Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kuliah lapangan bagi jurusan Geografi adalah hal terpenting yang dapat
meningkatkan daya kreativitas dan meningkatkan pengalaman mahasiswa di
lapangan. Dengan adanya kuliah lapangan maka mahasiswa dapat langsung
mengaplikasikan materi atau ilmu yang telah didapat di dalam ruangan. Baik
konsep penginderaan jauh dalam kaitannya dengan ilmu geografi. Sehingga
diharapkan setelah melaksanakan kuliah lapangan mahasiswa dapat dengan
mudah melihat kondisi di lapangan secara langsung, dan mereka tidak canggung
lagi jika nanti masuk ke dunia kerja. Mata kuliah Penginderaan Jauh Dasar ini
merupakan salah satu mata kuliah yang mengharuskan mahasiswa untuk
melaksanakan kuliah lapangan, karena mata kuliah Penginderaan Jauh Dasar
tidak hanya cukup diterangkan di dalam ruangan, mahasiswa akan lebih mudah
memahami materi perkuliahan jika langsung melihat kondisi di lapanagan.
B. Tujuan Praktek
1. Tujuan Intruksional Umum
Pelaksanaan praktiikum lapangan ini agar mahasiswa dapat terlatih
dan dapat menerapkan serta membandingkan teori yang didapat dalam proses
perkuliahan dengan kenyataan yang didapat dilapangan serta terampil
memecahkan masalah yang berhubungan dengan mata kuliah Penginderaan
Jauh, serta diharapkan dapat membentuk dan menumbuhkan sikap cinta
lingkungan serta dengan adanya praktikum ini kerja sama antar mahasiswa
dapat terjalin dengan baik selain itu untuk memupuk kekompakan antar
anggota kelompok kerja. Selain itu Praktek lapang ini secara umum bertujuan
untuk melatih mahasiswa dalam melakukan pengamatan di lapangan
berdasarkan

fenomena

yang

tampak

pada

citra/foto

udara,

serta

mengaplikasikan teori di lapangan untuk memberikan gambaran nyata kepada


mahasiswa mengenai citra di lapangan.

2. Tujuan Khusus
a. Mengobservasi kenampakan yang ada di lapangan sesuai dengan foto
udara pada lokasi praktek
b. Mengetahui kenampakan- kenampakan yang ada pada citra
c. Membandingkan antara kenampakan yang ada pada foto udara dengan
keadaan di lapangan.
C. Lokasi Praktek
Praktek lapangan ini dilaksanakan di Kabupaten Gowa Kecamatan Tinggi
Moncong
D. Waktu Pelaksanaan Praktek.
Hari/Tanggal
Pukul

: Sabtu, 6 Desember 2014


: 08.30-16.30 Wita

E. Alat dan Bahan


a. Alat
1. Mistar
2. Megaphone
3. Camera
4. Pulpen OHP
5. Papan pengalas
b. Bahan
1. Citra foto udara
2. Peta topografi
3. Kertas transparan
4. Spidol transparan
5. Kertas bergaris
6. Kertas HVS
7. Kertas Koran

F. Peserta
Praktikum Lapang Penginderaan Jauh Dasar ini diikuti oleh ;
1. Pendidikan Geografi
: 52 Orang
2. Asisten Dosen
: 2 Orang
3. Dosen Pembimbing
: 1 Orang
Total Jumlah Peserta

: 55 orang

BAB II
KAJIAN TEORI
3

d.

Sejarah Penginderaan Jauh


Perkembangan penginderaan jauh (PJ) bisa dibedakan kedalam dua tahap

yaitu sebelum dan sesudah tahun 1960. Sebelum tahun 1960 masih digunakan
foto udara, setelah tahun 1960 sudah ditambah dengan citra satelit. Perkembangan
kamera diperoleh dari percobaan yang dilakukan pada lebih dari 2.300 tahun yang
lalu oleh Aristoteles dengan ditemukannya teknologi Camera Obscura yang
merupakan temuan suatu proyeksi bayangan melalui lubang kecil ke dalam ruang
gelap. Percobaan ini dilanjutkan dari abad ke 13 sampai 19 oleh ilmuwan seperti
Leonardo da Vinci, Levi ben Gerson, Roger Bacon, Daniel Barbara (penemuan
lensa yang dapat dipakai untuk pembesaran pandangan jarak jauh melalui
penggunaan teleskop), Johan Zahr (penemuan cermin), Athanins Kircher,
Johannes Kepler, Robert Boyle, Robert Hooke, William Wollaston dan George
Airy Pada 1700 AD, mulai ditemukan proses fotografi, yang pada akhirnya
dikembangkan menjadi teknik fotografi (1822) oleh Daguerre dan Niepce yang
dikenal dengan proses Daguerrotype. Kemudian proses fotografi tersebut
berkembang setelah diproduksi rol film yang terbuat dari bahan gelatin dan silver
bromide secara besar-besaran. Kegiatan seni fotografi menggunakan balon udara
yang digunakan untuk membuat fotografi udara sebuah desa dekat kota Paris
berkembang pada tahun 1859 oleh Gaspard Felix Tournachon. Pada tahun 1895
berkembang teknik foto berwarna dan berkembang menjadi Kodachrome tahun
1935.
Pada 1903 di Jerman, kamera pertama yang diluncurkan melalui roket
yang dimaksudkan untuk melakukan pemotretan udara dari ketinggian 800 m dan
kamera tersebut kembali ke bumi dengan parasut. Foto udara pertama kali dibuat
oleh Wilbur Wright pada tahun 1909. Selama periode Perang Dunia I, terjadi
lonjakan besar dalam penggunaan foto udara untuk berbagai keperluan antara lain
untuk pelacakan dari udara yang dilakukan dengan pesawat kecil dilengkapi
dengan kamera untuk mendapatkan informasi kawasan militer strategis, juga
dalam hal peralatan interpretasi foto udara, kamera dan film. Pada tahun 1922,
4

Taylor dan rekan-rekannya di Naval Research Laboratory USA, berhasil


mendeteksi kapal dan pesawat udara. Pada masa ini Inggris menggunakan foto
udara untuk mendeteksi kapal yang melintas kanal di Inggris guna menghindari
serangan Jerman yang direncanakan pada musim panas tahun 1940. Angkatan
Laut Amerika, pada tanggal 5 Januari 1942 mendirikan Sekolah Interpretasi Foto
Udara (Naval Photographic Interpretation School), bertepatan dengan sebulan
penyerangan Pearl Harbor. Dan hingga saat ini alat penginderaan jauh semakin
mengalami kemajuan pesat.
e.

Pengertian Penginderaan Jauh


Penginderaan jauh (remote sensing) secara sederhana merupakan teknik

untuk mengambil objek di permukaan bumi dari udara dengan bantuan sensor.
Penginderaan Jauh adalah suatu seni, ilmu dan teknik untuk memperoleh datadata tentang objek fisik dan keadaan di permukaan bumi melalui proses
perekaman, pengukuran, dan penafsiran citra fotografik.
Beberapa Pengertian Penginderaan Jauh Oleh Para Ahli :
1. Menurut Lillesand and Kiefer
Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi
tentang obyek, daerah atau gejala dengan jalan menganalisis data yang didapat
dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah atau
gejala yang dikaji.
2. Menurut Lindgren
Penginderaan

jauh

adalah

bermacam-macam

teknik

yang

dikembangkan untuk mendapat perolehan dan analisis informasi tentang bumi.


Informasi tersebut khusus dalam bentuk radiasi elektromagnetik yang
dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi.

3. Menurut Sabins

Penginderaan jauh adalah suatu ilmu untuk memperoleh, mengolah


dan menginterpretasi citra yang telah direkam yang berasal dari interaksi
antara gelombang elektromagnetik dengan suatu obyek.
4. Menurut Curran 1985
Penginderaan jauh (remote sensing), yaitu penggunaan sensor radiasi
elektromagnetik untuk merekam gambar lingkungan bumi yang dapat
diinterpretasi sehingga menghasilkan informasi yang berguna.
5. Menurut Colwell 1984
Penginderaan jauh (remote sensing), yaitu suatu pengukuran atau
perolehan data pada objek dipermukaan bumi dari satelit atau instrumen lain
diatas jauh dari objek yang diindera. Foto udara citra satelit dan citra radar
adalah beberapa bentuk penginderaan jauh.
6. Menurut Campbell 1987
Penginderaan jauh (remote sensing), yaitu ilmu untuk mendapatkan
informasi mengenai permukaan bumi seperti lahan dan air dari citra yang
diperoleh dari jarak jauh. Hal ini biasanya berhubungan dengan pengukuran
pantulan atau pancaran gelombang elektromagnetik dari suatu objek.
7. Menurut Avery 1985
Penginderaan jauh merupakan upaya memperoleh mengidentifikasi dan
menganalisis objek dengan sensor pada posisi pengamatan daerah kajian.
Penginderaan jauh merupakan upaya untukmemperoleh data dari jarak jauh
dengan menggunakan peralatan tertentu. Data yangdiperoleh itu kemudian
dianalisis dan dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.
Penginderaan Jauh merupakan terjemahan dari istilah remote sensing,
adalah ilmu, teknologi dan seni dalam memperoleh informasi mengenai objek
atau fenomena di (dekat) permukaan bumi tanpa kontak langsung dengan objek
atau fenomena yang dikaji, melainkan melalui media perekam objek atau
fenomena

yang

memanfaatkan

energi

yang

berasal

dari

gelombang

elektromagnetik dan mewujudkan hasil perekaman tersebut dalam bentuk citra.


6

f.

Interpretasi Citra
Interpretasi Citra adalah kegiatan mengenali objek pada citra dengan cara

menganalisis dan kemudian menilai penting atau tidaknya objek tersebut.


