Anda di halaman 1dari 7

Asesmen Penanggulan Banjir Menggunakan EPA SWMM 5.

Irdina Rafika
Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Sipil, Universitas Islam Riau Pekanbaru
Mahasiswa Program S1, Teknik Sipil, Universitas Islam Riau
Jl. Kaharuddin Nasution No.113 Perhentian Marpoyan Pekanbaru 28284
e-mail : irdinarafika@student.uir.ac.id

Abstrak : Salah satu kawasan di kota Pekanbaru sering terjadi banjir adalah kawasan Jalan Darma Bakti
kecamatan Payung Sekaki. Adanya banjir pada beberapa titik disebabkan oleh hujan yang cukup lama. Untuk
rata-rata tinggi banjir + 30 - 45 cm. Berdasarkan observasi lapangan, penyebab banjir yang terjadi di jalan
Darma Bakti adalah kapasitas tampung saluran dranaise yang tidak memenuhi sehingga tidak mampu
menampung limpasan aliran permukaan secara optimal serta terdapat banyak tumpukan sampah di sekitar
drainase. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kondisi eksisting drainase dan penanggulangan banjir yang
terjadi di Jalan Darma Bakti kota Pekanbaru. Metode dalam penelitian ini menggunakan simulasi program
software EPA SWMM 5.1. Hasil yang diperoleh adalah kondisi eksisting drainase tidak mampu menampung
debit hujan dengan tinggi banjir 30-45 cm dimana terdapat 6 titik (junction / J) banjir. Untuk pengendalian
banjir di jalan Darma Bakti kota Pekanbaru dilakukan dengan 3 skenario yaitu mengubah dimensi saluran
(memperdalam saluran dengan geometri drainase persegi panjang dan ukuran dimensi lebar (b) = 1,2 m ; tinggi
(h)= 0,8 m (J1, J2, J3, J4, J7, J8, J10, J11) sedangkan b = 1,2 m, h = 1,94 m (J5), b=1,2m, h = 2,2 m (J6) dan b
= 1,2 m, h = 1,09 m (J9) . Untuk titik drainase J5 dan J6 memiliki ketinggian 2,75 kali h eksisting yaitu 1,94 m
dan 2,2 m sedangkan J9 memiliki ketinggian 1,36 kali h eksisting yaitu 1,09 m) , mengubah geometri saluran
drainase (bentuk lingkaran dengan diameter 1,2 m) dan merencanakan sumur resapan (113 buah; dimensi R =
0,6 m , H = 3m).

Kata Kunci : Drainase, EPA SWMM 5.1, Junction, Penanggulanan Banjir, Sumur Resapan

PENDAHULUAN
Drainase merupakan salah satu fasilitas yang Salah satu kawasan di kota Pekanbaru sering
dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan terjadi banjir adalah kawasan Jalan Darma Bakti
masyarakat dan komponen penting dalam kecamatan Payung Sekaki. Adanya banjir pada
perencanaan kota. Secara umum, drainase beberapa titik disebabkan oleh hujan yang cukup
didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang lama. Untuk rata-rata tinggi banjir + 30 - 45 cm
berfungsi untuk mengurangi atau membuang (Ridwan, 2022). Berdasarkan observasi lapangan,
kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga penyebab banjir yang terjadi di jalan Darma Bakti
lahan dapat difungsikan secara optimal. Sistem adalah kapasitas tampung saluran dranaise yang tidak
drainase yang baik akan mampu menaikkan kualitas memenuhi sehingga tidak mampu menampung
kesehatan lingkungan ( Kustamar, 2019). limpasan aliran permukaan secara optimal serta
Dalam perencanaan drainase tidak lepas dari terdapat banyak tumpukan sampah yang menumpuk
berbagai masalah yang perlu ditangani secara benar di sekitar drainase.
dan menyeluruh. Salah satu permasalahan drainase Menurut Maryam (2018) berdasarkan hasil
adalah terjadinya genangan atau banjir. Banjir analisa menggunakan software EPA SWMM 5.0
merupakan kata yang sangat populer di Indonesia, (Storm Water Management Model) diperoleh 13 titik
khususnya dimusim hujan, mengingat hampir semua saluran yang mengalami banjir yang disebabkan oleh
kota di Indonesia mengalami genangan hingga banjir. tingginya intensitas curah hujan serta kapasitas
Namun permasalahan ini sampai sekarang ini belum tampung drainase yang tidak memenuhi sehingga
terselesaikan, bahkan cenderung makin meningkat, diperlukan perubahan dimensi.
baik frekuensinya, luasannya, kedalamannya, maupun Dalam pemecahan permasalahan pada penelitian
durasinya. Permasalahan banjir di perkotaan berawal ini, peneliti menggunakan software EPA SWMM 5.1
dari meningkatnya jumlah penduduk, sehingga dengan pendekatan model kondisi sesungguhnya
berkurangnya daerah resapam air hujan yang dilapangan. Berdasarkan Ardiyanto (2020) model
mengakibatkan sistem drainase tidak mampu untuk EPA SWMM merupakan simulasi dinamis hubungan
menampung air. Drainase direncanakan untuk antara curah hujan dan limpasan yang dikembangkan
menangani persoalan kelebihan air yang ditimbulkan oleh U.S Environmental Protection Agency (EPA).
adanya intensitas hujan yang tinggi sehingga bisa Mengingat pentingnya fungsi drainase dan
berhubungan secara sistematik antara satu dengan permasalahan drainase yang terjadi di jalan Darma
yang lain yang bertujuan agar air mengalir atau Bakti kota Pekanbaru, maka akan dilakukan “Analisa
berjalan dengan baik (Wesli, 2008).

