Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN

PRAKTIKUM GEODESI

Praktikum ke
Judul Praktikum
Hari/Tanggal
Lokasi Praktikum
Kelas
Kelompok

:
:
:
:
:
:

4 (Empat)
Poligon Terbuka
Senin / 9 November 2015
Jalan di Bagian Belakang Rumah Kaca
Teknik Pertambangan
3
Disusun oleh :

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Musa A.
Budi P.
Vikri Fauzi
Adi W.
Feby L.
Andy Y.
Sentia S.

F1D113011
F1D113012
F1D113013
F1D113034
F1D114004
F1D114008
F1D114009

8. Maya P.
9. Thurnando A.
10. Wildan P
11. Vina Nicke Suri
12. Bayu R. S
13. Ansori I.
14. Oving Dira P.
15. Safrun R.

F1D114018
F1D114020
F1D114025
F1D114030
F1D114032
F1D114038
F1D114043
F1D114048

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK FAKULTAS SAIN DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
SEMESTER GANJIL 2014/2015

LEMBAR PENGESAHAN

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Nama
Musa A.
Budi Pratama
Vikri Fauzi
Adi W.
Feby Latifah
Andy Y.
Sentia Septa
Maya Pebrina
Thurnando A.
Wildan P.
Vina Nicke Suri
Bayu Rizky S.
Ansori Ikbal
Oving Dira P.
Safrun R.

Nim
F1D113011
F1D113012
F1D113013
F1D113034
F1D114004
F1D114008
F1D114009
F1D114018
F1D114020
F1D114025
F1D114030
F1D114032
F1D114038
F1D114043
F1D114048

Tanda Tangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Dosen Penanggung Jawab

(Ir. Y. Morsa Said , MT)


NIP. 19620701 198902 1 001

I.

DASAR TEORI
Metode poligon merupakan metode yang digunakan untuk mengukur jarak

suatu titik ke titik yang lainnya. Metode ini digunakan untuk perngukuran
jarak

dengan

menggunakan

theodolit,

dimana

dalam

pengukuran

menggunakan theodolit akan disertai dengan derajat titik tersebut dari arah
utara, yang disebut sudut horizontal. Sudut horizontal ini dinamakan juga
dengan azimuth. Sudut ini menentukan arah dari jarak yang telah kita ukur
dari utara.
Poligon merupakan suatu bidang datar yang memiliki banyak titik. Begitu
juga dengan pengukuran poligon, maka jarak yang kita ukur bukan hanya
jarak

antara

kedua

titik,

melaikan

ke

banyak

titik

yang

saling

berkesinambungan. Pengukuran menggunakan poligon memiliki tujuan untuk


memperoleh koordinat planimetris titik-titik pengukuran. Pengukuran dengan
menggunakan metode poligon sangat cocok digunakan untuk pengukuran
daerah yang tidak terlalu luas. Metode ini terbagi menjadi 3 dalam mengukur
jarak, berdasarkan bentuk/penglihatannya :
1. Poligon tertutup

Gambar 1 : Poligon Tertutup


Sumber : Adam, R.
Pada poligon tertutup terlihat jelas bahwa antara titik satu dengan yang
lainnya saling berhubungan dan titik akhir pengukuran akan bertemu

pada titik awal pengukuran. Poligon ini hanya diketahui sudut


dalamnya saja, dan sudut luanya bisa dihitung.
2. Poligon terbuka

Gambar 2 : Poligon Terbuka


Sumber : Anonim, 2011
Pada poligon tertutup, titik satu dengan yang lainnya saling
berhubungan, namun titik akhir pengukuran tidak kembali lagi ke titik
awal pengukuran, sehingga tidak tampak seperti bangun datar poligon.
Poligon ini memiliki sudut luar, dimana sudut dalamnya bisa dihitung.
Metode ini lah yang digunakan pada praktikum kali ini.
3. Poligon bercabang

Gambar 3 : Poligon Bercabang

Sumber : Anonim, 2012


Pada poligon bercabang, titik satu dengan yang lainnya saling
berhubungan, namun pada suatu titik terjadi pencabangan, seperti yang
terlihat pada gambar diatas. Poligon ini memiliki bentuk yang hampir
sama dengan poligon terbuka, namun poligon ini memiliki cabang
pada suatu titik.
Berdasarkan geometrinya, metode poligon terbagi menjadi 3, yaitu :
1. Poligon terikat sempurna
2. Poligon tertikat sebagian
3. Poligon tidak terikat
Metode poligon merupakan bentuk yang paling baik di lakukan pad
abangunan karena memperhiutngkan bentuk kelengkungan bumi yang pada
prinsipnya cukup ditinjau dari bentuk fisik di lapangan dengan geometriknya.
Cara ini umum digunakan untuk kerangka dasar pemetaan dan keberadaan titiktitik rujukan.
(Saputra, I.H : 2012)
Pada metode ini, perhitungan jarak yang dilakukan sama dengan perhitungan
jarak pada poligon tertutup, yaitu :
Jarak titik A

= (BA BB) x 100

Benang tengah didapatkan dari pengukuran dilapangan secara langsung, atau bisa
dicari dengan menggunakan rumus :
BT 1

= (BA + BB) / 2

Dimana BA merupakan benang atas dan BB merupakan benang bawah. Nilai 2


komponen tersebut didapat dari hasil pengukuran dilapangan (Tim Penyusun,
2015).

II.

TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan diadakannya praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mampu membaca benang atas, benang bawah dan benang tengah
dilapangan dengan menggunakan theodolite
2. Mampu mengukur jarak, sudut dan azimuth suatu lokasi dengan
menggunakan metode poligon terbuka

III.

ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

IV.

Theodolite
Rambu ukur
Kompas
Alat tulis
Patok
Unting-unting

PROSEDUR KERJA

Berikut adalah prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini :


1. Disetel tripod dengan cara mengatur ketinggiannya sesuai dengan
permukaan tanah, pastikan dengan nifo mata sapi yang tepat berada
2.
3.
4.
5.

ditengah
Dipasang theodolit pada bagian atas tripod
Dipasang unting-unting pada bagian bawah tripod
Diatur ketinggian tripod, disesuaikan dengan ketinggian pengamat
Diatur posisi teropong secara horizontal dan vertikal sehingga

menghasilkan angka 00 untuk horizontal dan 90o untuk vertikal


6. Letakkan kompas pada bagian bawah teropong
7. Diletakkan rambu ukur pada titik yang ingin diukur jarak dan sudutnya
8. Ditembak rambu ukur, dan dibaca benang atas, tengah dan bawah dan
sudut serta azimuthnya
9. Dicatat hasil pengukuran
10. Diletakkan patok pada titik penempatan rambu ukur

11. Dipindahkan theodolit pada patok secara hati-hati, kemudian atur


kembali theodolit kemudian ditembak rambu ukur yang diletakkan
pada titik selanjutnya
12. Diulangi kegiatan hingga mencapai 7 titik yang diamati

V.

HASIL
Berikut adalah hasil yang didapatkan dari praktikum kali ini :
Titik

Azimuth
o

BA

BT

BB

(m)

(m)

(m)

272

1,62

1,17

0,73

315o

1,38

1,14

0,83

324o

1,59

1,36

1,14

297o

1,35

1,14

0,94

273o

1,78

1,45

1,14

342o

1,94

1,49

1,04

355o

1,78

1,18

0,57

Koordinat
1o 37 6

103o 31 21 E
1o 37 6 S
103o 31 18 E
1o 37 6 S
103o 31 18 E
1o 37 3 S
103o 31 17 E
1o 37 3 S
103o 31 15 E
1o 37 3 S
103o 31 15 E
1o 36 59 S
103o 31 13 E

Perhitungan
A. Benang Tengah yang Dihitung
BT A

BT C

= (BA + BB) / 2

BT B

= (BA + BB) / 2

= (1,62 + 0,73)/ 2

= ( 1,38 + 0,87) / 2

= 1,17 m

= 1,12 m

= (BA + BB) / 2

BT D

= (BA + BB) / 2

BT E

BT G

= (1,59 + 1,14)/ 2

= ( 1,35 + 0,94) / 2

= 1,36 m

= 1,14 m

= (BA + BB) / 2

BT F

= (BA + BB) / 2

= (1,78 + 1,14)/ 2

= ( 1,94 + 1,04) / 2

= 1,46 m

= 1,49 m

= (BA + BB) / 2
= (1,78 + 0,57)/ 2
= 1,17 m

B. Jarak yang Dihitung

F
E

D
C

Titik Awal (O)

Gambar 4 : Sketsa Pengukuran Jarak dengan Poligon Terbuka

Jarak O ke A = (BA BB) x 100


= (1,62 0,73) x 100

= (1,38 0,87) x 100

= 89 m

= 51 m

Jarak B ke C = (BA BB) x 100

Jarak C ke D = (BA BB) x 100

= (1,59 1,14) x 100

= (1,35 0,94) x 100

= 45 m

= 41 m

Jarak D ke E = (BA BB) x 100

Jarak E ke F

= (BA BB) x 100

= (1,78 1,14) x 100

= (1,94 1,04) x 100

= 64 m

= 90 m

Jarak F ke G = (BA BB) x 100


= (1,78 0,57) x 100
= 121 m

VI.

