Paket B
Pertemuan Ke-9
Matapelajaran : GEOGRAFI
Materi Pokok :
● Pemetaan dan Sistem Informasi Geografi untuk Pembangunan
● Interaksi Spasial Desa dan Kota
Wacana 1:
C. Syarat Peta
Peta harus memiliki syarat: ekuivalen, ekuidistan, dan konform.
D. Jenis-jeni Peta
Berdasarkan isinya, peta dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Peta umum, yaitu peta yang menggambarkan semua kenampakan umum di muka Bumi. b.
Peta khusus atau peta tematik, adalah peta yang menggambarkan tema-tema tertentu di
muka Bumi.
Berdasarkan skalanya, peta dikelompokkan menjadi:
a. Peta kadaster, berskala 1 : 100 sampai 1 : 5.000
b. Peta skala besar, berskala 1 : 5.000 sampai 1 : 250.000
c. Peta skala sedang, berskala 1 : 250.000 sampai 1 : 500.000
d. Peta skala kecil, berskala lebih dari 1 : 500.000
E. Proyeksi Peta
Adalah teknik penggambaran peta dari bidang lengkung (globe) ke bidang datar, di atas
kertas. Macam-macam proyeksi:
a. Proyeksi menurut bidang proyeksinya:
1) Proyeksi azimuthal/zenithal, baik untuk memetakan daerah lingkaran kutub.
2) Proyeksi kerucut, digunakan untuk memetakan daerah lintang tengah.
3) Proyeksi silinder, baik untuk memetakan daerah lintang rendah (sekitar khatulistiwa).
b. Proyeksi menurut posisi sumbu simetri bidang proyeksinya:
1) Proyeksi normal, yaitu proyeksi peta yang posisi sumbu simetri bidangnya berimpit
dengan sumbu Bumi.
2) Proyeksi miring (oblique), adalah proyeksi peta yang posisi sumbu simetri bidangnya
membentuk sudut terhadap sumbu Bumi (terletak antara ekuator dan kutub).
3) Proyeksi transfersal, ialah proyeksi peta yang posisi sumbu simetri bidangnya
membentuk sudut tegak lurus dengan sumbu Bumi atau terletak pada bidang ekuator.
F. Fungsi Peta
Fungsi peta memberikan informasi tentang:
a. Lokasi di suatu tempat di permukaan Bumi.
b. Ukuran dan arah suatu tempat di permukaan Bumi.
c. Gambaran obyek di permukaan Bumi, baik yang berupa bentang alam maupun
bentang budaya. Contoh bentang alam: pulau, dataran rendah, gunung, sungai, dsb.
Contoh bentang budaya: desa, kota, persawahan, jalan, dsb.
d. Kondisi suatu tempat, misalnya tanah, air, batuan, dll.
e. Sajian data suatu wilayah atau negara.
f. Gambaran bentuk unsur-unsur di permukaan Bumi.
g. Instrumen perencanaan pembangunan.
i. Potensi rawan bencana.
Komponen-komponen SIG
Keterangan
a. Perangkat keras (hardware), terbagi menjadi tiga kelompok, yakni:
1) Alat masukan (input) sebagai alat untuk memasukkan data ke dalam jaringan komputer.
Contoh: Scanner, digitizer, CD-ROM.
2) Alat pemrosesan, merupakan sistem dalam komputer yang berfungsi mengolah,
menganalisis dan menyimpan data yang masuk sesuai kebutuhan. Contoh: CPU, tape
drive, dan disk drive.
3) Alat keluaran (ouput), berfungsi untuk menayangkan informasi geografi sebagai data
dalam proses SIG, contoh: VDU, plotter, dan printer.
Keterangan:
Data dasar Geografi melalui unit masukan (digitizer, scanner, CD-ROM) dimasukkan ke
komputer. Data yang telah masuk diolah melalui CPU (pusat pemrosesan data) dan
dihubungkan dengan:
a) Unit penyimpanan (disk drive, tape drive) untuk disimpan dalam hardisk.
b. Perangkat lunak (software), merupakan sistem modul yang berfungsi untuk memasukkan,
menyimpan, dan mengeluarkan data yang diperlukan.
