Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERKEMBANGAN SENSOR DAN WAHANA


PENGINDERAAN JAUH
KELAS B

Oleh :
1. Aisya Thalia Faz (1906377454)
2. Fazriah (1906288713)
3. Hannum Ayu Lestari (1906288726)
4. Olga Oktiviani Prasaktio (1906302522)
5. Raina Arfa Fadhilah (1906348593)

DEPARTEMEN GEOGRAFI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penginderaan jauh atau remote sensing merupakan suatu ilmu mengenai informasi suatu
daerah, lingkungan ataupun objek berdasarkan dari hasil analisis data yang didapatkan melalui
alat perekam (sensor) dengan perantara gelombang elektromagnetik tanpa mengenai objeknya
(Lillesand dan Kiefer,1979). Secara umum, penginderaan jauh berkaitan dengan pengolahan citra
dalam mengetahui atau mengamati suatu fenomena di muka bumi. Alat yang digunakan dalam
penginderaan jauh disebut sensor. Dimana, sensor yang dimaksud adalah sensor buatan dapat
berupa kamera, magnetometer, sonar, scanner, maupun radiometer. Beberapa komponen utama
yang harus ada di dalam sistem penginderaan jauh diantaranya yaitu sumber tenaga, wahana, dan
sensor. Untuk mendapatkan hasil sensor atau gambar dari objek dibutuhkan sumber tenaga agar
gambar bisa dipantulkan atau dipancarkan. Sumber tenaga penginderaan jauh dibagi menjadi
sumber tenaga aktif (buatan manusia) dan sumber tenaga pasif (cahaya matahari). Sistem pasif
merupakan tenaga alami yang berasal dari pancaran cahaya matahari. Sehingga, kekurangan dari
sistem ini hanya bisa dilakukan saat siang hari atau saat cuaca cerah. Sistem aktif merupakan
tenaga tenaga buatan atau dengan menggunakan bantuan pancaran suatu alat. Sistem ini dapat
dilakukan dalam segala cuaca, baik siang maupun malam hari. Wahana merupakan alat atau
wadah untuk menyimpan sensor atau alat perekam dari sistem penginderaan jauh. sehingga,
wahana juga bisa disebut sebagai kendaraan bagi alat perekam. Saat merekam objek, wahana
bisa ditempatkan di atas permukaan bumi atau luar angkasa. Contohnya, satelit, drone, balon
udara, dan pesawat. Sedangkan, sensor itu sendiri adalah media yang sensitif terhadap perubahan
fisika dan kimia dan berfungsi sebagai penerima tenaga yang dipantulkan ataupun dipancarkan
oleh objek. Sensor disebut juga sebagai alat perekam. Berdasarkan proses perekaman, sensor
menjadi dua bagian yaitu sensor fotografik dan sensor elektronik.
1.2 RUMUSAN MASALAH
● Bagaimana perkembangan wahana dan sensor terbaru?
● Bagaimana perkembangan penginderaan jauh di Indonesia?
1.3 TUJUAN
Makalah ini dibuat bertujuan untuk mengetahui informasi lebih dalam mengenai
perkembangan wahana dan sensor terbaru serta bertujuan untuk memenuhi dan menyelesaikan
tugas Penginderaan Jauh yang telah diberikan.
BAB 2
PEMBAHASAN

3.1 Sensor dan Wahana

Sensor merupakan alat untuk merekam objek pada penginderaan jauh. Tenaga yang yang
datang dari objek di permukaan bumi akan diterima dan direkam oleh sensor. Sensor mempunyai
kepekaan yang berbeda terhadap bagian spektrum elektromagnetik. Kemampuan sensor untuk
merekam gambaran objek terkecil disebut resolusi spasial. Resolusi spasial merupakan petunjuk
bagi kualitas suatu sensor yang digunakan. Semakin kecil objek yang dapat terekam, semakin
baik kualitas sensornya.

Penginderaan jauh memerlukan alat penginderaan berupa kamera, sonar, radiometer, dan
magnetometer yang dipasang pada wahana berupa balon udara, pesawat terbang, atau satelit.
Objek yang terekam pada sensor dapat diidentifikasikan dan diteliti dengan mengkaji hasil
rekamannya. Sensor dapat berfungsi apabila terdapat zat antara atau media yang berupa atmosfer.

