Anda di halaman 1dari 27

PENDALAMAN MATERI PERSIAPAN UJIAN NASIONAL SMA

Paket B
Pertemuan Ke-9

Matapelajaran : GEOGRAFI
Materi Pokok :
● Pemetaan dan Sistem Informasi Geografi untuk Pembangunan
● Interaksi Spasial Desa dan Kota

Wacana 1:

Pemetaan dan Sistem Informasi Geografi untuk Pembangunan

1. Dasar-dasar Peta dan Perpetaan


A. Pengertian Peta
Istilah peta berasal dari bahasa Inggris, map. Kata map berasal bahasa Yunani, mappa yang
berarti taplak atau kain penutup meja. Menurut ICA (International Cartographic
Association), peta adalah suatu gambaran atau representasi unsur-unsur ketampakan
abstrak yang dipilih dari permukaan Bumi, yang ada kaitannya dengan permukaan Bumi
atau benda-benda angkasa. Pada umumnya, peta digambarkan pada suatu bidang datar dan
diperkecil atau diskalakan. Ilmu yang mempelajari peta disebut Kartografi. Sedang ahlinya
disebut kartograf atau kartografer.

B. Komponen-komponen Peta, antara lain:


a. Judul/titel peta
b. Skala
c. Garis tepi (border)
d. Orientasi peta
e. Simbol peta
f. Legenda
g. Warna peta
Pendalaman Materi Persiapan UN—Geografi—PIPS—SMA Kab. Malang—2015/2016. 1.
h. Letering
i. Inset peta
j. Sumber data: penerbit, sumber-sumber mengenai pemetaan, orang/badan yang berjasa
dalam penerbitan, tahun penerbitan, indeks yang menunjukkan letak peta terhadap
daerah sekitarnya, dan keterangan mengenai sistem koordinat.
k. Garis astronomi (gratikul/koordinat)

C. Syarat Peta
Peta harus memiliki syarat: ekuivalen, ekuidistan, dan konform.

D. Jenis-jeni Peta
Berdasarkan isinya, peta dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Peta umum, yaitu peta yang menggambarkan semua kenampakan umum di muka Bumi. b.
Peta khusus atau peta tematik, adalah peta yang menggambarkan tema-tema tertentu di
muka Bumi.
Berdasarkan skalanya, peta dikelompokkan menjadi:
a. Peta kadaster, berskala 1 : 100 sampai 1 : 5.000
b. Peta skala besar, berskala 1 : 5.000 sampai 1 : 250.000
c. Peta skala sedang, berskala 1 : 250.000 sampai 1 : 500.000
d. Peta skala kecil, berskala lebih dari 1 : 500.000

E. Proyeksi Peta
Adalah teknik penggambaran peta dari bidang lengkung (globe) ke bidang datar, di atas
kertas. Macam-macam proyeksi:
a. Proyeksi menurut bidang proyeksinya:
1) Proyeksi azimuthal/zenithal, baik untuk memetakan daerah lingkaran kutub.
2) Proyeksi kerucut, digunakan untuk memetakan daerah lintang tengah.
3) Proyeksi silinder, baik untuk memetakan daerah lintang rendah (sekitar khatulistiwa).
b. Proyeksi menurut posisi sumbu simetri bidang proyeksinya:
1) Proyeksi normal, yaitu proyeksi peta yang posisi sumbu simetri bidangnya berimpit
dengan sumbu Bumi.
2) Proyeksi miring (oblique), adalah proyeksi peta yang posisi sumbu simetri bidangnya
membentuk sudut terhadap sumbu Bumi (terletak antara ekuator dan kutub).
3) Proyeksi transfersal, ialah proyeksi peta yang posisi sumbu simetri bidangnya
membentuk sudut tegak lurus dengan sumbu Bumi atau terletak pada bidang ekuator.

F. Fungsi Peta
Fungsi peta memberikan informasi tentang:
a. Lokasi di suatu tempat di permukaan Bumi.
b. Ukuran dan arah suatu tempat di permukaan Bumi.
c. Gambaran obyek di permukaan Bumi, baik yang berupa bentang alam maupun
bentang budaya. Contoh bentang alam: pulau, dataran rendah, gunung, sungai, dsb.
Contoh bentang budaya: desa, kota, persawahan, jalan, dsb.
d. Kondisi suatu tempat, misalnya tanah, air, batuan, dll.
e. Sajian data suatu wilayah atau negara.
f. Gambaran bentuk unsur-unsur di permukaan Bumi.
g. Instrumen perencanaan pembangunan.
i. Potensi rawan bencana.

2. Prinsip-prinsip Sistem Informasi Geografi (SIG)


Definisi SIG menurut beberapa ahli:
a. Menurut Dangermond (1982):

Pendalaman Materi Persiapan UN—Geografi—PIPS—SMA Kab. Malang—2015/2016. 2.


SIG adalah suatu alat manajemen data Geografi yang mempunyai atribut pokok,
yaitu deskripsi atribut lokasi.
b. Menurut Burrogh (1985):
SIG adalah sekumpulan alat yang canggih untuk mengumpulkan kembali dengan segera,
mentransformasikan, dan menyajikan data secara spasial yang terkait dengan muka Bumi.
c. Menurut Liden (1987):
SIG adalah sistem untuk pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan (manipulasi), analisis, dan
penayangan data secara spasial yang terkait dengan muka Bumi.
d. Menurut Aronaff (1989):
SIG adalah sistem informasi yang didasarkan pada kerja komputer yang dapat memasukkan,
mengelola, dan memanipulasi data serta memberikan uraian.
e. Menurut Bernhardsen (1992):
SIG adalah system komputer yang digunakan untuk menampilkan data Geografi.

Komponen-komponen SIG

Sumber: Dedy Kurnia Sunaryo, 2015.

Keterangan
a. Perangkat keras (hardware), terbagi menjadi tiga kelompok, yakni:
1) Alat masukan (input) sebagai alat untuk memasukkan data ke dalam jaringan komputer.
Contoh: Scanner, digitizer, CD-ROM.
2) Alat pemrosesan, merupakan sistem dalam komputer yang berfungsi mengolah,
menganalisis dan menyimpan data yang masuk sesuai kebutuhan. Contoh: CPU, tape
drive, dan disk drive.
3) Alat keluaran (ouput), berfungsi untuk menayangkan informasi geografi sebagai data
dalam proses SIG, contoh: VDU, plotter, dan printer.

Skema Hardware (Sumber: Brianunited, 2012).

Keterangan:
Data dasar Geografi melalui unit masukan (digitizer, scanner, CD-ROM) dimasukkan ke
komputer. Data yang telah masuk diolah melalui CPU (pusat pemrosesan data) dan
dihubungkan dengan:
a) Unit penyimpanan (disk drive, tape drive) untuk disimpan dalam hardisk.

Pendalaman Materi Persiapan UN—Geografi—PIPS—SMA Kab. Malang—2015/2016. 3.


b) Unit keluaran (printer, plotter) untuk dicetak menjadi data dalam bentuk peta.
c) VDU (layar monitor) untuk ditayangkan agar dapat dikontrol oleh para programmer
dan pemakai.
Scanner: alat untuk membaca tulisan dan/atau gambar pada sebuah kertas.
CD-ROM: alat untuk menyimpan program.
Digitizer: alat pengubah data asli (gambar) menjadi data digital (angka).
Plotter: alat pencetak peta dalam ukuran relatif besar.
Printer: alat yang mencetak data maupun peta dalam ukuran relatif kecil.
Central Processing Unit (CPU): pusat pemrosesan data digital.
Visual Display Unit (VDU): layar monitor untuk menayangkan hasil pemrosesan.
Disk drive: bagian CPU untuk menghidupkan program.
Tape drive: bagian CPU untuk menyimpan program

b. Perangkat lunak (software), merupakan sistem modul yang berfungsi untuk memasukkan,
menyimpan, dan mengeluarkan data yang diperlukan.

Skema Software (Sumber: Brianunited, 2012).

Keterangan:
Data hasil penginderaan jauh dan tambahan (data lapangan, peta) dijadikan satu menjadi
data dasar Geografi. Data dasar tersebut dimasukkan ke komputer melalui unit masukan
untuk disimpan dalam hardisk atau sejenisnya. Bila diperlukan data yang telah disimpan
tersebut dapat ditayangkan melalui layar monitor atau dicetak untuk bahan laporan
(dalam bentuk peta/gambar). Data ini juga dapat diubah untuk menjaga agar data tetap
aktual (sesuai dengan perkembangan).

c. Brainware, merupakan kemampuan manusia dalam pengelolaan dan pemanfaatan SIG


secara efektif. Bagaimanapun juga manusia merupakan subyek (pelaku) yang
mengendalikan seluruh sistem, sehingga sangat dituntut kemampuan dan penguasaannya
terhadap ilmu dan teknologi mutakhir. Selain itu diperlukan pula kemampuan untuk
memadukan pengelolaan dengan pemanfaatan SIG, agar SIG dapat digunakan secara
efektif dan efisien. Adanya koordinasi dalam pengelolaan SIG sangat diperlukan agar
informasi yang diperoleh tidak simpang siur, tetapi tepat dan akurat.

3. Sumber Data Basik Data Sistem Informasi Geografi (SIG)


A. Subsistem Input Data
Subsistem ini berperan untuk memasukkan data dan mengubah data asli ke bentuk yang
dapat diterima dan dipakai dalam SIG. Semua data dasar geografi diubah dulu menjadi data
digital, sebelum dimasukkan ke komputer. Data digital memiliki kelebihan dibandingkan
dengan peta (garis, area) karena jumlah data yang disimpan lebih banyak dan pengambilan
kembali lebih cepat.
Dua macam data dasar geografi, yakni:
a. Data spasial (keruangan), ialah data yang menunjukkan ruang, lokasi atau tempat-tempat
di permukaan bumi. Data spasial berasal dari peta analog, foto udara, dan penginderaan
jauh dalam bentuk cetak kertas.
b. Data atribut (deskriptis), ialah data yang terdapat pada ruang atau tempat. Atribut

Pendalaman Materi Persiapan UN—Geografi—PIPS—SMA Kab. Malang—2015/2016. 4.


menjelaskan suatu informasi. Data atribut diperoleh dari statistik, sensus, catatan
lapangan dan tabular (data yang disimpan dalam bentuk tabel) lainnya. Data atribut
dapat dilihat dari segi kualitas, misalnya kekuatan pohon. Dan dapat dilihat dari
segi kuantitas, misalnya jumlah pohon.

Data spasial dan data atribut tersimpan dalam bentuk titik (dot), garis (vektor), poligon
(area) dan pixel (grid). Data dalam bentuk titik (dot), meliputi ketinggian tempat, curah
hujan, lokasi dan topografi. Data dalam bentuk garis (vektor), meliputi jaringan jalan,
pipa air minum, pola aliran sungai dan garis kontur. Data dalam bentuk poligon (area),
meliputi daerah administrasi, geologi, geomorfologi, jenis tanah dan penggunaan tanah.
Data dalam bentuk pixel (grid), meliputi citra satelit dan foto udara.

Data dasar yang dimasukkan dalam SIG diperoleh dari tiga sumber, yakni:
a. Data lapangan (data teristris), adalah data yang diperoleh secara langsung melalui
hasil pengamatan di lapangan karena data ini tidak terekam oleh alat Indraja. Misalnya,
batas administrasi, kepadatan penduduk, curah hujan, jenis tanah, dan kemiringan lereng.
b. Data peta, adalah data yang digunakan sebagai masukan dalam SIG yang diperoleh dari
peta, kemudian diubah ke dalam bentuk digital.

Gambar: Proses Konversi Peta (Sumber: Brianunited, 2012).


c. Data Indraja, yakni data dalam bentuk citra dan foto udara. Citra adalah gambar
permukaan bumi yang diambil melalui satelit. Sedangkan foto udara adalah gambar
permukaan bumi yang diambil melalui pesawat udara. Informasi yang terekam pada citra
Indraja berupa foto udara atau radar, diinterpretasi (ditafsirkan) dahulu sebelum diubah
ke dalam bentuk digital. Sedangkan citra yang diperoleh dari satelit yang sudah dalam
bentuk digital, langsung digunakan setelah diadakan koreksi seperlunya.

B. Subsistem Manipulasi dan Analisa Data


Subsistem ini berfungsi menyimpan, menimbun, menarik kembali data dasar
dan menganalisa data yang telah tersimpan dalam komputer. Beberapa
macam analisa data, antara lain:
a. Analisis lebar, menghasilkan daerah tepian sungai dengan lebar tertentu. Analisis lebar
adalah analisis yang dapat menghasilkan gambaran daerah tepian sungai dengan lebar
tertentu. Kegunaannya antara lain untuk perencanaan pembangunan bendungan
sebagai penanggulangan banjir.

Gambar: Analisis Lebar (Sumber: Brianunited, 2012).


b. Analisis penjumlahan aritmatika (arithmetic addition) menghasilkan penjumlahan.

Pendalaman Materi Persiapan UN—Geografi—PIPS—SMA Kab. Malang—2015/2016. 5.


Analisis ini digunakan untuk menangani peta dengan klasifikasi, hasilnya
menunjukkan peta dengan klasifikasi baru.

Gambar: Analisis Penjumlahan (Sumber: Brianunited, 2012).

c. Analisis garis dan bidang, dapat digunakan untuk menentukan wilayah dalam radius
tertentu. Misalnya, daerah rawan banjir, daerah rawan gempa, atau daerah rawan penyakit.

Gambar: Analisis Garis dan Bidang (Sumber: Brianunited, 2012).

C. Subsistem Penyajian Data


Subsistem output data berfungsi menayangkan informasi Geografi sebagai hasil
analisis data dalam proses SIG. Informasi tersebut ditayangkan dalam bentuk peta,
tabel, bagan, gambar, grafik, dan/atau hasil perhitungan.

D. Keuntungan-keuntungan SIG antara lain:


a. Mudah dalam mengolah datanya.
b. Pengumpulan data dan penyimpanannya hemat dan efektif.
c. Mudah dalam pemutakhiran data.
d. Lebih mudah dalam hal mobilitas.
e. Aman
f. Relatif murah
g. Mampu menampilkan data dalam kenampakan dua dimensi maupun tiga dimensi.
h. Dapat dijadikan referensi bagi para decision maker untuk mengambil keputusan
dengan cepat dan tepat.
Tabel: Perbandingan SIG dengan Peta Manual
No. Jenis Kegiatan SIG Peta Manual/Peta Analog
1. Penyimpanan Data Sudah standar (baku) dan Jika skala berbeda makan
terpadu standar berbeda
2. Pemanggilan Data Basis data digital Cari dan cek manual
pada peta atau tabel
3. Tumpang susun (overlay) Secara otomatis dan Kurang teliti, mahal dan
sistematis oleh komputer memerlukan waktu lama
4. Pemutakhiran data Lebih cepat karena sudah Cara manual
tersedia dlm data base
komputer
5. Analisis spasial Sangat cepat Memakan waktu dan
energi ekstra
6. Display Mudah, murah, dan cepat Memakan waktu,
kompleks, dan mahal

Pendalaman Materi Persiapan UN—Geografi—PIPS—SMA Kab. Malang—2015/2016. 6.