Keterangan:
Data hasil penginderaan jauh dan tambahan (data lapangan, peta) dijadikan satu menjadi
data dasar Geografi. Data dasar tersebut dimasukkan ke komputer melalui unit masukan
untuk disimpan dalam hardisk atau sejenisnya. Bila diperlukan data yang telah disimpan
tersebut dapat ditayangkan melalui layar monitor atau dicetak untuk bahan laporan
(dalam bentuk peta/gambar). Data ini juga dapat diubah untuk menjaga agar data tetap
aktual (sesuai dengan perkembangan).
Data spasial dan data atribut tersimpan dalam bentuk titik (dot), garis (vektor), poligon
(area) dan pixel (grid). Data dalam bentuk titik (dot), meliputi ketinggian tempat, curah
hujan, lokasi dan topografi. Data dalam bentuk garis (vektor), meliputi jaringan jalan,
pipa air minum, pola aliran sungai dan garis kontur. Data dalam bentuk poligon (area),
meliputi daerah administrasi, geologi, geomorfologi, jenis tanah dan penggunaan tanah.
Data dalam bentuk pixel (grid), meliputi citra satelit dan foto udara.
Data dasar yang dimasukkan dalam SIG diperoleh dari tiga sumber, yakni:
a. Data lapangan (data teristris), adalah data yang diperoleh secara langsung melalui
hasil pengamatan di lapangan karena data ini tidak terekam oleh alat Indraja. Misalnya,
batas administrasi, kepadatan penduduk, curah hujan, jenis tanah, dan kemiringan lereng.
b. Data peta, adalah data yang digunakan sebagai masukan dalam SIG yang diperoleh dari
peta, kemudian diubah ke dalam bentuk digital.
c. Analisis garis dan bidang, dapat digunakan untuk menentukan wilayah dalam radius
tertentu. Misalnya, daerah rawan banjir, daerah rawan gempa, atau daerah rawan penyakit.
Soal-soal:
Pilihlah Satu Jawaban yang Benar!
1. Komponen-komponen peta:
(1) titel peta; (3) warna peta; (5) inset peta;
(2) orientasi peta; (4) legenda; (6) garis astronomi.
2. Skala grafik pada peta di bawah ini 4cm sama dengan 4km. Jika skala tersebut
diubah menjadi skala numerik maka menjadi…..
5. Jenis-jenis peta:
(1) peta geologi; (3) peta obyek wisata; (5) peta chorografi;
(2) peta persebaran penduduk; (4) peta topografi; (6) peta rupabumi.
6. Salah satu fungsi peta memberikan informasi tentang gambaran obyek di permukaan Bumi.
Contoh gambaran obyek di permukaan Bumi yang berupa bentang budaya adalah…..
A. pegunungan, hutan kota, dan rawa-rawa
B. rawa-rawa, dataran tinggi, dan perkebunan
C. dataran tinggi, pegunungan, dan danau
D. perkampungan, perkebunan, dan hutan kota
E. danau, perkampungan, dan dataran tinggi
8. Seseorang menganalisis obyek-obyek fisik dan budaya suatu kecamatan yang tertera
pada sebuah peta dasar berskala 1 : 25.000. Berdasarkan skalanya, jenis peta tersebut
termasuk kategori…..
A. peta umum C. peta topografi E. peta berskala besar
B. peta kadaster D. peta berskala kecil
12. Perangkat-perangkat dari komponen SIG yang bertanda (x) pada skema di bawah ini adalah...
13. Data yang menunjukkan informasi mengenai posisi keruangan dan jenis datanya
merupakan karakteristik dari.....
A. data geospasial C. data ketinggian tempat E. data administrasi daerah
B. data peta tematik D. data informatika
Pendalaman Materi Persiapan UN—Geografi—PIPS—SMA Kab. Malang—2015/2016. 10.
14. Model data yang dibentuk dari struktur sel piksel (picture element) dengan bentuk grid
dan setiap piksel mempunyai referensi. Model data tersebut adalah.....
A. data kuantitatif C. data atribut E. data vektor B. data
kualitatif D. data raster
Hal tersebut merupakan ciri-ciri dari sumber data Sistem Informasi Geografi yang berasal
dari hasil.....
A. penginderaan jauh E. pencatatan petugas
B. pendataan manual D. dokumentasi kamera digital
C. pengukuran lapangan
16. Dalam penggunaan SIG, untuk mendapatkan informasi tentang daerah persebaran
potensi energi (panas Bumi) di Indonesia maka peta yang harus kita gunakan adalah…..
A B
C D
18. Jika tersaji gejala seperti tertera pada gambar di bawah ini, maka peran SIG untuk
kajian kesehatan lingkungan adalah…..
Data-data dasar untuk SIG yang hanya bisa diperoleh secara teristrik adalah…..
A. (1) dan (2) C. (3) dan (4) E. (4) dan (5)
B. (1) dan (3) D. (3) dan (5)
20. Informasi yang kita peroleh dari pemanfaatan SIG dalam mitigasi bencana alam
kebakaran hutan berdasarkan peta di bawah ini adalah…..
A. menurut citra satelit NOOA jumlah titik api terbanyak di Provinsi Riau berada di
Kabupaten Pelalawan, yakni 20 titik api yang membakar seluruh hutan konsevasi
B. ditemukannya jumlah titik api terbanyak di Kabupaten Bengkalis dan yang terpantau
tidak terjadi kebakaran hutan di Kabupaten Kampar menurut citra satelit MODIS
C. jenis pohon Meranti merupakan bagian hutan yang terbanyak terbakar dengan rincian
berdasarkan citra satelit NOOA sebanyak 14 titik api dan menurut MODIS 54 titik api
D. titik api itu disebabkan oleh perambah hutan yang mengalihfungsikan hutan menjadi
perkebunan atau hutan tanaman industri
E. titik api itu dilokalisir ke kawasan konservasi untuk dimanfaatkan sebagai energi alternatif
Wacana 2
Unsur-unsur desa meliputi daerah (menyangkut lokasi, luas, dan batas), penduduk, dan tata
Potensi desa dibedakan menjadi dua, yakni potensi fisik dan potensi nonfisik.
Potensi fisik meliputi:
a. Tanah, termasuk sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya (tambang, mineral, dan
tanaman).
b. Air, yaitu: sumber air, keadaan air, dan tata airnya.
c. Iklim, peranannya bagi desa agraris.
d. Ternak, artian fungsi sebagai sumber tenaga, sumber bahan pangan dsb.
e. Manusia, sebagai tenaga kerja (pengolah tanah dan produsen).
Potensi nonfisik terdiri dari:
a. Masyarakat, hidup berdasarkan gotong royong yang merupakan kekuatan berproduksi
dan pembangunan.
b. Lembaga-Lembaga sosial, pendidikan, dan organisasi desa.
c. Aparatur atau Pamong Desa sebagai kelancaran administrasi pemerintahan.
Perbedaan Potensi desa akan mempengaruhi tingkat kemajuan desa. Tiga tingkat kemajuan
desa, yaitu:
a. Desa kurang berkembang (under developed village).
b. Desa yang sedang berkembang (developing village).
c. Desa yang maju (developed village).
Faktor yang mempengaruhi majunya desa adalah:
a. Potensi Desa.
b. Interaksi desa dengan kota.
c. Lokasi desa terhadap daerah sekitar yang lebih maju.
Tingkat perkembangan desa adalah suatu keadaan tertentu yang dicapai oleh penduduk desa
yang bersangkutan dalam menyelenggarakan kehidupannya serta mengelola sumber-
sumberdayanya. Faktor-faktor penentu tingkat perkembangan desa menurut UDKP adalah:
A. Faktor Ekonomi:
a. Faktor Mata pencaharian (E)
b. Faktor Produksi (Y)
B. Faktor Sosio-kultural:
c. Faktor Adat-istiadat (A)
d. Faktor Kelembagaan (L)
e. Faktor Pendidikan (Pd)
f. Faktor Gotong royong (Gr)
C. g. Faktor Sarana-Prasarana (P)
Ketujuh faktor untuk menilai tingkat perkembangan desa tersebut, maka akan didapat
tingkatan desa sebagai berikut:
a. Desa tradisional (pradesa)
Karakteristik:
1) Terdapat pada masyarakat suku terasing
2) Seluruh kehidupan masyarakat bergantung pada alam. Misalnya:
- Cara bercocoktanam
- Cara pemeliharaan kesehatan
- Cara memasak dsb.
b. Desa swadaya
Karakteristik:
1) Bersifat tradisional.
2) Adat istiadat mengikat terhadap beberapa kegiatan penduduk.
c. Desa swakarya
Karakteristiknya:
1) Mata Pencaharian (E) di sektor sekunder yang bergerak di bidang kerajinan dan industri
kecil (pengolahan hasil pengawetan bahan makanan dan sejenisnya).
2) Output (Y) berada pada tingkat sedang.
3) Adat istiadat dan Kepercayaan (A) berada pada tingkat transisi.
4) Kelembagaan dan pemerintahan desa (L) mulai berkembang, baik mengenai tugas dan
fungsinya.
5) Pendidikan (P) pada tingkat sedang.
6) Swadaya dan gotong royong (Gr) mengalami transisi, pelaksanaan dan cara kerja telah
tumbuh yang didasari oleh kesadaran dan tanggungjawab di masyarakat itu sendiri.
7) Prasarana (P) perhubungan, produktivitas, pemasaran, dan sosial pada tingkat sedang.
d. Desa swasembada
Karakteristiknya:
1) Mata pencaharian (E) di sektor tersier, bergerak dibidang perdagangan dan jasa.
2) Output (Y) pada tingkat yang tinggi.
3) Adat istiadat dan kepercayaan (A) sudah tidak mengikat lagi.
4) Kelembagaan dan pemerintahan desa (L) sudah jelas mengenai tugas dan fungsinya dan
telah terkoordinasi dengan baik.
5) Pendidikan (P) berada pada tingkat yang tinggi.
6) Swadaya dan gotong royong (Gr) sudah terjiwai, pelaksanaan dan tata kerja gotong
royong berdasar pada musayawarah/mufakat antar warga dengan penuh kesadaran
dan tanggungjawab.
7. Prasarana (P) perhubungan, produktivitas, pemasaran. dan sosial cukup
memadai. Hubungan dengan kota disekitarnya berjalan dengan baik dan lancar.
Pola persebaran dan permukiman desa dalam lingkup bentang alamnya meliputi:
a. Bentuk desa yang linear atau memanjang mengikuti jalan raya atau sungai
d. Bentuk desa mengelilingi fasilitas tertentu, yaitu bentuk desa di dataran rendah yang rumah-
rumah penduduknya mengelilingi fasilitas-fasilitas umum tertentu seperti mataair, danau,
pasar, dan lain-lain.
c. Pola the open country or trade centre community adalah pola kelompok perumahan tersebar
di antara daerah pertanian yang antarperumahan tersebut terdapat jalur-jalur lalu-lintas
perdagangan.
e. Pola memanjang pantai f. Pola memanjang pantai dan sejajar rel keretaapi
b. Teori sektoral
Diperkenalkan oleh Homer Hoyt yang menyatakan bahwa pola penggunaan lahan kota
cenderung berkembang berdasarkan sektor-sektor. Pusat daerah kegiatan (CBD) terletak di
pusat kota, namun pola-pola penggunaan lahan lainnya berkembang menurut sektor-sektor
yang bentuknya menyerupai irisan atau potongan kue tart.
Teori-teori interaksi:
a. Model Gravitasi
W.J. Reilly (1929) berpendapat bahwa untuk mengukur kekuatan interaksi keruangan antara
dua wilayah atau lebih dapat menerapkan Teori Gravitasi Newton. Menurutnya, kekuatan
interaksi antara dua wilayah atau lebih dapat diukur dengan memperhatikan jumlah
penduduk masing-masing wilayah tersebut. Model interaksi kota ini dapat digunakan untuk
merencanakan prasara perhubungan, telekomunikasi, distribusi perdagangan, dsb. Rumus:
P1 x P2
I1 2 =
(J1 2)²
Keterangan:
- I1 2: Interaksi antara tempat (kota) 1 dengan tempat (kota) 2.
- P1 : Jumlah penduduk di tempat (kota) 1.
- P2 : Jumlah penduduk di tempat (kota) 2.
- J1 2 : Jarak antara tempat (kota) 1 dengan tempat (kota) 2
Contoh soal:
Yogyakarta dan Surakarta adalah dua Kota yang berjarak 60km dan saling berinteraksi.
Jumlah penduduk Kota Yogyakarta sebanyak 398.000jiwa dan jumlah penduduk Kota
Surakarta sebanyak 463.000jiwa. Berapakah kekuatan interaksi kedua Kota tersebut?