Terdapat dua jenis sensor dalam penginderaan jauh, yaitu sensor pasif dan sensor aktif.
Sensor pasif adalah suatu alat sensor yang hanya dilengkapi dengan alat penerima pantulan
gelombang Elektromagnetik, misalnya sensor satelit. Sedangkan sensor aktif adalah alat yang
dilengkapi dengan pemancar dan alat penerima pantulan gelombang, misalnya sensor radar dan
sensor sonar.

Sensor berdasarkan proses perekamannya dibedakan menjadi dua, yaitu sensor fotografik
dan sensor elektromagnetik. Sensor fotografik adalah sensor berupa kamera yang bekerja pada
spektrum tampak mata dan menghasilkan foto atau citra yang sama dengan warna aslinya.
Sedangkan sensor elektromagnetik adalah sensor bertenaga elektrik dalam bentuk sinyal elektrik
yang beroperasi pada spektrum yang lebih luas yaitu dari sinar X sampai gelombang radio.
Penggunaan sensor elektromagnetik dalam penginderaan jauh merupakan gabungan dari
beberapa spektrum, misalnya spektrum ultraviolet, spektrum tampak, dan spektrum inframerah.
Tenaga elektromagnetik yang digunakan dalam sensor elektromagnetik antara lain:
1. Sensor sonar = tenaga suara
2. Sensor kamera dan termometer = tenaga elektromagnetik
3. Sensor gravitometer = tenaga gravitasi
4. Sensor magnetometer = tenaga magnetik
5. Sensor seismometer = tenaga seismik/getaran

Jenis sensor dalam penginderaan jauh


1. ultraviolet
2. sinar tampak (pankromatik)
3. inframerah pantulan
4. inframerah termal
5. gelombang mikro
6. radar

3.2 Perkembangan Sensor dan Wahana Penginderaan Jauh

Pra- Perang Dunia

Teknologi penginderaan jauh dari sisi tekniknya sudah lama berkembang, yaitu setelah
ditemukannya kamera. Pengambilan gambar dilakukan oleh fotografer tidak hanya dari samping/
mendatar, tetapi juga dapat dilakukan atau di ambil dari atas (udara). Percobaan pernah
dilakukan perkembangan Teknologi Inderaja :

● Foto udara pertama dalam sejarah diambil pada tahun 1858 oleh fotografer dan balonis
Prancis, Gaspard Felix Tournachon, yang dikenal sebagai "Nadar". Pada tahun 1855 ia telah
mematenkan gagasan untuk menggunakan foto udara dalam pembuatan peta dan survei,
tetapi butuh 3 tahun percobaan sebelum ia berhasil menghasilkan foto udara pertama.
Kenampakan yang ia potret adalah pemandangan desa Prancis Petit-Becetre yang diambil
dari balon udara dengan ketinggian 80 meter di atas tanah. Sayangnya, foto-foto awal Nadar
sudah tidak ada, dan foto udara tertua yang diketahui masih ada adalah gambar James
Wallace Black tentang Boston dari balon udara, yang diambil pada tahun 1860.
Ilustrasi nadar oleh Honoré Daumier dan hasil foto nadar diambil dari atas kota Paris
pada tahun 1866

● James Wallace Black 1860 dari Amerika melakukan uji coba balon udara dengan ketinggian
365 meter di kota Boston.

Foto kota Boston oleh James Wallace Black

● Selain balon udara, pelopor awal penginderaan jauh diambil menggunakan bantuan
layang-layang untuk meletakan kamera. Ahli meteorologi Inggris, E. D. Archibald adalah
salah satu yang pertama mengambil foto dari layang-layang pada tahun 1882. Archibald
menggunakan serangkaian layang-layang, dengan kamera yang melekat. Di Labruguiere,
Prancis, Arthur Batut mengambil foto udara dari layang-layang pada tahun 1888. Arthur
Batut meletakkan kameranya yang masih agak besar ke layang-layang tunggal dan mengatur
pencahayaan secara otomatis. Foto udara pertama Batut diambil pada Mei 1888.

layang layang yang digunakan Arthur batut dan hasil potret Labruguiere, Prancis

● Selain Archibald dan Arthur Batut, di California, George R. Lawrence berhasil mengambil
potret kehancuran San Francisco setelah gempa bumi dan kebakaran pada 18 April 1906.
George R. Lawrence menggunakan kamera yang melekat pada serangkaian layang-layang
tinggi di atas kota. Kamera berformat besar yang dirancang khusus memiliki pelat film
melengkung untuk memberikan gambar panorama, yang tetap menjadi beberapa paparan
udara terbesar yang pernah diambil. Kamera yang digunakan besar dan sangat berat,
sehingga butuh sebanyak 17 layang-layang untuk mengangkat kamera tersebut ke ketinggian
2.000 kaki di udara. Lawrence juga menggunakan tangga dan menara tinggi untuk
menangkap foto "udara" tingkat bawah.

Potret San Francisco oleh George R. Lawrence dan layang layang yang digunakan

● Tahun 1909, foto udara dilakukan oleh pilot bernama Wilbur Wright di atas Centovelli, Italia
dengan menggunakan pesawat terbang jauh lebih praktis.
Pasca Perang Dunia II

Setelah masa perang dunia-II, penggunaan foto udara telah berubah fungsi untuk keperluan sipil
dan mulai mengalami perkembangan seperti metode interpretasi visual/manual.

● Sesudah tahun 1960

Perekaman bumi pertama dilakukan oleh satelit TIROS (Television and Infrared Observation
Satellite) pada tahun 1960 yang merupakan satelit meteorologi. Setelah peluncuran satelit
itu, NASA meluncurkan lebih dari 40 satelit meteorologi dan lingkungan dengan setiap kali
diadakan perbaikan kemampuan sensornya. Satelit TIROS ini sepenuhnya didukung oleh
ESSA (Environmental Sciences Services Administration), kemudian berganti dengan NOAA
(National Oceanic and Atmospheric Administration) pada bulan Oktober 1970. Seri kedua
dari satelit TIROS ini disebut dengan ITOS (Improved TIROS Operational System). Sejak
saat ini peluncuran manusia ke angkasa luar dengan kapsul Mercury, Gemini dan Apollo dan
lain-lain digunakan untuk pengambilan foto permukaan bumi.Tahun 1972

Data penginderaan jauh mulai dikembangkan melalui satelit yaitu bermula pada tahun 1972
yang diinisiasi oleh Amerika Serikat dengan meluncurkan satelit sumberdaya yang awalnya
bernama ERTS-1 (Earth Resources Technology Satellite-1) dengan kemampuan resolusi
spasial sekitar 80 meter yang kemudian namanya dikenal dengan Landsat-1 hingga saat ini
yang sudah mencapai level Landsat-9.

Landsat inilah yang kemudian sebagai penyedia citra satelit dengan keunggulan di atas foto
udara terutama dari segi temporalnya atau periode perulangan perekaman, lalu biaya untuk
perolehan data, ketersediaan spektrum panjang gelombang dan pengolahan dari saluran
(band) yang dapat dikombinasikan.

● Tahun 1980an

Setelah meluncurkan satelit pertama Landsat-1, Amerika Serikat melanjutkan


pengembangannya dengan menambahkan sensor pendeteksi pancaran permukaan atau
termal yang bernama Thematic Mapper dengan resolusi yang lebih tinggi yaitu 30 meter
untuk saluran spektral pantulan dan 120 meter untuk saluran pancaran termal.
Perkembangan satelit sumber daya alam komersial terjadi pada Landsat 4 yang diluncurkan
pada tanggal 16 Juli 1982, disusul Landsat 5 yang peluncurannya pada tanggal 1 Maret
1984, dan Landsat 6 gagal mencapai orbit. Direncanakan pada awal 1998 akan segera
diluncurkan satelit Landsat 7 sebagai pengganti Landsat 5. Perkembangan satelit sumber
daya alam tersebut diikuti oleh negara lain, dengan meluncurkan satelit PJ operasional
dengan berbagai misi, teknologi sensor, serta distribusi data secara komersial, seperti satelit
SPOT-1 (Système Probatoire d’Observation de la Terre) oleh Perancis pada tahun 1986 yang
diikuti generasi berikutnya, yaitu SPOT-2, 3, dan 4. Demikian juga dengan dipasangnya
sensor radar pada satelit PJ sebagai penggambaran sensor optik, merupakan peluang yang
baik bagi negara Indonesia, yang wilayahnya tertutup awan sepanjang tahun. Pada tahun
1986 Heinrich Hertz melakukan percobaan yang menghasilkan bahwa berbagai objek
metalik dan nonmetalik memantulkan tenaga elektromagnetik pada frekuensi 200 MHz yang
dekat dengan gelombang mikro. Percobaan radar pertama kali dilakukan oleh Hulsmeyer
pada tahun 1903 untuk mendeteksi kapal.

