Anda di halaman 1dari 24

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DANTEKNOLOGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM PEMETAAN TOPOGRAFI


ACARA III THEODOLITE

LAPORAN

WIWI
D061221049

GOWA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemetaan topografi adalah proses pemetaan yang pengukurannya langsung

dilakukan di permukaan bumi dengan peralatan survei teristris. Pemetaan merupakan

suatu kegiatan pengumpulan data lapangan, yang memindahkan keadaan

sesungguhnya di lapangan (fakta) ke dalam peta dasar, yaitu dengan menggambarkan

penyebaran dan merekonstruksi kondisi alamiah tertentu secara meruang, yang

dinyatakan dengan titik, garis, simbol dan warna. Pelaksanaan pekerjaan pemetaan

dapat dilakukan secara langsung di lapangan dan dengan bantuan alat-alat ukur.

Dalam melakukan pemetaan dibutuhkan beberapa alat yang berguna untuk

mengumpulkan data yang berada dilapangan. Alat yang umumnya digunakan dapat

berupa kompas geologi, theodolit digital, dan piranti lainnya guna mengumpulkan

data lapangan. Data yang berasal dari lapangan dapat berupa data azimuth, jarak,

dan lain – lain. Pemetaan sanngat membutuhkan keakuratan data. Hal ini ditujukan

untuk meningkatkan kebenaran dan keakuratan pada tahapan penggambaran.

Salah satu alat yang dapat memberikan data dengan tingkat keakuratan data yang

tinggi adalah theodolit. Theodolit adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur

jarak dan sudut, baik sudut vertikal maupun horizontal. Untuk menentukan

kompetensi (keterampilan) mahasiswa dalam pemetaan yaitu dengan melakukan

praktek lapangan.Maka dari itu dilakukan praktek lapangan pemetaaan

menggunakaan alat theodolit, agar dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa

dalam menggunakan alat dan membuat peta dari suatu lapangan secara langsung.
1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari praktikum Pemetaan Topografi Acara Ketiga Theodolit

adalah agar peserta dapat membuat peta topografi berupa peta kontur pada poligon

tertutup dengan menggunakan alat theodolit. Sedangkan tujuan dari praktikum

Theodolit ini yaitu:

a Mengetahui bagian-bagian theodolit.

b Mengetahui kegunaan theodolit.

c Mengetahui kelebihan metode theodolit dibandingkan dengan metode

Tapping Kompas.

1.3 Waktu dan Lokasi Pengukuran

Praktikum Pemetaan Topografi acara kedua Theodolit dilaksanakan pada hari

Sabtu, tanggal 15 Oktober 2022 mulai pukul 07:00 WITA sampai selesai dengan

kondisi cuaca hujan . Praktikum Theodolit ini dilakukan di daerah kampus Teknik

Univwesitas Hasanddin, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

Gambar 1.Penunjuk Lokasi Praktikum


1.4 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain:

a. Patok kayu 15 buah

b. Theodolit

c. Kompas Tipe Brunton

d. Baak ukur

e. Pita

f. Alat tulis menulis

g. Busur derajat (360o)

h. Penggaris 30 cm dan 60 cm

i. Kamera

j. Rol meter 50 m

k. Kertas A4s

l. Kertas Kalkir

m. Kertas grafik

n. Drawing pen 0,1 ; 0,3 ; 0,5

1.5 Prosedur Pengukuran

Prosedur pengukuran menggunakan theodolit yaitu:

a. Siapkan semua perlengkapan yang akan digunakan dan periksa kondisi

masingmasing alat.

b. Mulai mendirikan alat sesuai dengan yang ditentukan yaitu di titik Po.

c. Setelahalatdidirikankemudianmelakukancenteringkarenakesalahanpada

centering
d. berakibatkesalahan data yang fatal.

e. Selanjutnya ukurtinggialatuntuk proses perhitungan.

f. Kemudian lakukan pembidikan ke BM untuk pengukuran sudut horisontal

dan putar searah jarum jam ketitik P1 dan lakukan pembidikan untuk

mendapatkan

g. sudut horisontal biasa serta benang atas, bawah, dan tengah.

h. Pindah alat ketitik P0 dan pasang rambu ukur pada titik poligon depan (P1) dan

i. belakang (BM).

j. Padasaatmendirikanalatpadatitikpoligontidakperlumencariarahutarakarenape

mbac aansudutdimulaidarititikpoligonsebelumnya (belakang), sehingga yang

k. diperlukanhanyamengarahkansudut 0° 0′ 0″ terhadaptitikpoligonbelakang.

l. Membidik rambu pada titik belakang dan rambu pada titik depan, kemudian

dibaca bacaan benang (BA, BT, BB) dan bacaan sudut (V dan H).

m. Setelah itu lakukan pengukuran situasi dari titik didirikannya alat (P0) searah

n. jarum jam (dengan terlebih dahulu mengembalikan alat pada posisi semula).

o. Sebelum melakukan pengukuran situasi terlebih dahulu rencanakan letak titik

p. situasi dan gambar sketsa lengkap dengan nama titik.

q. Kemudian pasang rambu pada titik-titik tertentu yang telah direncanakan

kemudian bidik setiap rambu yang dipasang dan baca benang (BA, BT dan

BB) serta sudut biasa (V dan H).

r. Setelah semua titik dibidik dan dicatat maka pengukuran situasi dianggap

selesai kemudian alat dipindahkan pada titik poligon berikutnya dan

melakukan pengukuran situasi dengan cara sama dengan sampai titik terakhir.
BAB II
PEMBAHASAN

2.2 Peta

2.1.1 Pengertian Peta

Peta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala tertentu

melalui suatu sistem proyeksi. Peta bisa disajikan dalam berbagai cara yang berbeda,

mulai dari peta konvensional yang tercetak hingga peta digital yang tampil di layar

komputer. Istilah peta berasal dari bahasa Yunani mappa yang berarti taplak atau

kain penutup meja. Namun secara umum pengertian peta adalah lembaran seluruh

atau sebagian permukaan bumi pada bidang datar yang diperkecil dengan

menggunakan skala tertentu. Sebuah peta adalah representasi dua dimensi dari suatu

ruang tiga dimensi. Ilmu yang mempelajari pembuatan peta disebut katografi.

Beberapa ahli juga mendefinisikan peta dengan berbagai pengertian, namun pada

hakikatnya semua mempunyai inti dan maksud yang sama. Berikut beberapa

pengertian peta dari para ahli.

a. Menurut ICA (International Cartographic Association), peta adalah gambaran

atau representasi unsur-unsur ketampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi

yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, yang pada

umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan

diperkecil/diskalakan.

b. Menurut Aryono Prihandito (1988), peta merupakan gambaran permukaan

bumi dengan skala tertentu, digambar pada bidang datar melalui sistem proyeksi

tertentu.
c. Menurut Erwin Raisz (1948), peta adalah gambaran konvensional dari

ketampakan muka bumi yang diperkecil seperti ketampakannya kalau dilihat vertikal

dari atas, dibuat pada bidang datar dan ditambah tulisan-tulisan sebagai penjelas.

d. Menurut Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal

2005), Peta merupakan wahana bagi penyimpanan dan penyajian data kondisi

lingkungan, merupakan sumber informasi bagi para perencana dan pengambilan

keputusan pada tahapan dan tingkatan pembangunan.

2.1.2 Syarat Peta

Syarat yang harus dimiliki sebuah peta adalah:

a) Conform, yaitu bentuk dari sebuah peta yang digambar serta harus sebangun

dengan keadaan asli atau sebenarnya di wilayah asal atau di lapangan.

b) Equidistance, yaitu jarak di peta jika dikalikan dengan skala yang telah di

tentukan sesuai dengan jarak di lapangan.

c) Equivalent, yaitu daerah atau bidang yang digambar di peta setalah dihitung

dengan skalanya, akan sama dengan keadaan yang ada di lapangan

2.1.3 Fungsi Peta

Fungsi dari peta antara lain :

a) Menunjukkan posisi atau lokasi suatu tempat di permukaan bumi.

b) Memperlihatkan ukuran (luas, jarak) dan arah suatu tempat di permukaan

bumi.

c) Menggambarkan bentuk-bentuk di permukaan bumi, seperti benua,

negara, gunung, sungai dan bentuk-bentuk lainnya.


d) Membantu peneliti sebelum melakukan survei untuk mengetahui kondisi

daerah yang akan diteliti.

e) Menyajikan data tentang potensi suatu wilayah.

f) Alat analisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan.

g) Alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang diajukan.

h) Alat untuk mempelajari hubungan timbal-balik antara fenomena-

fenomena (gejala-gejala) geografi di permukaan bumi.

2.1.4 Jenis-Jenis Peta

Adapun jenis-jenis peta dibagi berdasarkan beberapa hal, diaantaranya yaitu :

Berdasarkan isinya peta dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu:

a. Peta Umum

Peta umum adalah peta yang menggambarkan permukaan bumi secara umum.

Peta umum ini memuat semua penampakan yang terdapat di suatu daerah, baik

kenampakan fisis (alam) maupun kenampakan sosial budaya. Peta umum ada 2

jenis

yaitu: peta topografi dan peta chorografi.

1) Peta Topografi, yaitu peta yang menggambarkan bentuk relief (tinggi

rendahnya) permukaan bumi.

2) Peta Chorografi, menggambarkan daerah yang luas, misalnya propinsi,

negara, benua bahkan dunia. Dalam peta ini digambarkan semua

kenampakan yang ada di antaranya pegunungan, gunung, sungai, danau,

jalan raya, jalan kereta api, batas wilayah, kota, garis pantai, rawa dan lain-

lain.
b. Peta Khusus atau Tematik

Disebut peta khusus atau tematik karena peta tersebut hanya menggambarkan

satu atau dua kenampakan pada permukaan bumi yang ingin ditampilkan.

Contoh peta khusus/tematik: peta curah hujan, peta kepadatan penduduk, peta

penyebaran hasil pertanian, peta penyebaran hasil tambang, chart (peta jalur

penerbangan atau pelayaran).Berdasarkan bentuknya dapat dibedakan menjadi:

1) Peta Digital

Peta yang digambarkan pada sebuah aplikasi komputer, biasanya menggunakan

Sistem Informasi Geografis (SIG).

2) Peta Timbul (relief)

Peta timbul atau relief adalah peta yang menggambarkan bentuk sebenarnya

dari permukaan bumi.

3) Peta Datar

Peta datar adalah peta yang digambarkan dalam bidang datar berbentuk dua

dimensi.

Berdasarkan skalanya , peta dapat di bagi menjadi:

1. Peta Kadaster / Teknik

Peta kadaster atau teknik adalah peta yang memiliki skala antara 1:100 hingga

1:5.000. Banyak dipakai oleh Departemen Dalam Negeri dan Dinas Agraria

(Badan Pertanahan Nasional).

2. Peta Skala Besar

Peta ini memiliki skala antara 1:5.000 hingga 1:250.000 yang digunakan untuk

menggambarkan daerah dengan skala sempit, seperti peta kecamatan.


3. Peta Skala Menengah

Peta ini memiliki skala antara 1:250.000 hingga 1:500.000 yang digunakan

untuk menggambarkan daerah yang agak lyuas , seperti peta provinsi.

4. Peta Skala Kecil

Peta ini memiliki skala antara 1:500.000 hingga 1:1.000.000 atau lebih yang

digunakan untuk menggambarkan daerah yang relatif luas , seperti benua atau

dunia.

2.2 Theodolit

2.2.1Pengertian Theodolit

Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan

tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan waterpass yang

hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam theodolit sudut yang dapat di baca

bisa sampai pada satuan sekon (detik). Theodolit merupakan alat yang paling canggih

di antara peralatan yang digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa

sebuah teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan)

yang dapat diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan

sudut horisontal untuk dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang pada piringan kedua

dan dapat diputarputar mengelilingi sumbu horisontal, sehingga memungkinkan

sudut vertikal untuk dibaca. Kedua sudut tersebut dapat dibaca dengan tingkat

ketelitian sangat tinggi.

Survei dengan menggunakan theodolit dilakukan bila situs yang akan dipetakan

luas dan atau cukup sulit untuk diukur, dan terutama bila situs tersebut memiliki
relief atau perbedaan ketinggian yang besar. Dengan menggunakan alat ini,

keseluruhan kenampakan atau gejala akan dapat dipetakan dengan cepat dan efisien.

2.2.2Syarat Theodolit

Syarat – syarat utama yang harus dipenuhi alat theodolit (pada galon air) sehingga

siap dipergunakan untuk pengukuran yang benar adalah sebagai berikut:

a. Sumbu kesatu benar – benar tegak / vertikal.

b. Sumbu kedua haarus benar – benar mendatar.

c. Garis bidik harus tegak lurus sumbu kedua / mendatar.

d. Tidak adanya salah indeks pada lingkaran kesatu.

2.2.3Jenis-Jenis Theodolit

Adapun jenis-jenis Theodolit dibagi atberdasarkan beberapa hal atau prinsip,

diantaranya:

Berdasarkan dari konstruksi, dikenal 3 macam theodolit :

a. Theodolit Reiterasi

Pada theodolit reiterasi, plat lingkaran skala (horizontal) menjadi satu dengan

plat lingkaran nonius dan tabung sumbu pada kiap.Sehingga lingkaran mendatar

bersifat tetap. Pada jenis ini terdapat sekrup pengunci plat nonius.

Gambar 2.
b. Theodolit Repetisi

Pada theodolit repetisi, plat lingkarn skala mendatar ditempatkan

sedemikian rupa, sehingga plat ini dapat berputar sendiri dengan tabung poros

sebagai sumbu putar.Pada jenis ini terdapat sekrup pengunci lingkaran mendatar dan

sekrup nonius.

Gambar 3. Theodolit Repetisi

c. Theodolit Elektro Optis

Dari konstruksi mekanis sistem susunan lingkaran sudutnya antara

theodolit optis dengan theodolitelektro optis sama. Akan tetapi mikroskop pada

pembacaan skala lingkaran tidak menggunakan system lensa dan prisma lagi,

melainkan menggunkan system sensor. Sensor ini bekerja sebagai elektro optis

model (alat penerima gelombang elektromagnetis). Hasil pertama system analogdan

kemudian harus ditransfer ke system angka digital. Proses penghitungan secara

otomatis akan ditampilkan pada layer (LCD) dalam angka desimal.


Gambar 4. Theodolit Elektro Optis

Menurut prinsip kerjanya, theodolit bisa dikelompokkan menjadi tiga jenis

antara lain :

a) Repeating Theodolit

Repeating theodolit bekerja dengan melakukan pengulangan sudut terhadap

skala graduasi. Hasil pengukuran yang ditampilkan merupakan rata-rata dari

pembagian terhadap jumlah sudut bacaan yang ditangkapnya. Theodolit ini

digunakan area yang tidak stabil atau terbatas. Repeating theodolit diklaim

merupakan theodolit yang mampu memberikan hasil pengukuran paling akurat

daripada theodolit-theodolit lainnya karena bekerja dengan membandingkan

nilai sudut yang diterima.

b) Direction Theodolit

Cara kerja direction theodolit adalah memanfaatkan bentuk lingkaran untuk

menentukan besar suatu sudut. Saat pengaturan lingkaran dilakukan, teleskop

juga perlu disesuaikan pada arah datangnya beberapa sinyal sehingga

pembacaan nilai sudutnya dikerjakan melalui segala arah. Hasil pengukurannya

diperoleh dengan menghitung hasil pengukuran bacaan pertama dikurangi

pengukuran bacaan kedua. Direction theodolit sering diandalan oleh surveyor


untuk menentukan titik dengan mengukur sudut dari titik-titik yang sudah

diketahui.

c) Vernier Transit Theodolit

Vernier transit theodolit ditanami dengan teleskop yang memungkinkan

bidikannya bisa berbalik kembali sehingga penghitungan besaran sudutnya pun

dilakukan sebanyak dua kali berturut-turut. Oleh sebab itu, vernier transit

theodolit dipercaya mampu menghasilkan pembacaan sudut yang minim

kesalahan.

Sayangnya, jenis theodolit ini tidak dilengkapi skala pembesaran dan

pengukuran di mikrometer. Karena bobotnya cukup ringan dan mudah

dipindahkan, vernier transit theodolit sering diaplikasikan di lokasi proyek

pembangunan. Theodolit ini juga tersedia dalam dua tipe yaitu theodolit yang

bisa membaca sudut horisontal dan sudut vertikal, serta theodolit yang hanya

mampu menghitung sudut horisontal saja.

Berdasarkan dari sistem bacanya, terdapat beberapa jenis teodolit di antaranya :

- Theodolit Indeks Garis

- Theodolit Nonius

- Theodolit Mikrometer

- Theodolit Konsidensi

- Theodolit Otomatis

Berdasarkan tingkat ketelitiannya, terbagi yaitu :

- Theodolit Presisi

- Theodolit Satu Sekon


- Theodolit Sepuluh Sekon

- Theodolit Satu Menit

- Theodolit Sepuluh Menit

2.2.4 Bagian-Bagian Theodolit

Bagian-bagian theodolit dan fungsinya secara umum yaitu yaitu :

1. Pembantu Visir : Berfungsi untuk membantu pembidikan yaitu

membantu

2. mengarahkan teropong ke target , untuk membantu pembidikan secara

kasar.

3. Lensa Obyektif : Berfungsi untuk menangkap bayangan obyek / target

.Lensa

4. positif yang memberikan bayangan nyata terbalik dan diperkecil

5. Klem Sumbu II : berfungsi untuk pengunci sumbu II

6. Sumbu II : Berfungsi sebagai poros perputaran teropong terhadap sumpu

putar horizontal.

7. Nivo Teropong : Digunakan untuk membentuk garis bidik mendatar,

Pada kebanyakan theodolit yang baru, nivo teropong sudah tidak ada

lagi.

8. Ronsel Lensa Tengah : berfungsi menggerakkan limbus dengan perlahan

pada saat klem limbus dikunci (membantu menepatkan bidikan ke

target).
9. Reflektor Sinar : berfungsi untuk menangkap cahaya dan

memantulkannya ke mikroskop pembacaan lingkaran horisontal, sehinga

bisa terbaca

10. Microskop Bacaan Lingkaran Horisontal A : berfungsi sebagai tempat

pembacaan arah horizontal.

11. Klem Horisontal : berfungsi sebagai klem pembuka atau pengunci

lingkaran horizontal.

12. Skrup Penggerak Halus Alhidade Horisontal : berfungsi menggerakkan

teropong arah horisontal dengan perlahan pada saat klem horisontal

dikunci

13. Penggerak Halus Limbus : berfungsi menggerakkan limbus dengan

perlahan pada saat klem limbus dikunci (membantu menepatkan bidikan

ke target).

14. Skrup Penyetel ABC : berfungsi untuk menyeimbangkan nivo kota guna

pembuatan sumbu I vertikal.

15. Plat Dasaran / Tatakan : sebagai plat penyangga seluruh bagian alat

16. Kepala Statif : merupakan bagian dari statif. Tempat dudukan pesawat

Theodolit.

17. Kaki Statif : bagian dari statif. Alat yang digunakan untuk berdirinya

pesawat Theodolit.Bagian bawahnya berbentuk lancip,berfungsi supaya

kaki statif menancap ke tanah dengan kuat agar pesawat tidak jatuh.

18. Penggantung Unting – unting : Digunakan untuk memasang tali unting-

unting.
19. Baut Instrumen : Pengencang antara pesawat theodolit dan statif

20. Nivo Alhidade Horisontal : digunakan untuk membuat sumbu I vertikal

secara halus, setelah dilakukan pendekatan dengan nivo kotak.

21. Skrup Koreksi Nivo Alhidade Horisontal : berfungsi menyeimbangkan

nivoAlhidade horizontal.

22. Mikroskop pemb. Lingkaran Horisontal B : Mikroskop yang digunakan

untuk membaca sudut lingkaran horizontal

23. Skrup Penggerak Halus Vertikal berfungsi menggerakkan teropong arah

vertikal secara perlahan pada saat klem teropong dikunci.

24. Lensa Okuler : Lensa negatif sebagai lensa mata.

25. Ring Pelindung Diafragma : berfungsi sebagai pelindung diafragma

26. Mikroskop pembacaan Lingkaran Vertikal : tempat pembacaan Iingkaran

vertikal.

27. Tabung Sinar : membantu menyinari Iingkaran vertikal

28. Piringan Lingkaran Vertikal : Adalah piringan dari metal atau kaca

tempat skala lingkaran. Lingkaran ini berputar bersama teropong dan

dilindungi oleh alhidade vertikal.


Gambar 5. Bagian-bagian Theodolit

2.2.5Cara Penggunaan Theodolit

Adapun cara penggunaan theodolit yaitu :

1. Siapkan titik patok untuk tempat theodolit.

2. Dirikan terlebih dahulu statifnya.

3. Lihat dari atas statif apakah statif sudah tepat di atas patok. Cara

melihatnya dengan mengintip pada lubang untuk kunci statif ke

theodolit. Jika patok sudah terlihat dari lubang kunci maka step

selanjutnya.

4. Baru pasang theodolit dan kunci .

5. Posisi anda harus berada di antara dua kaki statif. Dan depan anda ada

satu kaki statif.

6. Seimbangkan atau ratakan theodolit degan mengatur posisi kaki statif


7. Saatnya centering nivo kotak. Gelembung nivo diatur berada tepat pada

tengahlingkaran dengan cara menyetel/ memutar sekrup A, B, C

8. Membidik rambu pada titik belakang dan rambu pada titik depan,

kemudian dibaca bacaan benang (BA, BT, BB) di teropong dan bacaan

sudut (V dan H) dilayar.

9. Catat hasil yang diperoleh.


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum “Theodolit” ini, kami dapat menyimpulkan bahwa:

1. Bagian-bagian theodolit antara lain : nivo kotak, klem pengunci, penggerak

halus, tempat baterai, klem pengatur nivo tabung, klem pengunci lingkaran

horisontal, penggerak halus lingkaran horisontal, handle/pembawa, lensa

okuler, klem pengatur fokus, tombol on/off, nivo tabung, display, keyboard,

dan pelat dasar

2. Kegunaan theodolit yaitu untuk mengukur tinggi tanah dengan sudut

mendatar dan sudut tegak, untuk mengukur poligon,pemetaan situasi maupun

pengaatan matahari.

3. Kelebihan theodolit dibandingkan dengan dengan tapping kompas yaitu

theodolit lebih canggih, dapat mengukur sudut dengan lebih mudah dan tidak

lama dibanding dengan kompas geologi. Bagian-bagian dari theodolit lebih

lengkap sehingga hasil dari pembacaan theodolit lebih akurat.

4.2 Saran

4.2.1 Saran Untuk Praktikum

1. Sebaiknya sistem pengukuran di lapangan diperbaiki agar waktu yang

digunakan lebih efisien dan tiap praktikan dapat melakukan semua prosedur

perocobaan.

2. Sebaiknya prosedur penggunaan alat dijelaskan lebih mendetail agar dapat

mengurangi kesalahan dalam pengambilan data di lapangan.


4.2.2Saran Untuk Asisten

1. Sebaiknya asisten menjelaskan ulang secara singkat prosedur

pengambilan data agar praktikum lebih lancar.

2. Sebaiknya asisten tetap menjaga suasana praktikum agar praktikan tidak

kaku dalam pengambilan data.

3. Sebaiknya asisten menjelaskan dengan rinci mengenai cara

penggambaran peta dengan hasil pengukuran theodolite.


DAFTAR PUSTAKA

Google 2022. www.google.co.id/scribd.rheodolit di akses pada tanggal 28

oktober 2022 09.35 WITA

Google. 2022. Kampus teknik Universitas Hasanuddin.

https://www.google.co.id/maps.html diakses pada tanggal 28 Oktober 08.00

WITA

Muhamadi Mansur, 2004. www.google.com- theodolit.pdf/Pendidikan dan Pelatihan

Diklat Teknis

Noor, Djauhari. 2009. Pengantar Geologi. Yogyakarta

Romenah.. 2011. Pengetahuan Peta.. Jakarta: Academia


L

N
Pengukuran dengan Theodolit

Anda mungkin juga menyukai