Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH DRAINASE PERKOTAAN

“Sumur Resapan Sebagai Pengendalian Banjir”

Dikerjakan Oleh :
Annisa Shafa Almeira 1911102443101

Muhammad Agus Setiawan 1911102443039

PROGRAM TEKNIK SIPIL FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH KALIMANTAN TIMUR

2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pertambahan jumlah penduduk yang semakin meningkat menyebabkan
aktivitas penduduk dan perkembangan kota menjadi pesat, hal ini berdampak
semakin banyaknya jumlah pembangunan sarana dan prasarana masyarakat yang
dibangun sehingga memicu perubahan tata guna lahan yang menyebabkan
berkurangnya lahan terbuka sebagai daerah resapan air hujan. Kondisi ini terjadi
pada aliran permukaan (run-off) dan air hujan yang teresap oleh tanah semakin
sedikit, sehingga dapat menyebabkan terjadinya genangan air atau bahkan banjir.
Drainase merupakan sarana dan prasarana untuk mengalirkan air hujan dari
suatu tempat ke tempat lain. Pengembangan permukiman yang pesat
mengakibatkan makin berkurangnya daerah resapan air hujan, karena
meningkatnya luas daerah yang ditutupi oleh perkerasan dan mengakibatkan
waktu berkumpulnya air (time of concentration) jauh lebih pendek, sehingga
akumulasi air hujan yang terkumpul melampaui kapasitas drainase yang ada.
Selain itu, air permukaan yang tersedia secara kuantitatif semakin lama semakin
terbatas dan secara kualitatif menurun. Sedangkan keperluan air semakin
meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan
ekonomi.
Sistem saluran drainase merupakan salah satu faktor serangkaian bangunan
air yang berfungsi untuk mengurangi dan atau membuang kelebihan air
permukaan (banjir) dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat
difungsikan secara optimal, jadi sistem drainase adalah rekayasa infrastruktur di
suatu kawasan untuk menanggulangi adanya genangan banjir (Suripin, 2004).
Namun jika sistem saluran drainase tersebut tidak berfungsi sebagaimana
mestinya untuk mengurangi kelebihan air permukaan (banjir) pada saat hujan,
maka perlu adanya sistem saluran baru untuk menanggulangi permasalahan
kelebihan air permukaan (banjir) di saat musim penghujan terjadi.
Permasalahan yang terjadi di Kota Samarinda, hampir setiap tahun pada
musim penghujan air meluap dari saluran drainase, sehingga terjadi genangan air
bahkan sering terjadi banjir yang mengganggu aktivitas masyarakat. Berdasarkan
identifikasi, genangan-genangan yang terjadi disebabkan oleh berkurangnya
daerah resapan air hujan dan kapasitas saluran drainase yang tidak mampu
menampung akumulasi air hujan, kebiasaan masyarakat membuang sampah ke
saluran drainase menyebabkan saluran drainase tersumbat. Selain itu, saluran
drainase di Kota Samarinda sebagian besar telah tertutup dan kurang terawat.
Hal-hal tersebut di atas mengakibatkan terganggunya jaringan drainase di Kota
Samarinda.
Untuk mengatur permasalahan infrastruktur tersebut, diperlukan sistem
drainase yang berwawasan lingkungan, dengan prinsip dasar mengendalikan
kelebihan air permukaan sehingga dapat dialirkan secara terkendali dan lebih
banyak memiliki kesempatan untuk meresap ke dalam tanah. Hal ini
dimaksudkan agar konservasi air tanah dapat berlangsung dengan baik dan
dimensi struktur bangunan sarana drainase dapat lebih efisien.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaiamana perencanaan drainase sumur resapan untuk pengendalian banjir
di Kota Samarinda ?

1.3 TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui perencanaan drainase sumur resapan untuk pengendalian
banjir di Kota Samarinda.

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan perencanaan sumur resapan di
Kota Samarinda.
2. Mengembangkan pengetahuan mengenai sumur resapan di Kota Samarinda.
3. Mengupayakan tindakan untuk meningkatkan efektifitas sistem sumur
resapan di Kota Samarinda.
1.5 BATASAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang ditulis diatas, maka permasalahan
penelitian yang akan dilakukan dibatasi pada jaringan drainase buatan yang ada
di Kota Samarinda. Mencakup hal-hal sebagai berikut, yaitu:
1. Inventarisasi mencakup jaringan drainase buatan yang ada.
2. Memberikan konsep sistem drainase wilayah yang berwasasan lingkungan
di Kota Samarinda.
3. Menerapkan sistem drainase berwasasan lingkungan pada kawasan
permukiman yang mengalami permasalahan genangan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Sumur resapan merupakan sumur atau lubang pada permukaan tanah yang
dibuat untuk menampung air hujan agar dapat meresap ke dalam tanah. Sumur
resapan ini kebalikan dari sumur air minum. Sumur resapan merupakan lubang
untuk memasukkan air ke dalam tanah, sedangkan sumur air minum berfungsi
untuk menaikkan air tanah ke permukaan. Dengan demikian konstruksi
dankedalamannya berbeda. Sumur resapan digali dengan kedalaman di atas muka
air tanah. Sumur air minum digali lebih dalam lagi atau di bawah muka air tanah.
(Kusnaedi, 1995)
Secara sederhana sumur resapan diartikan sebagai sumur gali yang
berbentuk lingkaran. Sumur resapan berfungsi untuk menampung dan
meresapkan air hujan yang jatuh di atas permukaan tanah baik melalui atap
bangunan, jalan dan halaman. (Bisri dan Prastya, 2009)

2.2 Kegunaan Sumur Resapan


Penurunan muka air tanah yang banyak terjadi akhir-akhir ini dapat teratasi
dengan bantuan sumur resapan. Tanda-tanda penurunan muka air tanah terlihat
pada keringnya sumur dan mata air pada musim kemarau serta timbulnya banjir
pada musim penghujan. Perubahan lingkungan hidup sebagai akibat dari proses
pembangunan, berupa pembukaan lahan, penebangan hutan, serta pembangunan
pemukiman dan industri yang diduga menyebabkan terjadinya hal tersebut.
Kondisi demikian tidak menguntungkan bagi perkembangan perekonomian
yang sedang giat-giatnya membangun. Oleh karena itu, perhatian yang sungguh-
sungguh dari semua pihak diperlukan dalam upaya pengendalian banjir serta
konservasi air tanah. Salah satu strategi atau cara pengendalian air, baik
mengatasi banjir atau kekeringan adalah melalui sumur resapan. Sumur resapan
ini merupakan upaya memperbesar resapan air hujan ke dalam tanah dan
memperkecil aliran permukaan sebagai penyebab banjir. Beberapa kegunaan
sumur resapan, adalah sebagai berikut: (Kusnaedi, 1995).
1. Pengendali Banjir.
Sumur resapan mampu memperkecil aliran permukaan sehingga terhindar dari
penggenangan aliran permukaan secara berlebihan yang menyebabkan banjir.
2. Konservasi Air Tanah.
Sumur resapan sebagai konservasi air tanah, diharapkan agar air hujan lebih
banyak yang diresapkan ke dalam tanah menjadi air cadangan dalam tanah.
Air yang tersimpan dalam tanah tersebut akan dapat dimanfaatkan melalui
sumur-sumur atau mata air.
Peresapan air melalui sumur resapan ke dalam tanah sangat penting mengingat
adanya perubahan tata guna tanah di permukaan bumi sebagai kosekuensi dari
perkembangan penduduk dan perekonomian masyarakat. Dengan adanya
perubahan tata guna tanah tersebut akan menurunkan kemampuan tanah untuk
meresapkan air. Hal ini mengingat semakin banyaknya tanah yang tertutupi
tembok, beton, aspal dan bangunan lainnya yang tidak meresapkan air.
3. Menekan Laju Erosi.
Dengan adanya penurunan aliran permukaan maka laju erosi pun akan
menurun. Bila aliran permukaan menurun, tanah-tanah yang tergerus dan
terhanyut pun akan berkurang. Dampaknya, aliran permukaan air hujan kecil
dan erosi pun akan kecil. Dengan demikian adanya sumur resapan yang
mampu menekan besarnya aliran permukaan berarti dapat menekan laju erosi.

2.3 Faktor-Faktor Yang Perlu Dipertimbangkan


Sumur resapan yang dibuat harus memenuhi teknis yang baik. Dalam
rencana pembuatan sumur resapan perlu diperhitungkan berberapa faktor, antara
lain sebagai berikut: (Kusnaedi, 1995)
1. Faktor Iklim.
Iklim merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan
sumur resapan. Faktor yang perlu mendapat perhatian adalah besarnya curah
hujan. Semakin besar curah hujan di suatu wilayah berarti semakin besar
sumur resapan yang diperlukan.
2. Kondisi Air Tanah.
Pada kondisi permukaan air tanah yang dalam, sumur resapan perlu dibuat
secara besar-besaran karena tanah benar-benar memerlukan suplai air dari 6
sumur resapan. Sebaliknya pada lahan yang muka airnya dangkal, sumur
resapan kurang efektif dan tidak akan berfungsi dengan baik. Terlebih pada
daerah rawa dan pasang surut, sumur resapan kurang efektif. Justru daerah
tersebut memerlukan saluran drainase.
3. Kondisi Tanah.
Keadaan tanah sangat berpengaruh pada besar kecilnya daya resap tanah
terhadap air hujan. Dengan demikian konstruksi dari sumur resapan harus
mempertimbangkan sifat fisik tanah. Sifat fisik yang langsung berpengaruh
terhadap besarnya infiltrasi (resapan air) adalah tesktur dan pori-pori tanah.
Tanah berpasir dan porus lebih mampu merembeskan air hujan dengan cepat.
Akibatnya, waktu yang diperlukan air hujan untuk tinggal dalam sumur
resapan relatif singkat dibandingkan dengan tanah yang kandungan liatnya
tinggi dan lekat.

2.4 Prinsip Kerja Sumur Resapan


Prinsip kerja sumur resapan adalah menyalurkan dan menampung air hujan
ke dalam lubang atau sumur agar air dapat memiliki waktu tinggal di permukaan
tanah lebih lama sehingga sedikit air dapat meresap ke dalam tanah.
Tujuan utama dari sumur resapan ini ialah memperbesar masuknya air ke
dalam tanah sebagai air resapan (Infiltrasi), dengan demikian air akan lebih
banyak masuk ke dalam tanah dan sedikit yang mengalir sebagai aliran
permukaan (run off). Semakin banyak air yang mengalir ke dalam tanah berarti
akan semakin banyak tersimpan air tanah di bawah permukaan bumi, air tersebut
dapat dimanfaatkan kembali melalui sumur-sumur atau mata air yang dapat
dieksplorasi setiap saat.
Jumlah aliran permukaan akan menurun karena adanya sumur resapan,
pengaruh positifnya bahaya banjir dapat dihindari karena terkumpulnya air
permukaan yang berlebihan di suatu tempat dapat dihindarkan, menurunnya
aliran permukaan ini juga akan menurunkan tingkat erosi pada tanah. Prinsip
kerja dari sumur resapan dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3. 1 Prinsip Kerja Sumur Resapan Penampung Air Hujan .

2.5 Aspek Hidrologi


Hidrologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari
distribusi air di bumi termasuk yang ada di atmosfir dalam bentuk uap air, di atas
permukaan sebagai air es dan di bawah permukaan sebagai air tanah (Soemarto,
1993).
Penguapan air laut terjadi karena adanya radiasi matahati (evaporasi), dan
awan yang terjadi oleh uap air, bergerak di atas daratan karena didesak oleh
angin, presipitasi yang terjadi karena adanya tabrakan antara butir-butir uap air,
dapat berbentuk hujan atau salju yang jatuh ke tanah membentuk limpasan
air permukaan (run off). Limpasan air permukaan ini sebagian meresap ke dalam
tanah (infiltrasi) dan bergerak terus ke bawah (perkolasi) ke dalam daerah jenuh
yang terdapat di bawah permukaan air tanah.
Air yang merembes ke dalam tanah memberikan kehidupan kepada tumbuh-
tumbuhan dan beberapa diantaranya naik ke atas lewat akar, batang dan
mengalami penguapan (evapotranspirasi). Sisa air yang tidak diserap ke dalam
tanah atau diuapkan mengalir sebagai limpasan permukaan yang terkumpul pada
sungai, danau, dan selanjutnya mengalir kembali ke laut. Dengan demikian
seluruh siklus telah dijalani dan akan kembali, siklus ini secara skematik dapat
dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3. 2 Siklus Hidrologi
Dari gambar dapat dijelaskan siklus hidrologi menurut Suripin (2004) adalah
suatu gerakan baik ke udara akibat proses evaporasi yang kemudian jatuh ke
permukaan tanah sebagai hujan dan kembali ke proses awal. Berikut penjelasan
menurut Suripin (2004) beberapa proses yang terjadi selama siklus hidrologi
sebagai berikut:
1. Evaporasi
Evaporasi adalah proses penguapan air yang berada di permukaan bumi,baik
itu air laut, air danau, air sungai, air pada permukaan tanah dan juga air yang
ada pada permukaan tumbuhan akibat sinar matahari (evapotranspirasi).
2. Transpirasi
Transpirasi adalah air yang dihisap oleh akar tumbuhan, diteruskan lewat
tubuh tanaman dan diuapkan kembali lewat stomata daun.
3. Kondensasi
Kondensasi adalah penurunan suhu udara di atas atmosfir sehingga uap air
hasil dari evaporasi kembali mengembun dan membentuk butir-butir air
yang halus sehingga membentuk awan hitam yang jenuh akan butir-butir air.
4. Presipitasi
Presipitasi adalah proses turunnya air hujan dari hasil kondensasi, awan
hitam yang mengandung butir-butir air ini ditiup oleh angin, sehingga butir-
butir air tesebut kembali jatuh kepermukaan bumi. Jika air jatuh berbentuk
cair maka disebut hujan (rainfall) dan jika dalam bentuk padat disebut salju
(snow).
5. Aliran permukaan (run off)
Sebagai air hujan yang terjatuh ke tanah mengalir di atas permukaan tanah
membentuk aliran permukaan (run off) yang mengalir menuju kepermukaan
yang lebih rendah seperti sungai, danau, dan laut.
6. Infiltrasi
Infiltrasi adalah proses meresapnya air ke dalam tanah, air hujan yang
mengalami presipitasi sebagian masuk diserap ke dalam tanah, sehingga
akhirnya mencapai permukaan air tanah yang menyebabkan muka air tanah
naik.
7. Perkolasi
Perkolasi adalah mengalirnya air melalui pori-pori tanah, sebagian air yang
meresap ke dalam tanah mengalir melalui pori-pori tanah menuju ke
permukaan air yang lebih rendah seperti permukaan air sungai, danau, dan
air laut.
Menurut Suripin (2004) hujan merupakan faktor terpenting dalam analisis
hidrologi, intensitas hujan yang tinggi pada suatu kawasan hunian yang kecil
dapat mengakibatkan genangan air pada permukaan tanah sehingga terjadi
bencana. Analisis dan desain hidrologi tidak hanya memerlukan volume atau
ketinggian hujan, tetapi juga distribusi hujan terhadap tempat dan waktu,
distribusi hujan terhadap tempat disebut hytograph, dengan kata lain adalah
grafik intensitas hujan atau ketinggian hujan terhadap waktu.
Menurut Suripin (2004) karakteristik hujan yang perlu ditinjau dalam analisis
dan perencanaan hidrologi meliputi:
1. Intensitas I, adalah laju hujan = tinggi air persatuan waktu, misalnya
mm/menit, mm/jam atau mm/hari.
2. Lama waktu (durasi) t, adalah panjang waktu dimana hujan turun dalam
menit atau jam.
3. Tinggi hujan, adalah jumlah atau kedalaman hujan yang terjadi selama durasi
hujan dan dinyatakan dalam ketebalan air di atas permukaan datar.
4. Frekuensi adalah frekuensi kejadian dan biasanya dinyatakan dengan kala
ulang (return period) T, misalnya sekali dalam 2 tahun.
5. Luas adalah luas geografis daerah sebaran hujan.
2.6 Analisis Frekuensi Curah Hujan
Menurut Suripin (2004) tujuan analisis frekuensi data hidrologi adalah
berkaitan dengan besaran peristiwa-peristiwa yang luar biasa (ekstrim) yang
berkaitan dengan frekuensi kejadiannya melalui penerapan distribusi
kemungkinan. Analisis frekuensi ini berdasarkan pada sifat statistik data kejadian
yang telah lalu untuk memperoleh probabilitas besaran hujan di masa yang akan
datang masih sama dengan sifat statistik kejadian di masa lalu.
Menurut Soemarto (1993) dalam statistik dikenal beberapa parameter yang
berkaitan dengan analisis data, berikut merupakan parameter-parameter statistik
yang digunakan yaitu antara lain : Curah hujan rata-rata, Coefisien Variasi,
Coefisien Asimetri (koefisien kemencengan) dan Coefisien Kurtosis (koefisien
kepuncakan).
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Sebagai salah satu upaya pengendalian banjir dengan cara menampung,
menyimpan, dan menambah cadangan air tanah serta dapat mengurangi limpasan
air hujan ke saluran pembuangan di sekitar lokasi. Perlu adanya perhatian dalam
perawatan saluran drainase dengan melakukan pengerukan sedimen dan sampah
setiap beberapa minggu dalam sebulan sehingga saluran drainase tidak
mengalami pendangkalan dan penyumbatan yang dapat menyebabkan terjadinya
banjir.
3.2 SARAN
Alternatif penanganan masalah yang disarankan untuk mereduksi genangan
air di Kota Samarinda adalah:
1. Menerapkan penggunaan sumur resapan di setiap rumah warga.
2. Menerapkan sistem drainase resapan di ruas jalan di Kota Samarinda
khususnya di ruas jalan utama.
3. Melengkapi data-data yang digunakan baik dari segi geometris saluran, dari
segihidrologi, hidrometri maupun geologi guna penajaman hasil analisa
maupun perencanaan.
4. Adanya penanggulangan terhadap berbagai macam faktor penyebab genangan
di Kota Samarinda yaitu dengan tidak membuang sampah ke saluran drainase.
5. Mengelola daerah resapan hujan agar dapat menyerap air hujan dengan baik
dan menambah cadangan air tanah.
DAFTAR PUSTAKA

Kusnaedi. 2007. Sumur Resapan untuk pemukiman perkotaan dan pendesaan.


Jakarta: Penebar Swadaya.

Analisis Kebutuhan Sumur Resapan Untuk Mengatasi Banjir (Studi Kasus:


SMP Negeri 21 Pekanbaru)

Soemarto. 1993. Hidrologi Teknik. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta:


Andi.

Wesli. 2008. Drainase Perkotaan. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.

Mashuri 2017. Perencanaan Sumur Resapan Untuk Pengendalian Banjir Di


Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba. Makassar

Anda mungkin juga menyukai