Perkembangan Penginderaan Jauh di Indonesia

Indonesia yang mempunyai wilayah daratan dan lautan yang sangat luas, membangun
stasiun bumi satelit penginderaan jauh yang pertama yaitu Lembaga Penerbangan dan Antariksa
Nasional (LAPAN) pada tahun 1964.

● Tahun 1970-an

Indonesia di awal penggunaan teknologi penginderaan jauh juga memulai dari penggunaan
foto udara dengan tujuan survei dan pemetaan sumberdaya oleh beberapa lembaga.

● Tahun 1980-an

Penggabungan aplikasi foto udara dengan teknologi komputer sebagai perangkat pengolahan
citra digital dari satelit dilakukan Indonesia pada tahun 1980-an dan dapat dikatakan sebagai
pengemuka pertama di kawasan Asia Tenggara.

LAPAN telah terlibat dalam kegiatan inderaja sejak awal tahun 1970-an yang perkembangannya
melalui beberapa tahap yaitu:
1. Tahap investigasi (1972-1982)

➢ Pembangunan stasiun penerima data APT (Automatic Picture Transmission) satelit


lingkungan dan cuaca NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) tahun
1973.
➢ Pengembangan stasiun bumi satelit lingkungan dan cuaca di Jakarta untuk menerima data
HRPT (High Resolution Picture Transmission) satelit NOAA pada tahun 1978 dan di tahun
1980 stasiun ini dikembangkan kemampuannya untuk menerima data satelit EMS.
➢ Dalam pemanfaatan selain cuaca, Indonesia memanfaatkan data airborne (aerial
photography, airborne radar, dan lain-lain) serta data satelit dalam bentuk hardcopy yang
dipesan dari luar negeri.

2. Tahap pengkajian (1983 – 1992)

Tahun 1983, secara resmi menerima langsung data satelit landsat (MSS) melalui stasiun
bumi satelit sumber alam di Pekayon, Jakarta dan baru dapat mengolah dan melayani
permintaan data pada tahun berikutnya.

3. Tahap operasional (1993 – sekarang)

Stasiun bumi dan yang ada di atasnya (keantariksaan) semuanya dipercayakan pemerintah
kepada LAPAN untuk mengoperasikannya dan keberadaan stasiun bumi berguna untuk
kepentingan nasional. Dari pengalaman operasi penerimaan dan pemanfaatan data
satelit-satelit khusus pengamatan lingkungan dan sumber alam tersebut, dapat dikenali
kecenderungan kebutuhan pengguna terhadap data resolusi tinggi. LAPAN pun
meningkatkan kemampuan stasiun bumi agar dapat menerima data resolusi tinggi dari kedua
satelit tersebut. Stasiun bumi ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada September 1993
sebagai tanda tahap operasional dalam akuisisi, pengolahan, dan distribusi data untuk
melayani kebutuhan pengguna. Tahap operasional ini menunjukkan peran LAPAN yang
harus senantiasa menjaga kesinambungan operasi pelayanan kebutuhan pengguna.

Berdasarkan pengalaman operasi stasiun bumi tersebut ternyata terdapat kesulitan


memperoleh data kawasan Indonesia Timur dan beberapa daerah Indonesia yang bebas
awan. Apalagi data SPOT, yang luas cakupannya relatif lebih kecil (60 x 60 cm)
dibandingkan dengan cakupan landsat, untuk mendapatkan data yang bebas awan jauh lebih
sulit. LAPAN secara resmi menandatangani down link agreement dengan ESA untuk operasi
akuisisi dan distribusi data ERS-SAR dan melakukan pembangunan stasiun penerimaan data
JER 5-1 yang diresmikan oleh Menristek B-2. Habibie pada akhir tahun 1995. (Kartasasmita
2001:13) sebagai langkah untuk mengatasi kesulitan memperoleh data kawasan Indonesia
Timur dan daerah di Indonesia yang bebas awan dan mendukung penyediaan data
penginderaan jauh kawasan Indonesia Timur.

Stasiun bumi satelit penginderaan jauh yang dioperasikan oleh LAPAN yaitu :

1. Stasiun bumi satelit penginderaan jauh dan sumber daya alam yang berada di Pare pare
(Sulawesi Selatan) dengan cakupan rekaman data hampir seluruh wilayah NKRI.
2. Stasiun bumi satelit lingkungan dan cuaca yang berada di Pekayon Pasar Rebo (Jakarta
Timur) dan di Pulau Biak (Irian Jaya).
3. Fasilitas pengolahan dan distribusi data, serta informasi penginderaan jauh satelit di
Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta Timur (Purwadhi dan Sanjoto 2008 : 41).

Jenis produk yang dihasilkan LAPAN antara lain dalam bentuk hard copy dan digital dalam
media CCT (Computer Compatible Tape), CD ROM, EXABYTE, dan Digital Audio Tape (DAT)
(Kartasasmita 2001: 14).

Jenis data inderaja satelit dari produk LAPAN antara lain :

1. Stasiun Bumi Satelit Inderaja dan Sumber Daya Alam, Parepare, Sulsel :

a. Tahun 1993 – 2005: data dan citra landsat (land satelit).


b. Tahun 2006: data dan citra SPOT (Satellit Pour/Probatoire Observation de la Terre) dan
data SPOT 4.
c. Tahun 1998 – 2001: Data JERS-1 (Japan Earth Resources Satellite), citra sistem pantulan
dan radar. Data ini dari program eksperimental satelit dari pemerintahan Jepang, dan belum
komersial.

2. Stasiun Bumi Satelit Inderaja lingkungan dan cuaca di pekayon, Pasar Rebo, Jakarta dan di
Pulau Biak, Irian Jaya :
a. Data dab citra NOAA – AVHRR (National Oceanic and Atmospheric Administration –
Advanced Very High Resolution Radiometer).
b. Data / citra GMS (Geostationary Meteorological Satellite).
c. Data MODIS (Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer) Aqua (Purwadhi dan
Sanjoto. 2008 : 43).
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penginderaan Jauh merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang objek,
daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat
tanpa kontak langsung terhadap objek, daerah, atau gejala yang dikaji (Lillesand and Kiefer,
1979). Citra adalah gambaran rekaman suatu objek (berupa gambaran pada foto) yang dihasilkan
dengan cara optik, elektro optik, optik mekanik, atau elektronik dan dipasang pada wahana.
Tujuan utama dari penginderaan jauh ini adalah untuk mengumpulkan data sumber daya alam
dan lingkungan dengan komponen penginderaan jauh yaitu, sumber tenaga, atmosfer, interaksi
tenaga dengan objek di permukaan bumi, sensor, sistem pengolahan data, dan berbagai
penggunaan data. Perkembangan penginderaan jauh ini tentunya diikuti dengan perkembangan
sensor dan wahananya berawal dari foto udara dengan wahana balon udara kini sudah
dikembangkan menghasilkan citra dengan wahana satelit yang semakin canggih. Sehingga,
perkembangan sensor dan wahana akan terus berlanjut bahkan hingga masa yang akan datang
seiring berkembangnya IPTEK.
DAFTAR PUSTAKA

Budi, Muhammad. 2020. Perkembangan Sistem dan Wahana Penginderaan Jauh di Dunia.
http://mbd-geo.web.id/2020/03/30/perkembangan-sistem-dan-wahana-penginderaan-jauh-di-duni
a/

Hadi, Bambang. 2019. PENGINDERAAN JAUH Pengantar ke Arah Pembelajaran Berpikir


Spasial. UNY Press : Yogyakarta.
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132240452/pendidikan/Penginderaan%20Jauh%20Pengangtar%
20ke%20Arah%20Pembelajaran%20Berpikir%20Spasial-halaman-1-68.pdf

Rumaderi, Philipus. 2016. Inderaja Kelautan. Universitas Pattimura : Ambon.

https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/memahami-konsep-penginderaan-jauh-4883/

Anda mungkin juga menyukai