Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN PERUNTUKAN PEMAKAMAN UMUM

DI KOTA SERANG, BANTEN


Aanisa Putri Solitha Rajanah (1906377574), Aisya Thalia Faz (1906377454), Annisaa Aprilia Puspitasari
(1906377656), Muhamad Azri Kurniawan (1906374843), Muhammad Rayhan (1906377694), Muhammad Zenitho
Giantino (1906377492), Rafi Raihan Nikoputra (1906377605)
Kelompok 8
Simulasi Pemodelan Spasial (B)

Departemen Geografi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Indonesia

Abstrak
Kota Serang terletak antara 5°99’ – 6°22’ Lintang Selatan dan 106°07’ – 106°25’ Bujur Timur. Kota
Serang sebagian besar wilayahnya terletak di dataran rendah yang memiliki ketinggian kurang dari 500
mdpl. Dalam penelitian ini dilakukan identifikasi kesesuaian kawasan untuk pemakaman umum yang
dapat menggambarkan tingkatan kesesuaian kawasan untuk penggunaan lahan tersebut. Penilaian
kesesuaian kawasan pada dasarnya dapat berupa pemilihan kawasan yang sesuai untuk keberadaan
pemakaman umum yang tentunya dipengaruhi oleh beberapa aspek keruangan. Metode yang dapat
dilakukan digunakan dalam menentukan wilayah kesesuaian pemakaman umum dengan menggunakan
metode SMCE (Spatial Multi Criteria Evaluation). SMCE merupakan metode yang digunakan untuk
menganalisis tingkat kerentanan dan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dengan penentuan
bobot pada karakteristik yang digunakan untuk mencapai tujuan secara menyeluruh. Penelitian ini
menggunakan beberapa variabel yaitu: (1) penggunaan lahan (Landuse), (2) jarak dari jalan untuk
variabel ekonomi, (3) kemiringan lereng untuk variabel fisik, (4) jarak ke permukiman, (5) jarak dari
sungai, dan (6) jenis tanah untuk variabel ekologi.

Kata Kunci: Pemakaman Umum, Wilayah Kesesuaian, Kota Serang, SMCE.

PENDAHULUAN
Pada suatu perkotaan atau pedesaan selalu terjadi fenomena yang sangat dinamis dalam
berbagai segi kehidupan baik dalam hal sarana maupun prasarana yang ada. Pertumbuhan jumlah
penduduk yang mengalami peningkatan dalam berjalannya waktu tentunya membuat hadir
sebuah permasalahan mengenai keterbatasan lahan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia salah
satunya mengenai pemakaman umum. Dalam mengatasi permasalahan keruangan tersebut
diperlukan sebuah perencanaan lokasi makam baru agar kebutuhan masyarakat untuk lahan
pemakaman tetap terpenuhi. Pada suatu perkotaan atau pedesaan selalu terjadi fenomena yang
sangat dinamis dalam berbagai segi kehidupan baik dalam hal sarana maupun prasarana yang
ada.
Perluasan fisik di kota-kota salah satunya pada Kota Serang sudah tampak sulit
dikendalikan terutama akan menjadi memuncak bersamaan dengan terjadinya peningkatan
jumlah penduduk dan proses industrialisasi. Perkembangan tersebut ditandai dengan tumbuhnya
kawasan baru, perdagangan atau jasa, industri, dan fasilitas umum yang senantiasa
membutuhkan luasa kawasan untuk menampung. Fasilitas umum merupakan fasilitas yang
mutlak diperlukan sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan penduduk. Berdasarkan dengan
perkembangan kota dapat diketahui bahwa kondisi ini dapat berakibat sulitnya mencari lahan
untuk fasilitas umum, seperti tempat pemakaman umum (TPU). Tempat pemakaman umum
merupakan jenis pemanfaatan lahan yang bersifat Locally Unwanted Land Use yaitu sebuah
lahan yang berfungsi untuk kegiatan yang mutlak diperlukan namun tidak diinginkan
keberadaanya. Tempat pemakaman umum yang kerap dihubungkan dengan hal-hal yang bersifat
gaib, mistis, angker dan lain sebagainya, membuat lokasinya dihindari, tidak disenangi, atau
bahkan ditolak masyarakat apabila dekat dengan lokasi pemukiman mereka. Sehingga menjadi
kendala tersendiri bagi pemerintah dalam proses penyediaan lahan pemakaman umum.