Jarak A ke B = (BA BB) x 100

ANALISIS

Pada praktikum geodesi ini, peralatan penting yang digunakan adalah


theodolit, selain itu perlatan pendukung lainnya adalah kompas, rambu ukur,
unting-unting dan patok. Praktikum kali ini adalah penggunaan theodolit degan
menggunakan metode polygon terbuka.
Berbeda dengan praktikum theodolit sebeumnya. Penggunaan theodolit ialah
untuk meghitung luas wilayah dengan menggunakan metode polygon tertutup,
sehingga titik akhir pada wilayah akan bertemu dengan titik awal pada wilayah
yang diukur, sehingga kita dapat menggunakan rumus matematika untuk mencari
wilayah yang telah diketahui jarak dan beda tingginya.
Pada praktikum theodolit dengan menggunakan metode polygon terbuka ini,
hal yang sangat berbeda adalah letak dari titik yang ditentukan. Pada titik-titik ini
akan memiliki jarak tertentu dan jarak titik awal tidak akan bertemu dengan jarak
di titik akhir, sehingga metode polygon terbuka ini tidak dapat digunakan untuk
menentukan luas wilayah yang telah diukur.
Metode polygon terbuka pada theodolit umumnya digunakan untuk
menentukan jarak suatu titik dengan panjang tertentu. Pada metode polygon
terbuka ini, jarak yang terhingga/tertentu di berikan titi-titik tertentu, sehingga
tiap-tiap titik ini dapat disambung dan setelah itu dapat digambarkan menjadi
sebuah denah lokasi tertentu dengan menggunakan persyaratan khusus.
Persyaratan khususnya antara lain, sudut yang dibentuk dari setiap antar titik.
Sudut yang terbentuk akan berbeda, karena tiap-tiap titik berada pada lokasi yang
berbeda selain itu sudut ini juga harus memperhatikan azimuth dari tiap-tiap titik
yang sudah diplotkan.
Pada praktikum theodolit dengan pengukuran menggunakan metode polygon
terbuka ini, harus ditentukan terlebih dahulu titik-titik yang akan di plot.
Praktikum ini dilakukan pada lokasi sekitar lingkungan universitas jambi,
tepatnya berada di sekitar rumah kaca. Titik-titik yang diplot disebut sebagai titik
A, B, C, D, E, F, G.
Parameter yang diukur pada theodolit adalah nilai benang atas, benang tengah,
dan benang bawah. Nilai-nilai benang ini dapat dilihat pada theodolit dengan cara

mengarahkan teropong pada theodolit ke titik yang telah ditentukan dan


diletakkan rambu ukur terlebih dahulu. Setelah di fokuskan maka kita dapat
membaca kesemua benang yang terlihat pada rambu ukur.
Pada praktikum ini, pembacaan benang pada rambu ukur dilakukan oleh
praktikan yang berbeda-beda, sehingga hasil pembacaannya pun akan sedikit
berbeda. Hal ini dapat dilihat pada hasil pembacaan benang tengah pada kondisi
sebenarnya dengan hasil yang diperoleh dengan metode perhitungan.
Sebagaimana di ketahui. Benang tengah pada theodolit dapat dihitung dengan
menggunakan rumus, yaitu : Benang atas (Ba) + Benang bawah (BB) / 2. Dimana
benang tengah adalah rata-rata dari penjumlahan antara kedua benang ini. Namun
demikian, pembacaan benang tenga dapat dilihat pada teropong di theodolit.
Sehingga ketika dilakukan proses perhitungan terdapat beberapa perbedaan kecil
dari perhitungan benag tengah yang diperoleh dengan pengukuran benang tengah
yang diperoleh.
Pada table hasil dapat dilihat, pafda titik B, E, dan G meiliki nilai benang
tengah yang diukur berbeda dengan benang tengah yang di hitung. Sebagai
perbandingan contoh, untuk titik B, benang tengah yang dilihat pada pembacaan
theodolit adalah sebesar 1.14 meter, sedangkan nilai benang tengah setelah
dilakukan proses perhitungan adalah 1.12 meter.
Pada hasil ini dapat dikatakan bahwa, ada beberapa kesalahan yang dapat
terjadi, kesalahan umum yang terjadi yaitu dikarenakan kurangnya ketelitian
praktikan dalam membaca benang yang ada pada teropong theodolit, sehingga
berakibat terjadinya perbedaan nilai. Walaupun demikian, kesalahan ini hanyalah
kesalahan kecil, yang tidak terlalu berpengaruh dalam skala besar.
Setelah diperoleh nilai benang atas, tengah dan benang bawah, koordinat yang
diperoleh pun harus di catat, baik pada koordinat utara ataupun selatan harus
diperlukan. Setelah diperoleh nilai semua benang atas, benang tengah dan benang
bawah, maka kita akan dapat menentukan jarak dari setiap titik yang telah diukur
dengan menggunakan rumus.

Rumus yang digunakan adalah rumus jarak : Benang atas (BA)- Benang
bawah ( BB) X 100. Pada hasil perhitungan diperoleh jarak yang berbeda-beda.
Jarak terpendek diperoleh pada koordinat titik C ke D dengan panjang 42 meter.
Sedangkan jarak terpanjang diperoleh pada koordinat titik F ke G dengan panjang
121 meter. Jika dilihat, pada perhitungan jarak ini tidak menggunakan nilai
benang tengah, sehingga walaupun nilai benang tengah yang diukur berbeda
dengan benang tengah yang dihitung, tidak berpengaruh terhadapat perhitungan
jarak wilayahnya.
Jikat semua jarak ini sudah diperoleh, maka kita juga dapat memperoleh jarak
total dengan menjumlah semua jarak pada titik-titik yang diperoleh ataupun kita
dapat menghitung resultan dari titik A ke G menggunakan rumus tertentu. Namun
Pada praktikum ini keahlian yang harus kita peroleh adalah menghitung jarak
dengan menggunakan titik- titik yang telah ditentukan.
Jarak yang telah didapatkan akan lebih mudah diproyeksikan dengan
penggambaran denah/peta. Karena pada metode polygon terbuka ini juga akan
menyediakan sudut dari tiap-tiao titik yang dihitung dari sudut jurusan, dan juga
azimuth dari tiap-tiap titik. Tentunya ini akan memudahkan kita dalam
menghitung jarak suatu wilayah tanpa harus menggunakan meteran.

VII. KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum ini, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Benang atas, benang tengah dan benang bawah pada theodolit dapat dibaca
dengan melihat posisi garis yang tegak lurus terhadap rambu ukur dan
posisi ketiga benag dapat dilihap pada teropong, selain itu untuk mebaca
ketiga benang ini dibutuhkan ketelitian dan kecermatan agar angka yang
didapatkan adalah akurat.
2. Jarak suatu wilayah dapat diukur dengan menggunakan theodolit apabila
telah didapatkan benag atas dan benang bawah, dengan rumus (BA-

BB)X100, dan untuk mencari azimuth serta koordinat suatu titik tertentu
dapat menggunakan kompas yang diletakkan di titik yang akan diukur.

DAFTAR PUSTAKA
Adam,

Rasta.

Pengukuran

Poligon

Tertutup

Terikat.

http://ilmu-

civil1001.blogspot.co.id/p/pengukuran-poligon-tertutup-terikat.html. Diakses
pada tanggal 12 November 2015.
Anonim.

2011.

Poligon

Terbuka.

http://geodesi10-materi-

kkh.blogspot.co.id/2011/05/poligon-terbuka.html. Diakses pada tanggal 12


November 2015.
Anonim.

2012.

Pengantar

Ilmu

Ukur

Tanah

Poligon.

https://tianjemeduson.wordpress.com/2012/10/08/pengantar-ilmu-ukur-tanahpoligon/. Diakses pada tanggal 12 November 2015.

Saputra,

Irmawan.

H.

2012.

Metode

Pengukuran

http://www.plengdut.com/2012/09/metode-pengukuran-poligon.html.

Poligon.
Diakes

pada tanggal 12 November 2015.


Tim Penyusun. 2015. Buku Panduan Praktikum Teknik Geodesi Alat Sipat Datar.
Jambi : Universitas Jambi

LAMPIRAN
Gambar 5 : Rambu Ukur pada Titik C

Gambar 6 : Rambu Ukur pada Titik C

Gambar 7 : Rambu Ukur pada Titik F

Gambar 9 : Pengukuran Benang C ke D

Gambar 8 : Pengukuran Benang E ke F

Gambar 10 : Pengukuran Benang B ke C

Anda mungkin juga menyukai