sangat variatif, skala dapat diubah-ubah,
disesuaikan dengan ukuran kertas, dan sangat praktis penyimpanannya. Software CADD
yang akan kita bahas adalah AutoCAD, di mana software tersebut mempunyai
fleksibilitas yang tinggi. AutoCAD tidak hanya dipakai untuk aplikasi khusus saja, seperti
arsitektur, mekanikal, geodesi, atau mesin, tetapi mempunyai kemampuan untuk
menggambar apa saja. Jika kita ingin membuat AutoCAD menjadi software yang khusus,
kita dapat menambahkan yang dinamakan 3rd party software, contohnya:

Autodesk Architectural Desktop untuk aplikasi arsitektur.

AutoYatch untuk desain perahu dan kapal layar (yatch).

Auto-Site-Lite untuk aplikasi kalkulasi pencahayaan.

Autodesk Land Desktop untuk aplikasi sipil, pemetaan, dan planologi.

AutoCAD-MAP untuk aplikasi GIS.

SEW-CAD untuk aplikasi fashion dan tekstil.

Autodesk Mechanical Desktop untuk aplikasi mekanikal.

Dengan adanya software-software tersebut di atas, kita dapat lebih meningkatkan


produktivitas kerja sesuai dengan bidang kerja kita.
Program AutoCAD Land Development merpakan pengembangan dari program
AutoCAD dan AutoCAD Map, sedangkan farian dari Land Development terdiri dari
versi, AutoCAD Survey, AutoCAD Civil dan AutoCAD Overlay.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

72

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

Data-data yang dapat di-input ke dalam program ALD dibagi menjadi tiga macam,
yaitu :

1. Data yang bersumber dari loading alat ukur, seperti theodolit.


2. Data yang bersumber dari import file extensi .dat, .xls, .csv, .dgn, .prn
3. Data yang bersumber dari data baku hasil pengukuran.

Dari macam-macam data tersebut yang sering digunakan dan paling mudah yaitu data
yang bersumber import file dan data dari pengolahan data baku hasil pengukuran. Datadata sumber import ada beberapa macam, antara lain.

Import microstation file, format yang dipakai berupa file .dgn

Import ASCII point file, format yang dipakai berupa file .txt, data yang dapt
dimasukkan berupa, nomor, northing, easthing, elevation dan description.

Dalam penyajiananya ALD masih berupa default, yaitu bentuk standar dari perincian
program yang berasal dari AutoCAD coursware.

VII. 2. TUTORIAL
Dalam tutorial berikut ini akan dijelaskan mengenai manual prosedur pemetaan
dasar menggunakan Autodesk Land Desktop (ALD). Dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah
yang lalu, praktikan telah diajarkan mengenai pengambilan data titik poligon maupun
detailnya menggunakan theodolite sampai dengan pembuatan peta secara manual. Dalam
tutorial Autodesk Land Desktop di bawah akan dijelaskan pembuatan peta secara
otomatis menggunakan software diatas. Berikut merupakan tutorial penggunaan Autodesk
Land Desktop dalam pemetaan dasar.

VII. 2. 1. Menyiapkan Data Titik-Titik Koordinat


Ada 2 macam format penyimpanan yang akan dimasukkan dalam Autodesk Land
Desktop. Keduanya merupakan data yang tadinya telah diolah dan sudah disimpan dalam
Ms.Excel. Dari data tersebut kita dapat menyimpan kembali dalam bentuk .csv atau .prn.
Jika .csv maka data tadi dipisahkan oleh tanda koma (comma delimited), dan jika .prn
maka data tadi dipisahkan oleh adanya space (space delimited).

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

73

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

VII. 2. 2. Pengaturan Project pada Autodesk Land Desktop


1. Buka ALD yang dimulai dengan membuat project baru dengan klik new untuk
memulai.

2. Berikan nama project yang diinginkan pada Name, serta pilih tempat
penyimpanan, klik Browse.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

74

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

3. Lalu klik Create Project untuk membuat settingan awal.

4. Setelah itu klik OK

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

75

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

5. Atur Load Setting yang diinginkan, lalu Next

6. Atur Linear Units, Angle Units, Angle Display, dan Display Precission. Lalu
Next

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

76

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

7. Atur skala horizontal dan vertikal. Lalu Next.

8. Atur zona yang saudara inginkan. Lalu Next.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

77

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

VII. 2. 3. Memasukkan Titik-Titik Koordinat


1. Untuk mengimport point gunakan menu Points > Import/Export Points > Import
Points.

2. Lalu muncul kotak dialog Format Manager-Import Points. Pilih format data yang
digunakan, jika .csv gunakan yang comma delimited, jika .prn gunakan space
delimited. Sedangkan untuk format data digunakan PENZD, PENZ, ENZ, dsb.
Lalu pilih source file yang digunakan.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

