Anda di halaman 1dari 20

Nama: Muhammad Renno Mata Kuliah: Evaluasi Sumber Daya Lahan dan Air

NIM: 191011510038 Dosen Pengampu: -Dr. Deasy Arisanty, M.Sc.


Kelas: A1 -Aswin Nur Saputra, S.Pd., M.Sc.

Tugas 13
Carilah 3 buah artikel ilmiah mengenai evaluasi sumberdaya lahan untuk non pertanian,
kemudian resume (bisa untuk pariwisata, untuk peternakan, dll)

Artikel 1:

Kesesuaian Lahan Untuk Tempat Tinggal Di Das Secang,

Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta (2010)

Oleh Efrinda Ari Ayuningtyas (eph.efrinda@gmail.com) dan Djati Mardiatno


(djati.mardiatno@ugm.ac.id)

1. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui kesesuaian lahan untuk tempat tinggal
berdasarkan peta penggunaan lahan aktual di DAS Secang, Kulonprogo dan untuk (2)
mengetahui pengaruh parameter-parameter kondisi fisik terhadap kesesuaian lahan
untuk tempat tinggal di DAS Secang.
2. Unit analisis dalam penelitian ini adalah satuan lahan. Satuan lahan yang memiliki
penggunaan lahan permukiman saja yang dijadikan lokasi pengambilan sampel. Teknik
pengolahan data yang digunakan adalah penjumlahan harkat tujuh parameter
kesesuaian lahan untuk tempat tinggal di masing-masing sampel.
3. Analisis data dilakukan dengan klasifikasi kelas lahan dari hasil penjumlahan tersebut.
Dari hasil klasifikasi kesesuaian lahan dapat disimpulkan bahwa tempat tinggal yang
ada di DAS Secang sebagian besar menempati lahan yang cukup sesuai (sedang) seluas
470,64 Ha atau 93,3 % meliputi D1/III/1/Pm, D1/III/3/Pm, D2/IV/1/Pm, dan
D2/IV/3/Pm. Sebagian kecil berada di kelas tidak sesuai (buruk) seluas 33,78 Ha atau
6,7 % yaitu D3/V/1/Pm dan D3/V/3/Pm. Kelas lahan “sedang” dipengaruhi oleh
parameter kemiringan lereng dan kembang kerut tanah. Sedangkan kelas lahan “buruk”
dipengaruhi oleh parameter kemiringan lereng, kembang kerut tanah, dan gerak massa
batuan.

Artikel 2:
KESESUAIAN LAHAN PERUMAHAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK
FISIK DASAR KOTA BATU (2013)
Syihabuddien Heksano1, Imma Widyawati Agustin2, Abdul Wahid Hasyim3
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

1
Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik – Universitas Brawijaya
2
Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik – Universitas Brawijaya
3
Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik – Universitas Brawijaya

1
Nama: Muhammad Renno Mata Kuliah: Evaluasi Sumber Daya Lahan dan Air
NIM: 191011510038 Dosen Pengampu: -Dr. Deasy Arisanty, M.Sc.
Kelas: A1 -Aswin Nur Saputra, S.Pd., M.Sc.

Jalan MT.Haryono 167 Malang 65145, Indonesia


Telp. 62-341-567886; Fax. 62-341-551430; Telex. 31873 Unibraw IA
Email: syihabuddien.heksano@gmail.com

1. Kota Batu mempunyai berbagai macam guna lahan seperti perdagangan, wisata,
permukiman, perkantoran dan lainnya.
2. Penggunaan lahan permukiman semakin tahun semakin berkembang, keterbatasan
lahan Kota Batu menyebabkan developer membangun perumahan tidak sesuai dengan
peruntukannya.
3. Dalam RTRW Kota Batu 2010-2030 terdapat rencana pengembangan kawasan
peruntukan perumahan seluas 2.104 ha.
4. Tujuan penelitian ini untuk memberikan arahan lokasi lahan perumahan berdasarkan
kesesuaian lahannya. Analisis yang digunakan adalah analisis overlay dan skoring
untuk mengetahui kesesuaian lahan dan lokasi potensial perumahan.
5. Kriteria kesesuaian lahan yaitu topografi, tersedianya air, rawan bencana, kondisi
drainase, wilayah sempadan, fungsi kawasan dan sawah irigasi teknis. Kriteria lokasi
potensial adalah kedekatan dengan jalan utama, kedekatan dengan pusat kota, dan
rencana pola ruang.
6. Hasil penelitian ini adalah lahan bukan peruntukan perumahan seluas 16.489,52 ha
(83%) dan lahan peruntukan perumahan seluas 3.410,20 ha (17%). Lahan perumahan
yang sesuai dengan peruntukan memiliki luas 55,88 ha (39%) dan lahan yang tidak
sesuai luasnya adalah 84,42 ha (61%). Lokasi potensial perumahan memiliki luas total
2.210 ha dengan klasifikasi sangat potensial seluas 466,55 ha (21%), potensial seluas
610,72 ha (28%) , cukup potensial seluas 688,46 ha (31%) dan lokasi dilarang seluas
444,27 ha (20%).

