Anda di halaman 1dari 31

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penginderaan jauh adalah suatu ilmu, seni, dan teknik dalam usaha
mengetahui benda, dan gejala dengan cara menganalisis objek dan arah tanpa
adanya kontak langsung dengan benda dan objek yang dikaji. Pengambilan
data dalam penginderaan jauh dilakukan dari jarak jauh dengan menggunakan
sensor buatan. Tidak adanya kontak dengan objek yang dikaji maka
pengindraan dilakukan dari jarak jauh sehingga disebut pengindraan jauh.
Ada beberapa istilah dalam bahasa asing yang sering digunakan untuk
pengindraan jauh. Di negara Inggris, pengindraan jauh dikenal dengan
remotesensing, di negara Prancis dikenal dengan teledection, di negara
Spanyol disebut sensoriaremote, di negara Jerman disebut femerkundung, dan
di negara Rusia disebut distansionaya. Di Indonesia pengindraan jauh juga
lebih dikenal dengan remotesensing.
Penginderaan jauh berkembang sangat pesat sejak lima dasawarsa
terakhir ini. Perkembangannya meliputi aspek sensor, wahana atau kendaraan
pembawa sensor, jenis citra serta liputan dan ketersediaannya, alat dan
analisis data, dan jumlah pengguna serta bidang penggunaannya.
Di Indonesia, penggunaan foto udara untuk survey pemetaan sumber
daya telah dimulai oleh beberapa instansi pada awal tahun 1970-an. Saat ini
telah beredar banyak jenis satelit sumber daya. Mulai dari negara maju seperti
Amerika Serikat, Kanada, Perancis, Jepang, Rusia, hingga negara-negara
besar namun dengan pendapatan per kapita yang rendah seperti India dan
Republik Rakyat Cina. Berbagai satelit sumberdaya yang diluncurkan itu
menawarkan kemampuan yang bervariasi, dari resolusi spasial 0,6 meter
(QuickBirth milik Amerika) hingga sekitar 1,1 kilometer (NOAA-AVHRR
juga milik Amerika Serikat). Berbagai negara di Eropa, Amerika
Utara, Amerika Latin, Asia dan bahkan Afrika telah banyak memanfaatkan
satelit itu untuk pembangunan.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, yang dapat menjadi rumusan
masalah pada makalah ini adalah bagaimana memahami konsep dasar
penginderaan jauh, bagaimana sejarah perkembangan penginderaan jauh,
serta sistem yang terdapat dalam penginderaan jauh.

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Agar Mahasiswa dapat memenuhi tugas mata kuliah Penginderaan Jauh
sebagai tugas pengganti Ujian Akhir Semester.
2. Agar Mahasiswa dapat memahami konsep dasar penginderaan jauh,
bagaimana sejarah perkembangan penginderaan jauh, serta sistem yang
terdapat dalam penginderaan jauh.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsepsi Penginderaan Jauh dan Perkembangannya


a. Pengertian Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh memiliki pengertian yang luas dan telah berkembang
cukuplama. Perkembangan ini mengantarkan penginderaan jauh sebagai satu
ilmuyang mapan di antara ilmu-ilmu lain. Penginderaan jauh juga telah
banyakd iaplikasikan dalam berbagai bidang sebagai satu teknik perolehan
informasimuka bumi. Hingga saat ini data-data penginderaan jauh banyak
digunakansebagai dasar dalam analisis spasial dan pengambilan kebijakan.
Pengindraan Jauh adalah suatu proses perolehan informasi tentang suatu
obyek tanpa adanya kontak fisik secara langsung dengan obyek tersebut.
Informasi diperoleh dengan cara deteksi dan pengukuran berbagai perubahan
yang terdapat pada dimana obyek berada. Proses tersbut dilakukan dengan
cara perabaan atau perekaman energi yang dipantulkan, memproses,
menganalisa, dan menerapkan informasi. Informasi secara potensial
tertangkap pada suatu ketinggian melalui energi yang terbangun dari
permukaan bumi, yang secara dtail didapatkan dari variasi-variasi spasial,
spektral, dan temporal lahan tersebut.
Terdapat beberapa pemahaman tentang makna penginderaan jauh.
Definisi umum tentang penginderaan jauh adalah ilmu tentang perolehan
informasi permukaan bumi tanpa kontak langsung dengan obyeknya (Rees,
2001; Elachi dan van Zyl, 2006; Schowengerdht, 2007). Sementara itu
Howari dkk (2007) menjelaskan bahwa penginderaan jauh merupakan suatu
proses pendugaan berbagai parameter permukaan melalui pengukuran radiasi
gelombang elektromagnetik dari permukaan lahan.
Apabila dilihat dari tujuannya, beberapa ahli telah memberikan
penjelasannya. Tujuan pokok dari penginderaan jauh adalah untuk
mengidentifikasi dan mengkarakterisasi obyek di muka bumi. Sementara itu

3
Madhok dan Landgrebe (2002) menguraikan bahwa data penginderaan jauh
dianalisis untuk mempertajam pemahaman tentang kondisi permukaan bumi
dalam hal bentuk, komposisi dan fungsinya. Pendapat lain dari Turdukulov
dkk (2015), menyatakan bahwa analisis terhadap data pengideraan jauh
adalah untuk membangun hipotesa-hipotesa serta memahami dinamika objek
spasial.
Melihat beberapa pendapat tersebut dapat diketahui kata-kata kunci
tentang penginderaan jauh. Beberapa hal pokok tentang penginderaan jauh
tersebut adalah perolehan informasi muka bumi dan tidak bersentuhan
langsung dengan obyek. Dua hal tersebut yang mendasari pemahaman
tentang apa dan bagaimana penginderaan jauh tersebut. Obyek yang diindera
adalah segala obyek yang berada di permukaan bumi, sedangkan cara
perolehan informasinya dilakukan dengan menggunakan satu media.
Obyek di permukaan bumi seperti vegetasi, tanah dan tubuh air adalah
obyek pokok yang diindera oleh penginderaan jauh. Informasi detil terkait
obyek tersebut selanjutnya dipengaruhi oleh karakteristik resolusi spasial dari
sensor yang digunakan. Kombinasi dari obyek pokok tersebut menghasilkan
informasi-informasi penting terkait dinamika yang terjadi dipermukaan bumi
tersebut. Informasi detil diperoleh melalui interpretasi keterkaitan antar
fenomena tersebut di permukaan bumi.
b. Sejarah Perkembangan Penginderaan Jauh
Perkembangan penginderaan jauh (PJ) bisa dibedakan kedalam dua
tahap yaitu sebelum dan sesudah tahun 1960. Sebelum tahun 1960 masih
digunakan foto udara, setelah tahun 1960 sudah ditambah dengan citra satelit.
Perkembangan kamera diperoleh dari percobaan yang dilakukan pada lebih
dari 2.300 tahun yang lalu oleh Aristoteles dengan ditemukannya teknologi
Camera Obscura yang merupakan temuan suatu proyeksi bayangan melalui
lubang kecil ke dalam ruang gelap. Percobaan ini dilanjutkan dari abad ke 13
sampai 19 oleh ilmuwan seperti Leonardo da Vinci, Levi ben Gerson, Roger
Bacon, Daniel Barbara (penemuan lensa yang dapat dipakai untuk

4
pembesaran pandangan jarak jauh melalui penggunaan teleskop), Johan Zahr
(penemuan cermin), Athanins Kircher, Johannes Kepler, Robert Boyle,
Robert Hooke, William Wollaston dan George Airy.
Pada 1700 AD, mulai ditemukan proses fotografi, yang pada akhirnya
dikembangkan menjadi teknik fotografi (1822) oleh Daguerre dan Niepce
yang dikenal dengan proses Daguerrotype. Kemudian proses fotografi
tersebut berkembang setelah diproduksi rol film yang terbuat dari bahan
gelatin dan silver bromide secara besar-besaran. Kegiatan seni fotografi
menggunakan balon udara yang digunakan untuk membuat fotografi udara
sebuah desa dekat kota Paris berkembang pada tahun 1859 oleh Gaspard
Felix Tournachon. Pada tahun 1895 berkembang teknik foto berwarna dan
berkembang menjadi Kodachrome tahun 1935. Pada 1903 di Jerman, kamera
pertama yang diluncurkan melalui roket yang dimaksudkan untuk melakukan
pemotretan udara dari ketinggian 800 m dan kamera tersebut kembali ke bumi
dengan parasut. Foto udara pertama kali dibuat oleh Wilbur Wright pada
tahun 1909.
Sejak 1920 di Amerika, pemanfaatan foto udara telah berkembang pesat
yang mana banyak digunakan sebagai alat bantu dalam pengelolaan lahan,
pertanian, kehutanan, dan pemetaan penggunaan tanah. Dimulai dari
pemanfaatan foto hitam putih yang pada gilirannya memanfaatkan foto udara
berwarna bahkan juga foto udara infra merah. Selama perang dunia ke II,
pemanfaatan foto udara telah dikembangkan menjadi bagian integral aktifitas
militer yang digunakan untuk pemantauan ketahanan militer dan aktifitas
daerah di pasca perang. Pada masa ini Amerika Serikat, Inggris dan Jerman
mengembangkan penginderaan jauh dengan gelombang infra merah. Sekitar
tahun 1936, Sir Robert Watson-Watt dari Inggris juga mengembangkan
sistem radar untuk mendeteksi kapal dengan mengarahkan sensor radar
mendatar ke arah kapal dan untuk mendeteksi pesawat terbang sensor radar di
arahkan ke atas. Panjang gelombang tidak diukur dengan sentimeter
melainkan dengan meter atau desimeter. Pada tahun 1948 dilakukan
percobaan sensor radar pada pesawat terbang yang digunakan untuk

5
mendeteksi pesawat lain. Radar pertama menghasilkan gambar dengan
menggunakan B-Scan, menghasilkan gambar dengan bentuk segi empat
panjang, jarak obyek dari pesawat digunakan sebagai satu kordinat, kordinat
lainnya berupa sudut relatif terhadap arah pesawat terbang. Gambar yang
dihasilkan mengalami distorsi besar karena tidak adanya hubungan linier
antara jarak dengan sudut. Distorsi ini baru dapat dikoreksi pada radar Plan
Position Indicator (PPI). PPI ini masih juga terdapat distorsi, tetapi
ketelitiannya dapat disetarakan dengan peta terestrial yang teliti. Radar PPI
masih digunakan sampai sekarang. Radar PPI dan Radar B–Scan antenanya
selalu berputar. Pada sekitar tahun 1950 dikembangkan sistem radar baru
yang antenanya tidak berputar yaitu dipasang tetap di bawah pesawat, oleh
karena itu antenanya dapat dibuat lebih panjang sehingga resolusi spatialnya
lebih baik.
Pada periode tahun 1948 hingga tahun 1950, dimulai peluncuran roket
V2. Roket tersebut dilengkapi dengan kamera berukuran kecil. Selama tahun
1950-an, dikembangkan foto udara infra merah yang digunakan untuk
mendeteksi penyakit dan jenis-jenis tanaman. Aplikasi di bidang militer
diawali dengan ide untuk menempatkan satelit observasi militer pada tahun
1955 melalui proyek SAMOS (Satellite and Missile Observation System),
yang dipercayakan oleh Pentagon kepada perusahaan Lockheed. Satelit
pertama dari proyek ini dilucurkan pada tanggal 31 Januari 1961 dengan
tujuan menggantikan sistem yang terpasang pada pesawat-pesawat pengintai
U2 (Hanggono, 1998). Perekaman bumi pertama dilakukan oleh satelit
TIROS (Television and Infrared Observation Satellite) pada tahun 1960 yang
merupakan satelit meteorologi. Setelah peluncuran satelit itu, NASA
meluncurkan lebih dari 40 satelit meteorologi dan lingkungan dengan setiap
kali diadakan perbaikan kemampuan sensornya. Satelit TIROS ini
sepenuhnya didukung oleh ESSA (Environmental Sciences Services
Administration), kemudian berganti dengan NOAA (National Oceanic and
Atmospheric Administration) pada bulan Oktober 1970. Seri kedua dari
satelit TIROS ini disebut dengan ITOS (Improved TIROS Operational

6
System). Sejak saat ini peluncuran manusia ke angkasa luar dengan kapsul
Mercury, Gemini dan Apollo dan lain-lain digunakan untuk pengambilan foto
pemukaan bumi. Sensor multispektral fotografi S065 yang terpasang pada
Apollo-9 (1968) telah memberikan ide pada konfigurasi spektral satelit
ERTS-1 (Earth Resources Technology Satellite), yang akhirnya menjadi
Landsat (Land Satellite). Satelit ini merupakan satelit untuk observasi sumber
daya alam yang diluncurkan pada tanggal 23 Juli 1972. Disusul oleh generasi
berikutnya Landsat 2 diluncurkan pada tanggal 22 Januari 1975 dan
peluncuran Landsat 3 pada tanggal 5 Maret 1978. Perkembangan satelit
sumber daya alam komersial terjadi pada Landsat 4 yang diluncurkan pada
tanggal 16 Juli 1982, disusul Landsat 5 yang peluncurannya pada tanggal 1
Maret 1984, dan Landsat 6 gagal mencapai orbit. Direncanakan pada awal
1998 akan segera diluncurkan satelit Landsat 7 sebagai pengganti Landsat 5.
Perkembangan satelit sumber daya alam tersebut diikuti oleh negara lain,
dengan meluncurkan satelit PJ operasional dengan berbagai misi, teknologi
sensor, serta distribusi data secara komersial, seperti satelit SPOT-1
(Systemme Probatoire d’Observation de la Terre) oleh Perancis pada tahun
1986 yang diikuti generasi berikutnya, yaitu SPOT-2, 3, dan 4. Demikian juga
dengan dipasangnya sensor radar pada satelit PJ sebagai penggambaran
sensor optik, merupakan peluang yang baik bagi negara Indonesia, yang
wilayahnya tertutup awan sepanjang tahun.
Pada tahun 1986 Heinrich Hertz melakukan percobaan yang
menghasilkan bahwa berbagai obyek metalik dan non metalik memantulkan
tenaga elektromagnetik pada frekwensi 200 MHz yang dekat dengan
gelombang mikro. Percobaan radar pertama kali dilakukan oleh Hulsmeyer
pada tahun 1903 untuk mendeteksi kapal. Satelit PJ radar yang digunakan
untuk mengindera sumber daya di bumi dimulai dengan satelit eksperimen
Amerika Serikat untuk mengindera sumber daya laut Seasat (Sea Satellite)
tanggal 27 November 1978, SIR (Shuttle Imaging Radar)-A 12 November
1981, SIR-B tahun 1984, SIR-C tahun 1987. Disusul satelit SAR milik Rusia
Cosmos 1870 tahun 1987, dan beroperasi selama dua tahun, untuk

7
pengumpulan data daratan dan lautan. Cosmos-1870 ini hanya merupakan
suatu prototipe, yang dirancang khusus untuk satelit sistem radar, yang secara
operasional akan dilakukan oleh Almaz-1. Satelit Almaz-1 diluncurkan 31
Maret 1991, yang awalnya untuk pantauan kondisi cuaca setiap hari,
sedangkan secara operasional mengindera bumi baru dimulai 17 Oktober
1992 dan beroperasi selama 18 bulan. Konsorsium Eropa (ESA = European
Space Agency) tidak mau ketinggalan meluncurkan ERS-1 tahun 1991 dan
ERS-2 tahun 1995. Disusul Jepang dengan JERS (Japan Earth Resources
Satellite), yaitu JERS-1 diluncurkan tanggal 11 Februari 1992, namun
program ini tidak diteruskan dan diganti dengan Adeos (Advanced Earth
Observation Satellite) Agustus 1996, serta GMS (Geostationer Meteorogical
Satellite), India dengan IRS (Indiana Resources Satellite); dan Canada dengan
Radarsat (Radar Satelitte). Pada saat ini, satelit intelijen Amerika memiliki
kemampuan menghasilkan citra dengan resolusi yang sangat tinggi, mampu
mencapai orde sepuluhan sentimeter. Pada sebuah citra KH-12, mampu
mengambil gambar pada malam hari dengan menggunakan gelombang infra
merah yang sangat berguna untuk mendeteksi sebuah kamuflase atau bahkan
dapat melihat jika seorang serdadu menggunakan topi/helmnya. Selain
Amerika negara lain yang memiliki satelit pengindera bumi dengan resolusi
yang sangat tinggi adalah Rusia dengan KVR 1000 (satelit Yantar Kometa),
Perancis dengan Helios-2A dan Israel dengan Offeq-2.
Selain di bidang militer, pemerintah Amerika Serikat juga telah
memberikan lisensi kepada tiga perusahaan swasta untuk meluncurkan satelit
sipil beresolusi sangat tinggi seperti Orbview (Orbital Science Corporation),
Space Imaging Satellite (Lockheed) dan Earthwatch (Ball Aerospace).
Orbview akan menangani misi Orbview/Baseline yang akan diluncurkan
tahun 1999 yang menawarkan resolusi 1 meter untuk mode pankromatik dan
4 meter untuk mode multispektral. Pada pertengahan tahun 1998 ini juga
direncanakan peluncuran satelit Quick Bird yang merupakan satelit penerus
generasi sistem Early Bird. Satelit Quick Bird akan membawa sensor
QuickBird Panchromatic dengan resolusi spatial 1 meter dan QuickBird

8
Multispectral dengan resolusi 4 meter. Setiap program satelit mempunyai
misi khusus mengindera dan mengamati permukaan bumi, sesuai dengan
kepentingan dan kebutuhan aplikasi yang menjadi tujuannya. Misi satelit PJ
resolusi tinggi sebagian berorientasi untuk inventarisasi, pantauan, dan
penggalian lahan atau daratan, sebagian untuk mendapatkan informasi
kelautan dan lingkungan. Tabel 1 menunjukkan program satelit PJ
operasional mulai dari tahun 1990 sampai menjelang tahun 2000, yang
distribusi datanya bagi masyarakat di seluruh dunia. Data PJ tersebut dapat
dipesan, dibeli, atau diminta melalui operator satelit atau stasiun bumi di
negara atau kawasan setempat.
Di Indonesia, pengguanaan foto udara untuk survei-pemetaan
sumberdaya telah dimulai oleh beberapa lembaga pada awal tahun 1970-an.
Pada periode yang sama, ketika berbagai lembaga di Indonesia masih belajar
memanfaatkan foto udara, Amerika Serikat pada tahun 1972 telah
meluncurkan satelit sumberdaya ERTS-1 (Earth Resources Technology
Satellite-1) yang kemudian diberi nama baru menjadi Landsat-1. Satelit ini
mampu merekam hampir seluruh permukaan bumi pada beberapa spektra
panjang gelombang dan dengan resolusi spasial sekitar 80 meter. Sepuluh
tahun kemudian, Amerika Serikat telah meluncurkan satelit sumberdaya
Landsat-4 (Landsat-D) yang merupakan satelit sumberdaya generasi kedua,
dengan memasang sensor baru Thematic Mapper yang mempunyai resolusi
yang jauh lebih tinggi dari pada pendahulunya, yaitu 30 meter pada enam
saluran spektral pantulan dan 120 meter pada satu saluran spektral pancaran
termal. Pada tahun yang hampir bersamaan itu pula, beberapa lembaga
Indonesia baru mulai memasang sistem komputer pengolah citra digital
satelit, dan menjadi salah satu negara yang termasuk awal di Asia Tenggara
dalam penerapan sistem pengolah citra digital. Meski pun demikian, tampak
nyata bahwa Indonesia sebagai negara berkembang cenderung tertinggal
dalam pengembangan dan pemanfaatan teknologi.

9
2.2 Dasar Fisika Penginderaan Jauh
a. Dasar Fisika Penginderaan Jauh
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi
dirgantara/angkasa memberikan pengaruh terhadap perkembangan ilmu dan
teknik penginderaan jauh serta Geografi. Perkembangan ini memberikan data
dan informasi tentang permukaan bumi. Data tersebut diperoleh melalui
perekaman dari dirgantara/angkasa, sehingga menguntungkan interpreter
maupun pengguna data dan informasi secara akurat, cepat dengan data yang
mutakhir. Data dan informasi tentang mengenai objek di permukaan bumi
diperoleh dengan cara merekam sebagian objek permukaan bumi dan
tergambar pada citra. Gambaran objek permukaan bumi merupakan hasil
interaksi antara tenaga dan objek yang direkam. Tenaga yang dimaksud
adalah radiasi matahari, tetapi jika perekaman tersebut dilakukan pada malam
hari, maka tidak ada tenaga, maka perekama dilakukan dengan tenaga buatan.
Karena itu untuk kepentingan perekaman objek pada malam hari, dibuat
tenaga buatan yang dikenal dengan tenaga pulsa. Dengan demikian
berdasarkan tenaga, Sistem pengideraan jauh diklasifikasikan menjadi 2
yaitu;
a) Sistem pasif dengan sumber tenaga berasal dari matahari (alam)
b) Sistem aktif dengan sumber tenaga buatan yang disebut tenaga pulsa.
1) Sistem Tenaga
Untuk memperoleh data objek permukaan diperlukan tenaga. Salah satu
tenaga yang digunakan untuk memperoleh data yang digunakan pengideraan
jauh adalah tenaga matahari. Tenaga matahari yang memancar ke segala
penjuru termasuk kepermukaan bumi memancar dalam bentuk tenaga
elektromagnetik yang membentuk berbagai panjang gelombang (λ). Radiasi
matahari tersebut memancar kepermukaan bumi terhambat oleh atmosfer
bumi, sehingga bagian radiasi sebagai tenaga tersebut dipantulkan kembali,
dihamburkan, diserap dan diteruskan. Oleh karena itu tenaga yang berasal
dari matahari yang sampai ke permukaan bumi hanya sebagian kecil dan
atmosfer berfungsi sebagai filter dan penghambat masuknya radiasi matahari.

10
Penginderaan jauh dalam perekamannya tidak hanya menggunakan radiasi
matahari sebagai sumber utama, karena jika malam hari disuatu tempat, maka
tidak ada sumber tenaga. Untuk menanggulangi tenaga pada malam hari
dibuat sumber tenaga buatan yang disebut dengan tenaga pulsa. Karena itu
dalam sistem penginderaan jauh digunakan 2 sumber tenaga.
 Sumber Tenaga Alam (Matahari)
Pengideraan jauh yang menggunakan tenaga matahari sebagai sumber
tenaga, maka penginderaan jauh tersebut dikenal dengan sistem pasif.
Pengideraan jauh sistem pasif yang menggunakan tenaga matahari dengan
cara perekaman tenaga pantulan maupun pancaran yaitu ; sistem fotografik,
termal, gelombang mikro dan satelit. Proses perekaman objek dengan cara
pantulan tenaga ditunjukan pada gambar diatas.
 Sumber Tenaga Buatan
Penginderaan jauh yang menggunakan tenaga buatan dalam
perekamannya disebut dengan sistem aktif, hal ini didasarkan bahwa
perekaman objek pada malam hari diperlukan tenaga. Proses perekaman
objek tersebut melalui pantulan tenaga buatan yang disebut dengan tenaga
pulsa yang dipancarkan alat yang berkecepatan tinggi dipantulkan objek,
karena pada saat pesawat bergerak tenaga pulsa yang dipantulkan oleh objek
direkam. Karena tenaga pulsa memantul, maka pantulan yang tegak lurus
memantulkan tenaga yang tinggi, sehingga jika pancaran tenaga 100%, maka
pantulan tenaga 100% akan membentuk rona yang gelap, sedangkan tenaga
pantulan pulsa radar yang rendah, rona yang berbentuk akan cerah. Proses
perekaman objek dengan cara merekam tenaga pantulan dengan pantulan
pulsa radar tersebut, maka perekaman objek dilakukan kea rah samping.
Sensor yang tegak lurus dengan objek membentuk rona yang gelap yang
disebut near range, akibatnya sulit diinterpretasi, sedangkan yang membentuk
sudut jauh dari pusat perekaman disebut far range mudah diinterpretasi
karena pancaran tenaga pulsa 100% memantulkan tenaga pulsa radar kurang
dari 100 %. Perekaman yang miring merupakan fungsi dari sudut-sudut
secara geometrik.

11
Radiasi matahari yang terpancar kesegala arah terutama ke bumi terurai
menjadi berbagai panjang gelombang (λ) mulai dari panjang gelombang (λ)
dengan unit terkecil (pikometer) dikenal dengan gelombang pendek sampai
panjang gelombang (λ) dengan unit terbesar (kilometer) yang dikenal dengan
gelombang panjang.

2.3 Sistem Penginderaan Jauh


Penginderaan jauh sangat terkait dengan sumber energi, interaksi energi
di atmosfer, interaksi energi dengan permukaan bumi. Hal lain yang harus
dipahami adalah proses perekaman energi yang digunakan dalam
penginderaan jauh. Proses perekaman energi dilakukan menggunakan sensor
peka energi-energi tersebut. Seperti tubuh manusia, masing-masing sensor
seperti mata dan telinga memiliki kepekaan yang berbeda-beda terhadap
energi yang diterimanya. Informasi yang diterima oleh sensor ini akan saling
mendukung menjadi informasi yang utuh. Sensor harus dipasang pada suatu
wahana bergerak dengan jarak yang stabil antara obyek dengan wahana agar
sensor dapat merekam energi-energi tersebut dengan baik. Wahana yang
membawa sensor ini dapat berupa wahana yang bergerak di darat melalui cara
terestrial, pesawat udara, balon, ataupun satelit.
Sensor terestrial sering digunakan untuk merekam berbagai informasi
detil tentang permukaan bumi sebagai pelengkap informasi yang
dikumpulkan melalui pesawat udara ataupun satelit. Perekaman
menggunakan cara ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam
dan lengkap tentang suatu obyek dari hasil identifikasi melalui foto udara atau
citra satelit. Sensor melalui cara terestrial ini dapat diletakkan pada suatu
gedung yang tinggi, crane, atau mobil.
Sensor dengan menggunakan pesawat udara memberikan hasil berupa
foto udara. Citra foto udara memberikan informasi citra yang cukup detil.
Cakupan dari citra ini lebih luas dari pada metode terestrial. Sensor untuk
merekam informasi diletakkan pada tubuh atau sayap pesawat. Perekaman
melalui satelit menghasilkan informasi berupa citra satelit. Satelit diluncurkan

12
dan bergerak pada orbitnya dengan membawa beberapa sensor. Masing-
masing sensor memiliki kepekaan yang berbeda-beda terhadap gelombang
elektromagetik. Hasil dari masing-masing sensor ini selanjutnya sering
dikenal dengan istilah saluran (band). Contoh citra satelit Landsat 7 ETM+
dengan 8 saluran (band) yang masing-masing band memiliki kemampuan
”melihat” yang berbeda-beda.
Energi merupakan unsur yang sangat penting sebagai penghantar
informasi dalam penginderaan jauh. Tanpa adanya energi ini maka informasi
tidak akandapat diperoleh oleh sensor satelit. Dengan demikian keberadaan
energi yang masuk ke sensor adalah hal pokok dari perolehan informasi
tentang obyek di muka bumi. Berdasar pada bentuk energi ini, penginderaan
jauh dapat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu penginderaan jauh sistem
pasif dan penginderaan jauh sistem aktif.

a. Penginderaan Jauh Sistem Pasif


Penginderaan jauh sistem pasif adalah penginderaan jauh yang
menangkap energi yang berasal dari obyek. Sensor satelit sistem ini tidak
membangkitkan energi sendiri. Energi utama dalam sistem penginderaan jauh
pasif ini berasal dari matahari. Energi dari matahari dipancarkan ke obyek
dan kemudian terpantulkan menuju sensor. Energi dapat pula berasal dari
pancaran suatu obyek seperti sumber-sumber thermal, misal lokasi kebakaran
hutan, sumber panas bumi, dan lain-lain.
Sensor yang digunakan dalam penginderaan jauh sistem ini bervariasi
dari sebuah peralatan lapangan hingga yang terpasang pada satelit. Peralatan
lapangan seperti spektrofotometer dapat dipasang secara permanen diatas
obyek ataupun pada wahana yang bergerak. Wahana yang bergerak dapat
berupa mobil, pesawat terbang hingga satelit. Satelit sumber daya seperti
Landsat, QuickBird, Ikonos, adalah contoh dari sistem penginderaan jauh
pasif ini.

13
b. Penginderaan Jauh Sistem Aktif
Penginderaan jauh sistem aktif adalah penginderaan jauh yang
menggunakan energi yang berasal dari sensor tersebut. Sensor
membangkitkan energi yang diarahkan ke obyek, kemudian obyek
memantulkan kembali ke sensor. Energi yang kembali ke sensor membawa
informasi tentang obyek tadi. Serangkaian nilai energi yang tertangkap sensor
ini disimpan sebagai basis data dan selanjutnya dianalisis. Penginderaan jauh
aktif dapat dilakukan pada siang ataupun malam hari. Sistem penginderaan
jauh aktif tidak tergantung pada adanya sinar matahari, karena energi
bersumber dari sensor. Contoh dari system penginderaan jauh aktif ini adalah
system kerja radar. Radar membangkitkan energi yang diarahkan ke obyek.
Energi yang sampai pada obyek sebagian terpantul dan kembali ke sensor.
Sensor radar kembali menangkap energi tersebut, energi yang telah
melakukan perjalanan menuju obyek. Sistem penginderaan jauh ini memiliki
kelebihan yaitu terkait dengan kemampuan daya tembus dari panjang
gelombang yang digunakannya. Gelombang elektromagnetik pada sistem ini
pada umumnya menggunakan spektrum geolombang panjang, sehingga
mampu melalui gangguan atmosferik seperti hamburan dan awan.
Radar (Radio Detection And Ranging) merupakan salah satu bentuk
penginderaan jauh dengan sistem aktif. Beberapa fungsionalitas dari radar
sistem aktif ini diantaranya adalah Radar Imaging System yang menghasilkan
citra radar, Scatterometers, dan altimeter. Prinsip dasar dari radar ini adalah
pemancaran dan penerimaan balikan sinyal. Energi gelombang pendek
dipancarkan dari sensor. Energi tersebut akan bergerak menuju obyek.
Sebagian sinyal yang mengenai obyek tersebut akan berbalik dan kembali
ditangkap oleh sensor radar tersebut.
Beberapa informasi yang dicatat dari pantulan sinyal yang tertangkap
oleh sensor tersebut diantaranya magnitude, fase sinyal, interval waktu antara
saat sinyal dipancarkan dan saat sinyal tertangkap kembali, polarisasi, dan
frekuensi efek Doppler. Pemancaran sinyal dan penangkapan sinyal biasanya
dilakukan oleh sebuah pemancar yang sama pada sensor radar.

14
Dua tipe radar yang sering digunakan adalah RAR (Real Aperture
Radar) dan SAR (Synthetic Aperture Radar). Real Aperture Radar juga
sering disebut dengan SLAR (Side Looking Airborne Radar). Kedua tipe ini
sebenarnya adalah sistem radar dengan pemancaran sinyal searah yang
biasanya menggunakan pesawat terbang.
Perbedaan pokok antara sistem RAR dan SAR adalah pada arah
azimutnya. Real Aperture Radar memiliki resolusi azimut yang ditentukan
oleh lebar sapuan(beamwidth), sehingga resolusi azimutnya proporsional
dengan jarak antara radar dengan targetnya. Synthetic Aperture Radar
menggunakan pemrosesan sinyal untuk mensintesiskan beberapa rangkaian
rekaman pantulan sinyal yang tertangkap sensor.
Citra radar memiliki karakteristik yang secara mendasar berbeda
dengan berbagai citra yang diperoleh secara optis seperti citra satelit
sumberdaya ataupun foto udara. Karakteristik ini terkait dengan teknik yang
digunakan dalam pengambilan citra radar dan juga pada konsep radiometri.
Citra radar yang tercetak menjadi bentuk hardcopy, secara visual akan
nampak sangat berbeda dengan citra yang dihasilkan dari citra satelit lain
ataupun pandangan mata manusia.
Bayangan pada citra radar terkait dengan kemiringan pancaran energi
gelombang mikro dari sistem radar, bukan karena faktor geometri sudut
pancaran matahari. Tingkat keabu-abuan (greyscale) pada citra radar terkait
dengan kekuatan relatif gelombang mikro yang dipencarbalikkan oleh elemen
bentang lahan. Intensitas nilai pencarbalikan sinyal akan berragam tergantung
pada kekasaran bentang lahan dan kemiringan lahan. Sinyal radar terutama
terkait dengan kondisi geometris area yang menjadi target.

2.4 Jenis-Jenis Citra Penginderaan jauh


Kegiatan pengindraan jauh memberikan produk atau hasil berupa
keluaran atau citra. Citra adalah gambaran suatu objek yang tampak pada
cermin melalui lensa kamera atau hasil pengindraan yang telah dicetak. Citra
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu citra foto dan citra nonfoto.

15
a. Citra Foto
Citra foto adalah gambaran suatu objek yang dibuat dari
pesawat udara, dengan menggunakan kamera udara sebagai alat pemotret.
Hasilnya dikenal dengan istilah foto udara. Citra foto dapat dibedakan
menurut beberapa aspek, antara lain sebagai berikut.
Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik yang digunakan, citra foto dapat
dibedakan menjadi 3, yaitu:
1) Foto Ultraviolet
Foto Ultraviolet adalah foto yang dibuat dengan menggunakan
spektrum ultraviolet dekat dengan panjang gelombang 0,29 mikrometer.
Cirinya adalah mudah untuk mengenali beberapa objek karena perbedaan
warna yang sangat kontras. Kelemahan dari citra foto ini adalah tidak banyak
informasi yang dapat disadap. Foto ini sangat baik
untuk mendeteksi tumpahan minyak di laut, membedakan atap logam yang
tidak dicat, jaringan jalan aspal, batuan kapur, juga untuk mengetahui,
mendeteksi, dan memantau sumber daya air.
2) Foto Ortokromatik
Foto Ortokromatik adalah foto yang dibuat dengan menggunakan
spektrum tampak dari saluran biru hingga sebagian hijau (0,4–0,56
mikrometer). Cirinya banyak objek yang bisa tampak jelas. Foto ini
bermanfaat untuk studi pantai karena filmnya peka terhadap objek di bawah
permukaan air hingga kedalaman kurang lebih 20 meter.
3) Foto Pankromatrik
Foto pankromatrik adalah foto yang menggunakan seluruh spektrum
tampak mata mulai dari warna merah hingga ungu. Kepekaan film hampir
sama dengan kepekaan mata manusia. Pada umumnya digunakan film
sebagai negatif dan kertas sebagai positifnya. Wujudnya
seperti pada foto, tetapi bersifat tembus cahaya. Foto pankromatik
dibedakan menjadi 2 yaitu pankromatik hitam putih dan foto infra merah.

16
 Foto Pankromatrik Hitam Putih
Rona pada objek serupa dengan warna pada objek aslinya, karena
kepekaan film sama dengan kepekaan mata manusia, resolusi
spasialnya halus, stabilitas dimensional tinggi, dan foto pankromatrik hitam
putih telah lama dikembangkan sehingga orang telah terbiasa
menggunakannya. Foto Pankromatrik digunakan dalam berbagai bidang,
sebagai berikut. Di bidang pertanian, untuk pengenalan dan klasifikasi jenis
tanaman, evaluasi kondisi tanaman, dan perkiraan jumlah produksi tanaman,
Di bidang kehutanan digunakan untuk identifikasi jenis pohon,
perkiraan volume kayu, dan perkembangan luas hutan, Di bidang
sumber daya air, digunakan untuk mendeteksi pencemaran air, evaluasi
kerusakan akibat banjir, agihan air tanah, dan air permukaan, Di bidang
perencanaan kota dan wilayah, digunakan untuk penafsiran jumlah dan
agihan penduduk, studi lalu lintas, studi kualitas perumahan, penentuan jalur
transportasi, dan pemilihan letak berbagai bangunan penting,
Penelitian ekologi hewan liar, berguna untuk mendeteksi habitat dan untuk
pencacahan jumlah populasinya, dan Evaluasi dampak lingkungan.
 Foto Infra Merah
Foto infra merah adalah foto yang dibuat dengan menggunakan
spektrum infra merah dekat, dengan panjang gelombang 0,9 –1,2
mikrometer, yang dibuat secara khusus yang terletak pada saluran merah
dan sebagian saluran hijau. Cirinya dapat mencapai bagian dalam daun,
sehingga rona pada foto infra merah daun tidak ditentukan berdasarkan
warna tetapi oleh sifat jaringannya. Perbedaan antara foto infra merah
dengan film pankromatik hitam putih terletak pada kepekaannya.
Foto infra merah mempunyai beberapa keunggulan, antara lain:
a) Mempunyai sifat pantulan khusus bagi vegetasi,
b) Daya tembusnya yang besar terhadap kabut tipis, dan
c) Daya serap yang besar terhadap air.

17
Kelemahan foto infra merah antara lain:
a) Adanya efek bayangan gelap karena saluran infra merah dekat tidak
peka terhadap sinar baur dan sinar yang dipolarisasikan,
b) Sifat tembusnya kecil terhadap air, dan
c) Kecepatan yang rendah dalam pemotretan.
Infra merah berwarna mempunyai keunggulan pada warnanya yang
tidak serupa dengan warna aslinya. Dengan warna semu itu banyak objek
pada foto ini menjadi mudah dikenali.
Foto inframerah berwarna banyak digunakan dalam bidang:
a) Kemiliteran, untuk mengetahui kondisi suatu hutan, karena tanaman
tidak akan terpantulkan melainkan objek yang ada disekitarnya;
b) Bidang pertanian dan kehutanan, yaitu untuk mendeteksi atau
membedakan tanaman yang sehat dan tanaman yang terserang penyakit;
b. Citra Nonfoto
Citra nonfoto adalah gambaran suatu objek yang diambil dari satelit
dengan menggunakan sensor. Hasilnya dikenal dengan istilah foto satelit.
Citra nonfoto dapat dibedakan sebagai berikut:
1) Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik
Berdasarkanspektrum elektromagnetik yang digunakan, citra nonfoto
dibedakan menjadi 2 sebagai berikut:
 Citra infra merah termal, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum infra
merah ther mal. Pengindraan pada spektrum ini berdasarkan pada
perbedaan suhu objek dan daya pancarnya pada citra, tercermin dengan
adanya perbedaan rona atau warnanya.
 Citra radar dan citra gelombang mikro, yaitu citra yang dibuat dengan
spektrum gelombang mikro. Citra radar merupakan hasil pengindraan
dengan sistem aktif yaitu dengan sumber tenaga buatan. Citra gelombang
mikro dihasilkan dengan sistem pasif yaitu dengan menggunakan sumber
tenaga alamiah.

18
2) Berdasarkan Sensor yang Digunakan
Berdasarkan sensor yang digunakan, citra nonfoto dibedakan menjadi
2, sebagai berikut:
 Citra tunggal, yaitu citra yang dibuat dengan sensor tunggal.
 Citra multispektral, yaitu citra yang dibuat dengan sensor jamak.
3) Berdasarkan Wahana yang Digunakan
Berdasarkan wahana yang digunakan, citra nonfoto dibedakan menjadi
2, sebagai berikut:
 Citra dirgantara (Airborneimage), yaitu citra yang dibuat dengan wahana
yang beroperasi di udara (dirgantara).
 Citra satelit (Satellite/SpaceborneImage), yaitu citra yang dibuat dari
antariksa atau angkasa luar.
2.5 Unsur-Unsur dan Teknik-Teknik Penginderaan Jauh
a. Teknik Interpretasi
Data yang tergambar pada citra harus diinterpretasi supaya dapat
memberikan informasi yang baik mengenai objek yang ada pada citra.
Interpretasi citra penginderaan jauh dapat dilakukan dengan teknik langsung
dan tidak langsung.
1) Teknik Langsung, yaitu interpretasi objek yang nampak pada citra dan
secara langsung diidentifikasi batas-batas objek yang berbeda. Misalnya
pemukiman, sawah, danau dan sebagainya.
2) Teknik Tidak Langsung, yaitu interpretasi objek yang tidak nampak pada
citra, tetapi dalam interpretasinya mengasosiasikan dengan objek yang
nampak. Misalnya menentukan adanya patahan, hal ini dapat ditentukan
berdasarkan adanya kenampakan gawir curam yang lurus memanjang.
Karena biasanya, zona patahan berasosiasi dengan kelurusan gawir.
Kegiatan pengenalan objek yang nampak pada citra dapat dilakukan
dengan tahapan-tahapan berikut:
1) Deteksi, yaitu pengamatan atas adanya suatu objek. Misalnya ada
kenampakan objek memanjang yang memberikan gambaran mengenai

19
sungai, kemudian ada juga kenampakan yang hampir sama dengan
sungai, tetapi bukan tubuh air, contohnya adalah jalan.
2) Identifikasi, yaitu upaya mencirikan objek yang telah dideteksi dengan
menggunakan keterangan yang cukup, seperti bentuk, ukuran dan letak
objek hasil deteksi. Contohnya adanya dua objek di tengah sawah
ditafsirkan sebagai dua orang petani.
3) Interpretasi, yaitu tahap mengumpulkan informasi yang terdapat pada
citra, dengan menyimpulkan isi objek yang diamati. Misalnya adanya 2
orang petani yang berada di sawah yang berair diinterpretasikan sedang
menanam padi. Berarti pada waktu pemotretan adalah pada musim
tanam
b. Unsur-unsur Interpretasi Penginderaan Jauh
Pada kegiatan interpretasi citra, digunakan unsur-unsur yang sesuai
dengan kenampakan citra dan ciri-ciri objek di lapangan. Berikut ini akan
diuraikan tentang kaitan unsur interpretasi dengan sejumlah identifikasi
objek.
1) Rona dan Warna
Rona ialah tingkat kegelapan atau kecerahan objek pada citra. Gelap
dan cerahnya suatu objek pada citra tergantung pada spektrum yang
dipantulkan oleh objek pada sensor. Pada foto udara pankromatik
(menggunakan panjang gelombang 0,4 – 0,7 mm, tingkatan ronanya adalah
gelap, sedang, dan cerah). Kenampakan pada citra dipengaruhi oleh banyak
faktor, yaitu sebagai berikut.
a) Permukaan kasar cenderung menimbulkan rona gelap pada foto karena
adanya hamburan sinar.
b) Warna objek yang gelap cenderung menimbulkan rona gelap.
c) Objek yang basah atau lembab cenderung menimbulkan rona gelap.
d) Pantulan objek air tampak gelap, tetapi agak cerah jika dangkal, deras,
keruh atau gabungan ketiganya.
e) Batuan kapur tampak cerah.
f) Tanaman karet, bakau, dan sagu tampak gelap.

20
g) Tanaman berdaun lembut, seperti beringin dan rumput umumnya tampak
cerah pada foto inframerah.
2) Bentuk
Bentuk merupakan variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi
atau kerangka suatu objek. Bentuk merupakan atribut yang jelas sehingga
banyak objek yang dapat dikenali berdasarkan bentuknya saja. Contoh
pengenalan objek berdasarkan bentuk adalah sebagai berikut.
a) Lapangan bola tampak persegi panjang dan di tepiannya tampak gawang.
b) Gedung sekolah pada umumnya berbentuk L, U, atau I.
c) Tajuk pohon palma berbentuk bintang, tajuk pohon pinus berbentuk
runcing, dan tajuk bambu seperti bulu-bulu.
d) Gunung api berbentuk kerucut.
e) Bentuk kipas aluvial seperti segitiga yang alasnya cembung.
f) Bekas meander sungai yang terpotong dapat dikenali dari bentuk-bentuk
tapal kuda.
3) Ukuran
Ukuran adalah atribut objek yang berupa jarak, luas, tinggi, lereng, dan
volume. Contoh pengenalan objek berdasarkan ukuran sebagai berikut.
a) Lapangan olahraga selain dicirikan bentuk segi empat tetapi juga dicirikan
ukurannya 80 m x 100 m (lapangan sepak bola) dan 15 m x 30 m
(lapangan tenis).
b) Nilai kayu selain dapat ditentukan jenis kayunya juga dapat ditentukan
volumenya. Volume kayu dapat ditaksir berdasarkan tinggi pohon, luas
hutan, kepadatan, dan diameter batang pohon.
c) Ukuran rumah dapat dibedakan dengan kantor dan pabrik.
4) Tekstur
Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra. Tekstur sering
dinyatakan dengan kasar, sedang, halus, dan belang-belang. Contoh
pengenalan objek berdasarkan tekstur sebagai berikut:
a) Hutan bertekstur kasar.
b) Belukar bertekstur sedang.

21
c) Semak bertekstur halus.
d) Tanaman padi bertekstur halus.
e) Tanaman tebu bertekstur sedang.
f) Tanaman pekarangan bertekstur kasar.
g) Permukaan air bertekstur halus.
5) Pola
Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi
banyak objek bentukan manusia dan beberapa objek alamiah. Contoh
pengenalan objek berdasarkan pola yaitu sebagai berikut:
a) Pola aliran sungai sering menandai struktur geologi, batuan, dan jenis
tanah. Pola aliran trelis menandai stuktur lipatan, pola aliran paralel
menandakan topografi daerah tersebut miring.
b) Permukiman sering memberikan pola yang teratur, seperti memanjang
sesuai dengan orientasi jalan atau sungai.
6) Bayangan
Bayangan objek dapat dijadikan kunci pengenalan objek yang tampak.
Selain itu, untuk foto udara yang dilakukan dari pesawat terbang akan
menjadi acuan penentuan arah (orientasi foto). Karena pemotretan biasa
dilakukan pada jam 9 – 10 si ang, maka bayangan akan berada di barat,
sehingga arah lain akan dapat ditentukan. Contohnya bayangan objek yang
mudah dikenali antara lain menara, bak air yang dipasang tinggi, tembok
stadion, lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan.
7) Situs
Situs adalah tempat kedudukan suatu objek terhadap objek lain di
sekitarnya. Situs bukan merupakaan ciri objek secara langsung melainkan
dalam kaitannya dengan lingkungan sekitarnya. Contohnya pesawahan yang
berada pada daerah dataran dan pemukiman penduduk biasanya memanjang
mengikuti jalan atau sungai. Atau sungai-sungai yang bercabang dan
endapannya di tepi pantai menunjukkan sebuah endapan delta.

22
8) Asosiasi
Asosiasi dapat diartikan sebagai keterikatan antara objek yang satu dan
objek yang lain. Oleh karena itu, dapat dijadikan petunjuk bagi adanya objek
lain. Contohnya daerah pemukiman biasanya dekat dengan jalan atau sungai.
Alat untuk memudahkan interpretasi citra foto adalah citra pengamat.
Alat pengamat terdiri atas non stereoskopik dan stereoskopik.
a) Alat pengamat non stereoskopik, seperti lensa pembesar (loop) dan alat
pengamat warna aditif, meja sinar, pengamat optik dan elektronik.
b) Alat pengamat stereoskopik dapat digunakan untuk pengamatan tiga
dimensional atau foto udara yang bertampalan. Alat macam ini yaitu lensa,
stereoskopik mikroskopik.
2.6 Cara Mengukur Ketelitian Hasil Interpretasi
a. Data Acuan
Citra menyajikan gambaran lengkap yang mirip ujud dan letak
sebenarnya. Kemiripan ujud ini memudahkan pengenalannya pada citra,
sedang kelengkapan gambarannya memungkinkan penggunaannya oleh
beragam pakar untuk beragam keperluan. Meskipun demikian, masih
diperlukan data lain untuk lebih meyakinkan hasil interpretasi dan untuk
menambah data yang diperlukan, tetapi tidak diperoleh dari citra. Data ini
disebut data acuan yang dapat berupa pustaka, pengkuran, analisis
laboratorium, peta, kerja lapangan, foto terrestrial maupun foto udara selain
citra yang digunakan. Data acuan dapat berupa tabel statistik tentang
meteorologi atau tentang penggunaan lahan yang dikumpulkan oleh
perorangan maupun oleh instansi pemerintah. Penggunaan data acuan yang
ada akan meningkatkan ketelitian hasil interpretasi yang akan memperjelas
lingkup, tujuan, dan masalah sehubungan dengan proyek tertentu.
b. Data Acuan
Kunci interpretasi citra pada umumnya berupa potongan citra yang
telah diinterpretasi serta diyakinkan kebenarannya, dan diberi keterangan
seperlunya. Keterangan ini meliputi jenis obyek yang digambarkan, unsur
interpretasinya, dan keterangan tentang citra yang menyangkut jenis, skala,

23
saat perekaman, dan lokasi daerahnya. Kunci interpretasi citra dimaksudkan
sebagai pedoman dalam melaksanakan interpretasi citra, dapat berupa kunci
interpretasi citra secara individual maupun berupa kumpulannya. Kunci
interpretasi citra dibedakan atas dasar ruang lingkupnya dan atas dasar
lainnya.
c. Penanganan Data
Citra dapat berbentuk kertas cetakan atau transparansi yang juga
semakin banyak digunakan. Transparansi dapat berujud lembaran tunggal
maupun gulungan. Dalam menanganinya perlu berhati-hati jangan sampai
menimbulkan goresan atau bahkan penghapusan padanya. Untuk transparansi
gulungan lebih mudah penanganannya, akan tetapi terhadap yang lembaran
perlu lebih berhati-hati, baik lembaran transparansi maupun lembaran kertas
cetak.
Banyak citra beragam jenis, skala, atau saat perekaman digunakan
secara bersamaan untuk meningkatkan hasil interpretasinya. Dengan
demikian sering banyak citra yang dihadapi oleh penafsir citra. Penafsir citra
yang berpengalaman pun belum tentu memperhatikan cara penanganan data,
karena ia mungkin lebih tertarik pada interpretasinya. Hal demikian tentu saja
tidak baik untuk kemudahan dalam menyimpan dan mencari kembali, dan
untuk keawetan citra.
d. Pemangatan Strereoskopik
Pengamatan stereoskopik pada pasangan citra yang bertampalan dapat
menimbulkan gambaran tiga dimensional bagi jenis citra tertentu. Citra yang
telah lama dikembangkan untuk pengamatan stereoskopik ialah foto udara.
Citra jenis ini dapat digunakan untuk mengukur beda tinggi dan tinggi obyek
bila diketahui tinggi salah satu titik yang tergambar pada foto. Disamping itu
juga dapat diukur lerengnya. Perujudan tiga dimensional ini memungkinkan
penggunaan foto udara untuk membuat peta kontur. Disamping foto udara,
dari pasangan citra radar atau citra lain yang bertampalan juga dapat
ditimbulkan perujudan tiga dimensional bila diamati dengan stereoskop.

24
2.7 Konsepsi Dasar Penginderaan Jauh Sistem Fotografi
a. Deteksi
Deteksi adalah upaya mengetahui benda dan gejala di sekitar
lingkungan kita, dengan menggunakan alat pengindera (sensor). Dengan
adanya data dari pengindraan jauh, untuk mendeteksi benda dan gejala di
sekitar kita, pengindraan tidak perlu secara langsung ke tempat sebenarnya,
cukup melalui foto udara.
b. Identifikasi
Objek yang tergambar pada citra dapat dikenali berdasarkan ciri yang
terekam oleh sensor. Terdapat tiga ciri-ciri utama yang dapat dikenali, yaitu
spektral, spasial, dan temporal. Spektral adalah ciri yang dihasilkan oleh
interaksi antara tenaga elektromagnetik dengan objek yang dinyatakan
dengan rona dan warna. Ciri spatial meliputi bentuk, ukuran, bayangan, pola,
situs, dan asosiasi. Ciri temporal terkait dengan kondisi benda pada saat
perekaman.
c. Pengenalan
Pengenalan adalah proses klasifikasi terhadap objek secara langsung
yang tampak didasarkan pengetahuan lokal atau pengetahuan tertentu.
d. Analisis
Analisis bertujuan untuk mengelompokkan objek yang mempunyai citra
yang sama dengan identitas objek.
e. Deduksi
Deduksi adalah pemrosesan berdasarkan pada bukti yang mengarah
kearah yang lebih khusus. Bukti ini diperoleh dari objek yang tampak
langsung.
f. Klasifikasi
Klasifikasi meliputi deskripsi dari kenampakan yang dibatasi. Hal ini
merupakan interpretasi citra karena pada tahap inilah kesimpulan dan
hipotesis dapat diambil.
g. Idealisasi
Idealisasi merupakan pekerjaan kartograf, yaitu menyajikan hasil.

25
2.8 Konsepsi Dasar Penginderaan Jauh Sistem Fotografi
Konsep multi adalah cara memperoleh data dan menganalisis
penginderaan jauh yang meliputi 6 konsep, yaitu :
a. Multi Spektrum
Merupakan cara memperoleh dan menganalisis data penginderaan jauh
dengan memanfaatkan banyaknya warna.
b. Multi Tingkat
Merupakan cara memperoleh dan menganalisis data penginderaan jauh
dengan memanfaatkan perbedaan ketinggian terbang atau orbit wahana pada
saat melakukan inderaja
c. Multi Polarisasi
Merupakan cara memperoleh dan menganalisis data inderaja dengan
memanfaatkan bidang obyek yang terekam oleh sensor, apakah mengikuti
bidang horisontal atau vertikal
d. Multi Arah
Merupakan cara memperoleh dan menganalisis data penginderaan jauah
dengan memanfaatkan sensor yang dapat diatur ke segala arah untuk
meningkatkan kemampuan pengadaan data inderaja, terutama di daerah tropik
yang banyak tertutup awan.
e. Multi Temporal
Merupakan cara memperoleh dan menganalisis data penginderaan jauh
dengan memanfaatkan waktu perekaman yang berbeda. Obyek yang
tergambar dalam citra menggambarkan kondisi dan waktu perekaman yang
berbeda-beda.
f. Multi Disiplin
Data yang terdapat dalam citra dapat dimanfaatkan oleh berbagai
bidang keilmuan.

2.9 Perkembangan Wahana dan Citra Inderaja


Penginderaan jauh pada awalnya dikembangkan dari teknik interpretasi
foto udara. Pada tahun 1919 telah dimulai upaya pemotretan melalui pesawat
terbang dan interpretasi foto udara. Meskipun demikian, teknik interpretasi

26
foto udara untuk keperluan sipil (damai) sendiri baru berkembang pesat
setelah Perang Dunia II, karena sebelumnya foto udara lebih banyak
dimanfaatkan untuk kebutuhan militer. Penggunaan teknik interpretasi citra
secara manual, baik dengan foto udara maupun citra non-fotografik yang
diambil melalui wahana selain pesawat udara dan sensor selain kamera
hingga saat ini telah cukup mapan dan diakui manfaat dan akurasinya. Di sisi
lain, pengolahan atau pemrosesan citra satelit secara digital telah taraf
operasional untuk seluruh aplikasi di bidang survei-pemetaan.
Hampir bersamaan dengan perkembangan teknik analisis data
keruangan melalui teknologi SIG, kebutuhan akan citra digital yang diperoleh
melalui perekaman sensor satelit sumberdaya pun semakin meningkat.
Perolehan data penginderaan jauh melalui satelit menawarkan beberapa
keunggulan dibandingkan melalui pemotretan udara, antara lain dari segi
harga, periode ulang perekaman daerah yang sama, pemilihan spektrum
panjang gelombang untuk mengatasi hambatan atmosfer, serta kombinasi
saluran spektral (band) yang dapat diatur sesuai dengan tujuan.
Pada periode yang sama, ketika berbagai lembaga di Indonesia masih
belajar memanfaatkan foto udara, Amerika Serikat pada tahun 1972 telah
meluncurkan satelit sumberdaya ERTS-1 (Earth Resources Technology
Satellite - 1), yang kemudian diberi nama baru menjadi Landsat-1. Satelit ini
mampu merekam hampir seluruh permukaan bumi pada beberapa spektra
panjang gelombang, dan dengan resolusi spasial sekitar 80 meter. Sepuluh
tahun kemudian, Amerika Serikat telah meluncurkan satelit sumberdaya
Landsat-4 (Landsat-D) yang merupakan satelit sumberdaya generasi kedua,
dengan memasang sensor baru Thematic Mapper yang mempunyai resolusi
yang jauh lebih tinggi daripada pendahulunya, yaitu 30 meter pada enam
saluran spektral pantulan dan 120 meter pada satu saluran spektral pancaran
termal.
Dari negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, Perancis, Jepang,
dan Rusia, hingga negara-negara besar namun dengan pendapatan per kapita
yang masih relatif rendah seperti India dan Republik Rakyat Cina.

27
2.10 Karakteristik Citra Inframerah Fotografi dan Inframerah Termal
a. Inframerah Fotografi
Fotografi inframerah adalah suatu teknik dalam bidang fotografi untuk
merekam cahaya yang oleh mata telanjang tidak dapat dilihat dan oleh karena
itu diperlukan filter yang menampik hampir semua cahaya spektrum yang
terlihat oleh kita dan mengizinkan cahaya inframerah (IR) untuk diteruskan
masuk ke kamera, dengan catatan bahwa sensor atau film dalam kamera
tersebut harus sensitif terhadap cahaya inframerah. Ketika teknik tersebut
digunakan, hasil dari foto inframerah bisa menjadi foto hitam-putih yang
kontras atau foto false-color, seperti contohnya warna daun yang hijau segar
akan terlihat putih, pemandangan yang panas akan tampak seperti di musim
salju dan seperti di dunia lain.
Kamera inframerah citra panas inframerah dari suatu benda. Namun
penggunaan kamera digital untuk melacak radiasi panas dibatasi penyaring
inframerah di dalam badan kamera, sebab bayangan yang terbentuk di sensor
digital akibat pancaran inframerah dianggap bisa merusak kualitas gambar
normal.
b. Inframerah Termal
Suhu pancaran yang yang berasal dari objek di permukaan bumi
direkam oleh suatu sensor termal. Hasil rekaman tersebut bisa diproses
menjadi citra maupun noncitra. Citra yang dimaksud tersebut adalah citra
inframerah termal yang berupa gambaran dua dimensi atau gambaran
piktorial. Hasil noncitra berupa garis atau kurva spektral, satu angka, atau
serangkaian angka yang mencerminkan suhu pancaran objek yang terekam
oleh sensor termal. Sistem penginderaan jauh termal ini membuat perekaman
data dapat dilakukan baik pada siang maupun malam hari.
Perekaman harus dilakukan pada kondisi cuaca yang memungkinkan
untuk mendapatkan hasil yang optimal.Keunggulan dari sistem penginderaan
jauh saluran inframerah termal ini ialah menghasilkan citra yang mampu
merekam wujud yang tidak tampak oleh mata sehingga menjadi gambaran

28
yang cukup jelas. Beberapa keunggulan dari sistem penginderaan jauh saluran
inframerah termal sebagai berikut:
1) Pengumpulan data yang tidak mungkin dilakukan dengan penginderaan
jauh fotografi dapat dilakukan dengan penginderaan jauh sistem termal
karena perekamannya dapat dilakukan siang atau malam hari.
2) Dapat merekam wujud tak tampak oleh mata sehingga menjadi gambaran
yang cukup jelas. Misalnya kebocoran pipa gas bawah tanah, kebakaran
tambang batubara bawah tanah, dan titik panas yang pada umumnya
merupakan titik lemah pada bangunan. Dapat membedakan antara air
panas dan air dingin ataupun perbedaan suhu permukaan lahan (land
surface temperature) yang biasanya digunakan dalam pemanfaatan
lingkungan.
Kelemahan citra inframerah termal terletak pada aspek geometrinya
yang penyimpangannya lebih besar dari penyimpangan pada foto udara.
Selain itu, citra inframerah termal cenderung sulit untuk diinterpretasi
objeknya karena sifat termal yang lebih rumit dari pantulan objek serta
resolusi spasialnya yang lebih rendah daripada citra multispektral pada
umumnya.

29
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengindraan Jauh adalah suatu proses perolehan informasi tentang suatu
obyek tanpa adanya kontak fisik secara langsung dengan obyek tersebut.
Informasi diperoleh dengan cara deteksi dan pengukuran berbagai perubahan
yang terdapat pada dimana obyek berada.
Perkembangan penginderaan jauh (PJ) bisa dibedakan kedalam dua
tahap yaitu sebelum dan sesudah tahun 1960. Sebelum tahun 1960 masih
digunakan foto udara, setelah tahun 1960 sudah ditambah dengan citra satelit.
Perkembangan kamera diperoleh dari percobaan yang dilakukan pada lebih
dari 2.300 tahun yang lalu oleh Aristoteles dengan ditemukannya teknologi
Camera Obscura yang merupakan temuan suatu proyeksi bayangan melalui
lubang kecil ke dalam ruang gelap.
Penginderaan jauh sangat terkait dengan sumber energi, interaksi energi
di atmosfer, interaksi energi dengan permukaan bumi. Hal lain yang harus
dipahami adalah proses perekaman energi yang digunakan dalam
penginderaan jauh. Proses perekaman energi dilakukan menggunakan sensor
peka energi-energi tersebut. Seperti tubuh manusia, masing-masing sensor
seperti mata dan telinga memiliki kepekaan yang berbeda-beda terhadap
energi yang diterimanya. Informasi yang diterima oleh sensor ini akan saling
mendukung menjadi informasi yang utuh.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, penulis menyarankan agar pembaca dapat
mempelajari dan memahami mengenai sistem-sistem yang terdapat dalam
penginderaan jauh yang lebih mendalam dengan mencari berbagai referensi
baik melalui online ataupun media cetak serta dapat menjadikan makalah ini
sebagai bahan referensi bagi pembaca,

30
DAFTAR PUSTAKA

Indarto, 2014. Teori dan Praktik Penginderaan Jauh. Penerbit: CV. ANDI.
Jakarta.

Lillesand TM, Kiefer FW. 1990. Penginderaan jauh dan interpretasi citra. Alih
bahasa. R. Dulbahri. Yogyakarta: Gadja Mada University Press.

Purwadi, F. Sri Hardiyanti. 2001. Interpretasi citra digital. Grasindo, Jakarta,

Sutanto, 1986. Penginderaan jauh Jilid I. Yogyakarta: Gadja Mada University


Press.

Sutanto, 1987. Penginderaan jauh Jilid I. Yogyakarta: Gadja Mada University


Press.

31

Anda mungkin juga menyukai