Jawab: 398.000 x 463.000
(60)²
I Yogyakarta Surakarta =
184.274.000.000
3.600
=
= 51.187.222,2 = 51,19
Jadi kekuatan interaksi antara Kota Yogyakarta dengan Kota Surakarta sebesar 51.187.222,2
1+ √PbPs
Keterangan:
- TH: Jarak titik henti yang diukur dari tempat (kota) yang jumlah penduduknya sedikit.
- J1 2: Jarak antara tempat (kota) 1 dengan tempat (kota) 2.
- Pb: Jumlah penduduk pada tempat (kota) yang lebih banyak.
- Ps: Jumlah penduduk pada tempat (kota) yang lebih sedikit.
Contoh soal:
Kota M berpenduduk 500.000jiwa dan desa S berpenduduk 10.000jiwa. Kedua tempat yang
berjarak 50km tersebut saling berinteraksi. Tentukan lokasi titik henti antara kota M dengan
desa S tersebut!
Jawab: J1 2
1 + √PbPs
TH = 50
1 + √ 500.000
10.000
=
= 50
1 + √50
= 50
1 + 7,07
= 50
8,07
=
6,195
c. Teori Grafik
Teori grafik digunakan untuk menggambarkan pola interaksi antara satu tempat (kota) dengan
tempat (kota) yang lain berdasarkan pola jaringan tertentu. Jaringan yang kompleks (rumit)
akan memiliki pola interaksi keruangan yang tinggi dibandingkan dengan daerah yang
dihubungkan oleh jaringan yang berupa garis lurus. Suatu jaringan dapat dilihat dari segi
topologi, yakni dengan mempelajari suatu jaringan sebagai suatu sistem titik dan matarantai.
Dalam topologi terdapat hubungan antara titik atau tempat (t), matarantai atau jaringan (m),
dan wilayah (w) yang dapat ditunjukkan dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
- Gambar dari matarantai atau jaringan (m), berupa garis. Dimensi 1.
Keterangan:
- Gambar dari wilayah (w), berupa bidang. Dimensi 2.
Jawab:
Mencari titik atau tempat (t)
t: m + 2 = t + w
8+2=t+5
10 = t + 5
t=5
m: m+2=t+w
m+2=5+5
m + 2 = 10
m = 10 – 2
m=8
d. Teori Konektivitas
Teori yang dikemukakan oleh K.J. Kansky ini dinyatakan dengan indeks ß (beta) dengan
unsur yang digunakan adalah matarantai (rute jalan dan jumlah titik/kota/permukiman).
Rumus:
ß = mt
Keterangan:
ß : tingkat konektivitas
m : matarantai (jaringan jalan raya atau rel keretaapi)
t : titik (tempat atau kota dalam suatu wilayah)
Contoh soal:
Jaringan jalan di pulau “Sela-bawana” sebagai berikut:
Berapakah tingkat konektivitasnya? Apakah bentuk pola jaringan jalan pada pulau tersebut?
Jawab:
ß = = 1Bentuk pola jaringan jalan di pulau “Sela-bawana” adalah jaringan sirkuit.
16
16
b. Stadium formatif (formative phase), adalah tahap pertumbuhan kota yang ditandai
adanya perkembangan industri mulai meluas dan perkembangan teknologi yang
merambah ke sektor-sektor lain, seperti transportasi, komunikasi, dan perdagangan.
Majunya sektor-sektor tersebut mengakibatkan meluas dan makin kompleksnya industri
dan perumahan masyarakat di sepanjang jalur transportasi dan komunikasi.
c. Stadium modern (modern phase), yaitu stadium pertumbuhan kota sangat kompleks,
bahkan mulai timbul gejala penggabungan dengan pusat-pusat kegiatan lain, baik
kota satelit maupun kota-kota lain yang berdekatan.
Klasifikasi kota:
Klasifikasi kota secara kualitatif (non numerik) didasarkan atas unsur-unsur fungsi
kota, tahapan perkembangnan kota, dan kondisi sosial masyarakat dibedakan menjadi:
a. Tahap eopolis, adalah tahap perkembangan desa yang sudah teratur dan organisasi sosial
penghuninya sudah memperlihatkan ciri-ciri perkotaan. Tahapan ini merupakan peralihan
dari pola kehidupan desa yang tradisional ke arah kehidupan kota.
b. Tahap polis, adalah tahapan suatu kota yang masih bersifat agraris atau masih berorientasi
pada sektor pertanian. Tahapan ini merupakan kelanjutan dari eopolis.