Pengenalan objek citra berdasarkan karakteristik tertentu yang disebut unsur
interpretasi citra. Ada delapan interpretasi citra, di antaranya:
1. Rona/ Warna
Rona adalah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan objek pada citra.
2. Warna
Warna adalah wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan
spektrum sempit, lebih sempit dari spektrum nyata.
3. Tekstur
Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra yang dinyatakan
dalam bentuk kasar, sedang, dan halus. Misalnya hutan bertekstur kasar,
belukar bertekstur sedang, dan semak bertekstrur halus.
4. Bentuk
Bentuk merupakan atribut yang jelas sehingga banyak objek yang
dapat dikenali berdasarkan bentuknya. Seperti: jalan bentuknya memanjang
sedangkan lapangan bola mempunyai bentuk lonjong.
5. Ukuran
Ukuran adalah ciri objek berupa jarak, luas, tinggi lereng, dan volume.
Ukuran objek pada citra berupa skala.
6. Pola
Pola merupakan suatu keteraturan pada suatu objek di lapangan yang
tampak pada citra. Pola diklasifikasikan menjadi: teratur, kurang teratur, dan
tidak teratur.
7. Situs
Situs adalah letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya.
Contoh: pemukiman pada umumnya memanjang pada pinggir tebing pantai,

tanggul alam, atau sepanjang tepi jalan. Juga persawahan, banyak terdapat di
daerah dataran rendah, dan sebagainya.
8. Bayangan
Bayangan bersifat menyembunyikan detail objek yang berada di
daerah gelap. Bayangan juga dapat merupakan kunci pengenalan yang penting
dari beberapa objek yang justru dengan adanya bayangan menjadi lebih jelas.
Contoh: pola transmigrasi dikenali dengan rumah yang ukuran dan jaraknya
seragam, masing-masing menghadap ke jalan.
8. Asosiasi
Asosiasi adalah keterkaitan antara objek yang satu dengan objek yang
lainnya. Contoh: sawah berasosiasi dengan aliran air (irigasi), pemukiman,
dan sebagainya.
g.

Alat Penginderaan Jauh untuk Memperoleh Citra Foto


Alat yang digunakan untuk memperoleh citra foto adalah kamera. Jenis

kamera dalam penginderaan jauh fotografik antara lain:


1. kamera kerangka untuk pemetaan
2. kamera kerangka untuk keperluan tinjau,
3. kamera panoramik, dan
4. kamera multispektral.
Kamera kerangka (frame camera) adalah kamera yang perekaman tiap
lembar foto dilakukan secara serentak dan bukan bagian demi bagian.
Pemindahan filmnya adalah kerangka demi kerangka.
Kamera kerangka untuk pemetaan disebut juga kamera metrik atau kamera
kartografik yang lebih menekankan pada kecermatan informasi metrik. Kamera
kerangka untuk keperluan tinjau dirancang untuk menyajikan gambaran objek
dengan resolusi spasial yang tinggi.
Kamera panoramik adalah kamera yang mengindera pada bidang pandang
yang relatif sempit melalui suatu celah yang sempit. Daerah yang diindera,
diliputi dengan rotasi lensa kamera. Jika dibandingkan dengan kamera kerangka,
8

kamera panoramik mengalokasikan citra daerah yang lebih luas, tetapi tidak
memiliki ketelitian yang tinggi seperti citra kamera kerangka.
Kamera strip bekerja tanpa penutup lensa (shutter). Pada saat pemotretan,
sinar masuk ke kamera melalui celah sempit yang dibuat melintang terhadap arah
jalur penerbangan. Film digerakkan dengan kecepatan seimbang terhadap gerak
relatif antara objek dan pesawat terbang. Kamera multispektral berupa kamera
yang diarahkan ke satu titik fokus (multikamera) atau satu kamera dengan
beberapa lensa (kamera multilensa). Pada setiap pemotretan dapat dihasilkan 3
hingga 12 foto.
Pada dasarnya, kamera terdiri dari tiga bagian, yaitu kelompok kerucut
lensa, tubuh kamera, dan magasen. Di dalam kerucut lensa terdapat lensa, filter,
diafragma, dan penutup lensa. Pada tubuh kamera terdapat mekanisme penggerak
film, perataan film pada saat pemotretan, dan penggerak penutup lensa. Pada
magasen terdapat gulungan film dan penarik film. Bagian yang lain dari
pemotretan adalah film. Film dapat dibagi atas film ultraviolet, film ortokromatik,
film pankromatik, dan film inframerah.
Bagian penting lainnya adalah filter, yaitu pengatur sinar yang masuk ke
kamera. Jenis filter ini di antaranya berupa filter penyerap, filter penahan
gelombang pendek, filter penerus saluran sempit, filter penyaring gangguan
atmosfer, filter anti ketidakseragaman, dan filter untuk kompensasi warna bagi
film berwarna.
Hasil dari penginderaan jauh fotografik berupa foto udara dan foto satelit.
Foto udara pada umumnya dibuat dengan menggunakan pesawat terbang sebagai
wahananya, atau balon yang dapat mencapai ketinggian hingga 35 km (balon
stratosfer). Foto satelit dibuat dengan menggunakan satelit sebagai wahananya.
Landsat, SPOT-1, dan ERS-1 merupakan satelit yang cukup handal, yang didesain
sebagai satelit yang multifungsi. Khususnya ERS-1, membawa lima sensor yang
cukup canggih. Sensor yang dimaksud adalah seperti gambar disamping.

A. Alat Penginderaan Jauh beserta fungsinya


Berikut ini adalah beberapa alat penginderaan jauh berserta fungsinya
1. Active Microwave Instrument (AMI)
AMI mampu menghasilkan citra (gambar rekaman suatu objek) dataran
dan lautan, dapat pula menentukan arah gelombang samudera, serta mengukur
arah dan kecepatan angin.
2. Radar Altimeter (RA)
Jenis sensor ini mampu mengukur tinggi muka laut, tinggi gelombang,
dan topografi bawah laut. Radar adalah Radio Detection and Ranging.
3. Along Track Scanning Radiometer and Microwave Sounder (ATRS)
ATRS merupakan gabungan antara sensor inframerah dan gelombang
mikro yang fungsinya untuk mengukur temperatur permukaan laut, mengukur
temperatur tebal tutupan awan, serta mengukur kelembapan awan.
4. Precise Range and Range-Rate Equipment (PRARE)
PRARE dapat menentukan posisi satelit paling tepat terhadap lokasi
stasiun di muka bumi.
5. Laser Retro-Reflector (LRR)
LRR digunakan untuk menentukan posisi satelit yang tepat beserta
orbitnya dengan lokasi di bumi melalui stasiun-stasiun laser.
Kemudian,

yang

dimaksud

dengan

objek

dalam

pengertian

penginderaan jauh di atas ialah dapat berupa permukaan bumi, dirgantara,


antariksa. Penginderaannya dilakukan dari jarak jauh. Dengan demikian,
disebutlah sistem penginderaan itu sebagai penginderaan jauh. Karena sensor
yang dipasang jauh dari objek yang akan diindera, maka diperlukan tenaga
yang dipancarkan atau dipantulkan oleh objek itu. Antara tenaga dan objek
terjadi interaksi. Tapi, objek mempunyai karakter yang berbeda dalam
interaksinya itu misalnya:
a. Air banyak menyerap sinar, dan sedikit memantulkan sinar,

10

b. Batuan kapur salju sedikit menyerap sinar, tetapi banyak memantulkan


sinar.
B. Analisis Citra
Setelah data dikumpulkan dan dikirimkan ke stasiun penerima, data tersebut harus
diproses dan diubah ke dalam format yang bisa diinterpretasi oleh peneliti. Untuk
itu data harus diproses, ditajamkan dan dimanipulasi. Teknik-teknik tersebut
disebut pengolahan citra.
1. Mengubah Data Menjadi Citra
Data citra satelit dikirim ke stasiun penerima dalam bentuk format
digital mentah merupakan sekumpulan data numerik. Unit terkecil dari data
digital adalah bit, yaitu angka biner, 0 atau 1. Kumpulan dari data sejumlah 8
bit data adalah sebuah unit data yang disebut byte, dengan nilai dari 0 255.
Dalam hal citra digital nilai level energi dituliskan dalam satuan byte.
Kumpulan byte ini dengan struktur tertentu bisa dibaca oleh software dan
disebut citra digital 8-bit. Analisa data penginderaan jauh memerlukan data
rujukan seperti peta tematik, data statistik dan data lapangan. Hasil nalisa
yang diperoleh berupa informasi mengenai bentang lahan, jenis penutup
lahan, kondisi lokasi dan kondisi sumberdaya lokasi. Informasi tersebut bagi
para pengguna dapat dimanfaatkan untuk membantu dalam proses
pengambilan keputusan dalam mengembangkan daerah tersebut. Keseluruhan
proses pmulai dari pengambilan data, analisis data hingga penggunaan data
tersebut disebut Sistem Penginderaan Jauh (Purwadhi, 2001).
2. Karakteristik Citra
a. Pixel
Pixel (picture element) adalah sebuah titik yang merupakan elemen
paling kecil pada citra satelit. Angka numerik (1 byte) dari pixel disebut
digital number (DN). DN bisa ditampilkan dalam warna kelabu, berkisar
antara putih dan hitam (gray scale), tergantung level energi yang
terdeteksi. Pixel yang disusun dalam order yang benar akan membentuk
11

sebuah citra. Kebanyakan citra satelit yang belum diproses disimpan


dalam bentuk gray scale, yang merupakan skala warna dari hitam ke putih
dengan derajat keabuan yang bervariasi. Untuk PJ, skala yang dipakai
adalah 256 shade gray scale, dimana nilai 0 menggambarkan hitam, nilai
255 putih. Dua gambar di bawah ini menunjukkan derajat keabuan dan
hubungan antara DN dan derajat keabuan yang menyusun sebuah citra.
Untuk citra multispectral, masing masing pixel mempunyai
beberapa DN, sesuai dengan jumlah band yang dimiliki. Sebagai contoh,
untuk Landsat 7, masing-masing pixel mempunyai 7 DN dari 7 band yang
dimiliki. Citra bisa ditampilkan untuk masing-masing band dalam bentuk
hitam dan putih maupun kombinasi 3 band sekaligus, yang disebut color
composites. Gambar di bawah ini menunjukkan composite dari beberapa
band dari potongan Landat 7 dan pixel yang menyusunnya.
b. Contrast
Contrast adalah perbedaan antara brightness relatif antara sebuah
benda dengan sekelilingnya pada citra. Sebuah bentuk tertentu mudah
terdeteksi apabila pada sebuah citra contrast antara bentuk tersebut dengan
backgroundnya tinggi. Teknik pengolahan citra bisa dipakai untuk
mempertajam

contrast.

Citra,

sebagai

dataset,

bisa

dimanipulasi

menggunakan algorithm (persamaan matematis).


Manipulasi bisa merupakan pengkoreksian error, pemetaan
kembali data terhadap suatu referensi geografi tertentu, ataupun
mengekstrak informasi yang tidak langsung terlihat dari data. Data dari
dua citra atau lebih pada lokasi yang sama bisa dikombinasikan secara
matematis untuk membuat composite dari beberapa dataset. Produk data
ini, disebut derived products, bisa dihasilkan dengan beberapa
penghitungan matematis atas data numerik mentah (DN).
c. Resolusi

12

Resolusi dari sebuah citra adalah karakteristik yang menunjukkan


level kedetailan yang dimiliki oleh sebuah citra. Resolusi didefinisikan
sebagai area dari permukaan bumi yang diwakili oleh sebuah pixel sebagai
elemen terkecil dari sebuah citra. Pada citra satelit pemantau cuaca yang
mempunyai resolusi 1 km, masing-masing pixel mewakili rata-rata nilai
brightness dari sebuah area berukuran 11 km. Bentuk yang lebih kecil
dari 1 km susah dikenali melalui image dengan resolusi 1 km. Landsat 7
menghasilkan citra dengan resolusi 30 meter, sehingga jauh lebih banyak
detail yang bisa dilihat dibandingkan pada citra satelit dengan resolusi 1
km. Resolusi adalah hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam rangka
pemilihan citra yang akan digunakan terutama dalam hal aplikasi, waktu,
biaya, ketersediaan citra dan fasilitas komputasi. Gambar berikut
menunjukkan perbandingan dari 3 resolusi citra yang berbeda.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas citra dalam hal
hambatan-hambatan

untuk

melakukan

interpretasi

dan

klasifikasi

yang

diperlukan. Beberapa faktor penting, terutama untuk aplikasi kehutanan tropis


adalah:
1.

Tutupan awan. Terutama untuk sensor pasif, awan bisa menutupi bentukbentuk yang berada di bawah atau di dekatnya, sehingga interpretasi tidak
dimungkinkan, Masalah ini sangat sering dijumpai di daerah tropis, dan
mungkin diatasi dengan mengkombinasikan citra dari sensor pasif (misalnya
Landsat) dengan citra dari sensor aktif (misalnya Radarsat) untuk keduanya
saling melengkapi.

2.

Bayangan topografis. Metode pengkoreksian yang ada untuk menghilangkan


pengaruh topografi pada radiometri belum terlalu maju perkembangannya.

3.

Pengaruh atmosferik. Pengaruh atmosferik, terutama ozon, uap air dan aerosol
sangat mengganggu pada band nampak dan infrared. Penelitian akademis
untuk mengatasi hal ini masih aktif dilakukan.

13

4.

Derajat kedetailan dari peta tutupan lahan yang ingin dihasilkan. Semakin
detail peta yang ingin dihasilkan, semakin rendah akurasi dari klasifikasi. Hal
ini salah satunya bisa diperbaiki dengan adanya resolusi spectral dan spasial
dari citra komersial yang tersedia.
Setelah citra dipilih dan diperoleh, langkah-langkah pemrosesan tidak

terlalu tergantung sistem sensor dan juga software pengolahan citra yang dipakai.
Berikut ini akan kami sampaikan dengan singkat beberapa langkah yang umum
dilakukan, akan tetapi detail dari teknik dan ketrampilan menggunakan hanya bisa
diperoleh dengan praktek langsung dengan menggunakan sebuah citra dan
software pengolahan citra tertentu. Langkah-langkah dalam pengolahan citra:
1.

Mengukur kualitas data dengan descriptive statistics atau dengan tampilan


citra.

2.

Mengkoreksi kesalahan, baik radiometric (atmospheric atau sensor) maupun


geometric.

3.

Menajamkan citra baik untuk analisa digital maupun visual.

4.

Melakukan survei lapangan.

5.

Mengambil sifat tertentu dari citra dengan proses klasifikasi dan pengukuran
akurasi dari hasil klasifikasi.

6.

Memasukkan hasil olahan ke dalam SIG sebagai input data.

7.

Menginterpretasikan hasil.
Mengamati citra pada layar adalah proses yang paling efektif dalam

mengidentifikasi masalah yang ada pada citra, misalnya tutupan awan, kabut, dan
kesalahan sensor. Citra bisa ditampilkan oleh sebuah komputer, baik per satu band
dalam hitam dan putih maupun dalam kombinasi tiga band, yang disebut
komposit warna. Mata manusia hanya bisa membedakan 16 derajat keabuan
dalam sebuah citra, tetapi bisa membedakan berjuta juta warna yang berbeda.
Oleh karena itu, teknik perbaikan/enhancement citra yang paling sering
digunakan adalah memberi warna tertentu kepada nilai DN tertentu (atau kisaran

14

dari DN tertentu) sehingga meningkatkan kontras antara nilai DN tertentu dengan


pixel di sekelilingnya pada suatu citra.
Sebuah citra true color adalah citra dimana warna yang diberikan kepada
nilai-nilai DN mewakili kisaran spektral sebenarnya dari warna-warna yang
digunakan pada citra. False color adalah teknik dimana warna-warna yang
diberikan kepada DN tidak sama dengan kisaran spektral dari warna-warna yang
dipilih. Teknik ini memungkinkan kita untuk memberi penekanan pada bentukbentuk tertentu yang ingin kita pelajari menggunakan skema pewarnaan tertentu.
Pada contoh dari false color di bawah ini yang dibuat dengan komposit 432 dari
citra Landsat 7, vegetasi muda, yang memantulkan near IR, terlihat merah terang.
Kegiatan pertanian yang terkonsentrasi akan mudah dideteksi dengan adanya
warna merah terang.
Kalau kita buat plot antara DN dan derajat keabuan untuk setiap pixel,
garis yang terbentuk menggambarkan bentuk hubungan antara keduanya.
Hubungan linier (seperti contoh di bawah ini) menunjukkan bahwa DN dan juga
keabuan tersebar merata dalam kisaran nilai 0-255 pada citra. Permasalahan
dengan hubungan linier seperti ini adalah bahwa nilai DN dari bentuk-bentuk
yang ingin kita tonjolkan mungkin terkonsentrasi pada kisaran kecil, sehingga
derajat keabuan yang diberikan kepada nilai DN di luar daerah yang ingin kita
tonjolkan sebenarnya tidak terpakai. Untuk memperbaiki kontras dari bagian citra
yang kita inginkan kita bisa memakai kurva perbaikan yang didefinisikan secara
matematis. Kurva ini akan menyebarkan ulang nilai derajat keabuan yang paling
sering dipakai sehingga menonjolkan kisaran DN tertentu. Pemakaian kurva
untuk menonjolkan bentuk tertentu dan juga pemilihan 3 band dari sebuah citra
multispektral untuk dikombinasikan dalam sebuah citra komposit memerlukan
pengalaman dan trial and error, karena setiap aplikasi perlu menekankan bentuk
yang berbeda dalam sebuah citra.
Sebelum sebuah citra bisa dianalisa, biasanya diperlukan beberapa
langkah pemrosesan awal. Koreksi radiometric adalah salah satu dari langkah
15

awal ini, dimana efek kesalahan sensor dan faktor lingkungan dihilangkan.
Biasanya koreksi ini mengubah nilai DN yang terkena efek atmosferik. Data
tambahan yang dikumpulkan pada waktu yang bersamaan dengan diambilnya
citra bisa dipakai sebagai alat kalibrasi dalam melakukan koreksi radiometric.
Selain itu koreksi geometric juga sangat penting dalam langkah awal pemrosesan.
Metode ini mengkoreksi kesalahan yang disebabkan oleh geometri dari
kelengkungan permukaan bumi dan pergerakan satelit. Koreksi geometric adalah
proses dimana titik-titik pada citra diletakkan pada titik-titik yang sama pada peta
atau citra lain yang sudah dikoreksi. Tujuan dari koreksi geometri adalah untuk
meletakkan elemen citra pada posisi planimetric (x dan y) yang seharusnya.
Satu langkah pemrosesan penting yang paling sering dilakukan pada
pengolahan citra adalah klasifikasi, dimana sekumpulan pixel dikelompokkan
menjadi kelas-kelas berdasarkan karakteristik tertentu dari masing-masing kelas.
Terutama untuk proses klasifikasi, survei lapangan sangat diperlukan. Pada
umumnya hasil klasifikasi inilah yang akan menjadi input yang sangat berharga
bagi SIG untuk diolah dan diinterpretasi bersama layer-layer data yang lain.
1. Interpretasi Citra
Menurut Este dan Simonett, 1975: Interpretasi citra merupakan
perbuatan

mengkaji

foto

udara

atau

citra

dengan

maksud

untuk

mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek tersebut. Jadi di


dalam interpretasi citra, penafsir mengkaji citra dan berupaya mengenali objek
melalui tahapan kegiatan, yaitu:
a. deteksi
b. identifikasi
c. analisis
Setelah melalui tahapan tersebut, citra dapat diterjemahkan dan
digunakan ke dalam berbagai kepentingan seperti dalam: geografi, geologi,
lingkungan hidup, dan sebagainya.

16

Pada dasarnya kegiatan interpretasi citra terdiri dari 2 proses, yaitu


melalui pengenalan objek melalui proses deteksi dan penilaian atas fungsi
objek.
2. Pengenalan objek melalui proses deteksi yaitu pengamatan atas adanya suatu
objek, berarti penentuan ada atau tidaknya sesuatu pada citra atau upaya untuk
mengetahui benda dan gejala di sekitar kita dengan menggunakan alat
pengindera (sensor). Untuk mendeteksi benda dan gejala di sekitar kita,
penginderaannya tidak dilakukan secara langsung atas benda, melainkan
dengan mengkaji hasil rekaman dari foto udara atau satelit.
3. Identifikasi, ada 3 (tiga) ciri utama benda yang tergambar pada citra
berdasarkan ciri yang terekam oleh sensor yaitu sebagai berikut:
a.