4. Pemanfaatan SIG untuk Inventarisasi Sumberdaya Alam dan Perencanaan Pembangunan
Menurut Aji Arifin dan dan Rita Noviani (2014:86) bahwa inventarisasi sumberdaya alam
berarti pendataan kekayaan sumberdaya alam sehingga diperoleh informasi jumlah dan
sebarannya dalam waktu tertentu. Tujuan utamanya adalah menjaga keseimbangan dan
kelestarian sumberdaya alam demi kesejahteraan masyarakat. Adapun alur kegiatan
pemanfaatan SIG untuk inventarisasi sumberdaya alam dan perencanaan pembangunan
seperti tersaji dalam skema di bawah ini:

Sumber: Apan dalam Atie Puntodewo, dkk, 2003


Adapun manfaat SIG dalam inventarisasi sumberdaya alam sebagai berikut:
Melalui sajian peta sebaran sumberdaya alam pada SIG, dapat diketahui merata atau tidaknya
sebaran suatu sumberdaya alam tersebut. Di samping itu, dapat diketahui pula jumlah, potensi,
aksesibilitasnya, serta ketersediaan sumberdaya manusianya sehingga dapat dijadikan
pengambilan kebijakan dalam pengelolaannya (termasuk menyangkut eksplorasi dan
eksploitasinya). Misalnya, pemetaan sebaran minyakbumi Indonesia, dsb. Sedangkan
pemanfaatan SIG untuk perencanaan pembangunan meliputi:
a. Pengamatan perkembangan kota
b. Pengelolaan pertambangan
c. Pemantauan kondisi lingkungan
d. Pemetaan jaringan transportasi
e. Penentuan lokasi industri
f. Pemetaan sebaran kependudukan.

5. Pemanfaatan SIG untuk Kajian Kesehatan Lingkungan dan Mitigasi Bencana


SIG memiliki kemampuan melakukan analisis keruangan. Sedangkan masalah kesehatan
berkaitan dengan ruang dan waktu, dapat diolah dan dimanipulasi melalui SIG dengan cepat.
Begitu pula dengan identifikasi dan pemonitoran, sebaran kesehatan, serta polanya. Sumber
data SIG dalam kajian kesehatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
A. Data fisik, berkaitan dengan: iklim, tanah, topografi, dan hidrologinya.
B. Data sosial, berkaitan dengan kondisi masyarakat yang mencakup: jumlah penduduk,
sebaran penduduk, kondisi permukiman, kondisi sanitasi, dan fasilitas umum.
Adapun manfaat SIG untuk kajian kesehatan lingkungan adalah:
a. Memberikan gambaran (peta) daerah kejadian kesehatan.
b. Penanggulangan sebaran penyakit.
c. Pemetaan pola sebaran penyakit.
d. Analisis kondisi kesehatan suatu daerah.
e. Analisis dan pemantauan kesehatan masyarakat.

Pendalaman Materi Persiapan UN—Geografi—PIPS—SMA Kab. Malang—2015/2016. 7.


f. Pemetaan tenaga medis dan kebutuhannya.
g. Evaluasi dan pengamatan sumberdaya kesehatan.
h. Analisis kebutuhan obat-obatan dan perangkat kesehatan.

Pemanfaatan SIG untuk mitigasi bencana berkaitan dengan pemetaan, pemantauan,


penyebaran informasi, sosialisasi dan penyuluhan, pelatihan dan pendidikan, dan peringatan
dini. Hal tersebut bertujuan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan oleh adanya suatu
bencana, baik yang berupa kerugian harta benda maupun korban jiwa. Terlebih lagi Indonesia
merupakan negara yang berada di kawasan rawan bencana, baik bencana alam maupun
bencana akibat ulah manusia itu sendiri.

Soal-soal:
Pilihlah Satu Jawaban yang Benar!
1. Komponen-komponen peta:
(1) titel peta; (3) warna peta; (5) inset peta;
(2) orientasi peta; (4) legenda; (6) garis astronomi.

Komponen-komponen peta yang bisa diletakkan di sembarang tempat, asal tidak


mengganggu isi dari peta pokok adalah…..
A. (1), (2), dan (3) C. (2), (4), dan (5) B. (1), E. (4), (5), dan (6)
(3), dan (5) D. (3), (5), dan (6)

2. Skala grafik pada peta di bawah ini 4cm sama dengan 4km. Jika skala tersebut
diubah menjadi skala numerik maka menjadi…..

Sumber: I Made Sandy, 1982:43.


A. 1 : 50.000 B. 1 : 100.000 C. 1 : 150.000 D. 1 : 175.000 E. 1 : 200.000

3. Salah satu syarat peta adalah ekuidistan, artinya…..


A. bentuk di peta sama persis dengan bentuk di lapangan
B. luas di peta dikalikan dengan penyebut skala sama dengan luas sesungguhnya di medan
C. warna yang tersaji pada peta sesuai dengan kenyataan di lapangan
D. kenampakan di peta sama dengan yang dijumpai di lapangan
E. jarak di peta jika dikalikan dengan penyebut skala maka sama denga jarak sesungguhnya

Pendalaman Materi Persiapan UN—Geografi—PIPS—SMA Kab. Malang—2015/2016. 8.


4. Proyeksi yang paling tepat digunakan untuk wilayah pada peta di bawah ini adalah…..

A. silinder B. kerucut C. azimuthal D. zenithal E. Mercator

5. Jenis-jenis peta:
(1) peta geologi; (3) peta obyek wisata; (5) peta chorografi;
(2) peta persebaran penduduk; (4) peta topografi; (6) peta rupabumi.

Jenis-jenis peta yang tergolong peta tematik adalah…..


A. (1), (2), dan (3) C. (2), (3), dan (5) E. (4), (5), dan (6)
B. (2), (3), dan (5) D. (3), (4), dan (6)

6. Salah satu fungsi peta memberikan informasi tentang gambaran obyek di permukaan Bumi.
Contoh gambaran obyek di permukaan Bumi yang berupa bentang budaya adalah…..
A. pegunungan, hutan kota, dan rawa-rawa
B. rawa-rawa, dataran tinggi, dan perkebunan
C. dataran tinggi, pegunungan, dan danau
D. perkampungan, perkebunan, dan hutan kota
E. danau, perkampungan, dan dataran tinggi

7. Tinggi tempat A dan D sesuai peta kontur di bawah ini adalah…..

A. 75m B. 100m C. 125m D. 225m E. 300m

8. Seseorang menganalisis obyek-obyek fisik dan budaya suatu kecamatan yang tertera
pada sebuah peta dasar berskala 1 : 25.000. Berdasarkan skalanya, jenis peta tersebut
termasuk kategori…..
A. peta umum C. peta topografi E. peta berskala besar
B. peta kadaster D. peta berskala kecil

Pendalaman Materi Persiapan UN—Geografi—PIPS—SMA Kab. Malang—2015/2016. 9.


9. Obyek-obyek pada peta yang bersimbol titik seperti yang tertera pada gambar di bawah
ini adalah…..

Sumber: 2bp.blogspot.com, 2014.

A. sungai, candi, waduk D. gunung, kota, dan bandara


B. jalan, obyek wisata, kota E. pegunungan, rel keretaapi, pelabuhan
C. batas wilayah, gunung, sungai

10. Fungsi inset peta pada suatu peta adalah…..


A. menjelaskan kedudukan dari seluruh atau sebagian isi peta pokok
B. menggambarkan pentingnya suatu peta pada pengguna
C. untuk mengisi ruang kosong yang ada pada peta
D. menggantikan fungsi orientasi pada peta
E. menambah keindahan dari sebuah peta
11. Pihak yang mengelola Sistem Informasi Geografi adalah.....

A. solfware C. hardware E. processor B. database D.


brainware

12. Perangkat-perangkat dari komponen SIG yang bertanda (x) pada skema di bawah ini adalah...

A. CD-ROM, digitizer, dan D. plotter, CD-ROM, dan tape


scanner B. digitizer, CPU, dan drive E. scanner, VDU, dan printer
VDU C. scanner, plotter, dan CPU

13. Data yang menunjukkan informasi mengenai posisi keruangan dan jenis datanya
merupakan karakteristik dari.....
A. data geospasial C. data ketinggian tempat E. data administrasi daerah
B. data peta tematik D. data informatika
Pendalaman Materi Persiapan UN—Geografi—PIPS—SMA Kab. Malang—2015/2016. 10.
14. Model data yang dibentuk dari struktur sel piksel (picture element) dengan bentuk grid
dan setiap piksel mempunyai referensi. Model data tersebut adalah.....
A. data kuantitatif C. data atribut E. data vektor B. data
kualitatif D. data raster

15. Ciri-ciri dari sumber data Sistem Informasi Geografi:


(1) biaya relatif lebih murah;
(2) pengambilan data relatif cepat;
(3) menjangkau daerah pedalaman.

Hal tersebut merupakan ciri-ciri dari sumber data Sistem Informasi Geografi yang berasal
dari hasil.....
A. penginderaan jauh E. pencatatan petugas
B. pendataan manual D. dokumentasi kamera digital
C. pengukuran lapangan

16. Dalam penggunaan SIG, untuk mendapatkan informasi tentang daerah persebaran
potensi energi (panas Bumi) di Indonesia maka peta yang harus kita gunakan adalah…..

A B

C D

Peta dari berbagai sumber.


E

Pendalaman Materi Persiapan UN—Geografi—PIPS—SMA Kab. Malang—2015/2016. 11.


17. Sajian gambar di bawah ini merupakan contoh pemanfaatan SIG untuk
perencanaan pembangunan yang terkait pada bidang.....

Sumber: gambar pada google.co.id

A. pemetaan sebaran penduduk D. pemantauan kondisi lingkungan


B. penentuan lokasi industri E. pengamatan perkembangan kota
C. pengelolaan sumberdaya manusia

18. Jika tersaji gejala seperti tertera pada gambar di bawah ini, maka peran SIG untuk
kajian kesehatan lingkungan adalah…..

Sumber: ineumaelani.blogspot.com, 1 Januari 2013.

A. pemetaan tenaga medis dan kebutuhannya


B. analisis dan pemantauan kesehatan masyarakat
C. pemetaan sebaran kependudukan
D. mengolah data dengan cepat dan murah
E. analisis kebutuhan obat-obatan dan perangkat kesehatan

Pendalaman Materi Persiapan UN—Geografi—PIPS—SMA Kab. Malang—2015/2016. 12.


19. Macam-macam data:
(1) citra satelit; (3) batas administrasi; (5) peta wilayah.
(2) foto udara; (4) komposisi penduduk;

Data-data dasar untuk SIG yang hanya bisa diperoleh secara teristrik adalah…..
A. (1) dan (2) C. (3) dan (4) E. (4) dan (5)
B. (1) dan (3) D. (3) dan (5)

20. Informasi yang kita peroleh dari pemanfaatan SIG dalam mitigasi bencana alam
kebakaran hutan berdasarkan peta di bawah ini adalah…..

Sumber: BNPB, 2014.

A. menurut citra satelit NOOA jumlah titik api terbanyak di Provinsi Riau berada di
Kabupaten Pelalawan, yakni 20 titik api yang membakar seluruh hutan konsevasi
B. ditemukannya jumlah titik api terbanyak di Kabupaten Bengkalis dan yang terpantau
tidak terjadi kebakaran hutan di Kabupaten Kampar menurut citra satelit MODIS
C. jenis pohon Meranti merupakan bagian hutan yang terbanyak terbakar dengan rincian
berdasarkan citra satelit NOOA sebanyak 14 titik api dan menurut MODIS 54 titik api
D. titik api itu disebabkan oleh perambah hutan yang mengalihfungsikan hutan menjadi
perkebunan atau hutan tanaman industri
E. titik api itu dilokalisir ke kawasan konservasi untuk dimanfaatkan sebagai energi alternatif

Wacana 2

Interaksi Spasial Desa dan Kota

1. Pola Keruangan Desa


Pengertia desa secara umum menurut Djoko Soelistijo (2006) secara umum bahwa desa
adalah permukiman manusia yang letaknya di luar kota dan penduduknya berjiwa agraris.
Bentuk kesatuan yang setara untuk hal tersebut di kota disebut kelurahan.

Unsur-unsur desa meliputi daerah (menyangkut lokasi, luas, dan batas), penduduk, dan tata

Pendalaman Materi Persiapan UN—Geografi—PIPS—SMA Kab. Malang—2015/2016. 13.


kehidupan.

Potensi desa dibedakan menjadi dua, yakni potensi fisik dan potensi nonfisik.
Potensi fisik meliputi:
a. Tanah, termasuk sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya (tambang, mineral, dan
tanaman).
b. Air, yaitu: sumber air, keadaan air, dan tata airnya.
c. Iklim, peranannya bagi desa agraris.
d. Ternak, artian fungsi sebagai sumber tenaga, sumber bahan pangan dsb.
e. Manusia, sebagai tenaga kerja (pengolah tanah dan produsen).
Potensi nonfisik terdiri dari:
a. Masyarakat, hidup berdasarkan gotong royong yang merupakan kekuatan berproduksi
dan pembangunan.
b. Lembaga-Lembaga sosial, pendidikan, dan organisasi desa.
c. Aparatur atau Pamong Desa sebagai kelancaran administrasi pemerintahan.
Perbedaan Potensi desa akan mempengaruhi tingkat kemajuan desa. Tiga tingkat kemajuan
desa, yaitu:
a. Desa kurang berkembang (under developed village).
b. Desa yang sedang berkembang (developing village).
c. Desa yang maju (developed village).
Faktor yang mempengaruhi majunya desa adalah:
a. Potensi Desa.
b. Interaksi desa dengan kota.
c. Lokasi desa terhadap daerah sekitar yang lebih maju.

Tingkat perkembangan desa adalah suatu keadaan tertentu yang dicapai oleh penduduk desa
yang bersangkutan dalam menyelenggarakan kehidupannya serta mengelola sumber-
sumberdayanya. Faktor-faktor penentu tingkat perkembangan desa menurut UDKP adalah:
A. Faktor Ekonomi:
a. Faktor Mata pencaharian (E)
b. Faktor Produksi (Y)
B. Faktor Sosio-kultural:
c. Faktor Adat-istiadat (A)
d. Faktor Kelembagaan (L)
e. Faktor Pendidikan (Pd)
f. Faktor Gotong royong (Gr)
C. g. Faktor Sarana-Prasarana (P)

Ketujuh faktor untuk menilai tingkat perkembangan desa tersebut, maka akan didapat
tingkatan desa sebagai berikut:
a. Desa tradisional (pradesa)
Karakteristik:
1) Terdapat pada masyarakat suku terasing
2) Seluruh kehidupan masyarakat bergantung pada alam. Misalnya:
- Cara bercocoktanam
- Cara pemeliharaan kesehatan
- Cara memasak dsb.

b. Desa swadaya
Karakteristik:
1) Bersifat tradisional.
2) Adat istiadat mengikat terhadap beberapa kegiatan penduduk.

Pendalaman Materi Persiapan UN—Geografi—PIPS—SMA Kab. Malang—2015/2016. 14.


3) Hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain sangat erat.
4) Pengawasan sosial didasarkan keluarga.
5) Mata pencaharian bersifat homogen dan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan
primer.
6) Tingkat teknologi rendah dan produktivitas rendah.
7) Keadaan sarana-prasarana sangat kurang.

c. Desa swakarya
Karakteristiknya:
1) Mata Pencaharian (E) di sektor sekunder yang bergerak di bidang kerajinan dan industri
kecil (pengolahan hasil pengawetan bahan makanan dan sejenisnya).
2) Output (Y) berada pada tingkat sedang.
3) Adat istiadat dan Kepercayaan (A) berada pada tingkat transisi.
4) Kelembagaan dan pemerintahan desa (L) mulai berkembang, baik mengenai tugas dan
fungsinya.
5) Pendidikan (P) pada tingkat sedang.
6) Swadaya dan gotong royong (Gr) mengalami transisi, pelaksanaan dan cara kerja telah
tumbuh yang didasari oleh kesadaran dan tanggungjawab di masyarakat itu sendiri.
7) Prasarana (P) perhubungan, produktivitas, pemasaran, dan sosial pada tingkat sedang.

d. Desa swasembada
Karakteristiknya:
1) Mata pencaharian (E) di sektor tersier, bergerak dibidang perdagangan dan jasa.
2) Output (Y) pada tingkat yang tinggi.
3) Adat istiadat dan kepercayaan (A) sudah tidak mengikat lagi.
4) Kelembagaan dan pemerintahan desa (L) sudah jelas mengenai tugas dan fungsinya dan
telah terkoordinasi dengan baik.
5) Pendidikan (P) berada pada tingkat yang tinggi.
6) Swadaya dan gotong royong (Gr) sudah terjiwai, pelaksanaan dan tata kerja gotong
royong berdasar pada musayawarah/mufakat antar warga dengan penuh kesadaran
dan tanggungjawab.
7. Prasarana (P) perhubungan, produktivitas, pemasaran. dan sosial cukup
memadai. Hubungan dengan kota disekitarnya berjalan dengan baik dan lancar.

Pola persebaran dan permukiman desa dalam lingkup bentang alamnya meliputi:
a. Bentuk desa yang linear atau memanjang mengikuti jalan raya atau sungai

Bentuk Desa Linier di Dataran Rendah (Sumber: Daldjoeni, 1987).

b. Bentuk desa memanjang mengikuti garis pantai (bentuk desa pantai)

Pendalaman Materi Persiapan UN—Geografi—PIPS—SMA Kab. Malang—2015/2016. 15.


c. Bentuk desa terpusat, yakni bentuk desa di pegunungan yang dihuni oleh penduduk
yang masih satu keturunan dengan jumlah rumah tidak lebih dari 40umpi (rumah).

d. Bentuk desa mengelilingi fasilitas tertentu, yaitu bentuk desa di dataran rendah yang rumah-
rumah penduduknya mengelilingi fasilitas-fasilitas umum tertentu seperti mataair, danau,
pasar, dan lain-lain.

Pola persebaran dan permukiman desa Menurut Alvin L. Bertrand, meliputi:


a. Pola nucleated agricultural village community, yakni pola permukiman penduduk
yang menggerombol berdekatan dan terpisah dari lahan pertanian mereka.

b. Pola line village community yg bercirikan rumah-rumah penduduk berderet memanjang


di kanan dan/atau kiri sungai atau jalan.

c. Pola the open country or trade centre community adalah pola kelompok perumahan tersebar
di antara daerah pertanian yang antarperumahan tersebut terdapat jalur-jalur lalu-lintas
perdagangan.

Pendalaman Materi Persiapan UN—Geografi—PIPS—SMA Kab. Malang—2015/2016. 16.


Pola desa menurut Bintarto, meliputi:
a. Pola memanjang jalan b. Pola memanjang sungai

c. Pola radial d. Pola tersebar

e. Pola memanjang pantai f. Pola memanjang pantai dan sejajar rel keretaapi

Perbedaan karakteristik antara desa dengan kota:


Unsur Pembeda Desa Kota
a. Mata Pencaharian agraris – homogen agraris- heterogen
b. Ruang Kerja terbuka/lapangan ruang tertutup
c. Musim/Cuaca menentukan tidak menentukan
d. Keahlian/ketrampilan umum-menyebar khusus-mengelompok
e. Rumah dengan tempat kerja dekat/relatif jauh/terpisah/relatif
f. Kepadatan Penduduk rendah tinggi
g. Kepadatan Rumah rendah tinggi
h. Kontak Sosial frekuensi rendah frekuensi tinggi
i. Stratifikasi Sosial sederhana kompleks
j. Kelembagaan terbatas kompleks
k. Status Sosial stabil labil
l. Sifat Masyarakat paguyuban patembayan
m. Mobilitas Penduduk rendah tinggi
n. Kontrol Sosial adat/tradisi berperan adat/tradisi tidak
norma tdk tertulis norma tertulis

2. Pola Keruangan Kota


Menurut Sri Anggoroningsih, dkk bahwa pengertian kota secara umum adalah merupakan
tempat bermukimnya warga kota, tempat bekerja, tempat kegiatan dalam bidang
ekonomi, pemerintahan, dan lain-lain.

Pendalaman Materi Persiapan UN—Geografi—PIPS—SMA Kab. Malang—2015/2016. 17.


Menurut Djoko Soelistijo (2006) bahwa bagian-bagian dari kota meliputi:
a. Urban (city), suatu daerah yang memiliki susana kehidupan modern.
b. Sub-urban atau Faubourrgh, suatu area yang lokasinya dekat pusat kota (city) dengan luas
yang mencakup daerah penglaju (commuters).
c. Suburban-fringe, suatu area yang melingkari suburban dan merupakan daerah peralihan
antara urban dengan rural.
d. Urban fringe, semua daerah di sekitar urban yang mempunyai sifat-sifat mirip kota.
e. Rural-urban fringe, suatu (jalur) daerah yang terletak antara daerah urban dan daerah
rural yang ditandai dengan mixed landusing.
f. Rural, merupakan daerah perdesaan yang berada di luar atau belakang kota.

