Anda di halaman 1dari 11

6th ACE Conference.

29 Oktober 2019, Padang, Sumatra Barat

ANALISIS DAERAH GENANGAN DAN BAHAYA BANJIR DI


SUNGAI KAMPAR KECAMATAN KAMPAR UTARA

Rahmatul Irfan1, Bambang Sujatmoko1*, Siswanto1


1
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau; Pekanbaru.
Email: rahmatul.irfan46@gmail.com
*Coresponding Author: b_sujatmoko@yahoo.com
Email: siswanto@lecturer.unri.ac.id

ABSTRACT
Based on data from BPBD of Riau province, there were 7 flood events in the 2015 to
2016 period. The flood disaster occurred in Kampar district, especially in the downstream
area of the Koto Panjang hydropower plant. The main cause is the discharge overflows
from spillway of reservoir that was over capacity of the river downstream causing a
inundation in the downstream area of the Koto Panjang hydropower plant. Kampar Utara
District is one of the main areas affected by the flood. Therefore the purpose of this study
is to determine several parameters such as depth, area, and hazard level classification. By
applying the hydraulic flow computation model using HEC-RAS, HEC-GeoRAS and GIS
software, the parameters can be obtained. Inundation depth is obtained at return period of
Q1 of 0.49 m, Q2 of 0.63 m, Q5 of 0.65 m, Q10 of 0.71 m, and Q25 of 0.76 m. The
highest inundation area was obtained 647.5 Ha at return period of Q25, with a depth of
0.76 m, and the flood hazard criteria was moderate to high.

Keywords : inundation area, flood hazard criteria, GIS, HEC-RAS, HEC-GeoRAS

ABSTRAK
Berdasarkan data dari BPBD provinsi Riau, telah terjadi 7 kali kejadian banjir rentang
waktu 2015 sampai 2016. Bencana banjir tersebut terjadi di kabupaten Kampar terutama
di daerah hilir PLTA Koto Panjang. Penyebab utama adalah debit banjir melalui spillway
waduk melebihi kapasitas sungai di hilirnya, sehingga menimbulkan genangan pada
daerah hilir PLTA Koto Panjang. Kecamatan Kampar Utara merupakan salah satu
wilayah terdampak dari kejadian banjir tersebut. Penelitian ini bertujuan menentukan
beberapa parameter seperti kedalaman, luas, serta klasifikasi tingkat bahaya. Dengan
menerapkan model komputasi aliran hidraulika HEC-RAS dan HEC-GeoRAS serta
perangkat lunak SIG, diperoleh parameter-paramater tersebut. Diperoleh kedalaman
genangan pada kala ulang Q1 sebesar 0,49 m, Q2 sebesar 0,63 m, Q5 sebesar 0,65 m,
Q10 sebesar 0,71 m, dan Q25 sebesar 0,76 m. Luas genangan tertinggi diperoleh 647,5
hektar pada kala ulang Q25, dengan kedalaman 0,76 m, serta kriteria bahaya banjir
termasuk kategori sedang sampai tinggi.

Kata Kunci : daerah genangan, kriteria bahaya banjir, GIS, HEC-RAS, HEC-GeoRAS

912
6th ACE Conference. 29 Oktober 2019, Padang, Sumatra Barat

1. PENDAHULUAN

Banjir merupakan salah satu masalah yang cukup rentan terjadi pada kecamatan
Kampar Utara sehingga secara tidak langsung memberikan kerugian bagi masyarakat
yang tinggal di lingkungan yang rawan terjadi banjir tersebut, berdasarkan BPBD
Provinsi Riau pada tahun 2015 – 2016 terdapat 7 kejadian banjir, bencana banjir
terbesar di provinsi Riau terdapat di daerah PLTA Koto Panjang kabupaten Kampar
(Vanezsa, 2018). Akibatnya perlu ada peta sebaran genangan yang dipergunakan untuk
mengetahui sebaran dan tingkat kerawanan banjir yang terjadi agar menjadi tambahan
informasi dalam memanajemen pembangunan serta mitigasi bencana

Teknologi GIS dipergunakan dalam memvisualisasikan dan menganalisis seberapa


besar tingkat kerawanan dan sebaran genangan yang terjadi dengan menggunakan
beberapa parameter yang mengakibatkan genangan seperti bentuk DAS, sebaran
penggunaan lahan, geometri sungai serta elevasi suatu daerah. Salah satu perangkat
lunak yang dapat dikombinasikan dengan GIS adalah HEC-GeoRAS yang dapat
memberikan data input untuk dapat diproses lebih lanjut menggunakan HEC-RAS.
Software HEC-RAS digunakan sebagai pemodelan aliran yang dapat digunakan kembali
hasilnya untuk diproses kembali dengan GIS dan HEC-GeoRAS (Aulia, 2017). Dengan
adanya analisis sebaran genangan dan tingkat kerawanan banjir ini dapat memberikan
gambaran lapangan dan dijadikan sebagai peringatan agar dapat mengurangi dan
meminimalisir korban dan kerugian yang terjadi akibat banjir. Maka dilakukanlah
analisis sebaran dan kerawanan banjir di kecamatan Kampar Utara ini dengan bantuan
teknologi GIS, HEC-GeoRAS, serta HEC-RAS.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Model Elevasi Digital

Model elevasi digital atau yang biasa disebut Digital Elevation Model (DEM) merupakan suatu
model topografi permukaan bumi, Terminologi lain yang juga akrab digunakan selain Digital
Elevation Model yaitu Digital Terrain Model (DTM) dan Digital Surface Model (DSM). DEM
memperhitungkan (mengukur) titik-titik (unsur-unsur) tertinggi yang terletak di bawah tinggi
nominal pengamat (contoh sensor satelit) yang mengorbit di atas permukaan bumi dengan
liputan data-data berupa ketinggian (bagian paling atasnya) (Prahasta, 2008, dalam Asih,
2012).

2.2 Klasifikasi Bahaya Banjir

Klasifikasi bahaya banjir dalam penentuan bahaya banjir, sering digunakan untuk
menentukan parameter indeks bahaya yang nantinya digunakan dalam penentuan indeks
risiko bencana. Salah satu parameter klasifisakasi bahaya banjir adalah kedalaman genangan
akibat limpasan banjir. Kriteria dan klasifikasi bahaya banjir dari parameter kedalaman
genangan, dapat dilihat pada Tabel 1.

913
6th ACE Conference. 29 Oktober 2019, Padang, Sumatra Barat

Tabel 29. Kriteria dan Klasifikasi Bahaya Banjir


Parameter No Kriteria Klasifikasi
1 >70 cm Tinggi
Kedalaman
2 20-70 cm Sedang
Genangan
3 <20 cm Rendah
Sumber: Aprizon (2013)

2.3 Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis (GIS) merupakan sistem informasi berbasis komputer


untuk mengelola, menganalisis dan menyimpan serta memanggil data yang bereferensi
geofrafis. Manfaat dari GIS yaitu memberikan kemudahan kepada para pengguna yang
berkaitan dengan aspek keruangan (spasial), salah satunya kemudahan dalam hal
pemetaan lahan (Wibowo, 2015).

2.4 Perangkat Lunak HEC-RAS

Alat bantu analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah aplikasi Hydrologic
Engineering Center – River Analysis System (HEC-RAS) 5.0.5. perangkat lunak HEC-
RAS merupakan aplikasi yang digunakan untuk menghitung analisis hidraulika, yaitu
perhitung profil muka air pada aliran permanen (steady flow) dan tidak permanen
(unsteady flow). HEC-RAS dirancang untuk mensimulasi fenomena pada jaringan
saluran alami maupun buatan. Kunci utama pemodelan pada HEC-RAS adalah
penggunaan represantasi data geometri dan perhitungan geometri serta perhitungan
hidraulika berulang (Istirto, 2011).

2.5 Perangkat Lunak HEC-GeoRAS

HEC-Geo-RAS merupakan salah satu ekstensi yang digunakan pada salah satu sistem
SIG yang hak cipta di pegang oleh environmental systems research institute (ESRI).
Ekstensi ini berguna atau secara khusus didesain untuk memproses data geospasial
untuk digunakan dengan HEC-RAS. Alat ini memperbolehkan pengguna untuk
mendapatkan data attribute geometri dari data DEM atau DTM dan perlengkapan
lainnya dalam bentuk import file geometri pada HEC-RAS. Hasil komputasi profil
muka air dapat diproses untuk menampilkan kedalaman serta batas-batas genangan,
panduan penggunaan ekstensi HEC-GeoRAS dapat dilihat pada modul pengguna pada
halaman resmi penyedia.

914
6th ACE Conference. 29 Oktober 2019, Padang, Sumatra Barat

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Kec. Kampar (a) (b)


Utara

Gambar 57. Lokasi penelitian (a), digitasi geometric sungai (b)


Penelitian berlokasi di sungai Kampar dan dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS)
Kampar sepanjang ± 14 km di kecamatan Kampar utara (Gambar 1(a)). Daerah studi
berlokasi di bagian hilir waduk PLTA koto Panjang dan merupakan daerah rawan
terjadi genangan banjir ketika pembungan air berlebih dari waduk PLTA koto Panjang.
Untuk keperluan simulasi banjir di daerah studi, dilakukan digitasi geometric sungai
menggunakan GIS dan HEC-GeoRas dan hasilnya dapat dilihat pada Gambar 1(b).

3.2 Pengumpulan Data

Adapun data-data yang diiperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data curah hujan Kecamatan Kampar utara tahun 2003 sampai 2017
2. Data penampang sungai Kampar di Kecamatan Kampar utara sepanjang ± 14 km
menggunakan HEC-GeoRAS dengan basis peta DEMNAS.
3. Tata guna lahan dan Daerah Aliran sungai (DAS) sungai Kampar yang didapatkan dari
BPDAS Indragiri Rokan
4. Data debit turbin dan pelimpah dari PLTA koto Panjang

3.3 Pengolahan Data

3.3.1 Analisis Hidrologi


a. Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data curah hujan harian 15 tahun
(tahun 2003 sampai 2017) yang diperoleh dari stasiun Pasar Kampar. Data tersebut
dilakukan analisis frekuensi hujan dan menghitung intensitas hujan yang terjadi
untuk durasi tertentu. Hasil yang diperoleh dapat memperlihatkan hubungan antara
intensitas hujan dengan durasi dan frekuensi dalam grafik IDF. Kemudian digunakan
HSS Nakayasu untuk menentukan debit banjir rencana (Gambar 2).

915
6th ACE Conference. 29 Oktober 2019, Padang, Sumatra Barat

Gambar 58. Debit banjir rencana dari data hujan (di hilir waduk)
b. Debit yang keluar dari spillway ditentukan dengan menggunakan data debit tahun
2008 – 2018 dari kantor operasional PLTA Koto Panjang. Data debit dianalisis
dengan analisa frekuensi (Dsiatribusi Log Pearson III) dan hasilnya dikombinasikan
dengan debit rencana hasil HSS Nakayasu. Debit hasil HSS Nakayasu (debit puncak
saja) dikombinasikan dengan data debit turbin dan pelimpah dari PLTA Koto
Panjang didapatkan debit total input pada pemodelan di HEC-RAS (Tabel 2).

Tabel 30. Debit Input untuk simulasi Model HEC-RAS


Debit Kala Ulang (m3/det)
Q1 Q2 Q5 Q10 Q25 Q50 Q100
HSS Nakayasu 333,9 710,1 858,7 923,6 981,1 1011,6 1034,8
Debit Spilway 844,3 1181,8 1513,5 1779,7 2171,5 2506,6 2880,9
Total Q 1178,2 1891,9 2372,2 2703,3 3152,6 3518,2 3915,7

3.3.2 Simulasi Muka Air Banjir HEC-RAS


Pada proses simulasi muka air banjir dengan HEC-RAS data input berupa geometri
sungai tinjauan yang telah didapatkan dari HEC-GeoRAS dengan basis peta DEMNAS
(Gambar 1(b)), kemudian data debit (Tabel 2) dipakai sebagai kondisi batas hulu
(boundary condition). Hasil dari simulasi HEC-RAS berupa hasil elevasi muka air
banjir pada setiap penampang sungai (contoh hasil di Gambar 3) dan selanjutnya dapat
dilihat pada RAS-MAPPER yang berguna untuk proses penyuntingan data. Kemudian
hasil ini diekspor dan diproses menggunakan GIS dan HEC-GeoRAS untuk
memvisualisasikan hasil yang diekstrak berupa hasil peta sebaran genangan.

916
6th ACE Conference. 29 Oktober 2019, Padang, Sumatra Barat

Gambar 59. Hasil simulasi elevasi banjir di setiap kala ulang (CS 12154)

3.3.3 Pemetaan Daerah Genangan Dan Bahaya Banjir Dengan GIS


Pada tahap ini hasil yang telah di impor dari HEC-RAS dilakukan proses flood
inundation menggunakan HEC-GeoRAS, dan dilakukan proses penyuntingan hasil
render tersebut dengan GIS yang mengkalkulasi beberapa parameter genangan berupa
luasan, kedalaman serta tingkat bahaya banjir/genangan tersebut. Hasil dari GIS ini
berupa peta sebaran genangan yang merupakan hasil olahan HEC-RAS, HEC-GeoRAS,
serta dapat dilakukan image overlay pada kebutuhan perencanaan, desain, dan mitigasi
bencana banjir dan genangan.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Hidrolika

Untuk menganalisa sebaran genangan dan klasifikasi bahaya banjir di daerah studi,
dilakukan analisis elevasi muka air banjir dengan software HEC-RAS. Analisa
dilakukan dengan debit kala ulang Q1 – Q25. Untuk mendapatkan hasil yang valid,
maka hasil running model HECRAS harus dilakukan proses kalibrasi dengan data
observasi lapangan.

Kalibrasi Model

Menurut excimap (2007) data historik diperlukan dalam kalibrasi model untuk
menentukan seberapa akurat permodelan dengan kejadian dilapangan, data historik
diperlukan sebagai komparasi agar dapat dijadikan sebagai data publik yang dapat
dipakai kembali. Pada penelitian ini peninjauan dilakukan dengan melakukan tanya
jawab dengan warga sekitar dengan melihat lokasi peta sebaran genangan banjir yang
telah dimodelkan. Pada sesi tanya jawab dilakukan juga pengecekan terhadap daerah
sekitar. Kekurangan dari metode peninjauan secara langsung adalah kurangnya tanda
atau bekas genangan atau kejadian banjir yang terjadi sudah cukup lama sehingga tanda
atau bekas menjadi cukup tidak jelas. Hasil kalibrasi model (Tabel 3) menunjukkan

917
6th ACE Conference. 29 Oktober 2019, Padang, Sumatra Barat

bahwa kesalahan antara simulasi model dan pengukuran lapangan sebesar 0,0344
(3,44%). Hasil kalibrasi < 5% menunjukkan bahwa model HECRAS cukup handal
digunakan dalam simulasi elevasi muka air banjir di sungai Kampar.

Tabel 31. Pengukuran data genangan di lokasi studi (periode banjir 2 tahun)

Simulasi Observasi
No. Titik koordinat Lokasi Tahun Tempat
Model (m) (m)
E:101.071625
1. Jl Utama Sp kubu 0,63 0,58 – 0,65 2016-2018 Ruko
N:0.360218
E:101.076727
2. Ds Limau Manis 0,63 0,55 – 0,65 2016-2018 Rumah
N:0.367657
E:101.106114
3. Bukut Ranah 0,63 0,60 – 0,70 2016-2018 Ruko
N:0.356548

Tabel 32. Hasil kalibrasi Elevasi muka air di Model dan Pengukuran Lapangan

Simulasi Observasi Rerata %kesalahan


No. Titik koordinat
Model (m) (m) Obs (m) (%)
E:101.071625
1. 0,63 0,58 – 0,65 0,62 2,38
N:0.360218
E:101.076727
2. 0,63 0,55 – 0,65 0,60 4,76
N:0.367657
E:101.106114
3. 0,63 0,60 – 0,70 0,65 3,17
N:0.356548
Rerata 3,44

Hasil analisis hidrolika profil muka air banjir yang terjadi di sungai Kampar, dengan
daerah studi sepanjang 14 km ditunjukkan pada Gambar 4. Pada simulasi debit dengan
kala ulang 25 tahun (Q25), dapat dilihat bahwa sebagian besar penampang sungai
mengalami over flow atau elevasi muka air melewati tebing sungai (pada Gambar 4,
tebing sungai ditunjukkan dengan titik merah). Hasil simulasi menunjukkan bahwa
masih banyak daerah dataran banjir di sepanjang daerah studi yang elevasinya lebih
rendah sehingga pada banjir kala ulang 25 tahun didominasi genangan banjir dengan
tinggi di atas 70 cm (sekitar 647,5 ha, lihat Tabel 5).

918
6th ACE Conference. 29 Oktober 2019, Padang, Sumatra Barat

Gambar 60. Hasil simulasi profil muka air banjir di daerah studi dengan HEC-
RAS

4.2 Pemetaan daerah genangan banjir

Pada proses ini hasil dari HEC-RAS diimpor ke GIS, kemudian dilanjutkan
menggunakan HEC-GeoRAS untuk memvisualisasikan hasil di GIS. Hasil dari
visualisasi ini kemudian diperiksa kembali dan diambil data yang diperlukan semisal
luas dan kedalaman.

Gambar 61. Proses render genangan dan hasil render Q25 menggunakan HEC-
GeoRAS dan GIS

Luas genangan yang disimulasikan adalah luas genangan dari limpasan air di
dataran banjir saluran utama sungai yang ditinjau. Pada kala ulang Q25 tahun didapati
dari hasil model GIS luas genangan termasuk sungai sebesar 647,5 Ha sedangkan untuk

919
6th ACE Conference. 29 Oktober 2019, Padang, Sumatra Barat

luas yang tergenang berdasarkan model boundary sebesar 232,5 Ha. Untuk kedalaman
banjir dominan pada simulasi kala ulang 25 tahun (Q25) didapati 0,76 m dengan
klasifikasi bahaya banjir kategori “tinggi”. Data raster yang diperoleh dari simulasi kala
ulang Q1.1, Q2, Q5, Q10, Q25 dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil dari tabel ini
merupakan hasil dari model sebelum dilakukan kembali ground check, hal ini perlu
dilakukan agar dapat menentukan keandalan model serta eror dari model yang telah di
lakukan.

Tabel 33. Rekapitulasi luas dan kedalaman serta klasifikasi bahaya banjir
Luas Genangan (ha)
Sungai Q1.1 Q2 Q5 Q10 Q25
379,8 495,7 562,7 602,2 647,5
Kedalaman Genangan (m)
Kampar Q1.1 Q2 Q5 Q10 Q25
0,49 0,63 0,65 0,71 0,76
Klasifikasi Sedang Sedang Sedang Tinggi Tinggi

Selanjutnya dilakukan kembali analisis data raster untuk mendapatkan luas


genangan di luar dari sungai tinjauan yang telah dimodelkan, hal ini dilakukan
untuk mengetahui daerah di luar tebing sungai yang berdampak genangan. Hasil
dari ekstrak data dapat dilihat pada tabel 3.

920
6th ACE Conference. 29 Oktober 2019, Padang, Sumatra Barat

Gambar 62. Tingkat bahaya banjir pada Q25

5. KESIMPULAN

Simpulan dari penelitian ini yaitu :


1. Model HEC-RAS cukup handal untuk mensimulasi profil muka air di Sungai
Kampar dengan tingkat kesalahan < 5 %.
2. Luas genangan secara bertahap meningkat dari 379.8 Ha ke 647.5 Ha
3. Kedalaman ekstrem terendah berada pada 0,49 m dan tertinggi pada 0,76 m
4. Klasifikasi bahaya banjir untuk seluruh sistem sungai di dominasi oleh
klasifikasi tinggi
5. Berdasarkan penelitian ini di ketahui bahwa HEC-RAS dan HEC-GeoRAS yang
merupakan attachment tambahan pada SIG dapat digunakan untuk memperoleh
beberapa data yang disimulasikan.

6. DAFTAR PUSTAKA

Al Amin, M. B. (2015). Pemanfaatan Teknologi LIDAR Dalam Analisis Genangan


Banjir Akibat Luapan Sungai Berdasarkan Simulasi Model Hidrodinamik. INFO
TEKNIK, Volume 16 No. 1 , 21-32.
Aprizon dan Triyatno. (2013). Analisa Bencana Banjir di Kota Padang (studi kasus:

921
6th ACE Conference. 29 Oktober 2019, Padang, Sumatra Barat

Intensitas Curah Hujan Kota Padang 1980-2009 dan Aspek Geomorfolog).


Seminar Sains Atmosfer di Bandung. Vol. 73 No. 3.
Asih, TM. (2012). Pemodelan Spasial Aliran Permukaan Menggunakan Data Satelit
Terra Aster-Gdem Di Daerah Tangkapan Hujan Waduk Rawa Pening Provinsi
Jawa Tengah. Universitas Diponegoro, Semarang.
Aulia, DF. (2017). Aplikasi Hec-Georas untuk Analisa Genangan dan Pengendalian
Banjir sungai Ciraja Jabupaten Cilacap. Srjana Thesis. Universitas Brawijaya,
Malang.
Excimap (European Exchange Circle on Flood Mapping). (2007). Hand-book on good
practices for flood mapping in Europe.
http://tides.big.go.id/DEMNAS/ diakses pada tanggal 9 Juli 2019
Istiarto. (2011). Simulasi Aliran 1-Dimensi Dengan Bantuan Paket Program
Hiidrodinamika HEC-RAS. Modul Pelatihan. Jurusan Teknik Sipil dan
Lingkungan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Prahasta, Eddy. (2008). Model Permukaan Dijital. Bandung : Informatika,
Triatmodjo, B. (2010). Hidrologi Terapan. Yogyakarta: Beta Offset.
Vanezsa, PB. (2018). Komunikasi Bencana Dalam Penanggulangan Bencana Banjir Di
Kawasan Plta Koto Panjang. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Wibowo, KM. (2015). Sistem Informasi Geografis (SIG) Menentukan Lokasi
Pertambangan Batu Bara Di Provinsi Bengkulu Berbasis Website. Universitas
Dehasen Bengkulu, Bengkulu.
www.landsatlook.usgs.gov, diakses pada tanggal 10 Juli 2019.

922

Anda mungkin juga menyukai