1
saluran drainase Jalan Darma Bakti kota Pekanbaru menggunakan software EPA SWMM 5.1”.

TINJAUAN PUSTAKA
Periode Ulang dan Analisi Frekuensi intensitas hujan adalah makin singkat hujan
Hujan rancangan dihitung dengan berlangsung maka intensitasnya makin tinggi
periode ulang tertentu yang diperoleh dari dan makin besar periode ulangnya makin
analisis frekuensi. Periode ulang merupakan tinggi intensitasnya (Kustamar, 2019).
2
waktu dimana hujan dengan besaran waktu R 24 24 3
tertentu akan disamai atau dilampui sekali I= ( )
24 t ………………………………..……(3)
dalam jangka waktu tertentu (Bambang Keterangan :
Triatmojo, 2009). Tujuan analisis frekuensi I = intensitas hujan (mm/jam)
mencari hubungan antara besarnya kejadian t = lama hujan (jam),
ekstrim terhadap frekuensi kejadian melalui R24 = curah hujan maksimum harian
penerapan distribusi (Suripin, 2004). dalam 24 jam
Ada 4 metode yang digunakan dalam
analisis frekuensi yaitu Distribusi Normal,
Distribusi Log Normal, Distribusi Gumbel, Storm Water Management Model (SWMM)
dan Distribusi Log Pearson III (Bambang Untuk menghitung debit rencana pada
Triatmojo, 2009). Parameter statistik dasar saluran drainase dan kapasitas saluran
yang digunakan adalah nilai rata-rata (X) , mengunakan alat bantu berupa software EPA
standar deviasi (sd), Koefisien Skewness SWMM 5.1. SWMM (Storm Water
(Cs), Koefisien Variasi (Cv) dan Koefisien Management Model) adalah model simulasi
Kurtosis (Ck) dinamis hubungan antara curah hujan dan
Untuk menguji apakah jenis distribusi yang limpasan yang dikembangkan oleh U.S.
dipilih sesuai dengan data yang ada yaitu dengan Environmental Protection Agency (EPA).
Smirnov-Kolmogorov dan uji Chi-Kuadrat (Bambang Pemodelan dengan SWMM berdasarkan
Triatmojo, 2009) sebagai berikut : berbagai proses hidrologi seperti curah hujan
dengan variasi waktu, evaporasi pada
Uji Kecocokan Smirnov Kolmogorov permukaan air, curah hujan pada daerah
Diperoleh dengan menghitung probabilitas untuk tampungan dan infiltrasi dari curah hujan
masing-masing data hujan menggunakan persamaan yang masuk ke lapisan tanah tak jenuh air
sebagai berikut : yang memperhatikan limpasan dan sistem
m drainase.
P( X m )= ×100 %
n+1 ……………………………(1) METODE PENELITIAN
Keterangan : Lokasi penelitian ini dilakukan di
P (xm) = probabilitas empiris (%) jalan Darma Bakti kota Pekanbaru.
M = nomor urut data dari seri data yang telah Pemilihan lokasi ini dilakukan karena di
disusun lokasi tersebut mengalami banjir pada saat
N = banyak data intensitas curah hujan yang cukup tinggi dan
terdapat tumpukan sampah di saluran
Uji Chi Kuadrat drainase menyebabkan saluran menjadi
Uji Chi–Kuadrat mengunakan parameter 𝑋2 dapat tersumbat sehingga mengakibatkan
dihitung dengan rumus: terganggunya aktivitas lalu lintas dan
G 2
(O − E ) masyarakat. Tahapan pertama dari penelitian
∑ iE i ini melakukan pengumpulan data primer dan
χh2= i=1 i ……………………………(2) sekunder. Selanjutnya dilakukan analisis data
Keterangan : yang meliputi analisis debit saluran dan
χh = parameter chi-kuadrat terhitung, kapasitas saluran drainase eksisting dengan
G = jumlah sub kelompok, bantuan software SWMM. Penanggulangan
Oi = jumlah nilai pengamatan pada sub banjir didapatkan melalui simulasi ulang
kelompok i, analisis kapasitas saluran drainase
Ei = jumlah nilai teoritis pada sub kelompok i. menggunakan software SWMM agar dapat
menampung debit rencana dengan
Intensitas Hujan penambahan kapasitas saluran dengan cara
penambahan lebar dan penambahan
Intensitas hujan adalah tinggi atau
kedalaman saluran, megubah geometri
kedalaman air per-satuan waktu. Sifat umum
saluran dan merencanakan sumur resapan.

