Anda di halaman 1dari 10

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

BAB 4 PEMETAAN

4.1

URAIAN Peta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala

tertentu melalui suatu sistem proyeksi. Peta bisa disajikan dalam berbagai cara yang berbeda, mulai dari peta konvensional yang tercetak hingga peta digital yang tampil di layar komputer. Istilah peta berasal dari bahasa Yunani mappa yang berarti taplak atau kain penutup meja. Namun secara umum pengertian peta adalah lembaran seluruh atau sebagian permukaan bumi pada bidang datar yang diperkecil dengan menggunakan skala tertentu sehingga sebuah peta dapat diartikan sebagai representasi dua dimensi dari suatu ruang tiga dimensi. Pemetaan suatu daerah atau wilayah ukur yang mencakup penyajian bentuk dalam dimensi horisontal dari vertikal secara bersama-sama dalam suatu gambar peta dikenal dengan nama pengukuran situasi dan detail. Maksud dari pengukuran situasi ini adalah untuk mengambil data-data situasi lapangan pada daerah yang akan dipetakan untuk memindahkan bayangan dari sebagian atau seluruh permukaan bumi yang tidak teratur ke atas suatu bidang datar yang dinamakan peta. Dalam pengukuran situasi ada beberapa macam pengukuran yang harus dilakukan baik untuk kepentingan penyajian kerangka horisontal dan vertikal, maupun untuk kepentingan detail penggambaran dan situasi dari lapangan yang bersangkutan, sehingga untuk penyajian peta situasi tersebut perlu dilakukan pengukuran: a. b. c. d. Penentuan titik fundamental (X, Y, Z) Pengukuran kerangka horisontal (sudut dan jarak) Pengukuran kerangka tingi (beda tinggi) Pengukuran titik detail (arah, beda tinggi, dan jarak)

38 Kelompok 3 Sipil Jurusan Teknik Universitas Gunadarma

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Dimana pengukuran-pengukuran tersebut di atas termasuk ke dalam pengukuran polygon.

39 Kelompok 3 Sipil Jurusan Teknik Universitas Gunadarma

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

4.1.1 Syarat-syarat Peta Suatu gambar dapat dikatakan sebagai peta jika memenuhi syarat-syarat atau kriteria tertentu. Syarat-syarat dari suatu peta, yaitu: 1. Conform, yaitu bentuk dari sebuah peta yang digambar serta harus sebangun dengan keadaan asli atau sebenarnya di wilayah asal atau di lapangan. 2. Equidistance, yaitu jarak di peta jika dikalikan dengan skala yang telah di tentukan sesuai dengan jarak di lapangan. 3. Equivalent, yaitu daerah atau bidang yang digambar di peta setelah dihitung dengan skalanya, akan sama dengan keadaan yang ada di lapangan.

4.1.1 Fungsi Peta Peta memiliki beberapa fungsi bagi manusia selaku pembuat dan penggunanya, baik peta umum ataupun peta khusus dapat digunakan untuk berbagai keperluan dan kepentingan, seperti beberapa fungsi peta berikut ini: 1. 2. 3. 4. 5. Menyeleksi data Memperlihatkan ukuran Menunjukkan lokasi relatif Memperlihatkan bentuk Menunjukkan bentuk

4.2

DATA-DATA YANG DIPERLUKAN Data-data yang diperoleh dari pengukuran untuk penggambaran peta

sebagai hasil dari pengukuran di lapangan antara lain: 1. 2. 3. 4. Jarak (Dd) ( Jarak horisontal dan vertikal) Beda tinggi (H) Sudut dalam () Azimuth () Dari data-data tersebut diperoleh koordinat-koordinat X (jarak horisontal) dan Y (jarak vertikal), serta tinggi tempat Z, baik dari polygon utama maupun titik detail. 40 Jurusan Teknik Universitas Gunadarma

Kelompok 3 Sipil

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

4.3

PERALATAN Alat-alat yang perlu disiapkan pada saat menggambarkan sebuah peta

adalah sebagai berikut: 1. Alat-alat tulis dan kalkulator

Gambar 4.1 Kalkulator dan Alat Tulis

2.

Mistar dan sablon

Gambar 4.2 Mistar dan Sablon

3.

Busur derajat

Gambar 4.3 Busur Derajat

4.

Milimeter blok 41 Jurusan Teknik Universitas Gunadarma

Kelompok 3 Sipil

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Gambar 4.4 Milimeter Blok

5.

Kertas kalkir 80 gr

Gambar 4.5 Kertas Kalkir 80 gr

4.4

PENYAJIAN DATA Dari data-data yang diperoleh seperti telah dijelaskan pada sub bab 4.2,

maka penggambaran dapat dilakukan dalam empat tahapan, yaitu: 1. Plotting kerangka dasar pada milimeter blok dengan menggunakan sistem koordinat kartesius (X, Y, Z). 2. Plotting titik detail, digambarkan dengan menggunakan sistem koordinat kartesius. 3. Menarik garis kontur dan menggambarkan detail yang ada, diatas milimeter blok tersebut sesuai dengan skala dan tata cara yang berlaku. 4. Menyalin hasil No. 3 ke atas kertas kalkir.