Dalam mengidentifikasi mengenai permasalahan ini dapat dilakukan dengan


menggunakan ilmu Sistem Informasi Geografi (SIG). Dengan metode ini dapat dilakukan untuk
mengumpulkan, menampilkan, dan mengkorelasikan data spatial dari fenomena ruang muka
bumi untuk dapat dianalisis dan hasilnya dikomunikasikan kepada pemakai informasi terutama
untuk pengambilan keputusan sesuai dengan kajian yang sedang dilakukan. Dalam penelitian ini
dilakukan identifikasi kesesuaian kawasan untuk pemakaman umum yang dapat menggambarkan
tingkatan kesesuaian kawasan untuk penggunaan lahan tersebut. Penilaian kesesuaian kawasan
pada dasarnya dapat berupa pemilihan kawasan yang sesuai untuk keberadaan pemakaman
umum yang tentunya dipengaruhi oleh beberapa aspek keruangan. Dengan menggunakan metode
SIG dapat menghasilkan kesesuaian kawasan untuk keberadaan kawasan tempat pemakaman
umum (TPU) berdasarkan variabel yang sesuai dengan objek penelitian. Metode yang dapat
dilakukan digunakan dalam menentukan wilayah kesesuaian pemakaman umum dengan
menggunakan metode SMCE (Spatial Multi Criteria Evaluation). SMCE merupakan metode
yang digunakan untuk menganalisis tingkat kerentanan dan dapat digunakan untuk pengambilan
keputusan dengan penentuan bobot pada karakteristik yang digunakan untuk mencapai tujuan
secara menyeluruh. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini berupa peta wilayah kesesuaian
kawasan pemakaman di Kota Serang.
Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi mengenai kesesuaian kawasan
untuk keberadaan kawasan tempat pemakaman umum di Kota Serang. Bentuk visualisasi dalam
identifikasi tersebut diterapkan dalam sebuah peta dan dapat dijadikan pedoman dalam
menentukan kawasan pemakaman yang sesuai. Berdasarkan identifikasi tersebut diharapkan
mendapat informasi mengenai lokasi pemakaman umum baru yang sesuai dengan
kriteria-kriteria yang telah dipilih dengan terdapat keterangan kondisi sangat sesuai, sesuai,
kurang sesuai, dan tidak sesuai. Informasi ini tentunya dapat digunakan untuk mengambil
keputusan atau kebijakan daerah setempat untuk perencanaan pembangunan kota khususnya
bidang yang terkait dengan perencanaan pembangunan.

METODOLOGI

Wilayah Penelitian

Secara astronomis, Kota Serang terletak antara 5°99’ – 6°22’ Lintang Selatan dan
106°07’ – 106°25’ Bujur Timur (BPS, 2020). Apabila memakai koordinat sistem UTM
(Universal Transverse Mercator) Zone 48E wilayah Kota Serang terletak pada koordinat 618.000
m sampai dengan 638.600 m dari Barat ke Timur dan 9.337.725 m sampai dengan 9.312.475 m
dari Utara ke Selatan. Kota Serang mempunyai kedudukan sebagai pusat pemerintahan Provinsi
Banten, juga sebagai daerah alternatif dan penyangga Ibukota Negara, karena dari Kota Jakarta
hanya berjarak sekitar 70 km. Pembagian struktur tata ruang dan kecenderungan
perkembangannya dipengaruhi oleh faktor-faktor potensi wilayah, homogenitas wilayah,
aksesibilitas dan keterbatasan fisik wilayah. Sebagian besar wilayahnya terletak di dataran
rendah yang memiliki ketinggian kurang dari 500 mdpl. Berdasarkan elevasi (ketinggian dari
permukaan laut), daratan di Kota Serang terdiri dari, 0 m – 100 m sebesar 91,74%, 101 m – 500
m sebesar 7,59%, dan 501 m – 1000 m sebesar 0,67%. Adapun batas wilayah Kota Serang,
Provinsi Banten berdasarkan posisi geografisnya, sebagai berikut:

● Sebelah utara Kota Serang berbatasan dengan Laut Jawa.

● Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Pontang di Kelurahan Sawah Luhur,


Kecamatan Ciruas, dan Kecamatan Kragilan Kabupaten Serang, Kabupaten Serang.

● Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Cikeusal, Kecamatan Petir, Kecamatan


Baros, Kabupaten Serang.
● Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Pabuaran, Kecamatan Waringin Kurung,
Kecamatan Kramat Watu Kabupaten Serang, Kabupaten Serang.

Gambar 1. Peta Batas Administrasi Kota Serang, Banten

Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan beberapa variabel yang dapat mempengaruhi


keberadaan kawasan pemakaman umum secara tata ruang yang terdiri dari fisik dan manusia.
Pada variabel fisik terdiri dari kemiringan lereng, jarak dari sungai, dan jenis tanah. Untuk
variabel manusia dimana manusia memiliki peran atau pengaruh terhadap keberadaannya seperti
penggunaan lahan, jarak dari jalan, dan jarak dari permukiman. Penelitian ini menggunakan
beberapa variabel yaitu: (1) penggunaan lahan (Landuse), (2) jarak dari jalan untuk variabel
ekonomi, (3) kemiringan lereng untuk variabel fisik, (4) jarak ke permukiman, (5) jarak dari
sungai, dan (6) jenis tanah untuk variabel ekologi. Adapun pembobotan dari beberapa variabel
tersebut, yaitu:
Variabel Bobot

Penggunaan lahan 56.98%

Ekonomi 12.13%

Fisik 24.63%

Ekologi 6.26%

Total 100%
Tabel 1. Pembobotan Setiap Variabel

1. Aspek Penggunaan Lahan (Land use)

Land use yaitu suatu bentuk pemanfaatan atau fungsi dari perwujudan suatu
bentuk penutup lahan yang menggambarkan penggunaan lahan oleh manusia. Land use
adalah kegiatan manusia di atas lahan tertentu (permukiman, perkotaan, persawahan)
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Penggunaan lahan merupakan unsur penting
dalam perencanaan suatu wilayah. Penggunaan lahan dikelompokkan menjadi dua
kelompok besar, yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan non-pertanian.
Penggunaan lahan pertanian antara lain tegalan, sawah, ladang, kebun, padang rumput,
hutan produksi, hutan lindung dan sebagainya. Penggunaan lahan non-pertanian antara
lain penggunaan lahan perkotaan atau pedesaan, industri, rekreasi, pertambangan, dan
sebagainya (Arsyad,1989). Penggunaan lahan yang sesuai untuk kawasan pemakaman
yaitu lahan yang intensitas produktivitas manusianya cenderung rendah.

2. Aspek Ekonomi

Tempat pemakaman memiliki nilai ekonomi yang tinggi apabila dikelola dengan
baik. Pengelolaan yang dimaksud dapat berupa penentuan lokasi makam, pemberian
pajak makam, biaya pemeliharaan tempat pemakaman, hingga penyediaan jasa (Angga
Sapto Aji, dkk. 2015). Jarak dari Jalan dapat digunakan sebagai parameter untuk variabel
ekonomi.
2.1. Jarak dari Jalan

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian


jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan
bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di
bawah permukaan tanah atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta
api, dan jalan kabel. (UU RI No 38 Tahun 2004). Menurut Riyadi (2006), ada
beberapa aturan yang berkaitan dengan penetapan lokasi baru tempat pemakaman
umum di perkotaan yang dapat digunakan sebagai acuan, salah satunya yang
berkaitan dengan jalan adalah lokasi pemakaman sebaiknya memiliki jarak
minimal 50 meter dari jaringan jalan, agar tidak mengganggu arus lalu lintas dan
pengguna jalan lainnya. Hal ini juga dikaitkan dengan kondisi jaringan jalan dan
estetika keruangan.

