Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS PERMASALAHAN IRIGASI

(STUDI KASUS KANTONG LUMPUR SALURAN IRIGASI SEMPIDI)

I Wyn Ari Yoga Pratama Putra


ariyoga911@gmail.com

ABSTRAK
Daerah irigasi Mambal mendapa sumber air irigasi dari bendung mambal yang dengan luas
daerah irigasi 85 Ha. Salah satu saluran yang menjadi perantara suplai air ke lahan sawah
berada di kelurahan Sempidi. Saluran dengan lebar 1.8 m dan tinggi 1 m memiliki panjang ±
2 km mengalami pendangkalan yang diakibatkan banyaknya sedimentasi yang tidak dapat
digelontorkan. Terjadi sediemntasi sekita 20 – 40 cm sepanjang ± 600 m di hulu kantong
lumpur. Berdasarkan hasil survei didapat kondisi kantong lumpur dalam kondisi rusak dan
pintu pengelontor tertutup oleh lumpur. Hal tersebut membuat suplai air irigasi menjadi tidak
maksimal. Maka dari itu dilakukan penanganan dari segi teknis yaitu mereview desain
bangunan kantong lumpur dan segi sosial mengarahkan dan melakukan sosialisasi terhadap
masyarakat dan petani pemakai air untuk melakukan perawatan kantong lumpur 1 x dalam
sebulan sesuai arahan dalam KP 02 Tahun 2013.
Kata Kunci : Irigasi, Kantong Lumpur, Sedimentasi

1. Pendahuluan
Daerah irigasi Mambal memiliki luas palayanan 85 Ha, dalam pelayanannya daerah irigasi
mambal mendapat suplai air dari bendung mambal dengan bantui saluran primer sebagai
intake pertama lalu dibagi ke saluran sekunder unruk teruskan ke saluran tersier dan ke petak
sawah. Salah satu saluran pembawa yang melayani skema irigasi tersebut mengalami
sedimentasi.
Sedimentasi terjadi di 600 m sebelum kantong lumpur, tepatnya di saluran primer dengan
kedalaman sedimentasi 20 – 40 cm. hal tersebut mengakibatkan tidak maksimalnya suplai air
ke saluran sekunder. Sedimentasi juga mengakibatkan berkurangnya kapasitas saluran,
dimana resiko banjir akan terjadi ketika curah hujan tinggi dan posisi pintu intaku tidak dapat
menahan debit di intake.
Oleh karena itu diperlukan suatu penanganan untuk menanggulangi masalah sedimentasi agar
saluran dapat berfungsi secara maksimal dan petani mendapat manfaat maksimal untuk
pengairah sawah mereka.

2. Landasan Teori
2.1 Irigasi
Irigasi adalah proses penambahan air untuk memenuhi lengas tanah yang sangat berguna bagi
pertumbuhan tanaman. Kebutuhan akan air untuk tanaman berbeda beda tergantung jenis
tanaman dn luas lahan yang dialiri. Perencanaan saluran sudah pasti memperhitungkan
kebutuhan dan pola tata tanam sebagai parameter dalam menentukan dimensi saluran baik
primer, sekunder atauapun tersier. (Noerhayati, 2018).
2.2 Analisa Hidrologi
Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk dan perjalanan air di permukaan
bumi. Hidrologi dipelajari orang untuk memecahkan masalah–masalah yang berhubungan
dengan keairan, seperti manajemen air, pengendalian banjir, dan perencanaan bangunan air.
Hidrologi biasanya lebih diperuntukkan untuk masalah– masalah air di daratan. Artinya
hidrologi biasanya tidak diperuntukkan untuk perhitungan yang ada hubungannya dengan air
laut. Dalam analisa hidrologiuntuk perencanaan kapasitas saluran diperlukan data curah hujan
minimal 10 tahun terkahir serta untuk merencanakan debit rancangan ataupun debit andalan
sesuai keperluan (Yansyah, et al. 2015)

2.3 Analisa Sedimentasi


Sedimen adalah hasil proses erosi, baik berupa erosi permukaan, erosi parit, atau jenis erosi
tanah lainnya. Sedimen umumnya mengendap di bagian bawah kaki bukit, di daerah
genangan banjir, saluran air, sungai, dan waduk (Asdak, 1995). Sedangkan sedimentasi
adalah proses mengendapnya material fragmental oleh air sebagai akibat dari adanya erosi.
Proses mengendapnya material tersebut yaitu proses terkumpulnya butir- butir tanah yang
terjadi karena kecepatan aliran air yang mengangkut bahan sedimen mencapai kecepatan
pengendapan (settling velocity). Proses sedimentasi dapat terjadi pada lahan-lahan pertanian
maupun di sepanjang dasar sungai, dasar waduk, muara, dan sebagainya (Purwadi, et al.,
2016)
Dari beberapa metoda untuk memperkirakan besarnya erosi permukaan, metoda Universal
Soil Loss Equation (USLE) yang dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith (1978) adalah
metode yang paling umum digunakan untuk memperkirakan besarnya erosi, dengan rumus
sebagai berikut:
Ea = R.K.LS.C.P
Dimana :
Ea = Banyaknya tanah tererosi (ton/ha/tahun)
R = Faktor erosivitas hujan dan aliran permukaan (KJ/ha)
K = Faktor erodibilitas tanah (ton/KJ)
LS = Faktor panjang dan kemiringan lahan
C = Faktor tanaman penutup lahan
P = Faktor tindakan konservasi lahan
2.4 Kantong Lumpur
Kantong lumpur adalah perlengkapan dihilir intake ( pengambilan ) bendung atau bagian
awal dari saluran Primer sebagai pengendali muatan sedimen dengan mengendapkan muatan
sedimen yang terbawa aliran dengan fraksi dan jumlah yang tidak dikehendaki masuk ke
saluran Primer atau ke jaringan saluran. Pada dasarnya kantong lumpur ini merupakan
pembesaran potongan melintang saluran sampai jarak tertentu untuk mengurangi kecepatan
aliran dan memberi kesempatan kepada sedimen untuk mengendap. (Munanadar, 2014).
3. Metode Penelitian
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan berada pada saluran primer jaringan irigasi DI Mambal yang beralamat
di Jl. Denpasar Gilimanuk, Kelurahan Sempidi, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung,
Bali

Gambar 1 Lokasi Saluran Drainase


(Sumber: Google Earth)

3.2 Alur Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut
1. Identifikasi permasalahan yang terjadi
2. Survei lokasi permasalahan
3. Analisi penyebab permasalahan
4. Anlisis solusi dan konsep penanganan yang dapat dilakukan
5. Hasil dari analisis konsep penanganan yang paling sesuai

4. Hasil dan Pembahasan


4.1 Identifikasi Permasalahan
Berdasarkan hasil survei lapangan didapat identifikasi masalah yang terjadi adalah
sedimentasi pada saluran primer bagian hulu sepanjang ± 600 m dengan ketebalan sedimen
20 – 40 cm. kondisi kantong lumpur juga mengalami kerusakan dan pinti penggelontor
mengalami penyumbatan akubat lumpur yang menumpuk.
Gambar 2 Pembersihan sedimen ketebalan ± 20 cm
(Sumber : Survei Pendahuluan, 2022)

4.2 Identifikasi Penyebab Permasalahan


Berdasarkan hasil dari survei lapangan maka dapat dihasilkan identifikasi penyebab
permasalahan sebagai berikut :
1. Kerusakan pada bangunan kantong lumpur dan lantai saluran yang mengakibatkan
tidak maksimalnya fungsi bangunan
2. Perubahan kondisi tutupan lahan juga menyebabkan tingginya limpasan material ke
dalam saluran sehingga memperpendek umur perawatan bangunan kantong lumpur.
4.3 Jurnal Terkait

Jurnal 1
Judul Jurnal Analisis Sedimentasi Di Sungai Way Besai
Penyusun Ofik Taufik Purwadi, Dyah Indriana K & Astika Murni Lubis
Tahun 2016
Permasalahan Tingginya proses sedimentasi di sungai Eay Basai
Solusi Analisia hidrologi dan laju sedimentasi dengan dan Hidrolika dengan
Hec-Ras

Jurnal 2
Judul Jurnal Analisis Laju Angkutan Sedimen Bagi Perhitungan Kantong Lumpur
pada D.I Perkotaan Kabupaten Batubara
Penyusun Munandar
Tahun 2014
Permasalahan Desain kantong lumpur untuk DI Perkotaan
Solusi Analisis sedimentasi dan hidrologi untuk perenaaan kantong lumpur
4.4 Konsep Penanganan
Berdasarkan identifkasi penyebab permasalahan dan pendelatan berdasarkan refrensi jurnal
terdahulu maka dapat disarankan beberapa konsep penagan sebagai berikut
1. Review Desain
Dalam jurnalnya, dibahas solusi untuk mengatasi masalah terhadap kantong lumpur
adalah melakukan review desain. Dimana terdapat beberapa parameter teknis yang harus
ditinjau untuk mengioptimalkan fungsi dari kantong lumpur terebut selain parameter
umum dalam perencanaan kantong lumpur. Salah satu parameter yang paling
mempengaruhi desain kantong lumpur adalah Perubahan Tata Guna Lahan, dimana
perubahan tata guna lahan akan mempengaruhi hitungan baik dari berat jenis sedimen,
berat volume sedimen, dan distribusi sedimen

2. Sosialisasi dalam oprasional dan perawatan


Penangan sosial yang dimaksud dalam menyelesaikan permasalahan kantong lumpur
adalah dengan melakukan sosialisasi dan pelatihan terhadap anggota subak dan para
pemakai air selain petani. Sosialisasi dan pelatihan yang dimaksud adalah ajakan untuk
merawat saluran dan membersihkan kantong lumpur dengan lebih sering, dimana
sebelumnya hanya 1x dalam sebulan, untuk selanjutnya diharapkan dapat dilakukan
setiap 1x seminggu. Dimana perawatan tersebut sesuai dengan rekomendasi dalam
peraturan standar oprasional dan perencanaan Kantong lumpur (KP-02, 2013)

5. Penutup
5.1 Kesimpulan
1. Hasil dari analisis didapat identifikasi penyebab permasalahan utama sedimentasi adalah
kerusakan kantong lumpur dan perubahan tata guna lahan mengakibatkan penambhan
laju sedimen.
2. Solusi yang dapat ditawarkan untuk mengatasi masalah tersebut adalah melakukan
review desain terhadap kantong lumpur dengan data kondisi tutupan lahan terbaru serta
dari segi sosial dapat dilakukan sosialisasi dalam hal perawatan kantong lumpur menjadi
1 x dalam sebulan untuk kegiatan pembersihan kantong lumpur
5.2 Saran
Kurangnya pengetahuan masyarakat serta perubahan tata guna lahan menyebabkan kelirunya
perhitungan rencana kantong lumpur, disarakan agar setaiap perencanaan memperhitungkan
kemungkinan perubahan beberapa parameter seperti iklim dan tata guna lahan dalam
perencanaan atau desain bangunan.
6. Daftar Pustaka
Yansah, R. A., Kusumastuti, D. I., & Tugiono, S. ( 2015). Analisa Hidrologi Dan Hidrolika
Saluran Drainase Box Culvert Di Jalan Antasari Bandar Lampung Menggunakan
Program Hec-Ras. Jurnal Rekayasa Sipil dan Desain, 3 (1), 1 – 12.
Noerhayati, E., & Suprapto, B. (2018). Perencanaan Jaringan Irigasi Saluran Terbuka.
Intelegensia Media, Malang 2018.
Purwadi, T. O., Indriana, D., & Lubis, M. A. (2016). Analisis Sedimentasi Di Sungai Way
Besai. Jurnal Rekayas, 20(3), 168 – 177.
Munandar, A., & Terunajaya. (2014). Analisis Laju Angkutan Sedimen Bagi Perhitungan
Kantong Lumpur pada D.I Perkotaan Kabupaten Batubara. Tugas Akhir. Medan: Bidang
Studi Teknik Sumber Daya Air Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai