Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM PERPETAAN

ACARA 3
PERHITUNGAN LUAS AREA

Disusun oleh:

Nama : Muhammad Ikhsan Hasmyah


NIM : 2109056038
Kelompok : 1 (Satu)
Program studi : S1 Teknik Pertambangan
Asisten :

LABORATORIUM GEOLOGI DAN SURVEY


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bentuk permukaan bumi yang tidak teratur dan relief yang beragam memerlukan proses
determinasi untuk mempresentasikan ukuran dan bentuknya. Pengukuran situasi
merupakan pengukuran secara detail mengenai keadaan bentuk dan fisik bumi yaitu
meliputi gunung, sungai, sawah, jalan raya dan sebagainya. Besarnya pengukuran
situasi yang dilakukan secara detail ini digunakan untuk kepentingan pembuatan peta
topografi. Peta topografi menampilkan gambaran permukaan bumi yang dapat
diidentifikasi, berupa objek alami maupun objek buatan. Peta topografi menyajikan
objek-objek dipermukaan bumi dengan ketinggian yang dihitung dari permukaan air
laut dan digambarkan dalam bentuk garis-garis kontur, dengan setiap satu garis kontur
mewakili satu ketinggian.

Di dalam peta terdapat banyak komponen-komponen pendukung nya seperti skala, judul
peta, legenda, tanda arah, peta inset, simbol, lettering, sumber dan tahun pembuatan
peta. Jika berbicara tentang fungsi dari suatu peta di zaman modern ini peta tidak lagi
hanya berfungsi sebagai melihat lokasi suatu wilayah atau menentukan jarak antar
wilayah, tetapi peta juga sudah bisa digunakan untuk menghitung luas suatu wilayah.
Cara menghitung luas wilayah di peta menggunakan beberapa macam metode salah satu
nya adalah menggunakan sistem grid dan juga metode shimpson untuk memperoleh
luasan. Perhitungan luas merupakan hal yang paling vital dalam kegiatan perpetaan.
Perhitungan yang dimaksud disini dimulai dari pengambilan data sampai pada luas area
yang diukur yang merupakan tahap akhir dari proses perpetaan.

Oleh karena itu, praktikum mata acara Perhitungan Luas Area dilakukan agar praktikan
mengetahui hasil luas daerah yang dipetakan menggunakan metode grid dan juga
metode shimpson rule.
1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum tentang pengukuran titik detail dan poligon tebuka ini adalah :
a. Untuk mengetahui azimuth dan tinggi instrument setiap patok pada pengukuran
b. Untuk mengetahui hasil perhitungan luas dengan metode grid
c. Untuk mengetahui hasil perhitungan luas dengan metode shimpson rule
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Luas adalah jumlah area yang terproyeksi pada bidang horizontal dan dikelilingi oleh
garis-garis batas. Pekerjaan pengukuran luas secara kasaran dapat diklasifikasikan
menjadi pekerjaan studio dan pekerjaan lapangan. Perhitungan dan informasi luas
merupakan salah satu informasi yang dibutuhkan perencana dari hasil pengukuran
lapangan. Pengukuran luas ini dipergunakan untuk berbagai kepentingan, yaitu hukum
pertanahan, perubahan status hukum tanah, pajak bumi dan lain – lain (Muda, 2008).

Suatu luas dapat dihitung dengan mengukur kertas hasil penggambaran dengan
garisgaris batas yang diukur dilapangan atau dapat juga diketahui dengan perhitungan
koordinat titik-titik potong garis batas. Untuk mengukur luas terdapat berbagai macam
instrumen dan akhir-akhir ini dikembangkan metode dimana koordinat-koordinat dari
titik potong garis batas. Untuk mengukur luas terdapat berbagai macam instrumen dan
akhir-akhir ini dikembangkan metode dimana koordinat-koordinat dari titik potong
batas dari gambar dimasukkan dengan menggunakan plotter x-y untuk menghitung luas
dengan mini komputer. Metode pengukuran luas ada dua macam :
a. Diukur pada gambar situasi
b. Dihitung dengan menggunakan data jarak dan sudut yang langsung diperoleh dari
pengukuran di lapangan.
(Muda, 2008).

Luas yang diukur pada gambar situasi disebut pengukuran tak langsung, karena luas
diperoleh secara tak langsung dengan menggunakan instrumen dan gambar situasi. Luas
yang dihitung dengan menggunakan data jarak dan sudut yang langsung diperoleh dari
pengukuran dilapangan disebut pengukuran langsung, karena luas diperoleh secara
langsung tanpa gambar dengan melakukan pengukuran yang dibutuhkan untuk
menghitung luas dilapangan. Metode pengukuran langsung lebih tinggi ketelitiannya
bila dibandingkan dengan pengukuran tak langsung karena luas lapangan akan
bergantung pada besarnya skala gambar, nilai atau ukuran yang diperoleh dari gambar
selalu kurang teliti dibandingkan dengan nilai atau ukuran dari pengukuran dilapangan
(Muda, 2008).

Perhitungan luas dapat dilakukan secara numeris analog, mekanis planimetris dan
numeris digital. Perhitungan luas secara numeris analog menggunakan Metode Sarrus,
yaitu menggunakan koordinat-koordinat titik batas sebagai masukan untuk perhitungan
luas. Bentuk daerah yang dihitung luas daerahnya dengan metode sarrus ini haruslah
beraturan dengan segmen garis yang jelas pada lokasi yang dipetakan. Metode numerik
berperan sangat besar dalam membantu menyelesaikan berbagai permasalahan dalam
bidang teknik, diantaranya mengahitung luas dan volume suatu bidang (Muda, 2008).

Pengukuran luasan dengan menggunakan alat planimeter merupakan metode yang


sudah familliar di kalangan surveyor yang bergelut dibidang pemetaan dan perencanaan.
Metode ini merupakan metode perhitungan luasan dengan menggunakan alat planimeter
yang dijalan kan di sepanjang garis yang membatasi daerah yang akan dihitung luasan
nya. Metode ini cukup efektif untuk menentukan luasan yang tidak terlalu besar dan
bentuknya tidak teraturan. Perhitungan luas secara mekanis planimetris menggunakan
suatu alat serupa pantograph. Pada ilmu ukur tanah alat untuk mengukur luas daerah
disebut planimeter. Planimeter dilengkapi dengan suatu alat penunjuk angka yang dapat
berputar ketika posisi mistar planimeter bergerak. Perhitungan luas dengan planimeter
harus dilengkapi pula dengan skala peta beserta penetapan titik awal perhitungan luas.
Bentuk daerah yang akan dihitung luasnya dengan alat planimetris harus disajikan
dalam bentuk peta dengan skala tertentu dan bentuknya dapat tidak beraturan (Muda,
2008).

Planimeter terdiri dari sebuah hubungan dengan pointer pada salah satu ujungnya,
digunakan untuk melacak sekitar batas dari bentuk. Ujung lain dari hubungan yang tetap
adalah untuk sebuah planimeter kutub dan dibatasi garis untuk planimeter linier.
Tracing di sekeliling permukaan menginduksi gerakan di bagian lain dari alat dan
pembacaan ini digunakan untuk membangun daerah dari bentuk. Planimeter berisi roda
ukur yang gulungan sepanjang gambar sebagai jejak operator kontur. Pada saat roda
mengukur planimeter itu bergerak tegak lurus ke sumbu, maka gulungan, dan gerakan
dicatat. Saat roda mengukur bergerak sejajar dengan sumbunya, semakin menurun roda
tanpa rolling, sehingga gerakan ini diabaikan. Itu berarti planimeter langkah-langkah
jarak yang mengukur perjalanan roda perusahaan, proyeksi tegak lurus terhadap sumbu
roda mengukur tentang rotasi. Luas wilayah bentuknya proporsional dengan jumlah
yang berubah melalui roda mengukur berputar ketika planimeter adalah ditelusuri
sepanjang perimeter lengkap (Sudaryatno, 2001).

Peta situasi adalah peta topografi skala besar yang merupakan penyajian dari gambaran
permukaan bumi baik detil alam maupun buatan manusia yang digambar pada bidang
datar dengan sistem proyeksi dan skala tertentu. Peta situasi dapat diperoleh dengan
pemetaan teristris, yaitu proses pemetaan yang pengukurannya langsung dilakukan di
permukaan bumi dengan peralatan ukur tertentu. Dalam pemetaan, gambaran objek
yang berada di permukaan bumi dipresentasikan dalam titik-titik detail (Abidin, 2007).

Detail adalah segala objek yang ada di lapangan, baik yang bersifat alamiah, maupun
hasil budaya manusia yang akan dijadikan isi dari peta yang akan dibuat. Penentuan
posisi dari titik-titik detail dengan cara diikatkan pada titik kerangka pemetaan yang
telah diukur sebelumnya. Pemilihan detail, distribusi dan teknik pengukurannya
tergantung dari skala dan tujuan peta itu dibuat. Penentuan posisi dari titik -titik detail
diikatkan pada titik-titik kerangka pemetaan terdekat yang telah diukur sebelumnya,
atau penentuan posisi dari titik detail dari garis ukur yang merupakan sisi dari kerangka
peta. Peta topografi menampilkan gambaran permukaan bumi yang dapat diidentifikasi,
berupa objek alami maupun buatan dengan ketinggian yang dihitung dari permukaan air
laut (Muda,2008).

Pengukuran awal dari pemetaan adalah pemasangan titik-titik sebagai kerangka dasar
pemetaan di lokasi yang akan dipetakan. Titik-titik dasar ini berfungsi sebagai titik ikat
dalam pengukuran detail yang merupakan unsur-unsur yang ada di permukaan bumi
yang akan digambarkan dalam peta. Kerangka dasar menentukan kualitas baik tidaknya
peta yang dihasilkan, jika kerangka dasar tidak baik maka menghasilkan peta yang tidak

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat
a. Teodolit
b. Statif
c. Kompas
d. Rambu ukur
e. Patok
f. Payung

3.1.2 Bahan
a. Alat tulis
b. Formulir data lapangan
c. Milimeter block

3.2 Prosedur Percobaan

a. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan


b. Dipasang empat buah patok yang telah ditentukan
c. Dipasang theodolite diatas patok satu dan dilakukan penyentringan
d. Dicari nilai azimuth dari patok satu ke patok dua
e. Dipasang rambu ukur dia patok dua dan empat
f. Dilakukan penembakan ke rambu ukur di patok dua dan empat, kemudian dicatat
sudut horizontal, vertikal, BA, BT, dan BB
g. Dipindahkan theodolite ke patok dua dan lakukan penyentringan kembali
h. Dipasang rambu ukur di patok satu dan tiga
i. Dilakukan penembakan ke rambu ukur di patok satu dan tiga serta catat hasil yang
didapat
j. Dipindahkan theodolite ke patok tiga dan lakukan penyentringan kembali
k. Dipasang rambu ukur di patok empat dan dua
l. Dilakukan penembakan ke rambu ukur di patok empat dan dua serta catat hasil
yang didapat
m. Dipindahkan theodolite ke patok empat dan lakukan penyentringan kembali
n. Dipasang rambu ukur di patok tiga dan satu
o. Dilakukan penembakan ke rambu ukur di patok tiga dan satu serta catat hasil yang
didapat
p. Dihitung luas daerah yang telah dipetakan dengan metode grid, dan metodelain,
bandingkan hasil dari perhitungan luas tersebut
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka disimpulkan bahwa:


a. Hasil yang diperoleh pada saat pengambilan data yaitu diperoleh nilai azimuth yaitu
85°14’20’’ dengan nilai tinggi instrument yang diperoleh ditiap patoknya yaitu
pada patok 1 tingginya 1,52 m; pada patok 2 yaitu 1,42 m; pada patok 3 yaitu 1,44
m; dan pada patok 4 yaitu 1,44 m.
b. Pada perhitungan luas metode grid diperoleh jumlah titik yang berada didalam
polygon yaitu sebanyak 249 titik, titik yang bersinggungan atau berhimpit dengan
batas polygon yaitu sebanyak 7, luas grid nya yaitu 1x1 cm 2, dan skala 200 cm.
Kemudian dimasukkan kedalam rumus perhitungan luas metode grid sehingga
diperoleh hasil yaitu 1010 m2.
c. Pada perhitungan luas dengan metode shimpson rule diperoleh d yaitu 1 cm, S awal
yaitu sebesar 4,5 cm, Sakhir sebesar 11,4 cm, total Sganjil yaitu sebesar 122,7 cm, Sgenap
yaitu sebesar 504,8 cm, dan besar skala yaitu 200 cm. Diperoleh hasil dari
perhitungan menggunakan rumus metode shimpson rule yaitu 1021, 47 m2.

5.2 Saran

Ada pun saran pada praktikum kali ini yakni sebaiknnya untuk praktikum selanjutnya
untuk praktikum ini dilaksanakan di perusahaan
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Hasanudin Zainal. 2007. Penentuan Posisi dengan GPS dan Aplikasinya.
Jakarta:PT Pradnya Paramita.
Afani, Iqbal Yukha Nur., 2019. Optimalisasi Pembuatan Peta Kontur Skala Besar
Menggunakan Kombinasi Data Pengukuran Terestris dan Foto Udara Format
Kecil. Jurnal Geodesi. Volume 8 Nomor 1. Universitas Diponegoro. Semarang.
Muda, Iskandar. 2008. Teknik Survei dan Pemetaan Jilid 1. Departemen Pendidikan
Nasional, Jakarta.
Rassarand, Farouki Dinda., 2016, Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di
Desa Banyuripan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten Program Studi Teknik
Geomatika. Jurnal Integrasi. Volume 8 Nomor 1. Politeknik Negeri Batam.
Batam.
Sudaryatno, 2001, Petunjuk Praktikum Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Fakultas
Geografi Universitas Gadjah Mada.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai