Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS KAPASITAS

SALURAN DRAINASE
DALAM MENGATASI BANJIR DI DAERAH ERRABU

Dosen pengampu :
Ir. Aditya dandy firamata

Disusun Oleh :
NAMA :
Iqbal farhan zaky afrizal
NIM :
IST2105004
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI ANNUQAYAH
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah


Drainase adalah salah satu aspek yang penting dalam menunjang Infrastruktur
suatu daerah maupun kawasan dapat menimbulkan dampak negatif bagi
masyarakat. Banjir adalah permasalahan yang terjadi di desa ERRABU
KECAMATAN BLUTO KABUPATEN SUMENEP ini, hal ini disebabkan
adanya fenomena alam seperti curah hujan yang tinggi, keberadaanya makin sulit
di kendalikan. Selain itu banjir yang terjadi di wilayah ini disebabkan juga karena
kurang berfungsinya drainase alami, hal ini disebabkan tidak terawatnya dranase
alami. Untuk itu, perlu adanya penataan sistem drainase yang baik dikawasan
tersebut agar tidak terjadi genangan, maupun masalah pada saluran karena tidak
tersedianya saluran yang memadai. Sedangkan sistem drainase sendiri
didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi
suatu kawasan atau lahan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa kondisi
eksisting drainase pemukiman dilokasi penelitian yang sering tetjadi genangan
atau banjir, menganalisa debit banjir dari cakupan pembuangan yang
menyebabkan debit banjir tidak tertampung oleh drainase eksisting dan
memadukan desain drainase lingkungan dengan saluran drainase alami serta
badan air penerima dan sungai dilokasi penelitian.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan identifikasi latar belakang diatas dapat menemukan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Berapa curah hujan rancangan di desa errabu?
2. Berapa debit rancangan di desa errabu?
3. Bagaimana hasil evaluasi saluran drainase terahadap debit air dengan
skala 5 tahun

1
1.3 Batasan masalah
Dalam penyusunan skripsi ini ada beberapa batasan-batasan masalah
yang di temukan sebagai berikut :
1. Penelitian peta curah hujan-1580-SNI 8196-2015
2. Penelitian debit banjir SNI 2415 2016
3. Penelitian debit air SNI 03-3413-1994
1.4 Tujuan masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat di temukan tujuan sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui berapa curah hujan rancangan
2. Mengetahui berapa debit rancangan
3. Mengeahui hasil evaluasi saluran drainase terhadap debit air dengan
skala 5 tahun
1.5 Manfaat penelitian
Berdasarkan penelitian di atas, ada pula manfaatnya sebagai berikut :
A. Secara akademik
1. Sebagai bahan evaluasi saluran drainase di Jalan errabu.
2. Bagi Pemerintah Kabupaten Sumenep diharapkan hasil peneltian ini
mampu menjadi salah satu masukan dalam penyusunan program
penanganan drainase di Jalan Errabu.
3. Menambah pengetahuan yang dimiliki oleh penulis khususnya
mengenai saluran drainase di Jalan Errabu
4. Bagi warga masyarakat dapat mengetahui pentingnya sistem saluran
drainase demi kenyamanan, keamanan, dan sebagai salah satu acuan
dalam usulan perencanaan sistem saluran drainase yang akan datang.
B. Secara praktis
1. Dengan adanya kajian ulang drainase diharapkan daerah dan sekitarnya
dapat terhindar dari genangan apabila terjadi hujan.
2. Meningkatkan kebersihan lingkungan dan keindahan kota.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian terdahulu


Penelitian Lubis (2013) yang berisi tentang perencanaan saluran drainase di
Desa Rambah menyimpulkan bahwa besar dimensi saluran yang cocok untuk
desa tersebut adalah 3,5 m (lebar atas); 1,7 m (lebar bawah) dan 1,4 m (tinggi).
Selanjutnya adalah penelitian laoh dkk (2013) yang merencanakan sistem di
kawasan pusat kota Amurang, dibuat layout sistem perencanaan drainase baru
yang terbagi atas tujuh subsistem, terdapat tujuan luas saluran dan 5 gotong-
royong yang menjadi rekomendasi untuk perencanaan. Kemudian penelitian oleh
setiawan dan taufik (2017) yang bertujuan untuk menganalisa kemampuan
penumpanh kali bendono terhadap debit banjir yang terjadi di DAS Wawar. Untuk
mengetahui daya tampung dan profil muka air debit banjir digunakan program
bantu Hydrologic Engineering Center-River Analysis system (HEC-RAS) versi 4.1.
Simulasi menggunakan kejadian debit banjir 15 Februari %Hasil simulasi
menggunakan kajadian banjir tersebut terjadi limpasan di beberapa titik. Hal ini
menunujuakkan bahwa penampang Kali Bedono berpotensi mengalami bencana
banjir. Penelitian terakhir adalah peneltian Taufik dan Anggraini (2019) di sub DAS
Gesing yaitu untuk menganalisa karakteristik hidrograf banjir, meanganalisa
pengaruh sumur resapan pada pengendalian banjir serta menentukan kesesuaian
metode pembuata sumur resapan untuk Sub DAS Gesing pada ulang 5, 10, 20,
dan 50 tahun mengalami penurunan sebesar 11, 96%; 11, 49%; 10, 96% dan 10,
30%. Simulasi sumur resapan dengan nilai efektifitas yang sama dengan metode
sunjoto mengalami penurunan sebesar 34,408% sedangkan dengan metode SNI
terjadi penurunan yang sangat besar yaitu sebesar 99.960%.

3
2.2 Hidrologi
Hidrologi adalah cabang ilmu geografi yang mempelajari seputar
pergerakan, distribusi, dan kualitas yang ada di bumi. Ilmu hidrologi dikenal sejak
1608 m. Hidrologi merupakan ilmu yang mengkaji kehadiran air dan oergerakan
di bumi. Dalam kajian hidrologi meliputi potamolag (aliran
permukaan),geohidrologi (air tanah), hidrometeologi (air yang ada di udara
berwujud gas), limnologi (air permukaan yang relative tenang seperties dan salju)
2.2.1 Analisa HidrolIka
Jika B adalah lebar dasar saluran, h adalah kedalaman air, A adalah luas
penampang basah, R adalah jari-jari hidrolis dan P adalah keliling basah, dapat
dituliskan sebagai berikut: A = (𝐵𝑥ℎ) (2) 𝐵 = 2𝑥ℎ (3) P = 4𝑥ℎ (4) 𝑅 = 1 2 𝑥 ℎ (5.

Menurut wesli (2008) perhitungan dimensisaluran drainase perkotaan dan


jalan raya dianjurkan memperhatikan hal-hal berikut:
a. Dengan alas an estetika, saluran direncanakan dengan lapisan/pasangan
tahan erosi.
b. Pada saluran dengan pasangan ini kecepatan aliran maksimum yang
dapat menyebabkan erosi tidak perlu di pertimbangkan. Demikian juga
dengan kecepatan yang dapat mencegah timbulnya vegetas, yaiyu Vmin =
0,6 m/detik dapat juga diabaikann karena dengan ansumsi saluran di
pelihara dan dibersihkan.
c. Hendaknya di pakai saluran penampang hidrolis terbaik, penampang
dengan luas minimum dan mampu membawa debit maksimum.

4
2.2.2 Analisa Frekuensi
Distribusi frekuensi digunakan untuk memperoleh probabilitas besaran
curah hujan rencana dalam berbagai periode ulang. Dasar perhitungan distribusi
frekuensi adalah parameter yang berkaitan dengan analisis data yang meliputi
rata-rata, simpangan baku, koefisien variasi, dan koefisien skewness
(kecondongan atau kemencengan) dan koefisien kurtosis (Suripin, 2004. Dalam
bentuk persamaan dapat ditulis (Suripin, 2004):
∆ max = 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 [𝑃 − 𝑃 ′ ] (1)
Langkah berikutnya adalah membandingkan antar ∆max dengan ∆cr.
Interpretasinya adalah :
∆max < ∆cr , maka distribusi teoritis yang digunakan dapat diterima,
∆max > ∆cr , maka distribusi teoritis yang digunakan tidak dapat diterima
2.2.3 Analisa Data
Dalam perhitungan perencanaan dimensi saluran drainase ini dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut :
1) Analisa data pemilihan agihan untuk memperoleh nilai standar deviasi,
koefisien variasi, koefisien kepencengan.
2) Analisa data untuk mencari waktu kosentrasi dengan menggunakan
rumus yang sudah ditentukan.
3) Analisa data untuk mencari debit banjir rencana yang ditentukan oleh
koefisien pengaliran.
4) Analisa data untuk mencari intensitas curah hujan dengan menggunakan
metode monobe e. Analisa data untuk mencari debit air hujan mengunakan
rumus rasional.
2.2.4 Uji Konsistensi Data Hujan
Uji konsistensi menggunakan data curah hujan tahunan dari data pos hujan
sumenep. Metode yang digunakan yaitu Rescaled Adjusted Partial Sums (RAPS).
Uji RAPS stasiun hujan sumenep dapat nilai Q/√n (mm) sebesar 0,545 < 1,42 dan
R/√n (mm) sebesar 0,921 < 1,60 maka hasil pengujian dinyatakan konsisten. Hasil

5
perhitungan diperoleh nilai standar deviasi (S) = 42,8829 mm, koefisien variasi
(Cv) = 0,322 mm, koefisien kepencengan (Cs) = 0,8046 mm dan koefisien kurtosis
(Ck) = 3,6672 mm
2.2.5 Uji Kecocokan Analisis Frekuensi

Pengujian dalam menetukan kecocokan data yaitu :


a. Uji Chi-Kuadrat 7,600 Xh2 (hitung) < 7,815 Xh2 Kesimpulan : hipotesa normal
di terima.
b. Uji Smirnov-Kolmogorov Dmax = 0.1359 < Dcr = 0.29 Kesimpulannya sebaran
normal diterima.

2.2.6 Perhitungan Curah Hujan Metode Terpilih (Metode Sebaran Hujan)

Perhitungan curah hujan rencana dengan metode sebaran normal:


Xrt = Hujan periode ulang T tahun = 133 mm
Sd = Standar deviasi = 42,8829mm
k = Koefisien sebaran
2.3 Curah Hujan Curah
hujan merupakan unsur iklim yang sangat penting karena dapat menentukan
keadaan alam dan kehidupaan dipermukaan bumi.Iklim di wilayah Indonesia
ditentukan oleh variasi curah hujan yang dapat membedakan musim, yaitu
musim hujan dan musim kemarau.
2.3.1 Memperkirakan Data Yang Hilang Perolehan data seringkali kurang
lengkap karena adanya data hujan yang tidak terekam atau hilang.Untuk
memperkirakan/mengisi data hujan yang hilangdapat dilakukan dengan
beberapa cara, antara lain : Cara perbandingan normal Hd = 1 3 × ( 𝑅𝑑 𝑅𝑎
𝑥𝐻𝑎𝑥 𝑅𝑑 𝑅𝑏 𝑥𝐻𝑏𝑥 𝑅𝑑 𝑅𝑐 𝑥𝐻𝑐) …(1)
2.3.2 Menguji Konsistensi Data Uji konsistensi data hujan digunakan untuk
mengetahui konsisten atau tidaknya suatu data yang diperoleh terhadap
suatu seri data yang ada. Dalam metode ini nilai kumulatif seri data yang

6
diuji (stasiun A misalnya), dibandingkan dengan nilai kumulatif seri data
dari stasiun referensi (stasiun B) misalnya). Stasiun referensi dapat
berupa rerata dari beberapa stasiun di dekatnya. Nilai kumulatif seri data
digambarkan pada grafik sistem koordinasi kartesius (X-Y). Kurva yang
terbentuk kemudian diperiksa untuk melihat perubahan kemiringan. Jika
kurva berbentuk garis lurus artinya data A konsisten. Sebaliknya jika
terjadi perubahan atau patahan kemiringan bentuk kurva, artinya data A
tidak konsisten dan perlu dilakukan koreksi (mengalihkan atau membagi
data sebelum atau sesudah perubahan/patahan).
2.3.3 Hujan Kawasan (DAS) Metode Poligon Thiessen
𝑅̅ = 𝐴1𝑅1+𝐴2𝑅2+⋯+𝐴𝑛
𝑅𝑛 𝐴1+𝐴2+⋯+𝐴𝑛 …(2)
2.4 Analisa Frekuensi Curah Hujan
Analisa frekuensi merupakan prakiraan dalam arti probabilitasuntuk
terjadinya suatu peristiwa hidrologi dalam bentuk hujan rencana yang berfungsi
sebagai dasar perhitungan perencanaan hidrologi untuk antisipasi setiap
kemungkinan yang akan terjadi. 1) Penentuan Parameter statistik Parameter
yang digunakan dalam perhitungan analisa frekuensi meliputi: parameter nilai
rata-rata (𝑥̅), simpangan baku (𝑠) , koefisien varians (𝐶𝑣 ) , koefisien kemiringan
(𝐶𝑆 ) , dan koefisien kurtosis (𝐶𝑘 ). Nilai rata-rata
𝑥̅= 1 𝑛 ∑ 𝑥𝑖 𝑛 𝑖=1 …(3)
Simpangan baku
𝑆 = √ 1 𝑛−1 ∑ (𝑥𝑖 − 𝑥̅) 𝑛 2 𝑖=1 …(4)
Koefesien varian
𝐶𝑣 = 𝑠 𝑥 …(5)
Koefesien kemiringan
𝐶𝑠 = 𝑛 (𝑛−1)(𝑛−2)𝑠 3 ∑ (𝑥𝑖 − 𝑥̅) 𝑛 3 𝑖=1 …(6)
Koefesien kurtosis
𝐶𝑘 = 𝑛 2 (𝑛−1)(𝑛−2)(𝑛−3)𝑠 4 ∑ (𝑥𝑖 − 𝑥̅) 𝑛 4 𝑖=1 …(7

7
2.4.1 Analisa Hujan Rencana Perhitungan hujan rencana dapat dilakukan
dengan berbagai metode distribusi, yaitu Distribusi Normal, Log Normal,
Gumbel, maupun Log Pearson type III. Hal ini tergantung dari hasil
perhitungan analisa frekuensi[2].
2.4.2 Uji Kecocokan Distribusi Data Untuk menentukan apakah jenis distribusi
yang dipilih sesuai atau tidak dengan data yang ada diperlukan pengujian
parameter. Untuk pengujian parameter dapat dilakukan dengan Uji Chi-
kuadrat (Chisquare) atau Uji Smirnov-Kolmogorof.
2.4.3 Analisa Perhitungan Debit Rencana
1) HSS Snyder
a. 𝑄𝑝 = 𝐶𝑝𝑥𝐴/𝑡𝑝 …(8)
2) HSS Nakayasu
a. 𝑄𝑝= 1 3,6 x A x 𝑅0 × 1 0,3 𝑥𝑡𝑝+𝑡0,3
2.5 HEC-RAS 5.0.3
Program HEC-RAS adalah program yang dibuat untuk analisa sungai dengan
asumsi hidrolis satu dimensi (1D) dengan tampilan tiga dimensi (3D). Program ini
dapat menganalisa aliran steady dan unsteady serta dapat menampilkan kondisi
muka air penampung saluran.
2.5.1 Pengukuran kecepatan aliran
Pengukuran kecepatan aliran dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan
diantaranya current meter tipe baling-baling dan pelampung.
a. pengukuran kecepatan aliran dengan alat ukur arus dapat dilaksanakan
dengan cara sbb :
a) merawas,
b) menggunakan perahu,
c) menggunakan jembatan
d) menggunakan kereta gantung
e) menggunakan winch cable way
f) Radio current meter b.

8
posisi dan jumlah titik pengukuran tergantung dari kedalaman air (d) dengan
ketentuan sebagai berikut:
a) untuk kedalaman air ≤ 0,75 m, atau ≤ 6 kali diameter baling-baling yang
digunakan (besar, kecil, sedang), pengukuran dilakukan dengan menggunakan
metode satu titik, yaitu pada titik vertikal 0,6d yang diukur dari permukaan air.
b) untuk kedalaman air > 0,75 m, pengukuran dilakukan dengan menggunakan
metode dua titik, yaitu pada titik vertikal 0,2d dan 0,8d atau menggunakan
metode tiga (3) titik atau lebih, yaitu pada titik vertikal 0,2d, 0,6d dan 0,8d.
2.5.2 Pelaksanaan pengukuran debit :
a) pengukuran dengan alat ukur current meter tipe baling-baling : - bentangkan
tali/kabel pada penampang melintang yang telah ditetapkan sebagai lokasi untuk
pengukuran debit. - ukur lebar penampang basah dan tetapkan jarak antar jalur
vertikal sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan. - rakit (stel) alat ukur. - catat
tinggi muka air (TMA) pada pos duga air sebelum dan setelah selesainya
pekerjaan pengukuran pada kartu pengukuran yang telah disiapkan.
• bila perbedaan TMA pada saat permulaan dan akhir pengukuran kurang dari 10
cm, dipakai formula : Ha + Hz Hrata2 = --------------- ……………………(1)
• bila perbedaan TMA pada saat permulaan dan akhir pengukuran lebih besar
dari 10 cm, dipakai formula : q1h1 + q2h2 + …+qnhn Hrata2 =
------------------------------- ………(2)
Q keterangan :
Hrata2= rata-rata TMA pengukuran, m.
Ha = TMA saat mulai pengukuran, m.
Hz = TMA saat akhir pengukuran, m.
qn = debit interval waktu ke n, m3 /dt.
hn = TMA rerata interval waktu ke n, m.
Q = debit seluruh penampang m3 /dt.

9
- catat waktu mulai pengukuran dan waktu selesai pengukuran serta kejadian-
kejadian (seperti hujan dan perubahan muka air yang menyolok) selama
pengukuran berlangsung.
- ukur kedalaman air dan tempatkan posisi alat ukur kecepatan pada titik
kedalaman sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan.
- Tentukan waktu (lamanya) putaran balingbaling.
- catat pada kartu pengukuran :
• jumlah putaran baling-baling pada tiap-tiap titik pengukuran,
• kedalaman air pada masing-masing jalur vertikal,
• jarak antar jalur vertikal.
- bilamana kedalaman air > 3 meter dan kabel penggantung alat membentuk
sudut terhadap garis vertikal maka kedalaman air perlu dikoreksi sesuai tabel
terlampir (Lampiran 2).
1. lakukan pengukuran penampang basah pada penampang bagian hulu,
tengah (lurus dengan pos duga air) dan hilir serta ukur jarak antar
penampang melintang. - baca tinggi muka air pada papan duga air
biasa/manual (peilshcaal) pada saat mulai pengukuran.
2. letakan alat penyipat ruang kurang lebih di tengah-tengah antara dua
penampang melintang.
3. ukur jarak antara penampang melintang dengan alat penyipat datar.
4. lepaskan pelampung lebih kurang 10 m di sebelah hulu dari penampang
bagian hulu.
5. ukur sudut azimut posisi lintasan pelampung pada penampang hulu, tengah
dan hilir dengan alat penyipat ruang.
6. catat lama waktu lintasan pelampung dari bagian penampang hulu sampai
hilir.
7. ulangi pekerjaan (mulai dari pelepasan pelampung s/d catat lama waktu
lintasan) hingga semua titik lintasan pelampung (minimum 3 lintasan) yang
telah ditentukan selesai diukur.

10
8. lakukan pembacaan tinggi muka air pada papan duga air segera setelah
pengukuran kecepatan aliran selesai.
9. gambarkan penampang basah bagian hulu, tengah dan hilir.
10. gambarkan posisi lintasan pelampung.
11. hitung kecepatan aliran permukaan setiap lintasan pelampung dengan cara
membagi panjang lintasan dengan lama waktu lintasan.
12. tentukan nilai koefisien kecepatan aliran permukaan rata-rata untuk setiap
bagian penampang basah.
13. hitung luas penampang basah pada tiap-tiap vertikal. Perhitungan luas
penampang basah secara keseluruhan dihitung dari penjumlahan hasil
perkalian antara kedalaman air dan lebar sungai pada setiap jalur vertikal.
Rumus yang digunakan adalah, sbb :
b(x+1) + b(x-1) ax = ------------------ dx ………….…….…..(3) 2 A = (a1 + a2 + a3 + ……
+an) …….……....(4)

11
BAB III
METEDOLOGI

3.1 Metodologi Penelitian


Pada tugas akhir ini metode penelitian yang digunakan yaitu metode
pengumpulan dan analisa data. Data yang digunakan adalah data primer dan
data sekunder, kemudian data tersebut dianalisis berdasarkan analisis hidrologi
dan analisis hidrolika kemudian di evaluasi berdasarkan nilai debit saluran
eksisting dengan nilai debit rencana.
3.2 Waktu Dan Tempat Penelitian

Sumber : Google Maps

Sumber : Google Maps

12
Gambar lokasi Peta Lokasi Dusun Barat leke Desa Errabu
Penelitian ini dilaksanakan pada lokasi dusun barat leke Rt 01 Rw 02
Pada kelurahan Errabu, Kecamata Bluto.
3.3 Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian yaitu:
1. Laptop
2. Software Microsoft Excel 2019 dan Software HEC-RAS versi 4.1.0 digunakan
untuk melakukan analisis hidrologi dan analisis hidrolika.
3.4 Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian yaitu:


1. Data Primer

Data primer yang digunakan adalah kondisi dan dimensi saluran eksisting yang
diperoleh dari pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan.
2. Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan adalah data curah hujan harian 10 tahun terakhir
pada stasiun PH-003 Sukarame dari tahun 2013 sampai 2022 dan data jumlah
prnduduk.

13
3.5 Diagram alir penelitian

Diagram alir yang digunakan untuk lihat gambar 9.

Gambar 9 : diagram alir penelitian

14
3.6 Analisis Data
3.6.1 Analisis Hidrologi
Tahapan analisis hidrologi lihat Gambar 10. Berikut merupakan
penjelasan dari tahapan analisis hidrologi:
a. Data Curah Hujan
Data yang digunakan adalah data curah hujan harian dalam kurun
waktu 10 tahun terakhir pada stasiun PH 003 Sukarame yang
kemudian data tersebut akan dianalisis menjadi curah hujan harian
maksimum.
b. Analisis Frekuensi dan Probabilitas
Dalam analisis digunakan empat macam metode distribusi yaitu
Distribusi Normal, Log Normal, Log Pearson III, dan Gumbel.
c. Uji Kecocokan
Uji kecocokan dilakukan pada keempat macam distribusi yang telah
dilakukan. Uji kecocokan yang digunakan adalah uji Chi Square
dengan menggunakan persamaan (7).
d. Waktu Konsentrasi (tc) dan Intensitas Hujan (I)
Waktu konsentrasi dihitung dengan menggunakan persamaan (8) dan
intensitas hujan menggunakan rumus mononobe persamaan (9).
e. Catchment Area (A) dan Koefisien Aliran (C)
Penentuan daerah layan/catchment area berdasarkan pada
topografi/elevasi daerah sekitar drainase yang ditinjau serta
penentuan koefisien aliran mengacu pada Tabel 8.
f. Debit Banjir Rencana (Qr)
Debit banjir rencana (Qr) dihitung dengan persamaan (13) yaitu
dengan menjumlahkan debit air hujan (Qah) dengan debit air kotor
(Qak). Perhitungan debit air hujan (Qah) menggunakan persamaan
(10). Serta debit air kotor dapat menggunakan persamaan (12)’

15
Gambar 10 : tahapan analisi hidrologi

16
3.6.2 Analisis Hidrolika (Pemodelan HEC-RAS 4.1.0)
Analisis hidrolika dilakukan dengan menggunakan software HECRAS versi
4.1.0. Tahapan yang dilakukan dalam analisis hidrolika menggunakan HEC-
RAS lihat Gambar 11. Berikut merupakan penjelasan dari tahapan analisis
hidrolika dengan menggunakan HECRAS:
a. Pengaturan Awal Program
Mengaktifkan program HEC-RAS dan mengatur sistem unit menjadi
sisteinternasional.
b. Pembuatan File Project
Dalam pembuatan file project, menuliskan title file untuk drainase sisi
kanan dan drainase sisi kiri. Selanjutnya menyimpan file pada folder
yang telah disiapkan.
c. Geometri Saluran Eksisting
Geometri saluran eksisting berdasarkan pada hasil survey lapangan
yang telah dilakukan. Skema saluran dibuat lurus sesuai dengan
keadaan di lapangan dan disesuaikan arah saluran dari hulu menuju
hilir. Selanjutnya dilakukan pengisian cross section yaitu dimensi
saluran dan koefisien manning serta dilakukan interpolasi tampang
lintang untuk mendapatkan hasil hitungan yang lebih teliti.
d. Hitungan Hidrolika
Data debit yang di input adalah debit rencana periode ulang 10 tahun
yang telah di hitung sebelumnya pada analisis hidrologi untuk saluran
drainase eksisting sisi kanan maupun sisi kiri. HEC-RAS akan
menghitung hidrolika sesuai input yang telah dilakukan sebelumnya.
Cara yang perlu dilakukan adalah dengan me-running program HEC-
RAS.
e. Presentasi Hasil Hitungan Jika HEC-RAS telah selesai di running, akan
didapatkan hasil berupa profil muka air di tampang lintang dan hasil
hitungan dalam berupa tabel.

17
Gambar 11. Tahapan analisis hidrolika (pemodelan HEC-RAS 4.1.0).

18
3.6.3 Solusi Saluran Drainase

Setelah dilakukan pemodelan pada software HEC-RAS versi 4.1.0 untuk


saluran drainase eksisting dan mendapatkan tinggi muka air di dalam
saluran dilakukan pembahasan untuk solusi permasalahan.
Pada penelitian apabila hasil analisis menunjukkan muka air dalam
saluran meluap atau melebihi bank sta, dilakukan solusi berupa
perbesaran dimensi saluran.

Tahapan yang dilakukan selanjutnya sama seperti analisis hidrolika awal,


namun untuk tahap input geometri saluran diisikan dengan dimensi yang
telah diperbesar. Perbesaran dilakukan dengan trial and error sampai
mendapatkan dimensi yang mampu menampung debit rencana dengan
periode ulang 10 tahun. Jika telah mendapatkan dimensi yang mampu
menampung debit periode ulang 10 tahun, tahap terakhir adalah
pengambilan kesimpulan dan saran.

19

Anda mungkin juga menyukai