Pola tata ruang kota


a. Teori konsentris
Dikemukakan oleh E.W. Burges. Menurutnya, penggunaan lahan kota memperlihatkan
zona-zona konsentris (melingkar) yang meliputi: pusat daerah kegiatan atau central
business district (CBD); zona transisi, zona permukiman kelas rendah, zona permukiman
kelas menengah, dan zona permukiman kelas tinggi.

b. Teori sektoral
Diperkenalkan oleh Homer Hoyt yang menyatakan bahwa pola penggunaan lahan kota
cenderung berkembang berdasarkan sektor-sektor. Pusat daerah kegiatan (CBD) terletak di
pusat kota, namun pola-pola penggunaan lahan lainnya berkembang menurut sektor-sektor
yang bentuknya menyerupai irisan atau potongan kue tart.

c. Teori inti berganda


Teori yang dikemukakan oleh C.D. Harris dan E.L. Ullman ini menjelaskan bahwa struktur
penggunaan lahan di perkotaan terdapat tempat-tempat tertentu yang berfungsi sebagai inti-
inti kota dan pusat pertumbuhan baru.

Pendalaman Materi Persiapan UN—Geografi—PIPS—SMA Kab. Malang—2015/2016. 18.


Keterangan:
(1) Pusat daerah kegiatan (CBD); (2) Zona grosir dan manufaktur; (3) Zona permukiman
kelas rendah; (4) Zona permukiman kelas menengah; (5) Zona permukiman kelas tinggi;
(6) Zona manufaktur berat; (7) Zona di luar CBD; (8) Zona permukiman di luar sub-
urban; dan (9) Zona industri sub-urban.

3. Interaksi Desa dengan Kota dalam Pembangungan Daerah


Pengertian interaksi menurut Yosep S. Roucek dalam Bintarto dalam Sri Anggoroningsih
(tanpa tahun) bahwa interaksi merupakan suatu proses yang sifatnya timbal balik dan
mempunyai pengaruh terhadap perilaku dari pihak-pihak yang bersangkutan melalui kontak
langsung, melalui berita yang didengar atau melalui surat kabar. Kontak atau hubungan antara
dua wilayah atau lebih dan hasil kontak tersebut dapat menimbulkan suatu kenyataan yang
baru dalam wujud tertentu. Interaksi antara desa dan kota dapat terjadi karena pelbagai faktor
atau unsur yang ada dalam desa, dalam kota, dan di antara desa dan kota. Unsur-unsur
tersebut adalah keadaan alam dan sosial daerah tersebut, serta kemudahan-kemudahan yang
dapat mempercepat proses hubungan antarwilayah tersebut.
Menurut Edward Ullman ada tiga faktor utama yang mendasari/mempengaruhi timbulnya
interaksi antarwilayah, yakni:
a. Adanya wilayah-wilayah yang saling melengkapi (regional complementarity).
b. Adanya kesempatan untuk berintervensi (interventing opportunity).
c. Adanya kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang (spatial transfer ability).

Teori-teori interaksi:
a. Model Gravitasi
W.J. Reilly (1929) berpendapat bahwa untuk mengukur kekuatan interaksi keruangan antara
dua wilayah atau lebih dapat menerapkan Teori Gravitasi Newton. Menurutnya, kekuatan
interaksi antara dua wilayah atau lebih dapat diukur dengan memperhatikan jumlah
penduduk masing-masing wilayah tersebut. Model interaksi kota ini dapat digunakan untuk
merencanakan prasara perhubungan, telekomunikasi, distribusi perdagangan, dsb. Rumus:
P1 x P2
I1 2 =
(J1 2)²

Keterangan:
- I1 2: Interaksi antara tempat (kota) 1 dengan tempat (kota) 2.
- P1 : Jumlah penduduk di tempat (kota) 1.
- P2 : Jumlah penduduk di tempat (kota) 2.
- J1 2 : Jarak antara tempat (kota) 1 dengan tempat (kota) 2

Contoh soal:
Yogyakarta dan Surakarta adalah dua Kota yang berjarak 60km dan saling berinteraksi.
Jumlah penduduk Kota Yogyakarta sebanyak 398.000jiwa dan jumlah penduduk Kota
Surakarta sebanyak 463.000jiwa. Berapakah kekuatan interaksi kedua Kota tersebut?
Jawab: 398.000 x 463.000
(60)²

I Yogyakarta Surakarta =
184.274.000.000
3.600

=
= 51.187.222,2 = 51,19

Jadi kekuatan interaksi antara Kota Yogyakarta dengan Kota Surakarta sebesar 51.187.222,2

Pendalaman Materi Persiapan UN—Geografi—PIPS—SMA Kab. Malang—2015/2016. 19.


b. Teori Titik Henti (Breaking Point Theory)
Teori ini diterapkan untuk:
1) Menentukan letak garis perbatasan yang memisahkan wilayah-wilayah perdagangan
antara dua kota yang berlainan besarnya.
2) Menentukan batas daya tarik letak pusat-pusat perdagangan, dsb.
Rumus:
TH = J1 2

1+ √PbPs

Keterangan:
- TH: Jarak titik henti yang diukur dari tempat (kota) yang jumlah penduduknya sedikit.
- J1 2: Jarak antara tempat (kota) 1 dengan tempat (kota) 2.
- Pb: Jumlah penduduk pada tempat (kota) yang lebih banyak.
- Ps: Jumlah penduduk pada tempat (kota) yang lebih sedikit.

Contoh soal:
Kota M berpenduduk 500.000jiwa dan desa S berpenduduk 10.000jiwa. Kedua tempat yang
berjarak 50km tersebut saling berinteraksi. Tentukan lokasi titik henti antara kota M dengan
desa S tersebut!
Jawab: J1 2

1 + √PbPs

TH = 50
1 + √ 500.000
10.000

=
= 50
1 + √50

= 50
1 + 7,07
= 50
8,07

=
6,195

Dengan demikian lokasi titik hentinya berjarak 6,20km dari desa S.

c. Teori Grafik
Teori grafik digunakan untuk menggambarkan pola interaksi antara satu tempat (kota) dengan
tempat (kota) yang lain berdasarkan pola jaringan tertentu. Jaringan yang kompleks (rumit)
akan memiliki pola interaksi keruangan yang tinggi dibandingkan dengan daerah yang
dihubungkan oleh jaringan yang berupa garis lurus. Suatu jaringan dapat dilihat dari segi
topologi, yakni dengan mempelajari suatu jaringan sebagai suatu sistem titik dan matarantai.
Dalam topologi terdapat hubungan antara titik atau tempat (t), matarantai atau jaringan (m),
dan wilayah (w) yang dapat ditunjukkan dengan rumus sebagai berikut:

Pendalaman Materi Persiapan UN—Geografi—PIPS—SMA Kab. Malang—2015/2016. 20.


●t ●t
●t
Keterangan:
- Gambar titik atau tempat (t). Dimensi 0.

Keterangan:
- Gambar dari matarantai atau jaringan (m), berupa garis. Dimensi 1.

Keterangan:
- Gambar dari wilayah (w), berupa bidang. Dimensi 2.

1) Rumus mencari titik atau tempat (t): m + 2 = t + w


2) Rumus mencari matarantai atau jaringan (m): m + 2 = t + w
3) Rumus mencari wilayah (w): m + 2 = t + w
Contoh soal:
Berapakah jumlah titik, matarantai, dan wilayah berdasarkan gambar di bawah ini
yang berpola interaksi keruangan menurut Teori Grafik?

Jawab:
Mencari titik atau tempat (t)
t: m + 2 = t + w
8+2=t+5
10 = t + 5
t=5

m: m+2=t+w
m+2=5+5
m + 2 = 10
m = 10 – 2
m=8

Pendalaman Materi Persiapan UN—Geografi—PIPS—SMA Kab. Malang—2015/2016. 21.