c. Tahap metropolis, ditandai oleh orientasi ekonomi sebagian besar penduduknya mengarah
ke sektor industri. Tahap metropolis merupakan kelanjutan dari tahap polis.
d. Tahap megalopolis (kota sangat besar), yaitu suatu wilayah perkotaan yang terdiri dari
beberapa kota metropolis yang tergabung menjadi satu. Pada tahap ini sudah mulai
ada penurunan kualitas kota.
e. Tahap tiranopolis, adalah tahapan kota yang kehidupannya sudah dikuasai oleh tirani;
terjadi kemacetan, kekacauan pelayanan sosial, dan tindak kejahatan sudah biasa terjadi.
Pendalaman Materi Persiapan UN—Geografi—PIPS—SMA Kab. Malang—2015/2016. 23.
f. Tahap nekropolis, ialah tahapan perkembangan kota yang menuju ke arah kehancurannya.
Soal-soal:
22. Desa yang tingkat perkembangannya sudah sangat maju sehingga sudah sangat
mandiri. Desa yang demikian termasuk dalam kategori…..
A. desa swakarya C. desa mandiri E. desa swasembada
B. desa tradisional D. desa swadaya
23. Pola persebaran permukiman desa “tersebar” tertera pada gambar pilihan…..
A B C D E
24. Satu karakteristik penduduk kota ditinjau dari sudut Geografi adalah…..
A. daya saingnya rendah C. mobilitasnya tinggi E. individualistik
B. daya kreasinya tinggi D. sangat religius
Pendalaman Materi Persiapan UN—Geografi—PIPS—SMA Kab. Malang—2015/2016. 24.
25. Potensi desa terdiri dari potensi fisik dan potensi non fisik. Potensi non fisik desa di
antaranya adalah…..
A. bentang alamnya berupa dataran D. keadaan tanahnya subur
B. keadaan iklimnya nyaman E. pendidikan masyarakatnya rata-rata tinggi
C. lokasi desanya strategis
A. 1 B. 2 C. 3 D. 4 E. 5
33.Zona tempat keberadaan kelompok masyarakat gagal secara ekonomi yang melantarkan
adanya penyakit perkotaan dan merupakan daerah kumuh dan sekaligus sebagai kawasan
industri dan permukiman kaum terpandang menurut teori Konsentris adalah…..
A. zona transisi D. rural-urban fringe zone
B. zona CBD E. city zone
C. zona permukiman kelas rendah
34. Jika pemerintah akan membangun lokasi industri kecil di kota X, maka lokasi yang paling
ideal berada pada jarak….. dari kota X.
Perbandingan nilai kekuatan interaksi antara kota A—B serta antara A—C adalah…..
A. 1 : 2 C. 3 : 8 E. 5 : 7
B. 2 : 3 D. 4 : 6
36. Peran desa dalam pembangunan berkaitan dengan interaksi desa—kota adalah
sebagai hinterland, maksudnya adalah…..
A. penyedia tenaga kerja kasar (sektor informal)
B. konsumen produk industri
C. menyajikan informasi dan teknologi
D. sebagai obyek pendidikan, ekonomi, pelayanan sosial, budaya, dan politik
E. pemasok bahan kebutuhan pokok dan bahan mentah/bahan baku
37. Suatu kota berada pada tahapan yang ditandai oleh adanya kemacetan, kekacauan pelayanan
sosial, dan tindak kejahatan yang tinggi. Dengan demikian klasifikasi kota tersebut adalah….
A. metropolis C. nekropolis E. megaloposil
B. tiranopolis D. eopolis
39. Karakteristik perkembangan kota pada stadium modern seperti tertera pada gambar di
bawah ini adalah…..
40. Alasan yang mendasar dari adanya alih fungsi lahan untuk mendukung perkembangan kota
mengarah ke wilayah pinggiran adalah…..
A. keterbatasan lahan di kota yang hanya tercukupi oleh lahan pertanian di daerah pinggiran
B. lahan pertanian lebih mudah disulap menjadi lahan komersial yang lebih menguntungkan
C. dapat melambungkan harga tanah di daerah pinggiran yang semula berupa lahan pertanian
D. membangun lahan pertanian bertingkat lebih ekonomis dibanding membangun gedung
E. sifat masyarakat daerah pinggiran yang mudah untuk mengubah lahan pertaniannya
Yoedhie-Smapa