78

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

Berikut merupakan format yang ada:


P = Points , berisi nomor points
E = Easting, berisi koordinat X
N = Northing, berisi koordinat Y
Z = Zenit, berisi elevasi
D = Description,deskripsi tiap
titik

3. Gunakan Add Points untuk menggabungkan seluruh titik. Beri nama pada point
group tersebut. Lalu OK.

4. Lalu muncul kotak dialog COGO Database Import Options, terima semua
default yang ada dengan klik OK.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

79

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

5. Apabila point sudah berhasil ter-import maka akan muncul kotak dialog
bertuliskan Done!. Apabila poin belum terlihat klik View > Zoom > Erase
(short key : tulis Z > enter > tulis E > enter).

VII. 2. 3. Memunculkan Segitiga Triangulasi dan Kontur pada Autodesk Land


Desktop
1. Klik menu Terrain > Terrain Model Explorer...

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

80

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

2. Klik kanan pada Terrain > New Surface, kemudian expand lah folder
Surface1 tersebut dengan klik tanda plus (+) di depan Surface1 hingga muncl
data dibawahnya, yaitu TIN Data. Kemudian pilih Point Groups klik kanan >
Add Points Group...

3. Lalu muncul kotak dialog Add Point Group, pilih Point Group Name dengan
nama yang telah dibuat pada saat import point, kemudian klik OK. Kemudian
Klik kanan pada Surface1 tersebut dan pilih Build....

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

81

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

4. Untuk memunculkan segitiga triangulasi pilih menu Terrain > Edit Surface >
Import 3D Lines.

5. Lalu untuk membuat kontur pilih Terrain > Create Contours..., atur major dan
minor kontur, kemudian klik OK.

VII. 2. 5. Mengatur Kontur pada Autodesk Land Desktop


1. Untuk mengatur style kontur gunakan Contour Style Manager... yang ada pada
pilihan Terrain. Disini Text Style digunakan untuk mengatur indeks kontur,
mulai dari warna, style sampai tebal text. Pada Label Position dapat dibentuk
indeks kontur dan letaknya.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

82

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

VII. 2. 6. Menambahkan Label Indeks Kontur


1. Untuk memunculkan indeks kontur gunakan menu Terrain > Contour Labels
> Group Interior. Lalu atur nilai indeks kontur yang diinginkan, klik OK.

2. Buat garis awal dan akhir pada kontur yang diinginkan untuk diberikan kontur
indeks, maka akan muncul indeks kontur yang diinginkan.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

83

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

VII. 2. 7. Membuat Sayatan Otomatis pada Autodesk Land Desktop


1. Untuk membuat sayatan, buat garis dengan polyline terlebih dahulu. Gunanya
menentukan daerah yang akan disayat.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

84

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

2. Lalu pilih menu Terrain > Sections > View Quick Section, kemudian select
polyline yang sebelumnya telah dibuat, lalu tekan enter.

3. Sayatan akan segera muncul.

4. Jika ingin mengubah tampilan sayatan, pilih menu Section > View Properties
hingga nantinya muncul kotak dialog Quick Section Properties yang
memungkinkan untuk mengubah Grid Settings, Color Settings, dan Surface
Color Settings.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

85

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

5. Untuk memasukkan sayatan tersebut kedalam lembar kerja lakukan dengan pilih
menu

6. Klik ditempat dimana sayattan akan diletakkan, enter. Kemudian tutup Quick
Section View.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

86

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

VII. 2. 8. Membuat Grid pada Sayatan


1. Setelah sayatan muncul pada lembar kerja, buat grid pada sayatan engan cara pilih
menu Terrain > Section > Grid for Section, kemudian tekan enter.
Kemudian klik pada bagian text ( yang bertuliskan DATUM ELEV.), tentukan
spasi vertikal (elevation increment) dan spasi horizontal (offset increment).