Artikel 3:

Land suitability analysis of urban growth in Seremban Malaysia, using GIS based
Analytical Hierarchy Process (2016)

(Analisis kesesuaian lahan pertumbuhan perkotaan di Seremban Malaysia,


menggunakan Analytical Hierarchy Process berbasis GIS)

Maher M Aburasa , Sabrina HO Abdullah, Mohammad F Ramli, Zulfa H Asha’aria

Urban Transitions Conference, Shanghai

1. Salah satu isu penting dalam perencanaan kota adalah penentuan lokasi yang tepat
untuk pertumbuhan kota di daerah marginal berdekatan dengan pembangunan skala
besar.

2
Nama: Muhammad Renno Mata Kuliah: Evaluasi Sumber Daya Lahan dan Air
NIM: 191011510038 Dosen Pengampu: -Dr. Deasy Arisanty, M.Sc.
Kelas: A1 -Aswin Nur Saputra, S.Pd., M.Sc.

2. Penelitian ini bertujuan untuk menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) dan
Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk memilih lokasi pertumbuhan kota terbaik
di Seremban, Malaysia.
3. Berbagai aspek sosial, ekonomi, lingkungan, utilitas, dan faktor fisik digunakan untuk
menghasilkan peta kesesuaian lahan akhir (LSI) termasuk elevasi, kemiringan, tekstur
tanah, kepadatan penduduk, tutupan lahan, jarak ke jalan raya, jalan raya, rel kereta api,
jaringan listrik, sungai, industri, perumahan, komersial, dan daerah pendidikan.
4. Temuan studi mengungkapkan bahwa wilayah yang sangat cocok untuk pertumbuhan
perkotaan di Seremban mencapai hingga 48%. dari total luasnya, sedangkan wilayah
yang tidak sesuai dan kurang sesuai mencapai 35%. Temuan ini menegaskan bahwa
tidak cocok dan kurang cocok area seperti hutan dan lahan pertanian mencakup sekitar
setengah dari Seremban, yang berarti teknik ini dapat membantu menyelamatkan
ekosistem di daerah marginal serta menciptakan pembangunan berkelanjutan di masa
depan.

PEMBAHASAN:

Ketiga artikel tersebut sama-sama memiliki variabel terkait permukiman. Namun sub-
variabel yang digunakan berbeda-beda. Artikel 1 fokus pada peruntukkan tempat tinggal
(individu) di suatu wilayah DAS dengan analisis faktor pembatas, artikel ke 2 mengambil
satuan administrasi untuk keperluan pembangunan perumahan (secaraa kelompok) dan kajian
potensialnya, sedangkan artikel 3 lebih ke arah menilai pertumbuhan penduduk untuk
penentuan lokasi permukiman dan fasilitas publik yang sesuai. Sedikit perbedaan ada pada
parameter-parameter yang digunakan, metode, dan teknik pengumpulan data.

Metode penelitian yang digunakan dalam artikel 1 adalah metode survei. Metode ini diawali
dengan mengumpulkan data-data mengenai faktor faktor pembatas dalam kesesuaian lahan untuk
tempat tinggal. Pengambilan sampel menggunakan metode area sampling yaitu pengambilan sampel
dilakukan pada setiap unit analisis yaitu satuan lahan yang memiliki kesempatan yang sama untuk
dijadikan sampel. Tahap awal dalam pelaksanaan penelitian adalah pembuatan peta satuan lahan
yang diperoleh dari overlay atau tumpang susun empat buah peta yaitu peta bentuklahan, peta
kemiringan lereng, peta tanah, dan peta penggunaan lahan. Pengambilan sampel dilakukan untuk
memperoleh data-data faktor pembatas dalam evaluasi kesesuaian lahan untuk tempat tinggal
meliputi kemiringan lereng, kedalaman padas keras, kedalaman airtanah bebas, kembang kerut tanah,
tingkat bahaya banjir, tingkat gerakan massa batuan, dan subsidence total.

Pada artikel 2, peneliti memperhatikan penelitian sebelumnya dan pendapat ahli yang
digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor signifikan yangmempengaruhi lokasi yang tepat untuk
pertumbuhan kota (Gambar 2). Semua peta dibuat berdasarkankepadatan, jarak, ketinggian dan
semua kriteria yang mempengaruhi pertumbuhan kota [4, 9, 10]. jarak Euclidean, klasifikasi ulang,
konversi, penyatuan, kalkulator raster, dan pembuat model adalah alat GIS utama yang digunakan
dalambagian dari penelitian. Untuk analisis kecocokan GIS-AHP, penting untuk menetapkan skor
untuk masing-masing faktorberdasarkan kecocokannya untuk pertumbuhan kota. Untuk melakukan
ini, perbandinganberpasangan menggunakan skala sembilan tingkat Saatyuntuk mengetahui bobot

3
Nama: Muhammad Renno Mata Kuliah: Evaluasi Sumber Daya Lahan dan Air
NIM: 191011510038 Dosen Pengampu: -Dr. Deasy Arisanty, M.Sc.
Kelas: A1 -Aswin Nur Saputra, S.Pd., M.Sc.

relatif yang digunakan. Perhitungan faktor penerapan setelah pembentukanperbandingan


berpasangan. Langkah selanjutnya melibatkan perhitungan Consistency Ratio (CR), yang digunakan
untukukur konsistensi antara pendapat para ahli. Rasio Konsistensi (CR) yang dapat diterima harus CR
<0.10, yang mengacu pada tingkat konsistensi yang wajar dalam perbandingan pasangan. Sebaliknya,
CR > 0,10 mengacu pada nilai rasio yang menunjukkan penilaian yang tidak konsisten.

Dalam artikel 2 analisis lahan yang digunakan berupa analisis yang bersifat deskriptif-evaluatif.
Kriteria dalam melakukan analisis lahan ini menggunakan pedoman dari pemerintah dalam Peraturan
Pekerjaan Umum No.41/PRT/m/2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya. Berikut
merupakan Kriteria-kriterianya:

1. Topografi datar sampai bergelombang (kelerengan lahan 0-25%)

2. Tersedia sumber udara, baik tanah maupun udara yang diolah oleh penyelenggara dengan
jumlah yang cukup. Untuk air PDAM suplai air antara 60 liter/orang/hari – 100 liter/orang/hari

3. Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi)

4. Drainase baik sampai sedang

5. Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai/waduk/danau/mata air/saluran


pengairan/rel kereta api/ dan daerah aman penerbangan

6. Tidak berada di kawasan lindung

7. Tidak terletak pada kawasan budidaya pertanian/penyangga

8. sawah irigasi teknis

4
Nama: Muhammad Renno Mata Kuliah: Evaluasi Sumber Daya Lahan dan Air
NIM: 191011510038 Dosen Pengampu: -Dr. Deasy Arisanty, M.Sc.
Kelas: A1 -Aswin Nur Saputra, S.Pd., M.Sc.

Berbeda dengan artikel ke 3, pada bagian penelitian ini, penelitian sebelumnya digunakan
untuk mengidentifikasi faktor-faktor signifikan yang mempengaruhi penentuan lokasi yang tepat
untuk pertumbuhan kota [4, 17-20]. Selain itu, tingkat lokal dari faktor-faktor yang mempengaruhi
ditentukan berdasarkan pernyataan yang diperoleh dari para ahli lokal yang bekerja di otoritas
Pemerintah terkait seperti: Departemen Perencanaan Kota, Dewan Lokal, dan Departemen
Perencanaan Federal. Empat kriteria utama adalah dipilih untuk mencapai tujuan penelitian ini. Faktor
sosial ekonomi, lingkungan, utilitas, dan fisik adalah yang utama kriteria yang digunakan dalam
penelitian ini. Kemudian, sub-faktor yang diturunkan dari setiap kriteria utama diidentifikasi.

5
Nama: Muhammad Renno Mata Kuliah: Evaluasi Sumber Daya Lahan dan Air
NIM: 191011510038 Dosen Pengampu: -Dr. Deasy Arisanty, M.Sc.
Kelas: A1 -Aswin Nur Saputra, S.Pd., M.Sc.

6
Nama: Muhammad Renno Mata Kuliah: Evaluasi Sumber Daya Lahan dan Air
NIM: 191011510038 Dosen Pengampu: -Dr. Deasy Arisanty, M.Sc.
Kelas: A1 -Aswin Nur Saputra, S.Pd., M.Sc.

Matriks perbandingan berpasangan dikembangkan dengan dukungan faktor utama dan sub-
faktor. Setelahnpengembangan matriks rasio, masing-masing utama dan sub-faktor dinormalisasi.
Kemudian, bobot relatifnya adalah dihitung untuk setiap faktor menggunakan metode perbandingan
berpasangan.

Keempat belas shapefile sub-faktor diubah menjadi format raster. Oleh karena itu, skor dapat
diidentifikasi untuk setiap piksel [21]. Selanjutnya, semua peta sub-faktor digabungkan dan dilapis dan
peta kesesuaian lokasi akhir dihasilkan (Gambar 4) menggunakan Dengan kalkulasi AHP, maka
diperoleh:

7
Nama: Muhammad Renno Mata Kuliah: Evaluasi Sumber Daya Lahan dan Air
NIM: 191011510038 Dosen Pengampu: -Dr. Deasy Arisanty, M.Sc.
Kelas: A1 -Aswin Nur Saputra, S.Pd., M.Sc.

Untuk hasil artikel 1 berdasarkan hasil pengukuran di lapangan dan laboratorium, DAS Secang
mempunyai dua kelas kesesuaian lahan untuk tempat tinggal yaitu kelas sedang dan buruk. Kelas
lahan sedang meliputi satuan lahan D1/III/1/Pm, D1/III/3/Pm, D2/IV/1/Pm, dan D2/IV/3/Pm dengan
luas 470,64 Ha atau 93,3 % dari luas seluruh sampel. Sedangkan kelas lahan buruk ditempati oleh
satuan lahan D3/V/1/Pm dan D3/V/3/Pm seluas 33,78 Ha atau 6,7 % dari seluruh luas sampel (Gambar
2). Kondisi lahan yang terutama diperhatikan adalah kemiringan lereng. Pada dasarnya, lahan dengan
gradien lebih dari 15 % sudah tidak sesuai untuk pembangunan tempat tinggal.

Faktor ini mempengaruhi intensitas proses erosi dan gerakan massa yang dikhawatirkan
mengancam keamanan konstruksi. Semua satuan lahan yang terdapat bangunan tempat tinggal tidak
memenuhi persyaratan ini. Dengan demikian, bangunan tempat tinggal yang didirikan di DAS Secang
terancam mengalami kerusakan dan membutuhkan biaya besar untuk mengatasinya. Sifat fisik tanah
juga menjadi parameter yang harus dipenuhi untuk konstruksi bangunan. Tanah dengan tekstur
lempung mendominasi satuan lahan ini.

Tekstur lempung menjadi pemicu tingginya kelas kembang kerut tanah. Dari beberapa faktor
tersebut dapat digambarkan bahwa sebagian besar bangunan tempat tinggal yang ada di DAS Secang
menempati kelas yang cukup sesuai bahkan tidak sesuai, sehingga membutuhkan perawatan dengan
biaya lebih tinggi terkait keretakan bangunan. Kedalaman padas keras dan kedalaman airtanah
merupakan faktor pembatas yang tidak bisa dipisahkan dari persyaratan pondasi bangunan. Terkait
dengan pengkaratan pondasi jika kedalaman airtanah terlalu dangkal menyebabkan peningkatan
kekeroposan konstruksi bangunan tempat tinggal. Terlebih lagi jika pondasi dibuat pada kedalaman
tanah yang dangkal atau kurang dari 1 meter yang diindikasikan dengan kedalaman padas keras yang
dangkal.

Ancaman keruntuhan bangunan mungkin terjadi. Berdasarkan faktor kedalaman airtanah,


seluruh rumah tinggal yang dibangun di DAS Secang mendapatkan harkat tertinggi. Namun, berbeda
halnya dengan kedalaman padas keras, sebagian bangunan tempat tinggal memiliki kedalaman padas
keras yang sedang bahkah sangat dangkal. Jika hal ini dibiarkan tanpa perawatan, maka terancam akan
mengalami penipisan tanah akibat erosi yang cukup intensif di daerah ini. Hal ini berhubungan dengan
pembentukan tanah yang relatif lambat dibandingkan laju erosi yang berlangsung. Faktor
kebencanaan juga menjadi bahan pertimbangan dalam evaluasi kesesuaian lahan khususnya untuk
pendirian tempat tinggal. Gerakan massa batuan dan amblesan tanah merupakan proses
geomorfologi yang menjadi ciri khas dari daerah kajian ini.

8
Nama: Muhammad Renno Mata Kuliah: Evaluasi Sumber Daya Lahan dan Air
NIM: 191011510038 Dosen Pengampu: -Dr. Deasy Arisanty, M.Sc.
Kelas: A1 -Aswin Nur Saputra, S.Pd., M.Sc.

Namun, kejadian amblesan hanya menimpa kawasan permukiman di satuan lahan D3/V/3/Pm
saja, sedangkan satuan lahan lainnya tidak ditemukan. Adapun kejadian longsor lahan semakin intensif
di satuan lahan yang memiliki kemiringan lereng terjal. Dari hasil penilaian faktor kebencanaan,
sebagian besar bangunan tempat tinggal yang ada di DAS Secang berada di daerah rawan bencana
longsor. Ada pun frekuensi dan skala kejadian berbeda dan semakin besar pada lokasi permukiman
yang berada di D3/V/3/Pm. Hal ini menjadi kewaspadaan untuk mengantisipasi dan mengurangi risiko
bencana.

9
Nama: Muhammad Renno Mata Kuliah: Evaluasi Sumber Daya Lahan dan Air
NIM: 191011510038 Dosen Pengampu: -Dr. Deasy Arisanty, M.Sc.
Kelas: A1 -Aswin Nur Saputra, S.Pd., M.Sc.

Teknik skoring di artikel 1 merupakan teknik dalam menganalisis data dengan memberikan
nilai terhadap keadaan yang ada berdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan. Kriteria dapat
ditentukan dengan adanya peratuan yang berlaku dan berdasarkan studi literatur pada penelitian
lain. Teknik skoring dalam penelitian ini digunakan untuk melakukan analisis kemampuan lahan,
peruntukan perumahan, serta lokasi potensial perumahan.

10
Nama: Muhammad Renno Mata Kuliah: Evaluasi Sumber Daya Lahan dan Air
NIM: 191011510038 Dosen Pengampu: -Dr. Deasy Arisanty, M.Sc.
Kelas: A1 -Aswin Nur Saputra, S.Pd., M.Sc.

Kemampuan lahan di Kota Batu didominasi oleh kawasan lindung dengan luasan sebesar
11139,27 ha (56%) dimana kondisi ini merupakan guna lahan yang berupa hutan raya, sempadan
sungai, mata air dan kawasan dengan kelerengan lebih dari 40%. Kawasan penyangga memiliki luas
terkecil yaitu 1776,11 ha (9%) yang dapat dilihat pada Tabel 3. Sebesar 35% (6993,34 ha) merupakan
kawasan budidaya yang lahannya dapat dimanfaatkan sebagai lahan perumahan, perdagangan dan
lainnya. Kecamatan Bumiaji memiliki luas lahan budidaya terluas daripada kecamatan lainnya.
Sebaran kemampuan lahan di Kota Batu dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 1 Kemampuan Lahan Tahun 2014

11
Nama: Muhammad Renno Mata Kuliah: Evaluasi Sumber Daya Lahan dan Air
NIM: 191011510038 Dosen Pengampu: -Dr. Deasy Arisanty, M.Sc.
Kelas: A1 -Aswin Nur Saputra, S.Pd., M.Sc.

Kesesuaian Lahan

Analisis kesesuaian lahan merupakan penggabungan dari peta daerah rawan bencana, peta air
bersih, peta drainase, peta sawah irigasi teknis, peta kelerengan, peta wilayah sempadan, serta peta
kemampuan lahan dengan cara melakukan overlay data tersebut sesuai dengan kriteria peruntukan
perumahan yang tercantum pada Tabel 4.
Tabel 1 Klasifikasi Lokasi Peruntukan Perumahan
No. Lokasi Peruntukan Perumahan Lokasi Bukan Peruntukan Perumahan
1 Kelerengan 0-25% Kelerengan >25%
2 Berada di kawasan aman terhadap bahaya Berada pada daerah rawan bencana
3 Berada pada wilayah bukan sempadan Berada pada wialyah sempadan
4 Berada pada kawasan budidaya Berada pada kawasan penyangga dan lindung
5 Berada pada lahan bukan sawah irigasi teknis Berada pada lahan sawah irigasi teknis
6 Berada pada wilayah yang terlayani air bersih Berada pada wilayah yang tidak terlayani air bersih
Berada pada daerah yang memiliki kondisi drainase sedang Berada pada daerah yang memiliki kondisi drainase buruk
7
sampai baik

Tabel 2 Peruntukan Perumahan Kota Batu


Klasifikasi
Lokasi
Bukan Peruntukan Perumahan Peruntukan Perumahan

Bumiaji 10723,01 2074,88

Junrejo 2247,04 317,98

Batu 3474,19 1071,63

Kota Batu 16444,24 3464,49

% 83% 17%

Hasil dari overlay tersebut berupa lahan peruntukan perumahan seluas 3.464,49 ha dengan
persentase 17 % dan lahan yang bukan peruntukan perumahan seluas 16.444,24 ha dengan
persentase 83% (Tabel 5). Peruntukan lahan perumahan didominasi oleh lahan yang bukan
peruntukan di Kota Batu dikarenakan karakteristik fisik Kota Batu yang mempunyai tiga gunung
sehingga topografinya lebih banyak yang termasuk dalam kategori curam (>40%). Selain itu, terdapat
sawah irigasi teknis yang luas dan harus dipertahankan guna memenuhi kebutuhan pangan
penduduk Kota Batu dan sekitarnya. Faktor lainnya seperti sempadan sungai dan mata air,
tersedianya air, daerah rawan bencana, serta kondisi drainase juga mempengaruhi peruntukkan
lahan perumahan.

12
Nama: Muhammad Renno Mata Kuliah: Evaluasi Sumber Daya Lahan dan Air
NIM: 191011510038 Dosen Pengampu: -Dr. Deasy Arisanty, M.Sc.
Kelas: A1 -Aswin Nur Saputra, S.Pd., M.Sc.

Gambar 2 Peruntukan Lahan Perumahan Kota Batu 2014

Gambar 4 menunjukkan letak peruntukan lahan perumahan pada masing-masing kecamatan


di Kota Batu tahun 2014. Bagian tengah (Kecamatan Batu) merupakan bagian yang terluas. Hasil
pada Gambar 4 tersebut dilakukan analisis overlay dengan sebaran perumahan-perumahan di Kota
Batu tahun 2014 sehingga dapat diketahui lokasi perumahan yang sesuai dan lokasi perumahan yang
tidak sesuai. Tabel 6 berikut merupakan hasil dari kesesuaian perumahan dengan luas
ketidaksesuaian dan persentase ketidaksesuaian.
Tabel 3 Kesesuaian Lokasi Perumahan Kota Batutahun 2014
Luas
Klasifikasi
No. Ha %
1 Sesuai 55,88 38,83
2 Tidak Sesuai 84,42 60,17
Total 140,30 100,00

Tabel 6 menunjukkan bahwa 84,42 ha (60%) lokasi perumahan di Kota Batu tidak sesuai dan
seluas 55,88 ha (40%) lokasi perumahan telah sesuai dengan peruntukan lahan perumahan yang
secara rinci dapat dilihat pada Tabel 6 diatas. Ketidaksesuaian pada lokasi perumahan-perumahan di
Kota Batu mempunyai kriteria-kriteria yang berbeda penyebabnya sesuai dengan kriteria yang
tertera pada Tabel 4. Terdapat 13 kelompok kriteria yang tidak sesuai pada lokasi perumahannya.
Tabel 7 menjelaskan secara rinci seluruh perumahan yang tidak sesuai berdasarkan kelompok
kriteria ketidasksesuaiannya.
Tabel 4 Kelompok Kriteria Tidak Sesuai
No. Kriteria Tidak Sesuai Nama Perumahan
Kawasan Lindung dan Penyangga
1 Kelerengan > 25% Residence Bunga Tanjung
Irigasi Teknis
2 Kawasan Lindung dan Penyangga Sisir Ratu

13
Nama: Muhammad Renno Mata Kuliah: Evaluasi Sumber Daya Lahan dan Air
NIM: 191011510038 Dosen Pengampu: -Dr. Deasy Arisanty, M.Sc.
Kelas: A1 -Aswin Nur Saputra, S.Pd., M.Sc.

No. Kriteria Tidak Sesuai Nama Perumahan


Sempadan Kusuma Agro
Kawasan Lindung dan Penyangga
3 Villa Bukit Cherry
Kelerengan > 25%

Rawan Longsor
4 Kawasan Lindung dan Penyangga Bukit Batu Permata
Kelerengan > 25%

Sempadan
5 Kawasan Lindung dan Penyangga Bumi Asri
Tidak terlayani air bersih

Rekesan Residence
Bukit Selecta Mas
6 Kawasan Lindung dan Penyangga Panderman Hill
Panderman View
Amarta Hill
Martabe Regency
Junrejo Regency
Sekar Putih Permai
7 Tidak terlayani air bersih De Daun Property
Royal Palm Regency
Sumbergondo Asri Permai
Sekar Putih Asri
8 Kawasan Irigasi Teknis Metro Indah
Wastu Asri
Tidak terlayani air bersih
9 Junrejo Indah
Sempadan
Grand Mandiri Land
Batu Green Park
Dewi Sartika Regency
10 De Sartika Town House
Sempadan
Viorence Hill
Villa Valensia
Batu Permai
11 Astana Wayang
Rawan Longsor
Perumahan Flamboyan
Griya Jemani
Teratai Regency
Tidak terlayani air bersih Junrejo Royal Regency
12
Irigasi teknis Ebenezer
Taman JR
Villa Bukit Emas
Golden Park
Nadia Residence
13 Tidak terlayani air bersih Green Apple Regency
Pondok Beji Indah
Batu Permata Puri

Sebaran lokasi perumahan-perumahan yang tidak sesuai dan yang sesuai dengan peruntukan
perumahannya pada tahun 2014 dapat dipetakan seperti pada Gambar 5.

14
Nama: Muhammad Renno Mata Kuliah: Evaluasi Sumber Daya Lahan dan Air
NIM: 191011510038 Dosen Pengampu: -Dr. Deasy Arisanty, M.Sc.
Kelas: A1 -Aswin Nur Saputra, S.Pd., M.Sc.

Gambar 3. Kesesuaian Lokasi Perumahan di Kota Batu Tahun 2014

Tindakan untuk lahan-lahan yang tidak sesuai dilakukan sebuah pengendalian pemanfaatan
ruang pada Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Pengendalian
permafaatan ruang yang tertera pada pasal 35 dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi,
perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.

Dalam penelitian ini dapat dilakukan pemberian disinsentif yang merupakan perangkat untuk
mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana
tata ruang dan pengenaan sanksi oleh pemerintah pada perumahan yang tidak sesuai yaitu berupa:

• Pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk
mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang.
• Pembatasan penyediaan infrastruktur.
• Pengenaan kompensasi, dan penalti.
• Tindakan penertiban terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai

Lokasi Potensial Perumahan

Lokasi potensial adalah tahap akhir analisis pada penelitian ini dimana lahan-lahan yang sesuai
peruntukan perumahan akan dianalisis untuk mengidentifikasi lahan yang sangat potensial,
potensial, dan cukup potensial. Tabel 8 merupakan peniliaian dari lahan potensial perumahan
berdasarkan tiga kriteria yaitu kedekatan dengan jalan utama, kedekatan dengan pusat pelayanan
kota, dan kesesuaian dengan rencana pola ruang.
Tabel 5 Penilaian Lahan Potensial Perumahan
Kriteria Klasifikasi
Skor
0-500 m 3
Kedekatan dengan jalan utama
501-1000 m 2

15
Nama: Muhammad Renno Mata Kuliah: Evaluasi Sumber Daya Lahan dan Air
NIM: 191011510038 Dosen Pengampu: -Dr. Deasy Arisanty, M.Sc.
Kelas: A1 -Aswin Nur Saputra, S.Pd., M.Sc.

Kriteria Klasifikasi
Skor
1001-1500 m 1
> 1500 m 0
30 menit/2.000m dari pusat pelayanan kota 3
Kedekatan dengan pusat pelayanan 30 menit/2.000m dari sub pusat pelayanan kota 2
30 menit/2.000m dari pusat lingkungan 1
Perumahan dan Permukiman 3
Perdagangan dan Jasa 2
Pertanian 1
Rencana pola ruang
Pariwisata, hutan produksi, kawasan militer, industri, perkantoran, 0
pelayanan umum
Kawasan Lindung -

23%

0-500 m
46%
500-1000 m
1000-1500 m

31%

Gambar 4 Kedekatan dengan Jalan Utama

Gambar 6 menunjukkan bahwa dominasi terbesar adalan zona yang mempunyai kedekatan
dengan jalan dengan jarak 0-500 meter. Pada jarak antara 500-1000 meter memberikan persentase
31% yang menempati posisi kedua. Jarak 1000-1500 meter luasnya hanya 23% yang mana luas
tersebut merupakan luas terkecil dari jarak-jarak dengan kedekatan jalan utama.

Penilaian dilakukan pada ketiga kriteria tersebut, sehingga akan didapatkan hasil melalui
perhitungan menggunakan rumus/formula yang dirumuskan oleh Effendi dalam Khadiyanto (2005),
yaitu:

I = R/N

R = jarak interval =9–1=8

N = jumlah interval = 3

I = lebar interval = 8/3 = 2,67 ~ 3

Hasil lebar interval diketahui adalah 3, maka interval 1-3 termasuk klasifikasi cukup potensial,
interval 4-6 termasuk klasifikasi lokasi potensial, dan 7-9 termasuk klasifikasi lokasi sangat potensial.
Tabel 9 merupakan hasil penentuan lokasi potensial perumahan berdasarkan 3 kriteria.
Tabel 6 Hasil Lokasi Potensial Perumahan Kota Batu tahun 2014
Skor Skor Pola Skor Total
Keterangan
Jalan Ruang Pusat Skor
0 - 3 - Dilarang
1 0 1 Cukup Potensial
1 0 0 1 Cukup Potensial
0 0 1 1 Cukup Potensial
1 - 1 - Dilarang
1 - 2 - Dilarang
2 0 0 2 Cukup Potensial
1 1 0 2 Cukup Potensial
1 0 1 2 Cukup Potensial
0 1 1 2 Cukup Potensial
0 0 2 2 Cukup Potensial
2 - 0 - Dilarang
2 - 3 - Dilarang

16
Nama: Muhammad Renno Mata Kuliah: Evaluasi Sumber Daya Lahan dan Air
NIM: 191011510038 Dosen Pengampu: -Dr. Deasy Arisanty, M.Sc.
Kelas: A1 -Aswin Nur Saputra, S.Pd., M.Sc.

Skor Skor Pola Skor Total


Keterangan
Jalan Ruang Pusat Skor
2 0 1 3 Cukup Potensial
1 1 1 3 Cukup Potensial
3 - 0 - Dilarang
3 - 3 - Dilarang
2 0 2 4 Potensial
1 3 0 4 Potensial
1 0 3 4 Potensial
0 3 1 4 Potensial
0 1 3 4 Potensial
1 1 2 4 Potensial
2 3 0 5 Potensial
3 1 1 5 Potensial
2 2 1 5 Potensial
2 1 2 5 Potensial
1 2 3 5 Potensial
1 1 3 5 Potensial
3 0 3 6 Potensial
3 2 1 6 Potensial
2 3 1 6 Potensial
2 2 2 6 Potensial
1 3 2 6 Potensial
3 2 2 7 Sangat Potensial
3 3 1 7 Sangat Potensial
3 1 3 7 Sangat Potensial
2 2 3 7 Sangat Potensial
2 3 2 7 Sangat Potensial
1 3 3 7 Sangat Potensial
3 2 3 8 Sangat Potensial
3 3 2 8 Sangat Potensial
2 3 3 8 Sangat Potensial
3 3 3 9 Sangat Potensial

Tabel 10 merupakan tabel hasil skoring dari penjumlahan hasil overlay ketiga kriteria zona
potensial perumahan. Dari hasil tersebut dapat diketahui luas lahannya berdasarkan klasifikasi lokasi
potensial perumahan dimana lahan sangat potensial seluas 2638,15 ha (13,25%), lahan potensial
3742,45 ha (18,80%), cukup potensial 3788,84 ha (19,03%) dan dilarang seluas 9739,28ha (48,92%).
Lokasi potensial perumahan didominasi lahan dilarang sebgai lahan yang terluas dan yang terkecil
luasnya adalah klasifikasi sangat potensial. Lebih rinci mengenai hasil dari klasifikasi lokasi potensial
perumahan dapat dilihat pada Tabel 10. Sebaran dari masing-masing klasifikasi seluruh lokasi
potensial perumahan dapat dilihat pada Gambar 9 berikut.
Tabel 7 Klasifikasi Lokasi Potensial Perumahan Kota Batu Tahun 2014
Luas
No. Klasifikasi
Ha %

1 Sangat Potensial 2638.15 13,25

2 Potensial 3742.45 18,80

3 Cukup Potensial 3788.84 19,03

4 Dilarang 9739.28 48,92

Total 19908.72 100,00

17
Nama: Muhammad Renno Mata Kuliah: Evaluasi Sumber Daya Lahan dan Air
NIM: 191011510038 Dosen Pengampu: -Dr. Deasy Arisanty, M.Sc.
Kelas: A1 -Aswin Nur Saputra, S.Pd., M.Sc.

Gambar 5. Lokasi Potensial Perumahan Kota Batu Tahun 2014

Lahan tidak terbangun yang berlokasi pada lahan peruntukan perumahan akan dilakukan
analisis overlay sehingga dapat mengetahui lokasi potensial perumahan pada lahan peruntukan
perumahan. Lokasi – lokasi potensial perumahan ini yang dijadikan acuan dalam pemilihan lahan-
lahan perumahan yang tepat sehingga tidak merusak lingkungan dan memiliki aksesibilitas tinggi.
Tabel 11 merupakan klasifikasi lokasi potensial perumahan yang berada pada lahan tidak terbangun.
Tabel 8 Klasifikasi Lokasi Potensial Perumahan pda Lahan Tidak Terbangun Kota Batu
Tahun 2014
Luas
No Klasifikasi
Ha (%)

1 Sangat Potensial 466,55 21%

2 Potensial 610,72 28%

3 Cukup Potensial 688,46 31%

4 Dilarang 444,27 20%

Total 2210,00 100%

Klasifikasi lokasi cukup potensial merupakan lokasi yang terbesar daripada yang lainnya yaitu
seluas 688,46 ha (lihat Tabel 11). Terbesar kedua adalah lokasi potensial dimana mempunyai luas
610,72 ha dan sangat potensial mempunyai luas 466,55 ha. Lokasi dilarang merupakan lokasi yang
dalam rencana pola ruang termasuk rencana kawasan lindung sehingga tidak diperbolehkan untuk
lahan budidaya pada umumnya dan perumahan pada khususnya. Secara pemetaan spasial lokasi
potensial perumahan dapat dipertakan pada Gambar 11 berikut.

18
Nama: Muhammad Renno Mata Kuliah: Evaluasi Sumber Daya Lahan dan Air
NIM: 191011510038 Dosen Pengampu: -Dr. Deasy Arisanty, M.Sc.
Kelas: A1 -Aswin Nur Saputra, S.Pd., M.Sc.

Gambar 6. Lokasi Potensial Perumahan pada Lahan Tidak Terbangun

19
Nama: Muhammad Renno Mata Kuliah: Evaluasi Sumber Daya Lahan dan Air
NIM: 191011510038 Dosen Pengampu: -Dr. Deasy Arisanty, M.Sc.
Kelas: A1 -Aswin Nur Saputra, S.Pd., M.Sc.

20

Anda mungkin juga menyukai