Mencari wilayah (w)
w: m + 2 = t + w
8+2=5+w
10 = 5 + w w
= 10 – 5
w=5
Dengan demikian maka jumlah titik, matarantai, dan wilayah berdasarkan gambar tersebut
di atas adalah 5 (lima) titik, 8 (delapan) matarantai, dan 5 (lima) wilayah.

Di samping menggunakan rumus tersebut di atas, untuk mencari titik, matarantai,


dan wilayah dapat pula dihitung langsung pada gambar yang ada.

d. Teori Konektivitas
Teori yang dikemukakan oleh K.J. Kansky ini dinyatakan dengan indeks ß (beta) dengan
unsur yang digunakan adalah matarantai (rute jalan dan jumlah titik/kota/permukiman).
Rumus:
ß = mt

Keterangan:
ß : tingkat konektivitas
m : matarantai (jaringan jalan raya atau rel keretaapi)
t : titik (tempat atau kota dalam suatu wilayah)

Kriteria tingkat konektivitas:


1) ß kurang dari 1: merupakan jaringan pohon, yakni titik-titik ujungnya belum saling
berhubungan yang tiap dua titik hanya dihubungkan oleh satu matarantai saja.
2) ß sama dengan 1: merupakan jaringan yang berpola satu rangkaian keliling (sirkuit).
3) ß antara 1—3: menunjukkan terbentuknya jaringan lengkap.

Contoh soal:
Jaringan jalan di pulau “Sela-bawana” sebagai berikut:

Berapakah tingkat konektivitasnya? Apakah bentuk pola jaringan jalan pada pulau tersebut?
Jawab:
ß = = 1Bentuk pola jaringan jalan di pulau “Sela-bawana” adalah jaringan sirkuit.
16
16

Peran desa dalam pembangunan adalah:


a. Desa sebagai penyedia bahan kebutuhan pokok dan bahan mentah/bahan baku
yang diperlukan masyarakat kota (hinterland).
b. Desa sebagai penyedia tenaga kerja kasar (sektor informal) yang dibutuhkan kota.
c. Desa sebagai satu konsumen produk industri dari kota.

Peran kota dalam pembangunan adalah:


a. Kota sebagai pusat pendidikan, ekonomi, pelayanan sosial, budaya, politik bagi masyarakat
Pendalaman Materi Persiapan UN—Geografi—PIPS—SMA Kab. Malang—2015/2016. 22.
kota itu sendiri maupun bagi masyarakat desa di sekitarnya.
b. Kota sebagai pemasok kebutuhan barang dan jasa bagi masyarakat kota itu sendiri
maupun bagi masyarakat desa di sekitarnya.
c. Kota menyajikan informasi dan teknologi yang dibutuhkan masyarakat kota itu
sendiri maupun bagi masyarakat desa.

4. Perkembangan Kota dan Alih Fungsi Lahan


Menurut Houston J.M. bahwa pertumbuhan sesuatu kota secara kronologi akan
tercermin dalam perkembangan fisiknya yang mencakup:
a. Stadium pembentukan inti kota (nuclear phase), yakni tahap pembentukan pusat daerah
kegiatan (CBD). Tahap ini ditandai oleh perintisan pembangungan gedung-gedung utama.

b. Stadium formatif (formative phase), adalah tahap pertumbuhan kota yang ditandai
adanya perkembangan industri mulai meluas dan perkembangan teknologi yang
merambah ke sektor-sektor lain, seperti transportasi, komunikasi, dan perdagangan.
Majunya sektor-sektor tersebut mengakibatkan meluas dan makin kompleksnya industri
dan perumahan masyarakat di sepanjang jalur transportasi dan komunikasi.

c. Stadium modern (modern phase), yaitu stadium pertumbuhan kota sangat kompleks,
bahkan mulai timbul gejala penggabungan dengan pusat-pusat kegiatan lain, baik
kota satelit maupun kota-kota lain yang berdekatan.

Klasifikasi kota:
Klasifikasi kota secara kualitatif (non numerik) didasarkan atas unsur-unsur fungsi
kota, tahapan perkembangnan kota, dan kondisi sosial masyarakat dibedakan menjadi:
a. Tahap eopolis, adalah tahap perkembangan desa yang sudah teratur dan organisasi sosial
penghuninya sudah memperlihatkan ciri-ciri perkotaan. Tahapan ini merupakan peralihan
dari pola kehidupan desa yang tradisional ke arah kehidupan kota.
b. Tahap polis, adalah tahapan suatu kota yang masih bersifat agraris atau masih berorientasi
pada sektor pertanian. Tahapan ini merupakan kelanjutan dari eopolis.
c. Tahap metropolis, ditandai oleh orientasi ekonomi sebagian besar penduduknya mengarah
ke sektor industri. Tahap metropolis merupakan kelanjutan dari tahap polis.
d. Tahap megalopolis (kota sangat besar), yaitu suatu wilayah perkotaan yang terdiri dari
beberapa kota metropolis yang tergabung menjadi satu. Pada tahap ini sudah mulai
ada penurunan kualitas kota.
e. Tahap tiranopolis, adalah tahapan kota yang kehidupannya sudah dikuasai oleh tirani;
terjadi kemacetan, kekacauan pelayanan sosial, dan tindak kejahatan sudah biasa terjadi.
Pendalaman Materi Persiapan UN—Geografi—PIPS—SMA Kab. Malang—2015/2016. 23.
f. Tahap nekropolis, ialah tahapan perkembangan kota yang menuju ke arah kehancurannya.

Alih fungsi lahan


Menurut Aji Arifin dan Rita Noviani (2014) bahwa alih fungsi lahan merupakan suatu
konsekuensi dari adanya perkembangan suatu kota. Kota dengan segala kebutuhannya
memerlukan lahan. Sementara itu ketersediaan lahan yang ada jumlahnya tetap. Berdasarkan
hal tersebut, maka perkembangan kota mengarah ke wilayah pinggiran yang sebagian besar
masih berupa lahan pertanian. Dampaknya, terjadilah pengalihan fungsi lahan dari lahan
pertanian menjadi lahan nonpertanian. Alih fungsi lahan yang tidak sesuai dengan
peruntukannya akan mengakibatkan kerusakan lingkungan.

5. Interaksi Desa—Kota Kaitannya dengan Distribusi Barang dan Orang serta


Pengembangan Ekonomi Wilayah
Distribusi barang dan orang serta pengembangan ekonomi wilayah dalam kaitannya dengan
interaksi desa—kota dipengaruhi oleh kemudahan pemindahan dalam ruang (spatial
transfer ability). Faktor-faktor tersebut sangat berhubungan dengan:
a. Jarak mutlak dan relatif antarwilayah yang berinteraksi.
b. Biaya angkutan untuk memindahkan barang dan manusia (termasuk juga gagasan dan
informasi) dari suatu tempat ke tempat yang lain.
c. Kemudahan dan kelancaran sarana dan prasarana transportasi antarwilayah, seperti kondisi
jalan, relief wilayah, jumlah armada angkutan, dan kemajuan teknologi komunikasi.

Soal-soal:

Pilihlah Satu Jawaban yang Benar!


21. Unsur-unsur desa:
(1) lokasi; (4) sistem budaya;
(2) norma yang berlaku; (5) luas desa;
(3) batas desa; (6) kuantitas penduduk.

Unsur-unsur desa yang termasuk dalam unsur daerah adalah.....


A. (1), (2), dan (4) D. (2), (3), dan (5)
B. (1), (3), dan (4) E. (2), (4), dan (6)
C. (1), (3), dan (5)

22. Desa yang tingkat perkembangannya sudah sangat maju sehingga sudah sangat
mandiri. Desa yang demikian termasuk dalam kategori…..
A. desa swakarya C. desa mandiri E. desa swasembada
B. desa tradisional D. desa swadaya

23. Pola persebaran permukiman desa “tersebar” tertera pada gambar pilihan…..

A B C D E

24. Satu karakteristik penduduk kota ditinjau dari sudut Geografi adalah…..
A. daya saingnya rendah C. mobilitasnya tinggi E. individualistik
B. daya kreasinya tinggi D. sangat religius
Pendalaman Materi Persiapan UN—Geografi—PIPS—SMA Kab. Malang—2015/2016. 24.
25. Potensi desa terdiri dari potensi fisik dan potensi non fisik. Potensi non fisik desa di
antaranya adalah…..
A. bentang alamnya berupa dataran D. keadaan tanahnya subur
B. keadaan iklimnya nyaman E. pendidikan masyarakatnya rata-rata tinggi
C. lokasi desanya strategis

26. Masalah pokok yang mempengaruhi tingkat kemajuan desa adalah…..


A. masih belum berfungsinya kelembagaan dan pemerintahan desa
B. tidak seimbangnya antara jumlah penduduk dengan luas desa
C. rendahnya tingkat pendapatan masyarakat desa
D. interaksi desa dengan kota
E. kurangnya koordinasi
27. Pembangunan wilayah perdesaan memanjang pantai akan cenderung ke arah…..

A. permukiman penduduk C. lahan pertanian E. kawasan industri kecil B. pegunungan


kapur D. sejajar garis pantai

28. Beberapa karakteristik suatu desa:


(1) bersifat tradisional;
(2) adat istiadat mengikat terhadap beberapa kegiatan penduduk;
(3) mata pencaharian bersifat homogen dan hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan primer;
(4) tingkat teknologi rendah dan produktivitas rendah;
(5) keadaan sarana-prasarana sangat kurang.

Berdasarkan tingkat perkembangannya, tipe desa yang demikian adalah…..


A. desa swadaya C. desa swakarya E. desa swasembada B. desa tradisional D.
pradesa

29. Satu ciri desa yang sedang mengalami transisi adalah…..


A. mengandalkan paranormal sebagai penentu kebijakan
B. sangat baiknya kesadaran dalam bergotong-royong
C. prasarana perhubungan sudah cukup memadai
D. industri kecil sudah mulai berkembang
E. masih sangat bergantung pada alam
30.Satu karakteristik penduduk desa ditinjau dari sudut Geografi adalah…..

A. daya saingnya rendah C. daya kreasinya tinggi E. individualistik B.


mobilitasnya rendah D. sangat religius

31. Faktor-faktor yang mempengaruhi persebaran permukiman kota:


(1) berdirinya industri-industri di pinggiran kota;
(2) adanya lokasi yang strategis untuk berbagai kegiatan ekonomi;
(3) kurang terciptanya rasa aman, tertib, lancar, dan sehat di kota;
(4) untuk mendekatkan jarak antara lokasi rumah dengan tempat kerja.

Gaya sentrifugal yang mempengaruhi persebaran permukiman kota adalah…..


A. (1) dan (2) B. (1) dan (3) C. (2) dan (3) D. (2) dan (4) E. (3) dan (4)
Pendalaman Materi Persiapan UN—Geografi—PIPS—SMA Kab. Malang—2015/2016. 25.
32. Zona grosir dan manufaktur menurut teori yang gambarnya tertera di bawah ini berada
pada bagian kota bernomor…..

A. 1 B. 2 C. 3 D. 4 E. 5

33.Zona tempat keberadaan kelompok masyarakat gagal secara ekonomi yang melantarkan
adanya penyakit perkotaan dan merupakan daerah kumuh dan sekaligus sebagai kawasan
industri dan permukiman kaum terpandang menurut teori Konsentris adalah…..
A. zona transisi D. rural-urban fringe zone
B. zona CBD E. city zone
C. zona permukiman kelas rendah

34. Jika pemerintah akan membangun lokasi industri kecil di kota X, maka lokasi yang paling
ideal berada pada jarak….. dari kota X.

A. 3,24km B. 5,00km C. 30,86km D. 32,40km E. 69,14km

35. Tabel Perbandingan Jarak Antarkota dan Penduduk


No. NAMA KOTA JARAK ANTARKOTA JUMLAH PENDUDUK
1. a a—b = 100km Kota a = 40.000jiwa
2. b a—c = 50km Kota b = 30.000jiwa
3. c b—c = 60km Kota c = 20.000jiwa

Perbandingan nilai kekuatan interaksi antara kota A—B serta antara A—C adalah…..
A. 1 : 2 C. 3 : 8 E. 5 : 7
B. 2 : 3 D. 4 : 6

36. Peran desa dalam pembangunan berkaitan dengan interaksi desa—kota adalah
sebagai hinterland, maksudnya adalah…..
A. penyedia tenaga kerja kasar (sektor informal)
B. konsumen produk industri
C. menyajikan informasi dan teknologi
D. sebagai obyek pendidikan, ekonomi, pelayanan sosial, budaya, dan politik
E. pemasok bahan kebutuhan pokok dan bahan mentah/bahan baku

37. Suatu kota berada pada tahapan yang ditandai oleh adanya kemacetan, kekacauan pelayanan
sosial, dan tindak kejahatan yang tinggi. Dengan demikian klasifikasi kota tersebut adalah….
A. metropolis C. nekropolis E. megaloposil
B. tiranopolis D. eopolis

Pendalaman Materi Persiapan UN—Geografi—PIPS—SMA Kab. Malang—2015/2016. 26.


38. Hal terpenting yang mempengaruhi distribusi barang dan orang serta pengembangan
ekonomi wilayah dalam kaitannya dengan interaksi desa—kota adalah…..
A. keramah-tamahan penduduk kota D. kemudahan sistem pembayaran
B. kecanggihan teknologi di perdesaan E. kemudahan pemindahan dalam ruang
C. kejujuran penduduk dalam berinteraksi

39. Karakteristik perkembangan kota pada stadium modern seperti tertera pada gambar di
bawah ini adalah…..

A. mulai bermunculannya kota-kota satelit pada suatu kota


B. bermekarannya kota-kota kecil karena pesatnya industrialisasi
C. terjadinya peningkatan kualitas jalan, dari jalan makadam menjadi jalan beraspal
D. terjadinya gejala penggabungan dengan pusat-pusat kegiatan lain
E. semakin meningkatnya aktifitas penduduk kota dalam mengalihfungsikan lahan pertanian

40. Alasan yang mendasar dari adanya alih fungsi lahan untuk mendukung perkembangan kota
mengarah ke wilayah pinggiran adalah…..
A. keterbatasan lahan di kota yang hanya tercukupi oleh lahan pertanian di daerah pinggiran
B. lahan pertanian lebih mudah disulap menjadi lahan komersial yang lebih menguntungkan
C. dapat melambungkan harga tanah di daerah pinggiran yang semula berupa lahan pertanian
D. membangun lahan pertanian bertingkat lebih ekonomis dibanding membangun gedung
E. sifat masyarakat daerah pinggiran yang mudah untuk mengubah lahan pertaniannya

Yoedhie-Smapa

Pendalaman Materi Persiapan UN—Geografi—PIPS—SMA Kab. Malang—2015/2016. 27.

Anda mungkin juga menyukai