PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kuliah lapangan bagi jurusan Geografi adalah hal terpenting yang dapat
meningkatkan daya kreativitas dan meningkatkan pengalaman mahasiswa di
lapangan. Dengan adanya kuliah lapangan maka mahasiswa dapat langsung
mengaplikasikan materi atau ilmu yang telah didapat di dalam ruangan. Baik
konsep penginderaan jauh dalam kaitannya dengan ilmu geografi. Sehingga
diharapkan setelah melaksanakan kuliah lapangan mahasiswa dapat dengan
mudah melihat kondisi di lapangan secara langsung, dan mereka tidak canggung
lagi jika nanti masuk ke dunia kerja. Mata kuliah Penginderaan Jauh Dasar ini
merupakan salah satu mata kuliah yang mengharuskan mahasiswa untuk
melaksanakan kuliah lapangan, karena mata kuliah Penginderaan Jauh Dasar
tidak hanya cukup diterangkan di dalam ruangan, mahasiswa akan lebih mudah
memahami materi perkuliahan jika langsung melihat kondisi di lapanagan.
B. Tujuan Praktek
1. Tujuan Intruksional Umum
Pelaksanaan praktiikum lapangan ini agar mahasiswa dapat terlatih
dan dapat menerapkan serta membandingkan teori yang didapat dalam proses
perkuliahan dengan kenyataan yang didapat dilapangan serta terampil
memecahkan masalah yang berhubungan dengan mata kuliah Penginderaan
Jauh, serta diharapkan dapat membentuk dan menumbuhkan sikap cinta
lingkungan serta dengan adanya praktikum ini kerja sama antar mahasiswa
dapat terjalin dengan baik selain itu untuk memupuk kekompakan antar
anggota kelompok kerja. Selain itu Praktek lapang ini secara umum bertujuan
untuk melatih mahasiswa dalam melakukan pengamatan di lapangan
berdasarkan
fenomena
yang
tampak
pada
citra/foto
udara,
serta
2. Tujuan Khusus
a. Mengobservasi kenampakan yang ada di lapangan sesuai dengan foto
udara pada lokasi praktek
b. Mengetahui kenampakan- kenampakan yang ada pada citra
c. Membandingkan antara kenampakan yang ada pada foto udara dengan
keadaan di lapangan.
C. Lokasi Praktek
Praktek lapangan ini dilaksanakan di Kabupaten Gowa Kecamatan Tinggi
Moncong
D. Waktu Pelaksanaan Praktek.
Hari/Tanggal
Pukul
F. Peserta
Praktikum Lapang Penginderaan Jauh Dasar ini diikuti oleh ;
1. Pendidikan Geografi
: 52 Orang
2. Asisten Dosen
: 2 Orang
3. Dosen Pembimbing
: 1 Orang
Total Jumlah Peserta
: 55 orang
BAB II
KAJIAN TEORI
3
d.
yaitu sebelum dan sesudah tahun 1960. Sebelum tahun 1960 masih digunakan
foto udara, setelah tahun 1960 sudah ditambah dengan citra satelit. Perkembangan
kamera diperoleh dari percobaan yang dilakukan pada lebih dari 2.300 tahun yang
lalu oleh Aristoteles dengan ditemukannya teknologi Camera Obscura yang
merupakan temuan suatu proyeksi bayangan melalui lubang kecil ke dalam ruang
gelap. Percobaan ini dilanjutkan dari abad ke 13 sampai 19 oleh ilmuwan seperti
Leonardo da Vinci, Levi ben Gerson, Roger Bacon, Daniel Barbara (penemuan
lensa yang dapat dipakai untuk pembesaran pandangan jarak jauh melalui
penggunaan teleskop), Johan Zahr (penemuan cermin), Athanins Kircher,
Johannes Kepler, Robert Boyle, Robert Hooke, William Wollaston dan George
Airy Pada 1700 AD, mulai ditemukan proses fotografi, yang pada akhirnya
dikembangkan menjadi teknik fotografi (1822) oleh Daguerre dan Niepce yang
dikenal dengan proses Daguerrotype. Kemudian proses fotografi tersebut
berkembang setelah diproduksi rol film yang terbuat dari bahan gelatin dan silver
bromide secara besar-besaran. Kegiatan seni fotografi menggunakan balon udara
yang digunakan untuk membuat fotografi udara sebuah desa dekat kota Paris
berkembang pada tahun 1859 oleh Gaspard Felix Tournachon. Pada tahun 1895
berkembang teknik foto berwarna dan berkembang menjadi Kodachrome tahun
1935.
Pada 1903 di Jerman, kamera pertama yang diluncurkan melalui roket
yang dimaksudkan untuk melakukan pemotretan udara dari ketinggian 800 m dan
kamera tersebut kembali ke bumi dengan parasut. Foto udara pertama kali dibuat
oleh Wilbur Wright pada tahun 1909. Selama periode Perang Dunia I, terjadi
lonjakan besar dalam penggunaan foto udara untuk berbagai keperluan antara lain
untuk pelacakan dari udara yang dilakukan dengan pesawat kecil dilengkapi
dengan kamera untuk mendapatkan informasi kawasan militer strategis, juga
dalam hal peralatan interpretasi foto udara, kamera dan film. Pada tahun 1922,
4
untuk mengambil objek di permukaan bumi dari udara dengan bantuan sensor.
Penginderaan Jauh adalah suatu seni, ilmu dan teknik untuk memperoleh datadata tentang objek fisik dan keadaan di permukaan bumi melalui proses
perekaman, pengukuran, dan penafsiran citra fotografik.
Beberapa Pengertian Penginderaan Jauh Oleh Para Ahli :
1. Menurut Lillesand and Kiefer
Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi
tentang obyek, daerah atau gejala dengan jalan menganalisis data yang didapat
dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah atau
gejala yang dikaji.
2. Menurut Lindgren
Penginderaan
jauh
adalah
bermacam-macam
teknik
yang
3. Menurut Sabins
yang
memanfaatkan
energi
yang
berasal
dari
gelombang
f.
Interpretasi Citra
Interpretasi Citra adalah kegiatan mengenali objek pada citra dengan cara
tanggul alam, atau sepanjang tepi jalan. Juga persawahan, banyak terdapat di
daerah dataran rendah, dan sebagainya.
8. Bayangan
Bayangan bersifat menyembunyikan detail objek yang berada di
daerah gelap. Bayangan juga dapat merupakan kunci pengenalan yang penting
dari beberapa objek yang justru dengan adanya bayangan menjadi lebih jelas.
Contoh: pola transmigrasi dikenali dengan rumah yang ukuran dan jaraknya
seragam, masing-masing menghadap ke jalan.
8. Asosiasi
Asosiasi adalah keterkaitan antara objek yang satu dengan objek yang
lainnya. Contoh: sawah berasosiasi dengan aliran air (irigasi), pemukiman,
dan sebagainya.
g.
kamera panoramik mengalokasikan citra daerah yang lebih luas, tetapi tidak
memiliki ketelitian yang tinggi seperti citra kamera kerangka.
Kamera strip bekerja tanpa penutup lensa (shutter). Pada saat pemotretan,
sinar masuk ke kamera melalui celah sempit yang dibuat melintang terhadap arah
jalur penerbangan. Film digerakkan dengan kecepatan seimbang terhadap gerak
relatif antara objek dan pesawat terbang. Kamera multispektral berupa kamera
yang diarahkan ke satu titik fokus (multikamera) atau satu kamera dengan
beberapa lensa (kamera multilensa). Pada setiap pemotretan dapat dihasilkan 3
hingga 12 foto.
Pada dasarnya, kamera terdiri dari tiga bagian, yaitu kelompok kerucut
lensa, tubuh kamera, dan magasen. Di dalam kerucut lensa terdapat lensa, filter,
diafragma, dan penutup lensa. Pada tubuh kamera terdapat mekanisme penggerak
film, perataan film pada saat pemotretan, dan penggerak penutup lensa. Pada
magasen terdapat gulungan film dan penarik film. Bagian yang lain dari
pemotretan adalah film. Film dapat dibagi atas film ultraviolet, film ortokromatik,
film pankromatik, dan film inframerah.
Bagian penting lainnya adalah filter, yaitu pengatur sinar yang masuk ke
kamera. Jenis filter ini di antaranya berupa filter penyerap, filter penahan
gelombang pendek, filter penerus saluran sempit, filter penyaring gangguan
atmosfer, filter anti ketidakseragaman, dan filter untuk kompensasi warna bagi
film berwarna.
Hasil dari penginderaan jauh fotografik berupa foto udara dan foto satelit.
Foto udara pada umumnya dibuat dengan menggunakan pesawat terbang sebagai
wahananya, atau balon yang dapat mencapai ketinggian hingga 35 km (balon
stratosfer). Foto satelit dibuat dengan menggunakan satelit sebagai wahananya.
Landsat, SPOT-1, dan ERS-1 merupakan satelit yang cukup handal, yang didesain
sebagai satelit yang multifungsi. Khususnya ERS-1, membawa lima sensor yang
cukup canggih. Sensor yang dimaksud adalah seperti gambar disamping.
yang
dimaksud
dengan
objek
dalam
pengertian
10
contrast.
Citra,
sebagai
dataset,
bisa
dimanipulasi
12
untuk
melakukan
interpretasi
dan
klasifikasi
yang
Tutupan awan. Terutama untuk sensor pasif, awan bisa menutupi bentukbentuk yang berada di bawah atau di dekatnya, sehingga interpretasi tidak
dimungkinkan, Masalah ini sangat sering dijumpai di daerah tropis, dan
mungkin diatasi dengan mengkombinasikan citra dari sensor pasif (misalnya
Landsat) dengan citra dari sensor aktif (misalnya Radarsat) untuk keduanya
saling melengkapi.
2.
3.
Pengaruh atmosferik. Pengaruh atmosferik, terutama ozon, uap air dan aerosol
sangat mengganggu pada band nampak dan infrared. Penelitian akademis
untuk mengatasi hal ini masih aktif dilakukan.
13
4.
Derajat kedetailan dari peta tutupan lahan yang ingin dihasilkan. Semakin
detail peta yang ingin dihasilkan, semakin rendah akurasi dari klasifikasi. Hal
ini salah satunya bisa diperbaiki dengan adanya resolusi spectral dan spasial
dari citra komersial yang tersedia.
Setelah citra dipilih dan diperoleh, langkah-langkah pemrosesan tidak
terlalu tergantung sistem sensor dan juga software pengolahan citra yang dipakai.
Berikut ini akan kami sampaikan dengan singkat beberapa langkah yang umum
dilakukan, akan tetapi detail dari teknik dan ketrampilan menggunakan hanya bisa
diperoleh dengan praktek langsung dengan menggunakan sebuah citra dan
software pengolahan citra tertentu. Langkah-langkah dalam pengolahan citra:
1.
2.
3.
4.
5.
Mengambil sifat tertentu dari citra dengan proses klasifikasi dan pengukuran
akurasi dari hasil klasifikasi.
6.
7.
Menginterpretasikan hasil.
Mengamati citra pada layar adalah proses yang paling efektif dalam
mengidentifikasi masalah yang ada pada citra, misalnya tutupan awan, kabut, dan
kesalahan sensor. Citra bisa ditampilkan oleh sebuah komputer, baik per satu band
dalam hitam dan putih maupun dalam kombinasi tiga band, yang disebut
komposit warna. Mata manusia hanya bisa membedakan 16 derajat keabuan
dalam sebuah citra, tetapi bisa membedakan berjuta juta warna yang berbeda.
Oleh karena itu, teknik perbaikan/enhancement citra yang paling sering
digunakan adalah memberi warna tertentu kepada nilai DN tertentu (atau kisaran
14
awal ini, dimana efek kesalahan sensor dan faktor lingkungan dihilangkan.
Biasanya koreksi ini mengubah nilai DN yang terkena efek atmosferik. Data
tambahan yang dikumpulkan pada waktu yang bersamaan dengan diambilnya
citra bisa dipakai sebagai alat kalibrasi dalam melakukan koreksi radiometric.
Selain itu koreksi geometric juga sangat penting dalam langkah awal pemrosesan.
Metode ini mengkoreksi kesalahan yang disebabkan oleh geometri dari
kelengkungan permukaan bumi dan pergerakan satelit. Koreksi geometric adalah
proses dimana titik-titik pada citra diletakkan pada titik-titik yang sama pada peta
atau citra lain yang sudah dikoreksi. Tujuan dari koreksi geometri adalah untuk
meletakkan elemen citra pada posisi planimetric (x dan y) yang seharusnya.
Satu langkah pemrosesan penting yang paling sering dilakukan pada
pengolahan citra adalah klasifikasi, dimana sekumpulan pixel dikelompokkan
menjadi kelas-kelas berdasarkan karakteristik tertentu dari masing-masing kelas.
Terutama untuk proses klasifikasi, survei lapangan sangat diperlukan. Pada
umumnya hasil klasifikasi inilah yang akan menjadi input yang sangat berharga
bagi SIG untuk diolah dan diinterpretasi bersama layer-layer data yang lain.
1. Interpretasi Citra
Menurut Este dan Simonett, 1975: Interpretasi citra merupakan
perbuatan
mengkaji
foto
udara
atau
citra
dengan
maksud
untuk
16
b.
Spatial ialah ciri yang terkait dengan ruang yang meliputi bentuk, ukuran,
bayangan, pola, tekstur, situs, dan asosiasi.
c.
Temporal ialah ciri yang terkait dengan umur benda atau saat perekaman.
Penilaian atas fungsi objek dan kaitan antar objek dengan cara
bagi objek yang rona dan warnanya sama. Dalam menginterpretasi citra,
pengenalan objek merupakan bagian yang sangat penting, karena tanpa
pengenalan identitas dan jenis objek, maka objek yang tergambar pada citra
tidak mungkin dianalisis. Prinsip pengenalan objek pada citra didasarkan pada
penyelidikan karakteristiknya pada citra. Karakteristik yang tergambar pada
citra dan digunakan untuk mengenali objek disebut unsur interpretasi citra.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Praktikum Lapang
18
Berdasarkan
lokasi
dan
posisi
citra,
lokasi
praktikum
lapang
19
20
21
f. Lapangan Olahraga
Pada peta lapangan tersebut tampak dengan bentuk lahan yang
datar, ronanya hijau keputih-putihan dengan bentuk persegi dan ukurannya
sedang sekitar 15 m x 30 m.. Terlihat jelas pada polanya yang tidak teratur
22
dengan tekstur yang halus. Situsnya adalah pemukiman dan jalan sebagai
asosiasinya.
23
Salah satu objek yang diinterpretasi pada lokasi ketiga ini adalah
Tanah Lapang. Memiliki rona yang agak cukup terang dengan paduan hijau
dan coklat. Bentuknya tidak teratur, dengan bentuknya yang persegi panjang
dan pada bagian salah satu sisinya berbentuk setengah lingkaran yang
Nampak pada citra. Berukuran luas dengan tekstur yang halus. Situsnya dekat
dengan pohon-pohon pinus. Pada lokasi ini, masih ada beberapa objek yang
dapat dan seharusnya diamati, tetapi pelaksanaan interpretasi pada lokasi ke 3
ini, saat itu terhambat oleh kondisi cuaca yang tidak mendukung.
24
BAB IV
25
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Setelah kami mengadakan pratek lapangan di kota Malino kami dapat
menarik kesimpulan bahwa kota Malino mempunyai bentang lahan yang luas.
Dari hasil pratek tersebut ada 4 lokasi yang kami survei. Keempat lokasi tersebut
diantaranya adalah :
a. DAM Bili-Bili
b. Kota Malino
c. Hutan Pinus
d. Kota Malino Timur
Setiap lokasi ini menampakkan ciri atau karesteristik tertentu baik itu dari segi
rona warna , tekstur, pola, asosiasi. Interpretai citra ini merupakan unsur dalam
mengkaji foto udara citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek
dilapangan dengan yang ada di citra foto udara. Dalam melakukan survey ini,
kita dapat melihat secara langsung lokasi yang telah diinterpretasikan dalam foto
udara dimana kenampakannya banyak yang sama dengan yang ada dilapangan.
2.
Saran
Sebaiknya dalam melakukan praktek lapang apapun diharapkan kepada
para peserta agar lebih memperhatikan dan lebih teliti dalam malakukan observasi
dan pengambilan data agar nantinya dalam pembuatan laporan tidak mengalami
kesulitan sehingga tujuan dari praktek lapang ini dapat tercapai dengan baik dan
mendapatkan manfaat yang dapat di aplikasikan di kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
26
27