Spektoral ialah ciri yang dihasilkan oleh interaksi antara tenaga


elektromagnetik dan benda yang dinyatakan dengan rona dan warna.

b.

Spatial ialah ciri yang terkait dengan ruang yang meliputi bentuk, ukuran,
bayangan, pola, tekstur, situs, dan asosiasi.

c.

Temporal ialah ciri yang terkait dengan umur benda atau saat perekaman.
Penilaian atas fungsi objek dan kaitan antar objek dengan cara

menginterpretasi dan menganalisis citra yang hasilnya berupa klasifikasi yang


menuju ke arah teorisasi dan akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari penilaian
tersebut. Pada tahapan ini, interpretasi dilakukan oleh seorang yang sangat ahli
pada bidangnya, karena hasilnya sangat tergantung pada kemampuan penafsir
citra.
Menurut Prof. Dr. Sutanto, pada dasarnya interpretasi citra terdiri dari
dua kegiatan utama, yaitu perekaman data dari citra dan penggunaan data
tersebut untuk tujuan tertentu.
Perekaman data dari citra berupa pengenalan objek dan unsur yang
tergambar pada citra serta penyajiannya ke dalam bentuk tabel, grafik atau peta
tematik. Urutan kegiatan dimulai dari menguraikan atau memisahkan objek
yang rona atau warnanya berbeda dan selanjutnya ditarik garis batas/delineasi
17

bagi objek yang rona dan warnanya sama. Dalam menginterpretasi citra,
pengenalan objek merupakan bagian yang sangat penting, karena tanpa
pengenalan identitas dan jenis objek, maka objek yang tergambar pada citra
tidak mungkin dianalisis. Prinsip pengenalan objek pada citra didasarkan pada
penyelidikan karakteristiknya pada citra. Karakteristik yang tergambar pada
citra dan digunakan untuk mengenali objek disebut unsur interpretasi citra.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Praktikum Lapang

18

Berdasarkan

lokasi

dan

posisi

citra,

lokasi

praktikum

lapang

penginderaan jauh dasar ini, terletak di Malino, Kecamatan Tinggi Moncong,


Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Malino sendiri berjarak 75 km dari
Kota Makassar. Adapun tempat pelaksanaan atau yang menjadi lokasi
persinggahan pertama yaitu DAM Bili-Bili yang terletak beberapa kilometer
sebelum kota Malino. Lokasi kedua yaitu Kompleks Perkantoran dan Pelatihan
Militer TNI yang terletak di kota Malino. Lokasi ketiga yaitu Hutan Pinus, dan
yang menjadi lokasi terakhir yaitu Pasar Sentral Malino yang terletak di Kota
Malino Timur.
B. Pembahasan Praktikum Lapang Penginderaan Jauh Dasar
1. DAM Bili-Bili
Pada lokasi pertama ini, kegiatan interpretasi tidak berjalan dengan
bak, karena kondisi cuaca yang tidak mendukung pada saat sampai di lokasi
pertama ini, sehingga tidak ada objek yang di identifikasi pada lokasi ini.
2. Kota Malino
Di Kota Malino, tepatnya di Kompleks Perkantoran dan Pelatihan
Militer TNI merupakan lokasi kedua. Pada lokasi ini kami melakukan
interpretasi terhadap 7 buah titik atau objek yang telah ditentukan dan yang
ditunjukkan dalam citra Kota Malino. Ke 7 titik tersebut adalah :
a. Masjid
Masjid dapat dikenali dari bentuknya yang relatif persegi atau
bentuk khas pada kubahnya. Warna atap berwarna biru. Tekstur halus di
depan objek. Disamping mesjid terdapat pepohonan apabila di lihat pada
foto citra terlihat bertekstur kasar dengan rona yang gelap. Jalan raya
sebagai situsnya. Jalan raya bertekstur halus dengan rona kelabu putih.

19

Gambar 1. Titik 1 (Mesjid)


b. Sekolah SDN No. 2 Malino
Sekolah dapat di kenali dengan bentuknya yang persegi panjang.
Polanya teratur. Jika dilihat melalui foto citra rona atap sekolah berwarna
putih karena terbuat dari seng yang bagian depan objek. Teksturnya kasar.
Ukuran sekolah lebih besar di bandingkan rumah penduduk.

Gambar 2. Titik 2 (Sekolah)


c. Rumah penduduk
Berbentuk persegi dengan tekstur kasar di sekitar objek hal
tersebut dikarenakan terdapat vegetasi di sekitar rumah tersebut.

20

Berasosiasi dengan pagar rumah. Ukuran rumah penduduk lebih kecil di


bandingkan dengan ukuran sekolah. Rumah yang di bangun oleh
penduduk cenderung memiliki pola tidak beraturan, dengan bentuk dan
jarak yang tidak seragam. Rona objek putih.

Gambar 3. Titik 3 (Rumah Penduduk)


d. Lapangan dalam Asrama TNI
Titik selanjutnya yanga nampak didalam citra diberi Kode 4. Titik
tersebut terdapat didalam Kompleks TNI yang tidak diberbolehkan secara
bebas untuk masuk dan mengambil gambar, namun nampak pada peta
dengan bentuk lahan yang datar, ronanya putih abu-abu dengan bentuk
persegi panjang dan ukurannya sedang. Kenampakan pada polanya yang
tidak teratur dengan tekstur yang halus. Situsnya adalah pemukiman dan
jalan sebagai asosiasinya.maka apabila dikaitkan dengan data-data
tersebut maka kami dapat menyimpulkan bahwa kenampakan tersebut
merupakan lapangan yang terdapat di dalam Asrama Rindam TNI kota
Malino.

21

Gambar 4. Titik 4 (Lapangan dalam Kompleks Rindam TNI)


e. Kolam
Memiliki rona gelap dan tekstur halus karena airnya tenang.
Ukurannya lebih kecil di bandingkan dengan rumah penduduk. Situsnya
adalah dekat dengan jalan dan lapangan.

Gambar 5. Titik 5 (Kolam dalam Kompleks Rindam TNI)

f. Lapangan Olahraga
Pada peta lapangan tersebut tampak dengan bentuk lahan yang
datar, ronanya hijau keputih-putihan dengan bentuk persegi dan ukurannya
sedang sekitar 15 m x 30 m.. Terlihat jelas pada polanya yang tidak teratur
22

dengan tekstur yang halus. Situsnya adalah pemukiman dan jalan sebagai
asosiasinya.

Gambar 6. Titik 6 (Lapangan Olahraga)


g. Rumah Penduduk
Nampak jelas ronanya yang abu abu kehitaman dengan bentuk
yang persegi panjang dan ukuran besar pada peta. Nampak polanya yang
tidak teratur serta tekstur yang halus. Disekitarnya terdapat lapangan dan
sebagai situsnya serta jalan raya sebagai asosiasinya.

Gambar 7. Titik 7 (Rumah Penduduk)


3. Hutan Pinus

23

Salah satu objek yang diinterpretasi pada lokasi ketiga ini adalah
Tanah Lapang. Memiliki rona yang agak cukup terang dengan paduan hijau
dan coklat. Bentuknya tidak teratur, dengan bentuknya yang persegi panjang
dan pada bagian salah satu sisinya berbentuk setengah lingkaran yang
Nampak pada citra. Berukuran luas dengan tekstur yang halus. Situsnya dekat
dengan pohon-pohon pinus. Pada lokasi ini, masih ada beberapa objek yang
dapat dan seharusnya diamati, tetapi pelaksanaan interpretasi pada lokasi ke 3
ini, saat itu terhambat oleh kondisi cuaca yang tidak mendukung.

Gambar 8. Tanah Lapang di Hutan Pinus


4. Pasar Sentral Malino
Merupakan lokasi terkahir yang terletak di kota Malino Timur. Objek
yang diinterpretasi pada lokasi ini tak lain adalah pasar. Tampak pada citra
dengan rona yang gelap, warna biru dan coklat karena pantulan warna atap
bangunan. Ukuranya luas dengan bentuknya yang persegi panjang dan
membentuk sebuah kelompok. Situsnya dekat dengan jalan raya.

24

Gambar 9. Pasar Sentral Malino di Kota Malino Timur

BAB IV
25

PENUTUP
1.

Kesimpulan
Setelah kami mengadakan pratek lapangan di kota Malino kami dapat

menarik kesimpulan bahwa kota Malino mempunyai bentang lahan yang luas.
Dari hasil pratek tersebut ada 4 lokasi yang kami survei. Keempat lokasi tersebut
diantaranya adalah :
a. DAM Bili-Bili
b. Kota Malino
c. Hutan Pinus
d. Kota Malino Timur
Setiap lokasi ini menampakkan ciri atau karesteristik tertentu baik itu dari segi
rona warna , tekstur, pola, asosiasi. Interpretai citra ini merupakan unsur dalam
mengkaji foto udara citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek
dilapangan dengan yang ada di citra foto udara. Dalam melakukan survey ini,
kita dapat melihat secara langsung lokasi yang telah diinterpretasikan dalam foto
udara dimana kenampakannya banyak yang sama dengan yang ada dilapangan.
2.

Saran
Sebaiknya dalam melakukan praktek lapang apapun diharapkan kepada

para peserta agar lebih memperhatikan dan lebih teliti dalam malakukan observasi
dan pengambilan data agar nantinya dalam pembuatan laporan tidak mengalami
kesulitan sehingga tujuan dari praktek lapang ini dapat tercapai dengan baik dan
mendapatkan manfaat yang dapat di aplikasikan di kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

26

Anonym,2014. Penginderaan-Jauh /http://www.scribd.com/doc/31643492


Anonym,2014. pj file:///H:/ %201.htm
Lillesand and Kiefer. 1979. Interpretasi Foto Udara. Balai Pustaka. Jakarta.
Purbowaseso,bambang.1996.Pengindraan Jauh Terapan.Jakata:Universitas indonesia
Sune,nawir dkk.2010.Petunjuk Praktikum Penginderaan Jauh.Gorontalo:UNG
Sutanto. 1994. Interpretasi Citra. Gadjah Mada University Prees. Yogyakarta.
Zhiddiq, Sulaeman. 1997. Diktat Penginderaan Jauh. IKIP Ujungpandang.
Ujungpandang.

27

Anda mungkin juga menyukai