ABSTRAK
Kabupaten Semarang merupakan salah satu daerah di Indonesia yang termasuk daerah yang rawan terjadi
bencana. Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Semarang, bencana yang sering
terjadi di Kabupaten Semarang yakni tanah longsor, kekeringan, puting beliung, dan banjir.
Dalam penelitian ini, telah dilakukan pembuatan pemodelan potensi bencana tanah longsor di Kabupaten
Semarang dengan menggunakan metode analisis SIG dan metode skoring dan pembobotan dengan mengacu pada
Permen PU No. 22/PRT/M/2007 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor dan metode
Analytical Hierarchy Proccess (AHP) dengan narasumber Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD
Kabupaten Semarang.
Dari Penelitian ini didapatkan hasil berupa, terdapat enam faktor penyebab potensi bencana tanah longsor
di Kabupaten Semarang, yaitu tata guna lahan dengan bobot 20% untuk Permen PU dan 0,250 untuk AHP, curah
hujan dengan bobot 20% untuk Permen PU dan 0,304 untuk AHP, kelerengan dengan bobot 25% untuk Permen PU
dan 0,161 untuk AHP, Jenis Tanah dengan bobot 15% untuk Permen PU dan 0,131 untuk AHP, Keberadaan Sesar
dengan bobot 10% untuk Permen PU dan 0,102 untuk AHP, dan Infrastruktur dengan bobot 10% untuk Permen PU
dan 0,053 untuk AHP. Selanjutnya dari analisis Overlay peta potensi tanah longsor didapatkan tiga kelas potensi
yaitu Tinggi dengan luas 18,641% untuk Permen PU dan 6,635% untuk AHP, Sedang dengan luas 51,455% untuk
Permen PU dan 47,167% untuk AHP dan Rendah dengan luas 30,084% untuk Permen PU dan 46,199% untuk AHP.
Kata Kunci : AHP, Permen PU, Skoring dan Pembobotan, SIG, Tanah Longsor.
ABSTRACT
Semarang District is one of region in Indonesia which included in disaster prone-areas. Data from BPBD
Semarang District’s mention that the most frequent disaster in Semarang District are Landslides, Droughts,
Waterspouts, and Floods.
This research has been conducted to create a modeling of potential landslides in Semarang District using
GIS analysis method and Scoring and Weighting Method which refers to Permen PU No. 22/PRT/M/2007 on
Guidelines Spatial Landslides Prone Areas and Analytical Hierarchy Proccess (AHP) method with the speaker is
Section Chief of Prevention and Preparadness BPBD Semarang District.
From this research showed there were six potential factors causing Landslides in Semarang District, that
were Land Use with a weight of 20% for Permen PU and 0,250 for AHP, Precipitation with a weight of 20% for
Permen PU and 0,304 for AHP, Slope with a weight of 25% for Permen PU and 0,161 for AHP, Soil Types with a
weight of 15% for Permen PU and 0,131 for AHP, Presence Fault with a weight of 10% for Permen PU and 0,102
for AHP, and Infrastructure with a weight of 10% for Permen PU and 0,053 for AHP. Furthermore, from the
Overlay analysis of potential landslides map obtained three classes of potential that were, High Potency with an
area of 18,641% for Permen PU and 6,635% for AHP, Medium Potency with an area of 51,455% for Permen PU
and 47,167% for AHP, and Low Potency with an area of 30,084% for Permen PU and 46,199% for AHP.
CR = CI
RI
= 0,09033
1,240
= 0,07285
Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017, (ISSN:2337-845X) 123
Jurnal Geodesi Undip Januari 2017
3. Parameter Kelerengan IV.2. Hasil dan Analisis Potensi Bencana Tanah
Longsor Menggunakan Permen PU No.
22/PRT/M/2007
Dibawah ini merupakan kelas beserta rentang
nilai yang digunakan untuk pembagian potensi tanah
longsor yang sesuai dengan Permen PU No.
22/PRT/M/2007.
Kelas Rentang Nilai
Tinggi 271 - 380
Gambar 6. Parameter Kelerengan Sedang 201 – 270
4. Parameter Jenis Tanah Rendah 130 – 200
AHP_PERMEN_UNI
IV.4. Hasil Validasi Peta Potensi Bencana Tanah AHP, Permen_PU
Longsor di Kabupaten Semarang Tinggi, Rendah
Dibawah ini merupakan peta potensi bencana Tinggi, Sedang
IV.6. Standar Deviasi dan Uji F 1. Dari Penelitian yang dilakukan mengenai Potensi
1. Standar Deviasi Bencana Tanah Longsor di Kabupaten Semarang
Simpangan baku ini merupakan ukuran ini Terbagi menjadi tiga zonasi atau kelas
penyebaran yang paling teliti, karena semua data potensi, yaitu sebagi berikut :
digunakan dalam perhitungan ini maka rumus yang a. Kelas Potensi Tinggi
digunakan adalah simpangan baku populasi. Adapun Pada metode Permen PU, kelas potensi tinggi
rumusnya adalah sebagai berikut : di Kabupaten Semarang tersebar di 16
Kecamatan dengan Luas Total 18.568,3869
∑ ( ) Ha atau 18,641%. Sedangkan pada metode
√
AHP, kelas potensi Tinggi di Kabupaten
Semarang tersebar di 14 Kecamatan dengan
a. Standar deviasi Peta Potensi Permen luas total 6.642,9900 Ha atau 6,635%.
dengan hasil validasi lapangan b. Kelas Potensi Sedang
Pada metode Permen PU, kelas potensi
Standar Deviasi Populasi ( ) = √ sedang di Kabupaten Semarang tersebar di 19
Kecmatan dengan luas total 51.755,2320 Ha
= 0,5009 atau 51,455%. Sedangkan pada metode AHP,
kelas potensi sedang di Kabupaten Semarang
b. Standar deviasi Peta Potensi AHP dengan
tersebar di 19 Kecamatan dengan luas total
hasil validasi lapangan
47.226,5620 Ha atau 47,167%.
Standar Deviasi Populasi ( ) = √ c. Kelas Potensi Rendah
Pada metode Permen PU, kelas potensi
= 1,3659 sedang di Kabupaten Semarang tersebar di 12
Kecamatan dengan luas total 30.398,7463 Ha
atau 30,084%. Sedangkan pada metode AHP,
2. Uji F kelas potensi rendah di Kabupaten Semarang
tersebar di 19 Kecamatan dengan luas total
Uji F digunakan untuk membandingkan 46.257,1992 Ha atau 46,199%.
variasi yang di hitung dari dua set sampel 2. Dari perbandingan antara 20 sampel validasi
yang berbeda. Untuk hipotesis nol (H0) dari lapangan yang dilakukan dengan dua metode
Uji F ini adalah Terdapat Perbedaan antara yang digunakan dalam penelitian ini di dapatkan
metode Permen PU dengan AHP, sedangkan hasil yaitu :
Hipotesis Akhir (Ha) dari Uji F ini adalah a. Terdapat 7 sampel validasi lapangan yang
Tidak terdapat perbedaan antara metode sesuai dengan dua metode yang digunakan
Permen PU dengan AHP. Berikut ini akan baik Permen PU maupun AHP
disajikan perhitungan Uji F dengan selang b. Terdapat 3 sampel validasi lapangan yang
kepercayaan 95% : tidak sesuai dengan dua metode yang
Fh = = H0 > Ft maka Ha ditolak digunakan baik Permen PU maupun AHP
H0 < Ft maka Ha diterima c. Terdapat 5 sampel validasi lapangan yang
lebih sesuai dengan metode Permen PU
( ) daripada metode AHP
Fh = =
( ) d. Terdapat 5 sampel validasi lapangan yang
lebih sesuai dengan metode AHP daripada
metode Permen PU
DAFTAR PUSTAKA
Bayuaji, Dhuha G. 2016. “Analisis Penentuan Zonasi
Risiko Bencana Tanah Longsor Berbasis
Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus :
Kabupaten Banjarnegara)”. Tugas Akhir.
Program Studi Teknik Geodesi Universitas
Diponegoro.
BNPB. 2008. Pedoman Penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana. Peraturan Kepala
Badan Nasional Penanggulangan Bencana
No. 4 Tahun 2008
Demers, M.N. 1997. “Fundamentals of Geographic
Information Systems”. New York : John
Wileys & Sons, Inc.
Novitasari, Nyoman W. 2015. “Pemetaan Multi
Hazard Berbasis Sistem Informasi Geografis
di Kabupaten Demak Jawa Tengah”. Tugas
Akhir. Program Studi Teknik Geodesi
Universitas Diponegoro.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
22/PRT/M/2007 Tentang Pedeoman Penataan
Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor
Prahasta, Eddy. 2001. Konsep-Konsep Dasar Sistem
Informasi Geografis (Perspektif Geodesi dan
Geomatika). Bandung : Penerbit Informatika
Bandung