MATERI 1 : Analisis Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Debit Banjir Sungai Batang
Agam di Kabupaten Agam Sumatera Barat
MATERI 2 : Model Time Lag Sebagai Modifikasi Model Hidrograf Satuan Sintetis
Nakayasu
Alasan
1.) Hidrogaf satuan sitetis (HSS) Nakayau merupakan HSS yang sangat
popular penggunaannya di Indonesia. HSS Nakayasu dikembangkan pada
DAS-DAS di Jepang dengan karakteristik yang beragam. Oleh karena itu
Penggunaan HSS ini masih memberikan penyimpangan apabila diterapkan
di Indonesia dikarenakan perbedaan karakteristik DAS di Jepang dimana
HSS Nakayasu dikembangkan dibandingkan dengan karaktersitik DAS di
Indonesia (3penelitian rujukan). Dan Pada HSS Nakayasu terdapat 4
parameter utama penyusun hidrograf satuan yaitu Debit Puncak (Qp),
Waktu Puncak (Tp), Waktu penurunan dari Qp ke 30% Qp (T0,3) dan time
lag (tg).Formulasi parameter time lag (tg) mengandung karakteristik fisik
panjang sungai utama (L) yang dibatasi sesuai dengan kategori panjang
sungai utama yaitu L > 15 km dan L < 15 km. dan yang Sangat mungkin
dilakukan modifikasi penambahan parameter karakteristik DAS pada
formulasi parameter time lag (tg) untuk meningkatkan kinerja HSS
Nakayasu.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih yaitu DAS dengan luas < 5.000 km² yang
telah dilengkapi dengan alat Automatic Water Level Recorder (AWLR) dan
Automatic Rainfall Recorder (ARR) dengan pencatatan data yang lengkap dan
saling overlapping antara data hujan dan data debit. DAS yang digunakan dalam
penelitian secara umum berada di Pulau Jawa dan lainnya tersebar di Pulau
Sulawesi da Bali. Jumlah DAS yang akan digunakan di dalam penelitian ini
sejumlah 24 DAS, dimana 23 DAS digunakan untuk pembuatan Model Waktu
Jeda (Time Lag) dan 1 DAS lainnya digunakan untuk validasi.
Metodologi Penelitian
1.) Terdapat 4 parameter utama morfometri DAS yang dianggap berperan
penting di dalam pembentukkan aliran yaitu luas DAS (A), panjang sungai
(L), landai sungai rata-rata (I), dan kecepatan jaringan sungai (D).
2.) Pada beberapa metode HSS tradisional dipengaruhi oleh parameter fisik
DAS berupa luas DAS (A), panjang sungai utama (L), dan panjang sungai
ke pusat DAS (Lc).
3.) Melakukan penelitian pada faktor a (alfa) pada HSS Nakayasu
dipengaruhi oleh parameter fisik DAS berupa luas DAS (A), panjang
sungai utama (L), dan kemiringan sungai utama (I).
4.) Melakukan penelitian parameter fisik DAS yang berpengaruh pada model
Tp adalah luas DAS (A) dan panjang sungai ke pusat (Lc).
Kesimpulan
Menurut materi di zoom Terdapat 6 variabel bebas yang memiliki korelasi
signifikan yang mempengaruhi nilai waktu jeda (time lag). Variabel bebas
tersebut adalah luas DAS, panjang sungai, panjang sungai dari tiik berat
DAS, kemiringan sungai, kerapatan sungai, faktor panjang sungai dari
panjang sungai ke titik berat DAS. Jadi berdasarkan hasil analisis statistik,
dihasilkan model yang terbaik untuk pengembangan model time lag.dan
model jeda waktu yang dihasilkan, dilakukan pengujian pada DAS
Singkoyo dengan hasil menunjukkan peningkatan keakurasian model
yang ditunjukkan perbaikkan nilai RMSE, MAE, dan NSE (dengan
membandingkan HSS Nakayasu dan HSS Nakayasu modifikasi waktu
jeda) serta penurunan nilai erro Tp.
Saran
Untuk penelitian berikutnya disarankan untuk menambahkan pelibatan
parameter hujan serta dengan rentang luas
MATERI 3 : Pembangunan Floodway Pada Daerah Rawan Banjir
MATERI 4 :Perbandingan Pola Distribusi Hujan Terukur dan Metode Empiris Dalam
Perhitungan Debit Banjir Rencana DAS Jurug
Berdasarkan SNI 2451 : 2016 tentang tata cara perhitungan debit banjir
rencana. Debit banjir rencana dapat dianalisis menggunakan data pencatatan debit
banjir sesaat maksimum tahunan atau menggunakan data hujan yang
ditransformasikan dengan hidrograf satuan, baik hidrograf satuan terukur maupun
hidrograf satuan sintetis seperti Soll Conservation Service (SCS).
Menurut Sofia (2016), durasi hujan dominan untuk kejadian hujan lebih
dari 50 mmyang terukur di 20 stasiun hujan wilayah merapi bervariasi selama 2
jam, 3 jam, 4 jam, dan 7 jam.
Metodologi Studi
Stasiun hujan Colo, Pabelan, Tritir, Manyaram, Waduk, Delingan, Nopen dan
Tawangmangu.
Hasil Studi dan Pembahasan
Hasil penelitian sesuai dengan penelitian2021 Dan 2019 Annaji dan
Anggraheni yang menyatakan distribusi Mononobe memiliki kesesuaian yang
lebih baik dari metode ABM, namun berbeda dengan Hardianti (2011) yang
menyatakan untuk durasi hujan 6 jam, metode ABM memiliki kesesuaian yang
lebih baik dari metode Mononobe.
1.) Metode distribusi hujan empiris memeiliki nilai kolerasi 1 atau hubungan
yang sama terhadap hasil debit banjir rencana metode distribusi hujan
terukur.
2.) Metode distribusi hjan emiris juga memiliki nilai NSE 1 terhadap debit
banjr rencana metode distribusi hujan terukur sehingga penyimpangan
perhitungan relatif kecil.
3.) Semakin kecil nila RMSE dan nilai BIAS pada metode empiris
menunjukkan nilai perhitungan yang mendekati dengan metode terukur
sehingga Mononobe memiliki hasil yang lebih memadai dibandingkan
dengan metode ABM.
Kesimpulan
1.) Berdasarkan perbandingan pola distribusi hujan, Mononobe memiliki
kesesuaian yang lebih baik dari metode ABM. Dan Perhitungan hidrograf
banjir metode distribusi hujan ABM dan Mononobe memiliki kesesuaian
yang baik dengan hidrograf banjir distribusi hujan terukur. Dengan
menggunakan Metode distribusi hujan empiris dapat digunakan dalam
analisis debit banjir rencana apabila tidak tersedia data hujan jam-jaman
dengan nilai korelasi, RMSE, NSE dan BIAS sebesar 1,000, 22,30, 1,000,
1,00% untuk metode ABM dan 1,000, 7,85, 1,000, -37% untuk metode
Mononobe. Jadi Berdasarkan nilai statistik, metode Mononobe
menunjukkan kesesuaian yeng lebih baim dibandingkan dengan metode
ABM.
Saran
Penelitian ini menggunakan data debit rencana untuk melihat kesesuaian metode
distribusi hujan empiris, sehingga selanjutnya memungkinkan untuk
dikembangkan dengan penggunaan data pembanding lain. Serta Penelitian
tentang pola distribusi hujan akan mendapatkan hasil yang lebih tepat
apabila memiliki data jam-jaman dengan periode yang lebih panjang
dengan beberapa stasiun hujan.
MATERI 5 : Pemodelan Banjir DAS Sanggai, Kalimantan Timur
Kenapa karena ,
Kawasan DAS Sanggai termasuk kedalam 7actor7 andalan Nasional Bontang-Samarinda,
Balikpapan-Penajam dan sekitarnya di Provinsi Kalimantan Timur yang tercantum dalam
Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur No. 1 tahun 2016 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Kalimantan timur 2016-2036. Dan dimana ada nya Rencana pemindahan
Ibukota Negara ke Kalimantan Timur dimana DAS Sanggai merupakan salah satu daerah aliran
sungai yang termasuk kedalam rencana Pengembangan Kawasan IKN baru. Serta Terdapat 5
sungai Sepaku yang berada di wilayah DAS Sanggai. Dan terjadilah Kejadian banjir yang terjadi
di daerah Sepaku yang termasuk dalam DAS Sanggai, terjadi berulang kali dimana salah satunya
yang cukup besar terjsdi pada tahun 2018.
Terimakasih