VII. 2. 9. Gridding Manual pada Autodesk Land Desktop


Dalam Autodesk Land Desktop, saudara tidak dapat membuat grid secara otomatis seperti
pada software-software GIS maupun geologi pada umumnya. Melainkan kita dapat
menggunakan beberapa fungsi dan tool dalam Autodesk Land Desktop, sehingga dapat
membentuk grid yang diinginkan. Berikut merupakan pembuatan grid menggunakan
fungsi import point, penggunaan tool polyline (pl) dan offset.
1. Untuk membuat batas-batas penggambaran, gunakan short key limits kemudian
akan ada perintah untuk menentukan titik di daerah kiri bawah dan juga akan ada
perintah untuk menentukan titik di daerah kanan atas dari lembar kerja.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

87

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

2. Ketikkan ddrmodes. Kemudian gunakan fungsi grid yang berfungsi untuk


membuat titik-titik yang membantu mengatur jarak antar titik titik pada lembar
kerja. Gunakan fungsi Snap yang memungkinkan kursor mengunci Grid.
Snap ini diperunakan untuk mengontrol agar object selalu mengenai grid.

3. Buat garis yang menghubungkan dua titik sehingga membentuk garis vertikal
sebagai acuan, kemudian tekan tombol escape. Untuk membentuk garis horisontal
sebagai acuan, ketik pl > Enter, kemudian buat garis horisontal yang
menghubungkan dua titik.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

88

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

4. Untuk membuat grid secara penuh pada dengan cara, klik garis yang sebagai
acuan > ketik array.

5. Kemudian isikan row apabila yang ingin di copy secara vertical atau colum yang
ingin di copy secara horisontal. Selanjutnya isikan juga pada row offset dan colum
offset sesuai jarak antar titik.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

89

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

6. Untuk memberi keterangan koordinat pada grid gunakan Text dan untuk
mengatur text tersebut, kita dapat mengaturnya pada Design yang terdapat pada
bagian kiri tampilan setelah kita mengklik text yang ingin di edit. Di sana kita
dapat mengatur warna, skala, tebal tipis garis, tinggi, serta posisi text sesuai
dengan koordinat.

VII. 2. 10. Memberi Warna Litologi


Dalam sub-bab ini akan dijelaskan mengenai pemberian warna litologi dan pemberian
simbol litologi. Pemberian warna dan simbol litologi di sini akan di ajarkan dalam bentuk
persegi. Pada penerapannya nanti dapat di aplikasikan di peta dengan menggunakan
polyline (pl).
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

90

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

1. Buat persegi dengan ukuran 2 x 1 dengan menggunakan polyline.

2. Klik pada kotak tersebut

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

91

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

3. Ketik hotkeys bh untuk hatch and gradient, lalu tekan Enter dan akan muncul
kotak dialog Hatch and Gradient.

Di sini saudara tidak bisa mengganti warna dan simbol sekaligus, melainkan harus
dilakukan satu per satu. Mulanya kita akan mengganti warna terlebih dahulu.
Pada Pattern, saudara pilih SOLID. SOLID merupakan pilihan pattern untuk suatu corak
warna yang memblok atau penuh dalam suatu bangun ruang.
Lalu pada Swatch, saudara dapat menggunakannya untuk memilih warna yang
diinginkan. Misal litologi yang ingin dimasukkan adalah batugamping, maka pilihlah
warna biru. Setelah itu klik Add Pick Points.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

92

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

4. Lalu klik pada ruang dalam persegi, setelah itu Enter, akan muncul lagi kotak
dialog Hatch and Gradient, lalu klik OK.

5. Tampilan simbol litologi yang telah diberi warna.

6. Untuk memberikan simbol litologi, saudara diharapkan mengulangi langkah 3 dan


4 kemudian klik tombol yang berada di samping Pattern, lalu akan muncul kotak
dialog Hatch Pattern Palette. Pilih simbol yang diinginkan, klik OK. Kemudian
klik Add Pick Points.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

93

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

7. Tampilan simbol litologi akan muncul. Jika ingin mengubah warna garis, tebal
garis, maupun skala dapat gunakan menu Design yang berada pada kiri tampilan.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

94

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

BAB VIII
PERHITUNGAN LUAS DAN VOLUME
VIII.1. MAKSUD DAN TUJUAN

Praktikan mampu memahami pengertian luas dan volume

Praktikan mampu menghitung luas dan volume dengan benar

Praktikan mampu menerapkan dan mengaplikasikan perhitungan luas dan


volume dengan metode tertentu

VIII.2. DASAR TEORI


Perhitungan dan informasi luas dan volume merupakan salah satu
informasi yang dibutuhkan perencana dari hasil pengukuran lapangan.
Pengukuran luas dan volume ini dipergunakan untuk berbagai kepentingan,
yaitu hukum pertanahan, perubahan status hukum tanah, pajak bumi dan lain
sebagainya. Luas dan volume sebagaimana mestinya sering digunakan di
perusahaan baik sipil maupun yang ada di geologi untuk mengetahui segala
sesuatu yang nantinya akan berhubungan dengan luas dan vulume bangun atau
wilayah tersebut.
Berbagai macam metode dapat digunakan dalam metode perhitungan
luas dan vulume. Berbagai macam perhitungan luas dan vulume tersebut pada
intinya menghasilkan hasil yang tidak jauh berbeda. Tergantung kita saja
enakan yang mana. Tetapi meskipun begitu dalam perhitungan luas dan
volume kita tetap memerlukan ketelitian dan kejelian yang tinggi dari siperhitung luas dan vulume. Sebab apabila kita salah di awal atau kurang
konsentrasi sedikit saja maka perhitungan luas dan vulume kita juga pasti akan
kacau.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

95

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

VIII.3. PENGERTIAN LUAS


Luas adalah jumlah area yang terproyeksi pada bidang horizontal dan
dikelilingi oleh garis-garis batas. Luas suatu objek (tanah, bangunan, dll) di
peta merupakan luas pada bidang datar (X,Y). Jadi perlu dijelaskan kepada
pengguna peta yang ingin menghitung luas objek yang dimiliki di lapangan
nanti hasilnya akan lebih kecil dibandingkan hasil hitungan dengan peta.
Pada peta proyeksi yang digunakan adalah proyeksi tegak sehingga objek
yang terletak pada bidang miring sebelum digambar di peta objek tersebut
harus diproyeksikan terlebih dahulu pada bidang datar. Dengan demikian
panjang objek di bidang miring tersebut setelah diproyeksikan akan menjadi
lebih pendek dibandingkan kenyataan di lapangan. Konsekuensinya luas objek
yang dihasilkan lebih kecil dari luas sebenarnya di lapangan. Sebagai
gambaran dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar VII.1 Pengertian Luas


Pada gambar di atas objek di lapangan ABCD setelah di petakan ke dalam
bidang datar objek tersebut menjadi ABCD. Dari gambar terlihat bahwa
Panjang AD dan BC lebih kecil dibandingkan dengan AD dan BC. Dengan
demikian luas ABCD lebih kecil dibandingkan dengan ABCD.
Metode pengukuran luas ada dua macam :
1. Diukur pada gambar situasi
Luas yang diukur pada gambar situasi disebut pengukuran tak langsung,
karena luas diperoleh secara tak langsung dengan menggunakan instrumen
dan gambar situasi.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

96

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

2. Dihitung dengan menggunakan data jarak dan sudut yang langsung


diperoleh dari pengukuran di lapangan
Luas yang dihitung dengan menggunakan data jarak dan sudut yang
langsung diperoleh dari pengukuran dilapangan disebut pengukuran
langsung, karena luas diperoleh secara langsung tanpa gambar dengan
melakukan

pengukuran

yang

dibutuhkan

untuk

menghitung luas

dilapangan.

VIII.4. PENENTUAN LUAS


Yang dimaksud luas suatu daerah disini adalah proyeksi luas diatas
permukaan bumi pada bidang mendatar yang dikelilingi oleh garis-garis batas.
Tergantung dari cara pengukuran dan ketelitian yang dikehendaki penentuan
dapat dilakukan dengan cara-cara antara lain :
1. Metode Matematis
a. Koordinat
Diketahui polygon tertutup dengan koordinat masing-masing titik
polygon dikethaui seperti gambar berikut ini:

Gambar VII.2 Metode Koordinat


Untuk menghitung luas polygon 12345 diatas dapat dilakukan dengan
menjumlahkan luas trapezoid yang ada 12ca1, 23ec2, 34de3, 45bd4,
dan 51ab5.
[(
(
(

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

(
(

97

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

Secara umum formula untuk menghitung poligon dengan n titik poligon


yang diketahui koordinatnya dapat dituliskan sebagai berikut:

Catatan : Tanda absolut untuk menghindari hasil luas negatif karena luas
hasilnya selalu positif.

b. Metode Trapezoid
Dengan offset yang sama
Metode Trapezoid biasanya digunakan untuk menghitung luas
dengan daerah yang tidak teratur seperti gambar dibawah ini.

Gambar VII.3 Metode Trapezoid dengan Offset Sama


Untuk menghitung luas ABCD diatas maka dapat dihitung masingmasing luas A1, A2, A3, A4 dan A5 dengan jarak offset yang sama
(L).

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

98

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

maka luas total ABCD :

Secara umum untuk menghitung luas daerah yang tidak berarturan


(bisa juga digunakan untuk daerah yang teratur) dengan pembagian
sejumlah n bagian luas maka formulanya dapat disederhanakan
sebagai berikut:

Dengan offset yang berlainan


Untuk menghitung luas ABCD diatas maka dapat dihitung masingmasing luas A1, A2, A3, A4 dan A5 dengan jarak offset yang
berlainan (L1, L2, L3, L4, dan L5)

Gambar VII.4 Metode Trapezoid dengan Offset Berlainan

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

99

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

maka luas total ABCD

Secara umum untuk menghitung luas daerah yang tidak beraturan


(bisa juga digunakan untuk daerah yang teratur) dengan pembagian
sejumlah n bagian luas maka formulanya dapat disederhanakan
sebagai berikut:

2. Metode Grafis
Metode yang paling sederhana untuk menghitung luas daerah adalah
dengan metode grafis yaitu dengan bantuan bujur sangkar (kertas grafik
mm) dan segitiga.
a. Bujur Sangkar (Kertas mm)

Gambar VII.5 Metode Grafis dengan Bujur Sangkar (mm)

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

100

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

Dari gambar diatas ada tiga jenis bujur sangkar yang digunakan yaitu
misalkan yang besar dengan sisi 1 cm, sedang dengan sisi 5 mm dan
kecil 1 mm. Dengan mengalikan skala peta yang ada dengan luas bujur
sangkar-bujursangkar tersebut maka luas daerah tersebut akan dengan
mudah dihitung. Yaitu dengan menjumlahkan seluruh luas bujursangkar
yang melingkupi daerah tersebut. Semakin kecil bujur sangkar yang
digunakan dan semakin besar skala peta yang digunakan maka semakin
teliti hasil yang diperoleh.
b. Segitiga

Gambar VII.6. Metode Grafis dengan Segitiga Sebarang


Dari gambar diatas ada beberapa gambar segitiga dengan sisi a, b, c
maka luas segitiga tersebut adalah

Dimana s =

Maka luas total daerah yang diukur adalah dengan menjumlahkan


seluruh luas segitiga yang melingkupi daerah tersebut. Semakin rapat
segitiga yang melingkupi daerah tersebut maka luas yang dihasilkan
semakin

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

teliti.

101

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

3. Metode Mekanis
Cara lain yang digunakan untuk menghitung luas daerah yang tidak
beraturan adalah dengan cara mekanis yaitu dengan alat yang dinamakan
dengan planimeter. Alat planimeter diletakkan diatas peta (gambar) yang
akan dihitung luasnya. Kemudian alat tersebut mentrace (mengikuti) batas
wilayah yang akan diukur luasnya. Dengan konversi tertentu, maka luas
akan dapat dihitung. Ketelitian hasil sangat bergantung pada besar atau
kecilnya skala peta. Semakin besar skala petanya, akan semakin teliti hasil
luasannya. Sekarang ini sudah tersedia planimeter mekanik (manual) dan
planimeter digital.

Gambar VII.7. Planimeter


4. Metode Digitasi
Digitasi adalah proses untuk mengubah informasi grafis yang tersedia
dalam kertas ke format digital. Cara yang paling umum digunakan untuk
memasukkan

data dari

media kertas

ke

digital

adalah dengan

menggunakan alat digitizer dan scanner. Alat digitizer mengubah ke


format digital langsung ke dalam bentuk vector sedangkan scanner dalam
bentuk raster. Untuk data raster hasil scanning harus diubah ke format
vektor dengan on screen digitasi. Software yang sering digunakan untuk
digitasi peta adalah AutoCad Map. Setelah gambar berbentuk digital
dnegan format *.dwg maka dengan mudah dicari luasnya dengan perintah
area.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

102

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

VIII.5. PENGERTIAN VOLUME


Volume mempunyai dimensi kubik, misalnya meter kubik (m3). Secara
sederhana diambil contoh suatu balok yang mempunyai ukuran panjang 10 m,
lebar 0,5 m dan tinggi 6 m akan mempunyai volume = panjang x lebar x tinggi
= 10 m x 0,5 m x 6 m = 30 m3. Pada pembahasan kali ini yang dimaksud
volume adalah volume tanah. Sering terjadi bahwa bentuk tanah yang akan
dihitung volumenya tidak ideal, artinya tidak selalu berbentu balok atau
silinder. Permukaan tanah yang tidak beraturan akan dihitung volumenya
dengan beberapa metode. Yang dimaksud dengan bidang tanah disini
referensinya adalah pada bidang datar atau bidang proyeksi.
VIII.6. VOLUME TANAH
Volume tanah yang dimaksud disini adalah apabila ingin menggali atau
menimbun tanah pada suatu tempat ( Cut and fill ) atau untuk menghitung
material (bahan) galian yang sifatnya padat. Suatu bidang tanah yang
mempunyai ketinggian bervariasi, misalnya 10 m, 12 m, 15 m, 13 m, 12 m
dan seterusnya, jika ingin dibangun gedung diatasnya dengan level
(ketinggian) tertentu, misalnya 16 m, maka bidang tanah tersebut harus
ditimbun. Yang menjadi pertanyaan adalah berapa volume timbunannya?
Volume timbunan ini yang akan dihitung besarnya. Kasus lain, apabila suatu
daerah merupakan gundukan (tanah tinggi), sedangkan daerah tersebut akan
dibangun dengan ketinggian tertentu yang mengharuskan memangkas
(memotong) ketinggian daerah tersebut. Volume galian ini yang akan dihitung
besarnya.

VIII.7. METODE MENGHITUNG VOLUME TANAH


Prinsip hitungan volume adalah 1 (satu) luasan dikalikan dengan 1 (satu)
wakil tinggi. Apabila ada beberapa luasan atau beberapa tinggi, maka dibuat
wakilnya, misalnya dengan merata-ratakan luasan ataupun merata-ratakan
tingginya.
Ada beberapa cara atau metode untuk menghitung volume tanah baik
timbunan yang harus ditambahkan maupun galian yang harus diambil
tanahnya yaitu dengan cara :

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

103

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

1. Penampang rata-rata

Gambar VII.8. Metode Penampang Rata-rata


Volume dapat dihitung dengan rumus:

Catatan :
A1 = luas penampang 1
A2 = luas penampang 2
d = jarak antar penampang 1 dan 2
2. Kontur

Gambar VII.9. Metode Kontur


Prinsipnya hampir sama dengan penampang rata-rata. Volume dapat
dihitung dengan rumus:

Catatan :
A1, A2, dan An = luas penampang 1, 2 dan n diukur dengan planimeter

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

104

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

d = interval kontur ( umumnya sama)


3. Borrow Pit
Cara menghitung volume dengan Borrow Pit adalah dengan membagi
daerah tersebut kedalam beberapa kapling yang seragam, biasanya bujur
sangkar atau empat persegi panjang.
Rumus yang digunakan :

Catatan :
A = luas penampang satu kapling yang seragam ( m2 )
h1 = tinggi yang digunakan untuk menghitung volume 1 kali ( m )
h2 = tinggi yang digunakan untuk menghitung volume 2 kali ( m )
h3 = tinggi yang digunakan untuk menghitung volume 3 kali ( m )
h4 = tinggi yang digunakan untuk menghitung volume 4 kali ( m )
Berikut ini akan dicontohkan cara menghitung volume cara tersebut diatas.
Contoh :
Suatu daerah dibagi dalam kapling yang seragam dengan ukuran 20 m x 20
m; Tinggi masing-masing tanah tertera di sampingnya. Apabila daerah
tersebut akan digali rata dengan ketinggian (level) 10 m, maka berapa
volume galiannya.

Gambar VII.10 Metode Borrow Pit


Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

105

Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

Jawab :
Luas satu kapling = A = 20 m x 20 m = 400 m2
Hitungan h
h1 = ( 3 + 2 + 1 + 2 + 2 ) = 10 1 x h1 = 1 x 10 = 10
h2 = (2+ 1 + 3 + 3 )

=9

2 x h2 = 2 x 9 = 18

h3 = ( 1 )

=1

3 x h3 = 3 x 1 = 3

h4 = ( 5 )

=5

4 x h4 = 4 x 5 = 20

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

106

Anda mungkin juga menyukai