Kelas Kesesuaian Skor

0-50 meter Tidak Sesuai 1

50-100 meter Cukup Sesuai 2

>100 meter Sesuai 3


Tabel 2. Klasifikasi dan kriteria jarak dari jalan (Riyadi,2006)

3. Aspek Fisik

Secara fisik, tempat pemakaman dipengaruhi oleh luas area pemakaman, ukuran
makam, lokasi tempat pemakaman, jenis tanah, sarana dan prasarana ke tempat
pemakaman, luas area tempat dan ukuran pemakaman dapat menentukan jumlah makam,
jenis tanah dapat mempengaruhi konstruksi suatu makam (Angga Sapto Aji, dkk. 2015).
Untuk variabel fisik, parameter yang digunakan adalah kemiringan lereng.
3.1. Kemiringan Lereng

Kelerengan merupakan bentuk permukaan bumi yang memiliki sudut


kemiringan tertentu terhadap bidang horizontal permukaan bumi. Kelerengan ini
juga merupakan salah satu variabel dari aspek fisik yang memiliki peran penting
untuk lahan pemakaman umum karena variabel ini memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap hasil yang didapatkan nantinya untuk lahan pemakaman
umum tersebut. Kemiringan lereng yang sesuai untuk pemakaman umum
merupakan lahan yang memiliki bentuk kelerengan yang tidak curam atau landai
(2-15%). Hal ini untuk menunjang pembangunan sarana dan prasarana di lokasi
pemakaman dengan baik. Semakin curam lereng maka akan semakin sulit lahan
digunakan untuk pemakaman umum.

4. Aspek Ekologi

Mayat yang sudah rusak dan membusuk didalam tanah, dapat menyebabkan
polusi. Polusi yang diakibatkan oleh pembusukan mayat tersebut dapat berupa cairan,
gas, dan padat, tergantung dari beberapa faktor yang melingkupi mayat di lingkungan
tersebut (Angga Sapto Aji, dkk. 2015). Parameter yang digunakan untuk variabel ekologi
adalah jarak dari permukiman, jarak dari sungai, dan jenis tanah. Dengan pembobotan
equal (sama rata) untuk setiap parameter.

4.1. Jarak dari Permukiman

Permukiman merupakan bentukan baik buatan manusia ataupun secara


alami dengan segala kelengkapannya yang dapat digunakan manusia sebagai
individu maupun kelompok untuk bertempat tinggal baik sementara maupun
menetap dalam rangka memperjuangkan kehidupannya menurut Hadi Sabari
Yunus (1987 dalam Wesnawa (2015:2). Menurut Undang-Undang No 4 Tahun
1992 Pasal 3 dijelaskan bahwa permukiman merupakan bagian dari lingkungan
hidup di luar kawasan lindung, baik berupa perkotaan maupun pedesaan dengan
fungsi tempat tinggal atau hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupannya. Untuk kesesuaian wilayah kawasan
permukiman diketahui bahwa kawasan yang sangat sesuai adalah dengan jarak
lebih dari 300 meter dari permukiman. Dari pernyataan tersebut maka dapat
diperoleh tabel kesesuaian untuk jaringan jalan.

Kelas Kesesuaian Skor

0-100 meter Tidak Sesuai 1

100-300 meter Sesuai 2

>300 meter Sangat Sesuai 3

Tabel 3. Klasifikasi dan kriteria jarak dari permukiman

4.2. Jarak dari Sungai

Keberadaan sungai merupakan sebagai jaringan badan air berupa saluran


terbuka yang terbentuk secara alami yang berawal dari bagian hulu yaitu daerah
pegunungan dan berakhir pada bagian hilir yaitu daerah pesisir laut. Keberadaan
sungai di Kota Serang sendiri lumayan merata persebarannya terutama pada
bagian utara Kota Serang yang merupakan bagian hilir berupa pesisir Laut Jawa.
Lokasi tempat pemakaman minimal terletak 150 meter dari sumber air mengalir
atau sungai. Hal tersebut untuk menghindari tercemarnya air sungai dan juga
menciptakan kondisi lingkungan yang sehat dan seimbang, baik untuk alam
maupun manusianya (Riyadi, 2006). Dengan bentuknya yang berupa jarak dari
sungai, tentunya hasilnya berupa hasil proses buffering dengan pemberian nilai
kelas jarak dari sungai. Berikut merupakan tabel jarak dari sungai beserta
keterangan dari tingkat kesesuaiannya.