2
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hujan Harian Maksimum gumbel, Log normal, dan log pearson III. Dari
Data hujan harian maksimum menggunakan data hasil uji dengan Uji Chi Kuadrat Dan Uji
stasiun meteorologi sultan syarif kasim ii dengan Smirnov-Kolmorov semua metode analisis
periode pengamatan data curah hujan yang frekuensi dapat diterima, sehingga dipilih metode
digunakan selama 10 (sepuluh) tahun dari tahun yang menghasilkan nilai Xh2 dari uji Chi Kuadrat
2012 sampai 2021 dan Dmaks dari Uji Smirnov-Kolmorov yang
terkecil yaitu metode Log Normal. Hasil Hujan
Hujan Rncangan Rancangan metode Log Normal ditampilkan
Penentuan metode analisis frekuensi dihitung pada Tabel 1
menggunakan 4 metode yaitu metode normal,

Tabel 1 Hasil Uji dengan Uji Chi Kuadrat Dan Uji Smirnov - Kolmogorov
Curah Hujan Rencana
Kala Ulang (Tahun) Cs Log X S K Log X
126,67
2 0,5289 2,110 0,0924 -0,087 2,1027
153,16
5 0,5289 2,110 0,0924 0,806 2,1851
171,01
10 0,5289 2,110 0,0924 1,324 2,2330
194,04
25 0,5289 2,110 0,0924 1,918 2,2879
211,54
50 0,5289 2,110 0,0924 2,324 2,3254

Intensitas Hujan Rancangan dibawah 100 Ha. Hitungan yang sama dilanjutkan
Kota Pekanbaru dikategorikan kedalam kota untuk durasi dan kedalaman hujan recana harian yang
metropolitan dan dilokasi penelitian pada jalan Darma lain. Hasil hitungan seperti yang terlihat pada Tabel 2
Bakti memiliki catchment lebih dari 10 Ha dan berikut ini :

Tabel 2 Instensitas Hujan Rancangan


Intensitas Hujan (mm/jam)
Durasi (t)
2 tahun 5 tahun 10 tahun 25 tahun 50 tahun
menit jam 126,67 153,16 171,01 194,04 120,99
5 0.08 236,52 285,99 319,32 362,32 225,92
10 0.17 143,10 173,03 193,19 219,21 136,68
15 0.25 110,66 133,80 149,39 169,51 105,69
30 0.50 69,71 84,29 94,11 106,78 66,58
45 0.75 53,20 64,32 71,82 81,49 50,81
60 1.00 43,91 53,10 59,29 67,27 41,94
120 2.00 27,66 33,45 107,73 122,24 76,22
180 3.00 21,11 25,53 28,50 32,34 20,17
360 6.00 13,30 16,08 17,95 20,37 12,70
720 12.00 8,38 10,13 11,31 12,83 8,00

Simulasi kapasitas saluran drainase eksisting dengan EPA SWMM


Sistem drainase yang ada dimodelkan subcatchment area. Model skema jaringan drainase
kedalam software EPA SWMM memiliki 11 ditampilkan dalam Gambar 1

3
Gambar 1 Skema Jaringan Drainase
Dengan menggunakan model time series dalam hasil simulasi drainase jalan Darma Bakti tidak
intensitas hujan kala ulang 5 tahun terakhir mampu menampung debit, sehingga diperlukan
menghasilakan 6 titik banjir dari kondisi eksisting alternatif dalam menanggulangi banjir. Hasil simulasi
yang mana titik mengalami banjir yaitu J2, J3, J4, J7, dapat dilihat pada Gambar 2
J8 dan J10 dengan tinggi banjir 30-45 cm maka dari

Gambar 2 Simulasi Kondisi Eksisting Drainase

Skenario 1. Ubah Dimensi Saluran


Pada skenario ini penulis hanya mengubah didapatkan dari 6 titik banjir menjadi 3 titik banjir dan
kedalaman saluran sesuai dengan kondisi di lapangan. ketinggian banjir menjadi 20 cm. Perubahan dimensi
Setelah dilakukan dengan megubah dimensi saluran seperti yang terlihat pada Tabel 3

Tabel 3. Perubahan Dimensi Saluran


Panjang Dimensi Saluran
Conduit Node Elevasi Dimensi Eksisting
Saluran Hasil Simulasi
Awal Akhir L b h b h
C Awal Akhir
(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
C1 J1 J2 10,78 10,02 97,6 1,2 0,8 1,2 0,8
C2 J2 J3 10,02 10,13 97,6 1,2 0,8 1,2 0,8
C3 J3 J4 10,13 9,72 216 1,2 0,8 1,2 0,8
C4 J4 J5 9,72 11,24 130 1,2 0,8 1,2 0,8
C5 J5 J6 11,24 11,56 149 1,2 0,8 1,2 1,94
C6 J6 J7 11,56 11,47 163 1,2 0,8 1,2 2,2
C7 J7 J8 11,47 11,05 166 1,2 0,8 1,2 0,8
C8 J8 J9 11,05 12,06 164 1,2 0,8 1,2 0,8
C9 J9 J10 12,06 9,88 205 1,2 0,8 1,2 1,09
C10 J10 J11 9,88 10,09 336 1,2 0,8 1,2 0,8
C11 J11 Out 10,09 10,07 330 1,2 0,8 1,2 0,8

Skenario 2. Mengubah Geometri Saluran


Pada skenario ini penulis mengubah geometri banjir dan ketinggian banjir menjadi 20 cm. hasil
dengan dimensi sesuai kondisi eksisting. Setelah simulasi perubahan geometri dapat dilihat pada
dilakukan dengan megubah geometri dari persegi Gambar 3.
panjang ke geometri lingkaran, didapatkan 2 titik

4
Gambar 3 Simulasi Perubahan Geometri Drainase
Skenario 3. Rencana Sumur Resapan
Pada skenario 3 penulis merencanakan sumur pada Gambar 4 (yang dilingkari) yaitu sebesar 0,672
resapan agar dapat menanggulangi banjir. Sumur m3 /detik, untuk itu penulis mengambil titik tinjauan
resapan merupakan sumur atau lubang pada pada subcatchment 10.
permukaan tanah yang dibuat untuk menampung air Untuk mengurangi debit limpasan pada area
hujan agar dapat meresap kedalam tanah. Dari hasil tersebut maka penulis merencanakan sumur resapan
simulasi yang telah dilakukan terlihat limpasan per 600 m2 .
terbesar terjadi pada subcatchment 10 dapat dilihat
.

Gambar 4 Subcatchment Run Off di jalan Darma Bakti pada EPA SWMM 5.1

Luas subcatchment 10 = 6,82 ha = 68.200 m2 diperlukan metoda perhitungan sebagai berikut


Ditetapkan setiap 600 m2 dibangun sumur resapan, (Sunjoto, 1992) :
maka : Q
2 H= [ 1 - e (-(FKT/πR²)) ]
68.200 m FK
Jumlah sumur resapan = 68.200 m2 = 2
=¿
600 m keterangan :
113 H = kedalaman air = 3 m
K = permeabilitas tanah = 1,5 x 10-4 m/detik
Selanjutnya untuk membangun sumur resapan agar R = jari-jari = 0,6 m
dapat memberikan kontribusi yang optimum T = durasi aliran = 9000 detik
F = faktor geometrik = 5,5R = 3,3 m
Maka dapat dihitung debit 1 sumur resapan :

Tabel 4.Perhitungan Q Sumur Resapan


H R FKT πR² (a/b) Exp(-c)) Q
FK 1-(d)
(m) (m) a b c d (m3/detik)
3 0,6 0,0000495 4,455 1,1304 3,941 0,019 0,981 0,0015

Selanjutnya dapat dihitung debit yang terserap untuk error pada subcatchment 10 dengan mengurangi %
113 sumur resapan adalah : impervious sampai didapat hasil pengurangan debit
Q = 113 x 1,5 x 10-4 m3 /detik = 0,2542 m3/detik ( uji limpasan sebesar 0,2542 m3/detik. Setelah didapat
coba simulasi trial dan error pada EPA SWMM 5.1 ) persen pengurangan % impervious yaitu sebesar
Qtertampung = Qmasuk –Qresapan 34,79%, maka dilakukan pengurangan % impervious
= 0,672 – 0,2542 = 0,4178 m³/detik tersebut pada tiap subcatchment. Kemudian lakukan
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan running simulasi, maka hasil bisa terlihat pada
debit yang terserap untuk 113 sumur resapan adalah Gambar 5di bawah ini yaitu debit limpasan pada tiap
0.2542 m3/detik yang mana pada subcatchment 10 di subcatchment berkurang dan jumlah titik banjir pada
Gambat 4 sumur resapan bisa menyerap debit saluran berkurang hanya menjadi 2 titik banjir dengan
limpasan sebesar 0.,2542 m3/detik. Untuk tinggi banjir 18 cm. Berikut adalah hasil kesimpulan
mengkonversikan debit sumur resapan pada program dari perocbaan ke ketiga skenario yang dilakukan
EPA SWMM 5.1, penulis menggunakan cara trial and dapat dilihat pada Tabel 5.

5
Gambar 5 Subcatchment Runoff perubahan Impervious Subcatchment

Tabel 5 Hasil dari 3 Skenario Simulasi EPA SWMM 5


Jenis
No Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3
Perlakuan
Hasil Mengubah geometri Merencanakan
1. Perubahan dimensi kedalaman
Simulasi drainase sumur resapan
J1, J2, J3, J4, J7, J8, J10, J11
b = 1,2 m ; h= 0,8 m
J5 J1, J2, J3, J4, J5, J6,
Jumlah = 113 buah
b = 1,2 m, ; h = 1,94 m J7, J8, J9 J10, J11
2. Dimensi R = 0,6 m
J6 Diameter = 1,2 m
H=3m
B = 1,2m, h = 2,2 m
J9
b = 1,2 m, h = 1,09 m
Bentuk
3. Persegi panjang Setengah lingkaran Sumur resapan
penampang
Tinggi
4. 20 cm 20 cm 18 cm
banjir
Jumlah Simulasi 1 Simulasi II Simulasi 1 Simulasi II
5. Debit tertampung
titik banjir 3 titik Tidak ada 2 titik Tidak ada

SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa saluran drainase jalan Darma Bakti kota Pekanbaru maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut.
1. Jaringan drainase dikawasan tersebut tidak mampu menampung debit dengan tinggi banjir 30 – 45 cm,
dimana terdapat 6 titik banjir.
2. Untuk pengendalian banjir di jalan Darma Bakti kota Pekanbaru dilakukan dengan 3 skenario yaitu
mengubah dimensi saluran (memperdalam saluran dengan geometri drainase persegi panjang dan ukuran
dimensi lebar (b) = 1,2 m ; tinggi (h)= 0,8 m (J1, J2, J3, J4, J7, J8, J10, J11) sedangkan b = 1,2 m, h = 1,94
m (J5), b=1,2m, h = 2,2 m (J6) dan b = 1,2 m, h = 1,09 m (J9) . Untuk titik drainase J5 dan J6 memiliki
ketinggian 2,75 kali h eksisting yaitu 1,94 m dan 2,2 m sedangkan J9 memiliki ketinggian 1,36 kali h
eksisting yaitu 1,09 m) , mengubah geometri saluran drainase (bentuk lingkaran dengan diameter 1,2 m) dan
merencanakan sumur resapan (113 buah; dimensi R = 0,6 m , H = 3m)

DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati. 2013. Uji Materi Undang-undang tentang Sumber Daya Air. Mahkamah
Konstitusi, Jakarta.
Amrulloh dkk. 2021. Evaluasi Kinerja Sistem Drainase Jalan Kaliurang Kecamatan
Sumbersari Kabupaten Jember. Jurnal Teknik: Universitas Jember.
Ardiyanto dkk, 2020. Perencanaan Ulang Sistem Drainase Perumahan Mulyosari Surabaya
Timur. Jurnal Teknik: Institus Teknologi Sepuluh November.
Cristiandi & Lambertus. 2014. Pengembangan Sistem Penyediaan Air Bersih di Kecamatan
Poso Kota Sulawesi Tengah. Jurnal Teknik: Universitas Sam Ratulangi
Departemen Pekerjaan Umum. 2006. SNI. Perencanaan Sistem Drainase Jalan, Jakarta.
Direktorat Jendral Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum.2010. Tata Cara Pembuatan
Kolam Retensi Dan Folder Dengan Saluran-Saluran Utama. Jakarta : Direktorat
Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum.
Efrizal dkk. 2022. Implementasi Software Hec-Ras 4.1.0 dan Epa Strom Water Management
Model 5.1.0 Pada Efektivitas Analisis Saluran Drainase (Studi Kasus Desa Kelet

6
Kecamatan Keling Kabupaten Jepara). Jurnal Teknik: Universitas Nadhatul Ulama
Jepara.
Fransiska dkk. 2020. Simulasi Dengan Program EPA SWMM Versi 5.1 Untuk
Mengendalikan Bajir Pada Jaringan Drainase Kawasan Jati. Jurnal Teknik: Universitas
Batanghari Jambi
Harisuseno dkk. 2017. Limpasan Permukaan Secara Keruangan. UB Press, Malang.
Hasmar, H.A Halim. 2011. Drainase Perkotaan. UII Press, Yogyakarta.
Kartiko & Waspodo. 2018. Analisa Kapasitas Saluran Drainase Menggunakan Program
SWMM 5.1 di Perumahan Tasmania Bogor, Jawa Barat. Jurnal Teknik: Institut
Pertanian Bogor.
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia. 2020. Peraturan
Mentri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor: 8 tahun 2020 tentang
Petunjuk Operasional Penyelenggaraan Khusus Infrastruktur Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat.
Kementrian Pekerjaan Umum Republik Indonesia. 2014. Peraturan Mentri Pekerjaan Umum
Republik Indonesia Nomor: 12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan Sistem
Drainase Perkotaan.
Kusnaedi. 2011. Sumur Resapan Untuk Pemukiman Perkotaan Dan Pedesaan. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Kustamar. 2019. Sistem Drainase Perkotaan Pada Kawasan Pertanian, Urban Dan Pesisir.
Malang: Dream Litera.
Maryam, Siti. 2018. Analisis Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Saluran
Drainase Guna Mendukung Infrastruktur Jalan Jendral Sudirman ( Jalan Poros)
Kabupaten Karimun Menggunakan Model EPA SWMM 5.0. Tugas Akhir. Fakultas
Teknik Universitas Riau, Pekanbaru.
McDonough, J. M., 2009. Lectures in Elementary Fluid Dynamics : Physics, Mathematics
and Application. Departments of Mechanical Engineering and Mathematics University
of Kentucky, Lexington.
Purnomo dkk. 2021. Evaluasi Saluran Drainase di Kecamatan Bojonegoro Kabupaten
Bojonegoro. Jurnal Teknik: Universitas Islam Malang.
Rossman, Lewis A & Huber W. C. 2015. Storm Water Management Reference Manual
Volume I-Hidrology (Revised). Cincinnati, OH : U.S Environmental Protection Agency,
National Risk Management Research Laboratory.
Saputro dkk. 2018. Evaluasi Drainase Perumahan Margorejo Indah Dengan Permodelan EPA
SWMM 5.1. Jurnal Teknik: Universitas 17 Agustus Surabaya.
Badan Standarisasi Nasional. 2002.Standar Nasional Indonesia Nomor 03-2453-2002 tentang
Tata cara perencanaan teknik sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan.
Suprapto dkk, 2019. Analisis Sistem Drainase Untuk Penangan Genangan di Kecamatan
Magetan Bagian Utara. Jurnal Teknik: Universitas Sebelas Maret.
Suripin. 2004. Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan. Andi Offset, Yogyakarta.
Triadmodjo, Bambang. 2008. Hidrologi Terapan. Beta Offset, Yogyakarta.
United States Environmental Protection Agency. 1971. EPA History Protecting Human
Health and the Environment. United States: Environmental Protection Agency.
Wesli. 2008. Drainase Perkotaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai