Dibuat Oleh:
Muhamad Akbar
2055013007
Dosen Pengampu:
Dibuat Oleh:
Muhamad Akbar
2055013007
Dosen Pengampu:
Suyadi, S.T, M.T
Ir. Ahmad Zakaria, IR., M. T., PH.D.
PENDAHULUAN
Tanah longsor adalah bencana alam yang sering terjadi di Indonesia, termasuk di
Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Terjadinya tanah longsor di Kabupaten Probolinggo
disebabkan oleh faktor-faktor seperti lereng yang curam, intensitas hujan yang tinggi, dan
aktivitas manusia yang memengaruhi stabilitas tanah. Tanah longsor dapat menyebabkan
dampak ekonomi dan sosial yang signifikan, seperti hilangnya nyawa, kerusakan properti,
gangguan pada jaringan transportasi dan komunikasi, serta pengungsian masyarakat (Wahid,
A., Suwarsono, N., & Arsyad 2018).
Untuk mengurangi risiko tanah longsor, pemerintah dan masyarakat perlu melakukan
upaya-upaya dalam memetakan kerawanan tanah longsor. Pemetaan kerawanan tanah longsor
dapat dilakukan dengan menggunakan analisis spasial yang melibatkan faktor-faktor geografis,
seperti kemiringan lereng, jenis tanah, curah hujan, penggunaan lahan. Untuk melakukan
identifikasi kerawanan tanah longsor di Kabupaten Probolinggo. Metode yang digunakan
adalah analisis spasial dengan teknik SIG (Sistem Informasi Geografis) dan untuk menghitung
tingkat kerawanan tanah longsor. Namun demikian, faktor-faktor sosial dan ekonomi juga perlu
diperhatikan dalam pemetaan kerawanan tanah longsor karena faktor-faktor tersebut dapat
mempengaruhi penggunaan lahan dan kerentanan masyarakat terhadap bencana tanah longsor
(Nugraha, A. S., Sartohadi, J., & Haryono 2019).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis distribusi spasial kerawanan tanah longsor
di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, dengan menggunakan kombinasi remote sensing, SIG,
dan metode statistik. Hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi yang berharga bagi
pemerintah lokal, lembaga penanggulangan bencana, dan pemangku kepentingan lainnya
dalam mengembangkan strategi yang efektif untuk pengurangan risiko tanah longsor dan
pengelolaan bencana di daerah penelitian.
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH
1. Kondisi topografi yang berbukit-bukit, curah hujan yang tinggi, serta aktivitas manusia
yang tidak selalu memperhatikan konservasi tanah. Faktor-faktor seperti lereng yang
curam, intensitas hujan yang tinggi, dan aktivitas manusia yang memengaruhi stabilitas
tanah.
2. Belum adanya peta kerawanan tanah longsor di Kabupaten Probolinggo yang akurat
dan terbaru dan belum ada penelitian yang menyajikan peta kerawanan tanah longsor
secara komprehensif di Kabupaten Probolinggo, sehingga perlu dilakukan penelitian
yang fokus pada hal tersebut sehingga sulit dilakukan penanganan dan mitigasi bencana
secara tepat.
3. Kurangnya pengetahuan dan penggunaan teknologi pemetaan dan analisis spasial
dalam mengidentifikasi kerawanan tanah longsor di Kabupaten Probolinggo.
Pembatasan masalah yang dijadikan fokus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya berfokus pada wilayah Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur
dan tidak mencakup wilayah lainnya di Indonesia.
2. Penelitian ini hanya mempertimbangkan faktor kerawanan tanah longsor dan tidak
memperhitungkan faktor kerawanan banjir atau bencana alam lainnya.
3. Penelitian ini menggunakan data sekunder dan tidak dilakukan survei lapangan
untuk memperoleh data primer yang dimana keterbatasan data juga menjadi kendala
dalam penelitian ini.
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya,
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. untuk melakukan analisis spasial menggunakan metode remote sensing, SIG, dan
analisis statistik untuk memetakan kerawanan tanah longsor di Kabupaten Probolinggo,
Jawa Timur.
2. untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang faktor-faktor yang
memengaruhi risiko terjadinya tanah longsor di daerah tersebut, dan menghasilkan peta
kerawanan tanah longsor yang akurat dan dapat digunakan sebagai dasar untuk
pengembangan strategi mitigasi di masa depan.
3. untuk mengevaluasi dan memvalidasi hasil analisis spasial untuk memastikan kualitas
dan akurasi peta kerawanan tanah longsor yang dihasilkan.
4. untuk memberikan rekomendasi tentang pengembangan strategi mitigasi yang lebih
spesifik untuk mengurangi risiko terjadinya tanah longsor di Kabupaten Probolinggo,
Jawa Timur.
Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang signifikan
dalam pengurangan risiko bencana dan pengelolaan bencana di Kabupaten Probolinggo, Jawa
Timur dan juga di Indonesia secara umum.
1.7 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dalam waktu sekitar 6 bulan, mulai dari Januari 2023 hingga Juni
2023. Waktu penelitian ini dipilih karena periode ini merupakan musim penghujan di
Indonesia, yang biasanya menyebabkan meningkatnya risiko terjadinya bencana tanah longsor.
Selain itu, periode ini juga memungkinkan untuk melakukan pengumpulan data lapangan yang
lebih akurat dan terperinci.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Analisis Spasial adalah suatu teknik yang digunakan dalam pengolahan data geografis
atau yang berkaitan dengan lokasi atau ruang. Konsep dasar Analisis Spasial meliputi
pengolahan data geospasial, analisis spasial, dan visualisasi hasil analisis. Pengolahan data
geospasial meliputi pengumpulan data, pemrosesan data, dan penyimpanan data geografis.
Analisis spasial digunakan untuk mengekstrak informasi penting dari data geospasial dan
menghasilkan pemahaman yang lebih baik tentang distribusi spasial suatu fenomena atau
kejadian di dalam suatu wilayah atau daerah. Visualisasi hasil analisis spasial memungkinkan
pengguna untuk memvisualisasikan data dan hasil analisis dalam bentuk peta, diagram, grafik,
atau representasi visual lainnya yang dapat memudahkan pemahaman (Zhang 2020).
Pemetaan Kerawanan Bencana Alam adalah proses identifikasi dan penilaian potensi
kerentanan suatu wilayah terhadap bencana alam, baik itu gempa bumi, banjir, tanah longsor,
tsunami, kekeringan, dan lain sebagainya. Pemetaan ini bertujuan untuk memahami tingkat
kerentanan wilayah terhadap bencana alam, sehingga dapat membantu dalam perencanaan
mitigasi dan persiapan bencana yang lebih baik (Susanti, R., Adnyana, I. W., & Supartha 2018).
Pemetaan kerawanan bencana alam dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti
menggunakan data geospasial, peta topografi, data cuaca dan iklim, serta data sosial-ekonomi.
Hasil pemetaan kerawanan bencana alam ini dapat digunakan oleh pemerintah, lembaga
penanggulangan bencana, dan masyarakat untuk meminimalkan risiko bencana dan
meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana (Susanti, R., Adnyana, I. W., &
Supartha 2018).
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem yang digunakan untuk mengelola dan
menganalisis data geografis secara digital. Data geografis yang dikelola oleh SIG dapat berupa
data spasial seperti peta, citra satelit, data ketinggian, atau data lainnya yang memiliki
informasi lokasi atau koordinat geografis. SIG juga dapat memanfaatkan data non-spatial
seperti data sosial ekonomi, lingkungan, dan infrastruktur. SIG dapat digunakan untuk berbagai
keperluan seperti pemetaan, pengelolaan sumber daya alam, pemantauan lingkungan,
perencanaan pembangunan, serta pemantauan dan mitigasi bencana. SIG juga dapat membantu
dalam pengambilan keputusan dengan menyajikan informasi spasial dalam bentuk visualisasi
yang mudah dipahami (Kusrini, E., & Wardoyo 2019).
• Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng menjadi salah satu faktor utama dalam terjadinya tanah longsor.
Kemiringan lereng yang terlalu curam dapat memicu terjadinya gaya gravitasi yang
cukup besar, sehingga tekanan yang diterima oleh tanah di atasnya menjadi tidak
seimbang dan dapat terjadi pergerakan tanah yang tiba-tiba.
• Jenis Tanah
Jenis tanah juga mempengaruhi terjadinya tanah longsor. Tanah yang berpasir atau
berkerikil cenderung lebih stabil dibandingkan dengan tanah lempung atau tanah
liat yang memiliki kemampuan retensi air yang tinggi. Tanah lempung atau tanah
liat juga lebih rentan terhadap perubahan volume akibat perubahan kondisi
lingkungan, seperti perubahan suhu atau kelembaban.
Tabel 2. Jenis Tanah
(Sumber : (Daerah and Bencana 2016)
• Curah Hujan
Curah hujan yang tinggi juga dapat mempengaruhi terjadinya tanah longsor. Hujan
yang deras dapat menyebabkan tanah menjadi jenuh air dan mengurangi daya
dukungnya, sehingga rentan terhadap pergerakan. Selain itu, curah hujan yang terus
menerus dapat memicu terjadinya erosi pada permukaan tanah, yang dapat
memperburuk kondisi dan meningkatkan risiko terjadinya tanah longsor.
• Penggunaan Lahan
Metode analisis spasial digunakan untuk memetakan kerawanan tanah longsor dengan
memanfaatkan data spasial seperti citra satelit, peta topografi, dan data lain yang terkait dengan
faktor penyebab terjadinya tanah longsor. Beberapa metode analisis spasial yang sering
digunakan antara lain analisis overlay, analisis jarak, dan analisis kelas interval. Analisis
overlay dilakukan dengan menumpuk beberapa layer data spasial pada peta dan
mengidentifikasi area yang memiliki tingkat kerawanan tinggi. Analisis jarak dilakukan
dengan mengukur jarak antara titik atau area yang berpotensi longsor dengan faktor penyebab
seperti sungai atau jalan. Sedangkan analisis kelas interval dilakukan dengan membagi data
menjadi beberapa kelas atau interval, dan kemudian melakukan analisis berdasarkan kelas-
kelas tersebut (Nuhindro 2019).
Metode pembobotan atau scoring adalah salah satu metode yang digunakan dalam
analisis risiko untuk menentukan tingkat kerawanan suatu wilayah terhadap bencana. Metode
ini menghitung skor untuk setiap faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya bencana,
kemudian skor tersebut dijumlahkan untuk menghasilkan skor keseluruhan. Metode ini sering
digunakan dalam pemetaan kerawanan bencana seperti tanah longsor, banjir, atau gempa bumi
(Kusuma, A. H., & Susanto 2018).
Setelah kriteria dan bobot ditentukan, langkah selanjutnya adalah memberikan skor
pada setiap kriteria untuk setiap wilayah yang dievaluasi. Skor ini dapat diberikan
menggunakan berbagai metode, seperti metode penilaian ordinal atau metode analisis spasial
multikriteria.
Setelah skor diberikan pada setiap kriteria, maka total skor setiap wilayah dapat
dihitung dengan cara mengalikan skor setiap kriteria dengan bobot yang telah ditentukan.
Wilayah dengan total skor tertinggi kemudian dapat dianggap sebagai wilayah yang memiliki
tingkat kerawanan tanah longsor tertinggi.
Metode pembobotan dalam analisis spasial dapat membantu dalam memudahkan
pengambilan keputusan dengan memberikan informasi yang lebih jelas dan akurat tentang
tingkat kerawanan tanah longsor pada setiap wilayah yang dievaluasi. Namun, penting untuk
mempertimbangkan dengan hati-hati kriteria dan bobot yang digunakan dalam metode
pembobotan agar hasilnya dapat memberikan informasi yang tepat dan akurat. Selain itu,
metode pembobotan ini dapat dikombinasikan dengan metode analisis spasial lainnya untuk
memperoleh hasil yang lebih akurat dan komprehensif Formula yang digunakan dalam scoring
akhir sebagai berikut:
𝑆𝑐𝑜𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙=0.3(𝐶𝐻)+0.2(𝐾𝐿)+0.2(JT) + 0.1(JB) + 0.2(PL)
Keterangan:
CH: Scoring Curah Hujan
KL: Scoring Kemiringan Lereng
JT: Scoring Jenis Tanah 7
JB: Scoring Jenis Batuan
PL: Scoring Penutupan Lahan
Dalam penelitian ini, terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan topik yang dibahas,
yaitu pemetaan kerawanan tanah longsor menggunakan analisis spasial. Beberapa penelitian
tersebut antara lain:
1. Sunarya, R., dan Yusnaini, S. (2019). Identifikasi dan Pemetaan Kerawanan Bencana
Tanah Longsor di Kecamatan Cimahi Kota Menggunakan Metode Analytical
Hierarchy Process (AHP). Jurnal Geodesi Undip, 8(2), 115-124.
2. Penelitian ini membahas tentang identifikasi dan pemetaan kerawanan bencana tanah
longsor di kecamatan Cimahi Kota menggunakan metode Analytical Hierarchy Process
(AHP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah yang paling rentan terhadap
bencana tanah longsor adalah wilayah dengan kemiringan lereng lebih dari 40° dan
memiliki jenis tanah andosol.
3. Tandjoeng, F. R., dan Permana, D. (2020). Analisis Spasial Kerawanan Bencana Tanah
Longsor di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Jurnal Geodesi Undip, 9(1), 10-19.
4. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kerawanan bencana tanah longsor di
Kabupaten Bogor dengan menggunakan analisis spasial. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa wilayah dengan kemiringan lereng yang curam, tingkat erosi tanah yang tinggi,
serta terdapat kepadatan penduduk yang tinggi dan pemukiman di sekitar lereng
merupakan wilayah yang paling rentan terhadap bencana tanah longsor.
5. Yanuar, F. A., dan Handayani, T. (2018). Pemetaan Potensi dan Kerawanan Bencana
Alam Tanah Longsor di Kabupaten Bandung Barat. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Kebencanaan, 1(1), 9-17.
6. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan potensi dan kerawanan bencana alam tanah
longsor di Kabupaten Bandung Barat. Metode yang digunakan adalah analisis spasial
dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa wilayah dengan kemiringan lereng lebih dari 30°, jenis tanah andosol, dan
intensitas curah hujan yang tinggi merupakan wilayah yang paling rentan terhadap
bencana tanah longsor.
7. Widodo, B., Hartati, S., dan Setyawan, A. D. (2017). Pemetaan Kerawanan Bencana
Tanah Longsor Menggunakan Analisis Spasial dan AHP di Kabupaten Ponorogo, Jawa
Timur. Jurnal Geodesi Undip, 6(3), 207-216.
Penelitian ini bertujuan untuk memetakan kerawanan bencana tanah longsor di Kabupaten
Ponorogo dengan menggunakan analisis spasial dan Analytical Hierarchy Process (AHP).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah dengan kemiringan lereng lebih dari 40°, jenis
tanah andosol, dan curah hujan yang tinggi merupakan wilayah yang paling rentan terhadap
bencana.
Kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada beberapa teori
dan konsep terkait kerawanan tanah longsor. Beberapa teori dan konsep yang menjadi dasar
kerangka berpikir tersebut antara lain:
1. Teori kerawanan bencana alam Teori ini menjelaskan tentang faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya bencana alam, termasuk di dalamnya tanah longsor. Faktor-
faktor tersebut meliputi faktor alam seperti kondisi geologi, topografi, dan iklim, serta
faktor manusia seperti penggunaan lahan yang tidak tepat dan praktek-praktek
pertanian yang merusak tanah.
2. Konsep kerawanan tanah longsor Konsep ini merujuk pada kemungkinan terjadinya
tanah longsor pada suatu wilayah tertentu. Kerawanan tanah longsor dipengaruhi oleh
faktor-faktor seperti kemiringan lereng, jenis tanah, curah hujan, penggunaan lahan,
dan sebagainya.
3. Analisis spasial Analisis spasial adalah metode analisis yang digunakan untuk
memetakan dan menganalisis data geografis dalam bentuk peta. Analisis spasial dapat
digunakan untuk mengidentifikasi wilayah-wilayah yang memiliki tingkat kerawanan
tanah longsor yang tinggi.
Dengan menggunakan kerangka berpikir yang didasarkan pada teori dan konsep di atas,
penelitian ini akan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kerawanan tanah longsor
di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Penelitian ini juga akan menggunakan analisis
spasial untuk memetakan wilayah-wilayah yang memiliki tingkat kerawanan tanah longsor
yang tinggi, sehingga dapat memberikan informasi yang berguna dalam upaya mitigasi dan
pengurangan risiko bencana tanah longsor di daerah tersebut.
2.4 HIPOTESIS PENELITIAN
1. Terdapat hubungan antara curah hujan dengan kerawanan tanah longsor di Kabupaten
Probolinggo, Jawa Timur.
2. Terdapat hubungan antara kemiringan lereng dengan kerawanan tanah longsor di
Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
3. Terdapat hubungan antara jenis tanah dengan kerawanan tanah longsor di Kabupaten
Probolinggo, Jawa Timur.
4. Terdapat hubungan antara penggunaan lahan dengan kerawanan tanah longsor di
Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Hipotesis-hipotesis ini didasarkan pada landasan teori yang telah dijelaskan sebelumnya,
serta penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan topik penelitian ini.
III. METODOGOLI PENELITIAN
Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari September 2023 – Desember 2023. Berikut
merupakan rencana waktu pelaksanaan penelitian :
Bulan
Kegiatan Oktober November Desember
Studi Literatur
Penyusunan Proposal
Rencana Seminar
Proposal
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Penyusunan Hasil Akhir
3. 2. Alat dan Bahan
Beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam menunjang terlaksananya proses
penelitian sebagai berikut :
3.2.1. Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Perangkat keras (Hardware)
- Laptop
2. Perangkat lunak (Software)
- Sistem Operasi Windows
- Microsoft Office untuk pembuatan laporan.
- Microsoft Visio untuk pembuatan diagramalir.
- Software ArcGIS
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah data kemiringan lereng,
jenis tanah, curah hujan, penggunaan lahan.
Terdapat 5 parameter yang digunakan untuk menentukan daerah rawan longsor data
diperoleh dari BPBD Kab. Probolinggo dalam format shp.
Pengolahan data curah hujan dilakukan dengan cara menyeleksi sesuai daerah
penelitian. Didapat 3 kelas daerah curah hujan berdasarkan pada lokasi
penelitian.
- Peta Ketinggian
Pada pembuatan peta ketinggian diperoleh dari data kontur yang kemudian
diubah dalam bentuk data raster dengan menggunakan 3D Analyst Tools ke
Raster Interpolation ke Topo To Raster pada software ArcGIS 10.3.
Pada pembuatan peta kemiringan lereng didapatkan dari data kontur yang
kemudian diubah dalam bentuk data raster. Untuk mendapatkan nilai tiap
kemiringan lereng digunakan proses 3D Analyst Tools ke Raster Surface ke
Slope.
Peta tutupan lahan didapat dari proses pengolahan citra satelit Landsat 8.
Kemudian dilakukan seleksi berdasarkan studi kasus penelitian. Selanjutnya
dilakukan klasifikasi untuk mendapatkan kelas tiap tutupan lahan.
4. Overlay Fuzzy
5. Hasil
Hasil berupa peta daerah rawan bencana tanah longsor yang kemudian akan dilakukan
analisa terhadap tingkat kerawanan pada tiap lokasi penelitian.
6. Selesai
Daftar Pustaka
Kusrini, E., & Wardoyo, R.A., 2019. Penggunaan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam
pengelolaan sumber daya air. Jurnal Teknik ITS, 8(2), F135–F140.
Kusuma, A. H., & Susanto, A.B., 2018. Pemetaan kerawanan bencana tanah longsor
menggunakan metode scoring di Kabupaten Magelang. Jurnal Geodesi Undip, 7(1), 17–
24.
Nugraha, A. S., Sartohadi, J., & Haryono, E., 2019. Analisis kerawanan tanah longsor
menggunakan sistem informasi geografis di Kabupaten Probolinggo. Jurnal Geografi,
17(1), 1–10.
Nuhindro, M., 2019. Analisis kerawanan bencana tanah longsor dengan metode SIG dan
AHP di wilayah Gunungkidul. urnal Geografi Lingkungan, 7(2), 73-82.
Pudjiastuti, I. N., & Dwipayana, I.B.W., 2019. Analisis faktor penyebab tanah longsor pada
beberapa titik di Kabupaten Gianyar, Bali. Jurnal Kelitbangan, 5(1), 18–27.
Saputra, D., 2020. Analisis Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan di Kabupaten
Probolinggo. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 18 (1), 52–62.
Susanti, R., Adnyana, I. W., & Supartha, I.W., 2018. Pemetaan Kerawanan Bencana Alam di
Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Jurnal Geodesi Undip, 7(2),
114–123.
Wahid, A., Suwarsono, N., & Arsyad, R., 2018. Spatial Analysis for Landslide Hazard
Mapping in Probolinggo Regency, East Java, Indonesia. Journal of Disaster Research,
13(4), 664–671.
Wahyuni, E., & Hardiyatmo, H.C., 2020. Analisis Kerentanan Tanah Longsor Menggunakan
Metode Spatial Multi-Criteria Decision Analysis (SMCDA) dan Sistem Informasi
Geografis (SIG) di Kabupaten Probolinggo. Jurnal Ilmiah Geomatika, 26 (2), 107–115.
Wulandari, D. R., & Santoso, P., 2018. Analisis parameter terjadinya tanah longsor pada
lereng Sungai Brantas di Kota Malang. Jurnal Geografi Lingkungan, 6(1), 10–18.
Zhang, A., 2020. Spatial analysis of urbanization in China based on GWR model.
Environmental Science and Pollution Research, 27(34), 42698–42707.