Anda di halaman 1dari 12

1.1.

Peta
Peta adalah sarana informasi (spasial) mengenai lingkungan. Pemetaan adalah suatu proses
penyajian informasi muka bumi, baik bentuk permukaan buminya maupun sumbu alamnya,
berdasarkan skala peta, sistem proyeksi peta, serta simbol-simbol dari unsur muka bumi yang
disajikan. Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, kebutuhan peta mulai bergeser dari
peta konvensional ke peta digital. Pemetaan digital atau sering disebut digital mapping merupakan
suatu cara dalam pembuatan peta, baik untuk keperluan pencetakan maupun dalam format peta
digital (Abidin, 2011). Peta dapat digolongkan menjadi beberapa bagian, antara lain:
a. Berdasarkan Sifat
1. Peta topografi
Peta topografi dimaksudkan sebagai gambaran yang merupakan sebagian atau
seluruh permukaan bumi yang digambar pada bidang datar dengan cara tertentu dan
skala tertentu yang mencakup unsur-unsur alam saja, unsur buatan manusia saja atau
keduanya. Contoh unsur-unsur alam adalah gunung, sungai, danau, laut,vegetasi dan
sebagainya. Sedangkan contoh unsur-unsur buatan manusia adalah rumah, jembatan,
gardu listrik, gudang, pelabuhan dan sebagainya.

Gambar Contoh Peta Tematik: Peta RBI


(Sumber: Indradi, 2014)

2. Peta tematik
Peta tematik dimaksudkan sebagai peta yang memuat atau menonjolkan tema (unsur)
tertentu. Walaupun temanya tertentu, tetapi sering peta tersebut membutuhkan tempat
untuk wadah peta ini yaitu peta topografi. Oleh karena itu, terkadang dalam peta
tematik masih ada beberapa unsur pada peta topografi yangikut pada lembar peta
tersebut. Contoh peta tematik adalah peta jaringan jalan, listrik, peta sebaran
penduduk, peta batas adminitrasi.

Gambar Contoh Peta Tematik: Peta Kepadatan Penduduk


(Sumber: Indradi, 2014)

b. Berdasarkan Macamnya
1. Peta garis
Peta garis didapat dari survei lapangan yaitu pengukuran di lapangan yangselanjutnya
dihitung dan terakhir disajikan dalam bentuk plotting pada kertas, kalkirataupun pada
drafting film. Ada pula peta garis yang didapat dari foto udara yangdiproses dengan
cara mengeplotkan hasil foto tersebut sedemikian rupa sehinggatergambar menjadi
peta garis.
2. Peta foto
Peta foto didapat dari survei udara yaitu melakukan pemotretan lewat udara pada
daerah tertentu dengan aturan fotogrametris tertentu.

c. Berdasarkan Cara Pembuatan


Berdasarkan cara pembuatannya, peta dibagi menjadi peta manual dan peta digital
1. Peta Manual
Pembuatan peta secara manual dilakukan dengan menggunakan alat gambar
menggambar dengan menggunakan teknik dasar dalam menggambar peta.
2. Peta Digital
Peta digital dapat diperoleh melalui citra yang telah tersedia di berbagai situs ataupun
software. Penggunaan software ini dapat memudahkan dalam pembuatan peta digital
ini.

d. Berdasarkan Skala
1. Skala besar
Jika skalanya kurang dari atau sama dengan 1 : 10000
2. Skala sedang
Jika skalanya antara 1 : 10000 s.d. 1 : 100000
3. Skala Kecil
Jika skalanya lebih dari 1 : 100000

1.2. Proses Pengambilan Data (Pengukuran)


Pengukuran dilakukan untuk menentukan posisi relatif suatu titik/objek di permukaan
bumi. Pengukuran memiliki peran yang sangat penting sejak awal peradaban manusia. Diawali
dengan melakukan pengukuran dan menandai batas-batas pada tanah-tanah pribadi. Dengan
berlalunya waktu, kepentingan akan bidang survei terus meningkat dengan meningkatnya
permintaan untuk berbagai peta dan jenis informasi spasial lainnya (Syaripudin, 2011). Secara
sederhana, data spasial dinyatakan sebagai informasi posisi. Dalam bentuk yang lain, data spasial
dinyatakan dalam bentuk grid koordinat seperti dalam sajian peta atau pun dalam bentuk piksel
seperti dalam bentuk citra satelit. Proses pengambilan data dibedakan menjadi dua metode, yaitu
metode terrestrial dan ekstraterestrial.

a. Metode Terestrial
Metode terestrial adalah strategi atau teknik perolehan data tentang obyek atau
fenomena yang ada di muka bumi dengan cara kontak langsung atau mengukur secara
langsung pada obyek atau lokasi tersebut. Pengukuran secara terestrial umumnya terdiri
atas pengukuran jarak, pengukuran sudut horizontal (azimuth), pengukuran sudut vertikal
(kemiringan), dan pengukuran perbedaan elevasi (sipat datar). Data tersebut diolah menjadi
koordinat – koordinat lalu digunakan dalam proses penggambaran. Jenis pengukuran yang
dimaksud seperti pengukuran poligon, pengikatan ke muka, dan pengikatan ke belakang.
Alat – alat yang digunakan dalam survei terrestrial diantaranya Theodolit, Total Station,
Waterpass (penyipat datar), roll meter, dan kompas.

b. Metode Ekstra Terestrial


Istilah ini ada untuk menyebut pengambilan data dengan bantuan alat, benda, atau
objek di angkasa. Penentuan posisi dilakukan berdasarkan pengamatan terhadap benda atau
objek di angkasa seperti bintang, bulan, quasar dan satelit buatan manusia. Pada beberapa
kasus, identifikasi objek di lapangan tidak memerlukan survei. Survei hanya dilakukan
ketika validasi lapangan saja. Salah satu metode pengambilan data secara ekstra tersetris
yang telah dikenal selama ini, yaitu survei dengan GPS. Penggunaan survei GPS sering
digunakan untuk menentukan titik-titik kontrol geodesi, baik titik kontrol horisontal
maupun titik kontrol vertikal. Selain GPS, yang termasuk metode ini adalah penggunaan
citra satelit, dan foto udara.

1.3. Data Spasial


Bentuk data spasial terdiri dari tiga jenis, yaitu bentuk titik, garis, dan area. Masing -
masing objek spasial ini memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Perbedaan karakteristik ini
menentukan pemilihan bentuk simbol yang digunakan dalam penggambaran data spasial tersebut,
untuk suatu fenomena seperti kota dalam sebuah pulau sering digunakan simbol titik karena
karakteristik jalan yang selalu membentuk garis. Untuk data spasial yang memerlukan perhitungan
luas, seperti data-data administrasi, sering digambarkan dengan menggunakan bentuk poligon
(Budiyanto, 2010). Sedangkan berdasarkan jenis, data spasial dibedakan atas data data raster dan
data vektor.
a. Data Raster
Obyek geografis direpresentasikan sebagai struktur sel grid yang disebut dengan piksel.
Ketelitian data raster (resolusi visual) tergantung pada ukuran pixelnya. Semakin kecil
ukuran permukaan bumi yang direpresentasikan oleh satu sel, semakin tinggi
resolusinya. Data raster sangat baik untuk merepresentasikan batas-batas yang berubah
secara gradual, seperti jenis tanah, kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah dan
sebagainya. Keterbatasan utama dari data raster adalah besarnya ukuran file, sehingga
sangat tergantung pada kapasistas perangkat keras yang tersedia. Contoh data raster
adalah citra satelit, foto udara, maupun peta hasil scanning.

Gambar. Data Raster


(Sumber: Bappeda Provinsi NTB, 2012)

b. Data Vektor
Data vektor merupakan bentuk bumi yang direpresentasikan ke dalam kumpulan garis,
area (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan berakhir pada titik yang sama),
titik dan nodes (merupakan titik perpotongan antara dua buah garis). Keuntungan
utama dari format data vektor adalah ketepatan dalam merepresentasikan fitur titik,
batasan dan garis lurus. Hal ini sangat berguna untuk analisa yang membutuhkan
ketepatan posisi,

Gambar Data Vektor


(Sumber: Bappeda Provinsi NTB, 2012)

Data spasial biasanya direpresentasikan dalam sistem koordinat dan proyeksi tertentu. Hal
ini diperlukan karena peta disajikan dalam bidang datar, sedangkan objek peta (bumi) berupa
bidang lengkung. Ada dua sistem koordinat proyeksi yang digunakan di Indonesia, yaitu transverse
Mercator 30 (TM 3) dan Universal Transverse Mercator (UTM). Sistem koordinat proyeksi yang
umum dipakai di Indonesia (termasuk Kementerian PUPR) adalah sistem UTM. Berikut adalah
penjelasan singkat sistem koordinat UTM.
Bidang proyeksi : Silinder
Distorsi : Konform
Faktor perbesaran : 0.9996
Zona : Wilayah bumi dibagi dalam 60 zona (masing – masing 60)
Nilai Koordinat : Tiap zona memiliki koordinat dengan acuan meridian tengah.
Penamaan : Wilayah 1800 – 1740 BB disebut zona 1 dan seterusnya ke arah
timur

Gambar . Pembagian Zona UTM di Indonesia


(Sumber: Bappeda Provinsi NTB, 2012)

1.4. Sistem Informasi Geografis (SIG)


SIG merupakan salah satu sistem informasi yang menekankan pada unsur informasi
geografis. Sistem merupakan sekumpulan objek,ide, berikut interelasinya dalam mencapai tujuan
atau sasaran bersama. Sistem digunakan untuk mendeskripsikan banyak hal, khususnya untuk
aktivitas-aktivitas yang diperlukan pada pemrosesan data. Pengertian informasi geografis adalah
informasi mengenai tempat-tempat yang terletak di permukaan bumi, pengetahuan mengenai
posisi dimana suatu obyek terletak di permukaan bumi dan informasi mengenai keterangan –
keterangan (atribut) yang terdapat di permukaan bumi yang posisinya diketahui.
Sistem informasi geografis merupakan suatu sistem berbasis komputer yang digunakan
untuk mengumpulkan, menyimpan, menggabungkan, mengatur, mentranformasi, memanipulasi
dan menganalisis data-data geografis. Secara lebih khusus, SIG adalah satu sistem yang terdiri dari
perangkat keras komputer, perangkat lunak dan prosedur-prosedur yang ditujukan untuk
mengumpulkan, menyimpan, memanggil, mentransfer, manipulasi, analisis dan menampilkan data
spasial dari permukaan bumi yang bereferensi geografi, untuk tujuan memecahkan masalah
perencanaan dan pengelolaan dari yang sederhana sampai yang rumit. SIG sangat membantu
pekerjaan-pekerjaan yang erat kaitannya dengan bidang-bidang spasial dan geoinformasi. Dewasa
ini hamper semua disiplin ilmu, terutama yang berkaitan dengan informasi spasial, menggunakan
SIG atau format-format yang kompatible dengan SIG sebagai alat analisis dan representasi yang
menarik (Syaripudin, 2011).

1.4.1. Komponen SIG


SIG memiliki beberapa komponen yang meliputi perangkat keras, perangkat lunak, data
dan informasi geografis, serta sumber daya manusia.

Gambar Komponen SIG


(Sumber: Syaripudin, 2011)
a. Perangkat Keras (Hardware)
Saat ini SIG tersedia untuk berbagai platform perangkat keras mulai dari PC dekstop,
workstation, hingga multiuser host yang dapat digunakan oleh banyak orang secara
bersamaan dalam jaringan komputer yang luas, berkemampuan tinggi, memiliki ruang
penyimpanan (harddisk) yang besar, dan mempunyai kapasitas memori yang besar (RAM).
Walaupun demikian, fungsionalitas SIG tidak terikat secara ketat terhadap karakteristik
fisik perangkat keras ini sehingga keterbatasan memori pada PC-pun dapat diatasi.
b. Perangkat Lunak (Software)
SIG juga merupakan sistem perangkat lunak yang tersusun secara modular dimana basis
data memegang peranan kunci. Setiap susbsistem diimplementasikan dengan
menggunakan perangkat lunak yang terdiri dari beberapa modul, hingga tidak
mengherankan jika ada perangkat lunak SIG yang terdiri dari ratusan modul program yang
masing-masing dapat dieksekusikan sendiri.
c. Data dan Informasi Geografi
SIG dapat mengumpulkan dan menyimpan data dan informasi yang diperlukan baik secara
tidak langsung dengan cara mengimportnya dari perangkat-perangkat lunak SIG yang lain
maupun secara langsung dengan cara digitasi data spasial dan memasukkan data atributnya
dari tabel-tabel dengan menggunakan keyboard.
d. Manajemen dan Metode
SIG akan berhasil jika digunakan dengan baik dan dikerjakan oleh orang-orang yang
memiliki keahlian yang tepat pada semua tingkatan dengan menggunakan metode yang
tepat.

1.4.2. Analisis Spasial


Analisis spasial adalah sekumpulan teknik yang dapat digunakan dalam pengolahan data
SIG. Hasil analisis data spasial sangat bergantung pada lokasi objek yang bersangkutan (yang
sedang dianalisis). Analisis spasial juga dapat diartikan sebagai teknik ‐ teknik yang digunakan
untuk meneliti dan mengeksplorasi data dari perspektif keruangan. Semua teknik atau pendekatan
perhitungan matematis yang terkait dengan data keruangan (spasial) dilakukan dengan fungsi
analisis spasial tersebut.
Berikut adalah macam – macam teknik analisis spasial:
Pada pengerjaannya, analisis Spasial dapat mengubah
Unsur - unsur spasial yang ada pada suatu layer. Pengubahan tersebut dapat dilakukan dengan
operasi - operasi berikut ini:
a. Union, Merge, atau Combine
Pada pengolahan data SIG, seringkali harus melakukan penggabungan antar unsur – unsur
spasial. Penggabungan tersebut dapat menggunakan analisis spasial, yaitu union, merge, atau
combine. Penggabungan ini dapat menjadikan beberapa unsur spasial menjadi satu unsur
spasial saja tanpa mengubah beberapa unsur spasial yang digabungkan tersebut. Ilustrasi dari
fungsi ini dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar Ilustrasi union