Kelas Kesesuaian Skor

0-100 meter Tidak Sesuai 1

100-150 meter Sesuai 2

>150 meter Sangat Sesuai 3


Tabel 4. Klasifikasi dan kriteria jarak dari sungai (Riyadi, 2006)
5. Jenis Tanah

Tanah terbentuk dari proses pelapukan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti bahan induk, organisme hidup, iklim, topografi, dan waktu. Interaksi dari semua
faktor tersebut akan menghasilkan tanah dengan sifat yang berbeda-beda. Macam-macam
tanah diklasifikasikan berdasarkan tekstur, proporsi, dan berbagai bentuk komposisi
organik dan mineralnya. Macam-macam tanah ini merupakan bagian dari permukaan
bumi yang meliputi batuan hancur, humus, bahan anorganik dan organik. Pemilihan jenis
tanah pada area pemakaman sangat berpengaruh pada area sekitarnya dan pada nilai
tanah tersebut. Menurut Riyadi, 2006, untuk penetapan lokasi baru tempat pemakaman
umum di perkotaan ada beberapa aturan yang dapat digunakan sebagai acuannya, salah
satunya ialah Lokasi tempat pemakaman sebaiknya tidak pada area yang mempunyai
nilai tinggi (potensial) mengingat efek yang akan timbul dari perencanaan tempat
makam, adalah penurunan nilai tanah tersebut dan sekitarnya. Berikut merupakan tabel
dari jenis tanah beserta keterangan dari tingkat kesesuaiannya.

Kelas Kriteria Skor

Hidromorf Sangat Sesuai 3

Hidromorf Kelabu Sesuai 2

Podsolik, Regosol, Tidak Sesuai 1


Regosol Kedalaman >
90cm
Tabel 5. Klasifikasi dan kriteria jenis tanah kota serang

Pengolahan Data

Penelitian yang dilakukan dalam menentukan wilayah kesesuaian lahan peruntukan


pemakaman umum di SMCE adalah alat atau perangkat yang digunakan untuk pengambilan
keputusan dengan menggunakan kriteria spasial yang dikombinasikan dan diberi bobot untuk
mencapai tujuan secara menyeluruh. Kota Serang, Banten dengan menggunakan metode Spatial
Multi Criteria Evaluation pada ILWIS. Analisa Kesesuaian Lahan (Land Suitability
Analysis/LSA) sendiri merupakan sebuah proses yang berbasiskan Sistem Informasi Geografis
(SIG) dimana pada penelitian ini digunakan untuk menentukan kesesuaian lahan terhadap
wilayah kesesuaian lahan peruntukan pemakaman umum di Kota Serang, Banten. Metode Multi
Criteria Evaluation (MCE) adalah salah metode yang digunakan dalam analisis kesesuaian lahan
dengan beberapa kriteria, penentuan nilai bobot dari kriteria disepakati secara bersama. Yang et
al. (2011) dan Umar (2016) menggunakan metode AHP dalam penentuan nilai bobot dan harkat
untuk kriteria. Penggunaan metode MCE dalam penentuan bobot kesesuaian lahan didasarkan
ketidaksesuaian parameter yang telah ada dengan karakteristik wilayah penelitian.

Analisis Data
Pada penelitian ini, dilakukan analisis overlay untuk mendapatkan wilayah kesesuaian
kawasan pemakaman. Aplikasi yang digunakan adalah ILWIS dan menggunakan tools Spatial
Multi-Criteria Evaluation. Analisis overlay ini dibangun dari variabel-variabel jarak dari jalan,
jarak dari permukiman, jarak dari sungai, kemiringan lereng dan penggunaan tanah atau landuse
sebagai spatial factor. Pembobotan dan standarisasi setiap variabel dilakukan berdasarkan
literatur yang ada. Untuk aspek ekologi dilakukan overlay terlebih dahulu dengan menggunakan
parameter jarak dari permukiman, jarak dari sungai, dan jenis tanah yang masing-masing
parameter dilakukan standarisasi terlebih dahulu. Pembobotan pada tiap parameter untuk aspek
ekologi adalah equal atau sama rata.

Gambar 2. Tampilan Criteria Tree pada tools Spatial Multi-Criteria Evaluation


HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Penggunaan Lahan

Gambar 3. Peta Variabel Landuse Kesesuaian Kawasan Pemakaman Umum Kota Serang, Banten
Berdasarkan pada peta variabel penggunaan lahan yang sesuai untuk kawasan
pemakaman di Kota Serang, mayoritas penggunaan lahan yang terdapat di Kota Serang sesuai
untuk dijadikan kawasan pemakaman umum. Jika ditinjau berdasarkan nilai bobot yang
digunakan untuk analisis kesesuaian berdasarkan penggunaan lahan, lokasi pemakaman
sebaiknya tidak dibangun pada kawasan dengan tanah yang subur dengan intensitas aktivitas
manusia yang tinggi.

2. Ekonomi
Tempat pemakaman memiliki nilai ekonomi yang tinggi apabila dikelola dengan
baik. Pengelolaan yang dimaksud dapat berupa penentuan lokasi makam, pemberian
pajak makam, biaya pemeliharaan tempat pemakaman, hingga penyediaan jasa (Angga
Sapto Aji, dkk. 2015). Untuk menentukan lokasi makam yang sesuai, maka digunakan
parameter jarak dari jalan karena berdasarkan pernyataan Riyadi (2006), lokasi
pemakaman sebaiknya memiliki jarak minimal 50 meter dari jaringan jalan, agar tidak
mengganggu arus lalu lintas dan pengguna jalan lainnya. Hal ini juga dikaitkan dengan
kondisi jaringan jalan dan estetika keruangan.

2.1 Jarak dari Jalan

Gambar 4. Peta Variabel Jarak dari Jalan Kawasan Pemakaman Umum Kota Serang, Banten

Tabel 5. Luas wilayah masing-masing kelas kesesuaian pemakaman pada variabel Jarak dari Jalan

Kelas Luas (km²) Persentase

Sesuai 182.2 68.96%

Cukup Sesuai 49.6 18.77%

Tidak Sesuai 32.4 12.27%

Total 264.3 100%


Pada peta variabel jarak dari jalan, dilakukan pengkelasan untuk kesesuaian lahan
kawasan pemakaman. Kelas kesesuaian tersebut dibagi menjadi 3 yaitu sesuai, cukup
sesuai, dan tidak sesuai. Warna gradasi dari hijau ke merah digunakan untuk
mengilustrasikan masing-masing kelas. Dapat dilihat dari peta diatas bahwa berdasarkan
variabel jarak dari jalan, Kota Serang didominasi oleh kelas sesuai dengan luas sebesar
182.25 km² atau sebesar 68.96%.

3. Fisik
Kemiringan lereng digunakan sebagai parameter untuk variabel fisik. Kesesuaian
tempat pemakaman dipengaruhi oleh lokasi tempat pemakaman. Kemiringan lereng yang
terjal mempengaruhi konstruksi suatu makam (Angga Sapto Aji, dkk. 2015). Oleh karena
itu untuk mengetahui wilayah mana yang sesuai dan tidak sesuai untuk kawasan
pemakaman sangat penting digunakan parameter kemiringan lereng.
3.1 Kemiringan Lereng

Gambar 5 . Peta Variabel Kemiringan Lereng Kawasan Pemakaman Umum Kota Serang, Banten
Lereng merupakan bagian dari permukaan bumi yang memiliki kemiringan
seragam. Kelerengan sendiri merupakan perbandingan antara beda tinggi dengan jarak.
Gambar 5 di atas ini merupakan gambar hasil pengolahan data salah satu variabel dari
aspek fisik yang digunakan pada Analisis Kesesuaian Kawasan Peruntukan Pemakaman
Umum di Kota Serang, Banten menggunakan Spatial Multi Criteria Evaluation dengan
ILWIS. Dalam menentukan lahan kesesuaian variabel memiliki peran yang penting
karena variabel ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil yang didapatkan
nantinya.
Variabel kelerengan ini dipilih berdasarkan hasil studi literatur yaitu jurnal yang
berjudul dimana tingkat kemiringan lereng yang sesuai untuk pemakaman umum
merupakan lahan yang memiliki bentuk kelerengan yang tidak curam yaitu di kelas
lereng landai sekitar 2-15%. Hal ini, untuk menunjang pembangunan sarana dan
prasarana di lokasi pemakaman. Semakin curam lereng maka akan semakin sulit lahan
digunakan untuk pemakaman umum. Dapat dilihat dari Gambar 5 bahwa terdapat dua
kelas lereng, dimana wilayah dengan lereng yang sesuai merupakan wilayah dengan
simbol area berwarna hijau dan wilayah dengan lereng yang tidak sesuai merupakan
wilayah dengan simbol area berwarna merah sehingga dapat disimpulkan pula bahwa
sebagian besar wilayah kota serang merupakan wilayah dengan lahan yang tidak sesuai
dari segi kelerengannya untuk dijadikan kawasan pemakaman umum. Hanya sebagian
kecil wilayah yang lahannya sesuai untuk dijadikan kawasan pemakaman umum.
4. Ekologi

Gambar 6 . Peta Variabel Ekologi Kawasan Pemakaman Umum Kota Serang, Banten

Tabel 6. Luas wilayah masing-masing kelas kesesuaian pemakaman pada variabel Ekologi

Kelas Luas Persentase

Sangat Sesuai 25.7 9.71%

Sesuai 21.4 8.09%

Agak Sesuai 26.0 9.83%

Kurang Sesuai 81.3 30.74%

Tidak Sesuai 110.0 41.63%

Total 264.3 100%

Berdasarkan hasil weighted overlay dari parameter jarak dari permukiman, jarak
dari sungai, dan jenis tanah telah diperoleh peta variabel ekologi. Pembobotan dilakukan
dengan bobot yang sama rata di setiap parameter dan terdapat 5 kelas kesesuaian.
Wilayah kesesuaian yang paling mendominasi Kota Serang berdasarkan aspek
ekologinya adalah wilayah tidak sesuai dengan luas 110.0 km² atau sebesar 41.63% dari
luas total Kota Serang. Kelas kesesuaian yang mendominasi setelah kelas kesesuaian
Tidak Sesuai adalah Kurang Sesuai dengan luas 81.3 km² atau sebesar 30.74%. Ketiga
kelas yang lain memiliki luas kurang dari 30 km² dan dengan persentase kurang dari
10%.

4.1 Jarak dari Permukiman

Gambar 7. Peta jarak dari permukiman yang sesuai untuk kawasan pemakaman di Kota Serang

Peta variabel jarak dari permukiman untuk kesesuaian wilayah kawasan


pemakaman di Kota Serang menunjukkan bahwa untuk jarak dari permukiman dengan
lebih dari 300 meter atau warna hijau merupakan kawasan yang sangat sesuai untuk
dijadikan kawasan pemakaman, dan juga untuk jarak antara 100 - 300 meter atau warna
kuning dapat dikatakan sudah sesuai, sedangkan untuk jarak kurang dari 100 meter atau
warna merah adalah kawasan yang tidak sesuai untuk dijadikan kawasan pemakaman.
Sehingga menjelaskan bahwa kawasan yang sesuai atau baik untuk lahan pemakaman
berjarak lebih dari 300 meter dari permukiman.

4.2 Jarak dari sungai

Gambar 8. Peta jarak dari sungai yang sesuai untuk kawasan pemakaman di Kota Serang

Berdasarkan pada peta variabel jarak dari sungai yang sesuai untuk kawasan
pemakaman di Kota Serang, sebagian besar dari Kota Serang sangat sesuai untuk
dijadikan pemakaman. Secara persebaran jaringan sungai yang sangat tersebar merata
dan termasuk banyak jaringan sungai yang ada di Kota Serang. Untuk wilayah yang
termasuk dalam klasifikasi sesuai dan kurang sesuai terdapat pada sepanjang sungai yang
mengalir pada Kota Serang. Untuk kelas kesesuaian yang sangat sesuai berada di jarak
lebih dari 150 meter dari jaringan sungai yang dapat dilihat pada warna hijau. Serta untuk
kawasan yang tidak sesuai dapat dilihat pada kawasan yang berwarna merah. Dapat
disimpulkan bahwa wilayah yang sesuai untuk menjadi kawasan pemakaman berada pada
jarak cukup jauh dari sungai.

4.3 Jenis Tanah

Gambar 9. Peta Jenis Tanah Kawasan Pemakaman Kota Serang

Peta jenis tanah diatas menunjukkan bahwa sebagian besar dari kota serang
memiliki jenis tanah yang sesuai untuk digunakan sebagai pemakaman. Diketahui bahwa
pada Kota Serang memiliki 5 jenis tanah yaitu hidromorf, hidromorf kelabu, podsolik,
regosol, dan regosol kedalaman. Untuk wilayah yang sangat sesuai berada di selatan kota
serang. dan memiliki jenis tanah hidromorf, yang sesuai yaitu hidromorf kelabu dan
yang memiliki wilayah tidak sesuai yaitu podsolik, regosol, dan regosol kedalaman. Dan
dapat disimpulkan bahwa pada kota serang memiliki dominasi jenis tanah yang sesuai
sehingga mengurangi efek yang akan timbul dan tidak mempengaruhi nilai dari suatu
tanah tersebut.

Kesesuaian Kawasan Pemakaman Umum Di Kota Serang, Banten

Gambar 10. Peta Kesesuaian Kawasan Pemakaman Kota Serang (sumber: pengolahan data, 2021)

Peta kesesuaian kawasan pemakaman Kota Serang didapatkan dari peta hasil overlay dari
keseluruhan variabel yang digunakan. Dapat ditinjau bahwa mayoritas lahan di Kota Serang
sesuai untuk dijadikan kawasan pemakaman umum dengan total luas wilayah 209.2 km² dan
lahan yang tidak sesuai untuk dijadikan kawasan pemakaman memiliki total luas wilayah 55.1
km².
Tabel 7. Pembagian luas wilayah kesesuaian pemakaman
Kelas Kesesuaian Luas (km²) Persentase

Sangat Sesuai 189.3 71.62

Sesuai 19.9 7.53

Kurang Sesuai 7.7 2.91

Tidak Sesuai 47.4 17.94

Total 264.3 100


Sumber : (pengolahan pribadi, 2021)

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengolahan dan overlay data penggunaan lahan (Landuse), jarak dari jalan
untuk (ekonomi), kemiringan lereng (fisik), jarak ke permukiman, jarak dari sungai dan jenis
tanah (ekologi) yang merupakan parameter yang berpengaruh terhadap penentuan lokasi
pemakaman baru, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar wilayah kesesuaian kawasan
pemakaman dengan klasifikasi sangat sesuai mendominasi wilayah Kota Serang. Persentase
luasan dari klasifikasi adalah 71.62% dari wilayah Kota Serang sangat sesuai, 7.53% dari
wilayah Kota Serang sesuai, 2.91% dari wilayah Kota Serang kurang sesuai, dan 17.94% tidak
sesuai dari total luasan Kota Serang 264.3 Km².

DAFTAR PUSTAKA

Aji, A. S., Suprayogi, A., & Wijaya, A. P. (2015). Analisis Kesesuaian Kawasan Peruntukan
Pemakaman Umum Baru Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) (Studi Kasus:
Kecamatan Tembalang, Kota Semarang). Jurnal Geodesi Undip, 4(4), 99-107.
Lestari, Senifa Citra dan Arsyad, Muhammad. 2018. Studi Penggunaan Lahan Berbasis Data
Citra Satelit Dengan Metode Sistem Informasi Geografis (SIG). Jurnal Sains dan Pendidikan
Fisika, Jilid 14, Nomor 1, April 2018, hal. 81 – 88. Universitas Negeri Makassar.
Umar, I., Widiatmaka, W., Pramudya, B., & Barus, B. (2017). Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk
Kawasan Permukiman dengan Metode Multi Criteria Evaluation Di Kota Padang. Jurnal
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and
Environmental Management), 7(2), 148-154.
Sunyata N, Rendy Dwi (2021) TA: MANAJEMEN REKAYASA LALU LINTAS SAAT
KONSTRUKSI FLY OVER SIMPANG KOPO. Skripsi thesis, Institut Teknologi Nasional.

Anda mungkin juga menyukai