SABO DAM
1. Sabo merupakan bangunan dam atau bangunan dengan pelimpas yang dibangun untuk
mencegah bahaya banjir lahar Merapi. Teknik sabo dam yang diperkenalkan oleh Tomoaki
Yokota dari Jepang ini memiliki manfaat yang sangat besar. Selain sebagai pengendali
lahar akibat letusan gunung berapi, sabo dam juga bermanfaat sebagai pengendali erosi
hutan dan daerah pertanian serta mencegah bahaya longsor.
2. Teknologi sabo dam di Indonesia saat ini banyak dibangun di sepanjang sungai di sekitar
hulu gunung berapi. Salah satunya adalah sabo dam di Gunung Merapi. Hampir semua
aliran sungai yang berhulu di Merapi yang ada di empat kabupaten yakni Boyolali, Klaten,
Magelang dan Sleman dibangun sabo dam.
Analisis topografi dan geometri sungai berguna untuk menentukan batas dan luas daerah aliran
sungai (DAS), menentukan posisi Sabo Dam, serta kemiringan rata-rata dasar sungai. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan bantuan peta topografi skala 1 : 25000. Metode yang digunakan untuk
menghitung curah hujan maksimum tahunan DAS masing-masing pos pengamatan hujan yaitu
dengan Metode Thiessen. Penentuan distribusi probabilitas menggunakan Log Pearson III.
Kemudian dilakukan uji paramter statistik dengan metode uji Chi Square dan Smirnov-
Kolmogorov. Debit banjir maksimum ditentukan dengan mengambil nilai debit mendekati dengan
metode Passing Capacity, debit yang digunakan sebagai dasar pendesainan Sabo dam adalah debit
dengan periode ulang 20 tahun. Dari hasil perhitungan debit banjir terbesar didapat dari hasil
perhitungan dengan metode Weduwen yaitu sebesar 35,06 m3/det
Gerusan Lokal
1. terjadi apabila kapasitas aliran sungai untuk mengerosi (menggerus) dan mengangkut
sedimen melebihi kapasitas untuk memasok sedimen
2. Terdapat 2 jenis gerusan lokal (Local Scour) yaitu Clear-water scour dan Live-bed scour
3. Clear-water scour terjadi apabila sedimen terangkut dari gerusan dan tidak ada pasokan
kedalamnya
4. Live-bed scour terjadi apabila gerusan mendapatkan pasokan sedimen terus menerus dari
proses transpor sedimen di sungai
PROSES GERUSAN LOKAL KERUNTUHAN SABO DAM
1. Sabo Dam sebelum erupsi
2. Aliran lahar pertama mengisi bagian tengah dan alirah lahar kedua mengisi bagian tepi
3. Aliran lahar ketiga menggerus dasar sungai dihilir subdam dan aliran ke empat melewati
sayap sabodam
4. Aliran lahar kelima menggerus tebing sungai
6. Aliran lahar kelima menggerus tebing sungai
7. Sabo rusak berat karena gerusan lokal
PEMBUATAN
1. Pembuatan profil bendungan
2. Pengupasan, penggalian dan pondasi bangunan
3. Pembuatan saluran pengelak
4. Pembuatan/pemadatan tubuh bendung
5. Pembuatan saluran pengambilan/lokal dan pintu air
6. Pembuatan bangunan pelimpah (spill way)
7. Pembuatan bangunan lain untuk sarana pengelolaan: jalan inspeksi
8. Pemasangan gebalan rumput
PEMELIHARAAN
1. Pemeliharaan badan bendung dan saluran pelimpah serta saluran pembagi
2. Perbaikan gebalan rumput
Kantong Lahar
1. Salah satu usaha yang dilaksanakan dalam rangka mengurangi suplai sedimen ini adalah
menampungnya baik untuk selama mungkin atau untuk sementara pada ruangan-ruangan
yang dibangun khusus yang disebut kantong lahar. Dalam rangka pengendalian banjir
lahar, kantong lahar ini merupakan salah satu komponen sistem pengendalian banjir lahar
2. Di saat terjadinya banjir lahar, bahan-bahan yang berukuran besar diharapkan dapat
tertahan pada deretan bendung penahan, sedangkan kantong-kantong lahar diharapkan
dapat berfungsi menahan dan menampung bahan-bahan berbutir lebih halus (pasir dan
kerikil), Dengan demikian suplai sedimen ke bagian hilirnya akan dapat dikurangi, hingga
pada tingkat yang seimbang dengan kemampuan daya angkut aliran sungai sampai
muaranya.
3. Guna meningkatkan fungsi kantong-kantong lahar biasanya diusahakan supaya kantong
senantiasa dalam keadaan kosong, yaitu menggali endapan yang sudah masuk ke
dalamnya. Hasil galiannya biasanya dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, yang
kualitasnya cukup baik
4. Pada gunung berapi yang masih aktif dengan periode letusan yang panjang, diperlukan
adanya kantong yang cukup besar, jika perlu dengan membebaskan tanah-tanah yang akan
digunakan sebagai kantong secara permanen. Pada saat aliran lahar terhenti dan sambil
menunggu periode letusan selanjutnya, kantong dapat dimanfaatkan untuk berbagai usaha
pertanian.