(Sumber: Bappeda Provinsi NTB, 2012)
b. Delete, Erase, atau Cut
Fungsi analisis spasial ini digunakan untuk menghapus unsur – unsur spasial yang dirasa
tidak perlu ditampilkan. Fungsi ini hanya akan menghapus unsur – unsur spasial yang terpilih
saja.
c. Split atau Clip
Fungsi analisis spasial ini bertujuan untuk menghasilkan unsur spasial baru dengan cara
memotongnya dari unsur spasial lainnya. Ilustrasi dari fungsi analisis spasial ini dapat dilihat
pada gambar berikut ini.
Gambar Ilustrasi clip
(Sumber: Bappeda Provinsi NTB, 2012)

d. Intersect
Intersect adalah sebuah fungsi pada analisis spasial untuk menghasilkan unsur spasial baru
dari dua atau lebih unsur spasial. Fungsi ini menghasilkan unsur spasial baru dari irisan dua
atau lebih unsur spasial sebelumnya. Ilustrasinya terdapat pada gambar berikut ini.

Gambar Ilustrasi intersect


(Sumber: Bappeda Provinsi NTB, 2012)

1.5. Penelitian Terdahulu


Terkait pemetaan, penelitian sebelumnya membahas mengenai ketersediaan database
jalan dan jembatan. Sehingga hanya terbatas pada pengumpulan dan penyajian data mengenai
jaringan jalan dan jembatan, belum pada analisa kebutuhan teknologi wilayah tersebut. Nantinya,
dengan database tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk pengembangan
kelanjutannya, misalkan untuk perbaikan, pembuatan ruas jalan baru, kebijakan ekonomi dan
seterusnya. Lukito (2012), membuat database jaringan jalan di 5 kecamatan di Kabupaten
Bengkalis. Data base ini menggunakan peta dasar RBI skala 1: 50.000 dengan penambahan
informasi berupa prasarana, geometri, tipe dan kondisi jalan, serta penggunaan ruang jalan.
Sedangkan Elisabeth dkk (2015), pembuatan database jalan dan jembatan di Kabupaten
Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. Data yang digunakan antara lain inventarisasi jalan
Kabupaten, kondisi jalan dan jembatan yang dilengkapi dengan foto. Lebih lanjut, Piarsa (2007)
menambahkan fitur berbasis web sehingga bisa diakses umum.
Secara umum, penelitian – penelitian sebelumnya dilakukan sebagai data penunjang
infrastruktur lalu lintas yang memadai, serta untuk meminimalisir penggunaan peta analog. Data
penunjang digunakan untuk merumuskan kebijakan – kebijakan seperti pembangunan,
pemeliharaan, simulasi arus sesuai dengan perkembangan mobilisasi orang dan barang yang
dinamis. Sedangkan peta analog dikurangi penggunaannya karena rawan rusak, tidak efektif dalam
segi penyimpanan, dan dalam analisis kebutuhan (jarak, posisi) cenderung lebih cepat dan mudah
jika menggunakan peta digital.
Referensi:
Abidin, H, Z. 2007. Penentuan Posisi dengan GPS dan Aplikasinya. PT Pradnya Paramita, Jakarta
Bappeda Provinsi NTB. 2012. Tutorial ArcGIS 10 Tingkat Dasar.
http://bappeda.ntbprov.go.id/wp-content/uploads/2013/09/. Diakses tanggal 26 Februari 2018
Budiyanto, Eko. 2010. Sistem Informasi Geografis dengan Arcview GIS. Andi, Yogyakarta.
Syaripudin, Akhmat. 2011. Pengantar Survey dan Pengukuran
Elisabeth, L. M., dan Sendow, T. K. 2015. Studi Data Base Jalan dan Jembatan Berbasis SIG di
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI, A65 – A68
Indradi, dan Subroto. 2014. Kartografi. Modul Ajar Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional
Kemenristek. 2013. Modul 3 Analisis Spasial. http://www.debindo-mks.com/tot-gis-os-
ristek/MODUL-3-WebGIS-dan-Analisis-Spasial-23.0.pdf. Diakses tanggal 26 Februari 2018
Lukito, Herwin. 2012. Pembangunan Data Base Jaringan Jalan Berbasis Geospasial di Kabupaten
Bengkalis. Semnas IF 2012, Yogyakarta
Piarsa, Nyoman. 2007. Rancang Bangun Sistem Informasi Geografis Inventarisasi Ruas Jalan dan
Jembatan di Kota Denpasar. Jurnal Teknik Elektro Vol. 6 (2), 4 – 12

Anda mungkin juga menyukai