Kelompok 3 Sipil

42 Jurusan Teknik Universitas Gunadarma

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

4.5

PLOTTING KERANGKA DASAR Pada langkah ini yang harus diperhatikan adalah skala yang diminta adalah

skala 1 : 150, sehingga berdasarkan skala tersebut semua data titik ikat dapat digambarkan. Data hasil perhitungan adalah absis dan ordinat dari semua titik ikat kerangka. Data tersebut dikonversi sesuai dengan skala yang diminta. Apabila plotting dari semua posisi titik ikat telah dilakukan, maka selanjutnya semua titik tersebut dihubungkan dengan garis lurus penghubungnya, sehingga tergambar bentuk kerangka yang dimaksud. Umumnya informasi yang ditambahkan dalam penggambaran kerangka ini adalah simbol titik dengan nomor dan ketinggiannya serta bentuk kerangka, yaitu garis yang menghubungkan semua titik ikat tersebut secara beruntun.

4.6

PLOTTING TITIK DETAIL Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam plotting titik detail adalah

sebagai berikut: 1. Titik detail yang diambil atau diukur dari kerangka tertentu dapat diplot dengan menggunakan koordinat yang sesuai dengan masing-masing titik acuannya (X, Y, Z). 2. Plotting dilakukan langsung pada milimeter blok, dimana titik polygon sudah diplot sebelumnya. 3. Cantumkan nomor-nomor titik detail dan ketinggian.

4.7

PENGGAMBARAN KONTUR Apabila plotting kerangka dasar dan titik detail selesai, tahap selanjutnya

adalah menarik garis kontur yang didapat dari besaran bilangan skala yang ditentukan dan menurut interval tertentu. Bentuk kontur harus sesuai dengan yang tergambar pada sketsa situasi di lapangan. Pada umumnya bentuk kontur untuk skala kecil dan skala besar akan mempunyai perbedaan pada penggambaran lembahnya. 43 Jurusan Teknik Universitas Gunadarma

Kelompok 3 Sipil

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Untuk menentukan ketinggian tempat pada interval tertentu di antara beberapa ketinggian yang diketahui, dapat digunakan metode interpolasi. Interpolasi adalah metode untuk mendapatkan data berdasarkan beberapa data yang telah diketahui. Dalam pemetaan, interpolasi adalah proses estimasi nilai pada wilayah yang tidak disampel atau diukur, sehingga terbentuk peta atau sebaran nilai pada seluruh wilayah. Setelah semuanya selesai, maka hasil gambar tersebut disalin ke atas kertas kalkir. Sebagai kelengkapan, perlu ditambah informasi tepi yang berupa legenda, data-data pelaksana dan pemeriksa.

4.8

PENGUKURAN LUAS DENGAN PLANIMETER Planimeter adalah suatu alat untuk menghitung luas yang dilengkapi dengan

titik pelacak untuk mengukur luas areal pada peta. Sebuah planimeter secara mekanis menghitung luas dan mencatat hasilnya pada sebuah tromol dan piringan sewaktu sebuah titik pelacak digerakkan sepanjang garis tepi bentuk yang diukur.

Alat yang akan digunakan dalam praktikum pengukuran polygon ini adalah sebagai berikut: 1. Planimeter

Gambar 4.6 Planimeter

Kelompok 3 Sipil

44 Jurusan Teknik Universitas Gunadarma

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

2.

Penggaris segitiga

Gambar 4.7 Penggaris Segitiga

3.

Kertas

Gambar 4.8 Kertas 4. Alat tulis

Gambar 4.9 Alat Tulis 45 Jurusan Teknik Universitas Gunadarma

Kelompok 3 Sipil

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Adapun prosedur dalam melakukan praktikum pengukuran polygon ini adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. Menyiapkan denah yang akan diukur luasnya. Menyiapkan planimeter. Meletakkan planimeter di atas denah dengan posisi titik jangkar di bawah pemberat dipasang pada kedudukan di luar luas denah dan titik pelacak di bawah pada titik sudut, misal A. 4. Menggerakkan titik pelacak dari titik awal A ke B, C, D dan kembali ke titik A. 5. Titik pelacak dapat dibantu gerakan dengan sebuah penggaris segitiga tetapi biasanya dikemudikan dengan tangan saja. 6. Sebelum digerakkan membaca terlebih dahulu pembacaan awal kemudian digerakkan sesuai dengan luas wilayah yang akan dihitung dan didapat hasil pembacaan akhir. 7. Setelah didapat kedua hasil pembacaaan mencari selisihnya, kemudian mengalikannya dengan faktor kalibrasi sesuai dengan skala yang digambar.

Contoh: a. b. c. Pengukuran luas wilayah kubus dengan rusuk 5 cm. Misalkan skala yang digunakan 1 : 1. Tentukan panjang Tracer Arm yang akan dipakai sesuai dengan Table for Unit Area (English atau Metric Scale), misal: diambil 149.1 (Metric Scale). d. Misalkan nilai yang didapat dari pembacaan awal adalah 0 (nol) atau dimulai dari nol, dan dari pengukuran didapatkan pembacaan akhir 250. e. f. Pada skala 1: 1 dan panjang Trace Arm 149.1 didapat faktor pengali 0,1 m2. Maka luasan yang didapat adalah 250 0.1 = 25 m2.

Kelompok 3 Sipil

46 Jurusan Teknik Universitas Gunadarma

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

5 cm

5 cm

Diketahui: Pembacaan awal Pembacaan akhir

=0 = 250

Selisih pembacaan = 250 0 = 250 Luas yang dicari = Selisih Faktor pengali = 250 0.1 = 25 m2 Selisih luas = Luas yang dicari Luas yang sesungguhnya = 25 25 =0

Persentase kesalahan

0 100% 25

= 0% Catatan : Toleransi % kesalahan < 1 %

Kelompok 3 Sipil

47 Jurusan Teknik Universitas Gunadarma

Anda mungkin juga menyukai