Anda di halaman 1dari 9

PERENCANAAN CHECK DAM AMPELGADING

SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN BANJIR LAHAR


DINGIN GUNUNG SEMERU PADA SUNGAI GLIDIK
KECAMATAN TEMPURSARI KABUPATEN
LUMAJANG

Yuangga Rizky Illahi1, Sumiadi2


1
Mahasiswa Program Sarjana Teknik Pengairan Universitas Brawijaya
2
Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Teknik Pengairan Universitas Brawijaya-Malang, Jawa Timur, Indonesia
Jalan MT. Haryono 167 Malang 65145, Indonesia
1
Email: yuangga.r@yahoo.com

ABSTRAK: Aktifitas vulkanologi yang tinggi pada gunung Semeru mengendapkan


material vulkanik di sekitar kawah. ketika hujan, material akan terbawa bersama banjir
menjadi banjir lahar dingin (aliran debris) di sungai. Sungai Glidik menjadi salah satu
sungai yang terlewati banjir lahar dingin dan terkena dampak kerusakan apabila tidak
dikendalikan. Perhitungan hidrologi menggunakan metode Hidrograf Satuan Sintesis
Nakayasu menunjukkan debit Q25th 1059.49 m3/dt dan Qdesain = 1.265 x Q25th = 1340.74
m3/dt. Perbandingan peta topografi tahun 2013 dan 2017 menunjukkan perubahan
sedimen sebesar 15703.89 m3/thn tergerus dan 13725.61 m3/thn terendap pada lokasi.
Lokasi alternatif rencana A dipilih daripada lokasi alternatif rencana lainnya karena
memiliki perbandingan pengurangan slope dasar sungai terbesar, perbandingan panjang
: volume tampungan terbesar, dan jenis aliran yang dominan aliran debris. Check dam
direncanakan dengan tinggi 2.5 m, lebar pelimpah 150 m, lantai olak, sub dam, dan
dikontrol dengan analisa stabilitas. Analisa rencana anggaran biaya menunjukkan total
nilai pekerjaan senilai Rp. 20.97 Milyar.

Kata Kunci: gunung semeru, banjir lahar dingin, sungai glidik, check dam

ABSTRACT: High volcanology activities on mount Semeru deposit volcanic material


around the crater. When it rains, materials will carried along with the flood become
cold volcanic mudflow (debris flow) in river. Glidik river is one of rivers that has been
flooded by cold volcanic mudflow and affected by damage if not controlled. Hydrology
calculation using Synthetic Hydrograph Unit Nakayasu method shows discharge Q25yr
1059.49 m3/s and Qdesign= 1.265 x Q25yr = 1340.74 m3/s. Comparison of topographic
maps between years 2013 and 2017 shows sediment changes by 15703.89 m3/yr eroded
and 13726.61 m3/yr deposited on site. Alternative site plan A chosen than other
alternative site plan because have biggest slope river base changing comparison value,
biggest long : sediment storage volume comparison value, and debris flow as flow type
dominant. Check dam is planned by 2.5 m high, 150 m wide of spillway, hydraulic jump
floor, sub dam, and controlled by stability analysis. Budget plan analysis shows total
value of work worth Rp. 20.97 Billions.

Keywords: mount semeru, cold volcanic mudflow, glidik river, check dam

PENDAHULUAN menjadi banjir lahar dingin pada sungai –


Gunung semeru merupakan gunung sungai di lereng gunung semeru dan salah
berapi aktif yang mengeluarkan material satunya sungai Glidik. Banjir lahar dingin
vulkanik dan terendap pada sekitar kawah. (aliran debris) yang terjadi mempunyai daya
Material ini akan terbawa bersama banjir rusak yang besar sehingga perlu dikendalikan
dengan bangunan air. Untuk itu, salah satu Analisis Curah Hujan Harian Daerah
usaha pengendalian tersebut adalah Maksimum Tahunan
direncanakannya bangunan check dam a. Metode Rata – Rata Hitung
Ampelgading yang nantinya dapat membantu Metode ini paling sederhana dalam
pencegahan kerusakan akibat dampak banjir perhitungan curah hujan daerah. Hujan
lahar dingin yang terjadi secara langsung diperoleh dari persmaan berikut (Soemarto,
maupun tidak langsung. 1987, p.31):
Tujuan dan manfaat dari studi ini adalah (2)
untuk memberikan kontribusi dalam sistem =∑
pengendalian Banjir Lahar dingin pada Sungai
Dengan:
Glidik serta dapat membantu memberikan
= hujan rata-rata (mm)
pengetahuan tentang tata cara urutan
= jumlah hujan masing-
perencanaan desain Check Dam dari proses
masing stasiun yang diamati
awal input data hingga menjadi bentuk desain
(mm).
bangunan Check Dam.
= banyaknya pos penakar
Pengisian Data Kosong
b. Metode Polygon Thiessen
The Inverse distance weighting method is used
to interpolate the spatial rainfall. In most The Thiessen Polygon method assumes
cases, the critical influence parameter of that at any point in a catchment, the rainfall is
Inverse distance weighting method is distance, the same as that at the nearest rain gauge so
For this reason, elevation of rainfall stations the depth recorded at a given gauge is applied
is not considered in this study. (Metode out to a distance halfway to the next gauge in
Inverse distance weighting digunakan untuk any direction. (Metode Polygon Thiessen
menginterpolasi ruang distribusi hujan. Pada menganggap bahwa di titik manapun pada
umumnya, parameter pengaruh kritis adalah daerah tangkapan, hujan sama seperti alat
jarak. Untuk alasan ini, elevasi dari stasiun penakar hujan terdekat sehingga kedalaman
hujan tidak dipertimbangkan pada yang tercatat pada alat penakar tertentu
pembahasan ini) (Chen & Liu, 2012, p.3) diaplikasikan menjadi setengah jarak ke alat
penakar hujan selanjutnya dari arah manapun)
(Han, 2010, p.22)
∑ (1)
∑ (3)
dengan: ∑
= Data Stasiun yang hilang (mm)
= tinggi curah hujan rata –
= Data Stasiun hujan yang lain (mm)
rata areal (mm)
= = luas areal (km2)
= Jarak antar stasiun (m) = tinggi curah hujan di pos 1,
2, 3 ....., n (mm)
Uji Korelasi Data = luas daerah pengaruh pos 1,
Jika data hujan tidak konsisten karena 2, 3 ....., n (km2)
perubahan atau gangguan lingkungan di =
sekitar tempat penakar hujan dipasang,
misalnya, penakar hujan terlindung oleh
Curah Hujan Rancangan
pohon, terletak berdekatan dengan gedung
a. Metode Gumbel
tinggi, perubahan penakaran dan pencatatan,
Dimana sebaran ini mempunyai fungsi
pemindahan letak penakar dan sebagainya,
distribusi eksponensial ganda sebagai berikut
memungkinkan terjadi penyimpangan
(Limantara, 2009, pp.58-61):
terhadap trend semula. Hal ini dapat diselidiki
dengan menggunakan Uji Regresi Linier ̅ (4)
Berganda. Data di katakan konsisten apabila
hasil dari R2 mendekati 1 (Asdak, 2010, dengan:
p.310). = nilai ekstrim
̅ = nilai rata-rata
= reduced variate, merupakan fungsi
dari probabilitas atau dengan rumus 4. Berdasarkan tabel nilai kritis dapat
sebagai berikut: ditentukan harga Δcr
= ( ) (5) Apabila Δo lebih kecil dari Δcr maka
distribusi teoritis yang digunakan untuk
= reduced variate mean, rata-rata Yt menentukan persamaan distribusi dapat
merupakan fungsi dari pengamatan diterima, apabila Δo lebih besar dari Δcr maka
(dari tabel Gumbel) distribusi teoritis yang digunakan untuk
= simpangan baku (standar deviasi) menentukan persamaan distribusi tidak dapat
Syarat Distribusi Gumbel: diterima.
Koefisien kepencengan (Cs) = 1.14
Koefisien puncak (Ck) = 5.4 b. Uji Chi Square
∑ ̅
(6) Uji ini digunakan untuk menguji
simpangan secara vertical apakah distribusi
∑ ̅ pengamatan dapat diterima secara teoritis.
(7)
∑ (11)
Dengan:
= koefisien kepecengan dengan:
= koefisien puncak = chi-square
= simpangan baku = banyaknya pengamatan yang
= jumlah data diharapkan, .
b. Log Pearson Tipe III = frekuensi yang terbaca pada
Tidak ada syarat khusus untuk distribusi kelas yang sama
ini, disebut log Pearson III karena Nilai X2 yang terhitung ini harus lebih
memperhitungkan 3 parameter statistik, kecil dari harga X2cr (yang didapat dari table
dengan prosedur perhitungan sebagai berikut Chi-Square). (Soewarno, 1995, p.194)
(Limantara, 2009, p.61): Derajat kebebasan ini secara umum dapat
1. Mengubah data debit/hujan sebanyak n dihitung dengan:
buah (X1, X2, ……Xn) menjadi Log X1,
Log X2,……..Log Xn (12)
2. Menghitung harga rata-rata dengan:
∑ (8) = derajat kebebasan
̅̅̅̅̅̅̅ = banyaknya kelas
3. Menghitung harga Simpangan baku = banyaknya keterikatan atau sama
∑ ̅ dengan banyaknya parameter
√ (9)
4. Menghitung koefisien kepencengan (dalam Debit Desain
log) Hidrograf aliran debris secara kualitatif
∑ ̅ kandungan sedimen terjadi pada saat puncak
(10) banjir. Debit puncak aliran debris diestimasi
Menghitung nilai ekstrim berdasarkan hubungan antara debit puncak
limpasan dan kandungan sedimennya sebagai
Mencari antilog dari LogX untuk berikut (Yayasan Sabo Indonesia, 2000, p.
mendapatkan hujan debit banjir rancangan III-5):
yang dikehendaki. (13)

Uji Kesesuaian Distribusi (14)


a. Uji Smirnov Kolmogorof
dengan:
Langkah-langkah pengujian Smirnov
= debit puncak aliran debris (m3/dt)
adalah sebagai berikut (Soewarno, 1995):
= debit puncak limpasan (m3/dt)
1. Mengurutkan data (dari besar ke kecil atau
= koefisien kandungan sedimen
sebaliknya) dan juga besarnya peluang dari
masing-masing data tersebut. = konsentrasi volumetrik sedimen
pada endapan aliran debris
2. Menentukan nilai masing - masing
peluang. = konsentrasi volumetrik sedimen
3. Mencari kedua nilai peluang. pada aliran debris yang bergerak.
Angkutan Sedimen b. Panjang Kolam Olak
Sifat pengaliran pada alur sungai di Dalam perhitungan menentukan jarak
pegunungan yang dilewati bahan hasil letusan bendung utama dan sub dam dipakai
dapat dibagi 3, yaitu (Priyantoro, 1987, p. 93): persamaan sebagai berikut (PD T-12-2004.A,
a. Aliran Lahar 2004, p.7):
(15) (21)

dengan:
θ = sudut kemiringan dasar sungai (tan
θ = I = slope dasar sungai) √ (22)
ϕ = sudut geser dalam butiran dasar
sungai (23)
C* = konsentrasi butiran pada endapan
(24)
= (Vs = volume solid material; V
= volume air)
σ = kerapatan debris (ton/m3)
ρw = kerapatan air √ (25)
h = kedalaman aliran
d = diameter rata – rata butiran (26)
permukaan dasar sungai
b. Aliran Lumpur (27)

( )

(16)
√ (28)

Dengan:
c. Aliran Muatan Dasar = jarak terjunan (m)
= panjang loncatan air (m)
(17)
= lebar mercu sub dam (m)
= debit per meter (m3/det/m)
= tinggi air diatas bendung utama (m)
Check Dam
Perencanaan Check Dam antara lain = tinggi bendung utama dari lantai kolam
sabagai berikut: olak (m)
a. Perhitungan Dimensi Peluap = koefisien besarnya (4,5-5,0 )
Debit desain dihitung dengan persamaan = tinggi dari permukaan lantai
sebagai berikut (PD T-12-2004.A, 2004, p.9): kolam olak (permukaan batuan
dasar ) sampai ke muka air
diatas mercu subdam.
√ (18) = tinggi air pada titik jatuh
Jika = 0.60 terjunan (m)
= 0.50 = debit aliran per meter lebar pada
titik jatuh terjunan (m3/dt/m)
rumus menjadi: = kecepatan jatuh pada terjunan (m/dt)
(19) = angka Froude aliran pada titik terjunan
(20)
c. Stabilitas Terhadap Geser
Berikut persamaan untuk menghitung
dengan:
dimensi peluap pada sabo dam (PD T-12-
= Tiggi air diatas pelimpah
2004.A, 2004, p.12):
= Debit desain
= Lebar Pelimpah Check Dam
= Debit banjir (29)
= Parameter aliran
dengan: = gaya vertikal total (t)
= faktor keamanan terhadapgeser
= gaya vertikal total (t) e. Daya Dukung Tanah Pondasi
= gaya horizontal total (t) Berikut persamaan untuk menghitung
= koefisien geser antara dasar badan dimensi peluap pada sabo dam (PD T-12-
bendung dan tanah dasar 2004.A, 2004, p.12):
(33)
d. Stabilitas Terhadap Guling ( )
Berikut persamaan untuk menghitung
dimensi peluap pada sabo dam (PD T-12-
2004.A, 2004, pp.11-12): ( )
(34)

(30) Dengan:
= tegangan vertikal pada ujung hilir
(31) bendung (t/m2)
= tegangan vertikal pada ujung hulu
bendung (t/m2)
Pada umumnya besarnya disyaratkan
= gaya vertikal total (t)
= lebar dasar bendung utama (m)
= eksentrisitas resultan gaya yang bekerja

∑ (32) ( ) (m)

dengan: Analisa Rencana Anggaran Biaya


= jarak dari tumit bending tepi (hulu) ke Analisis harga satuan pekerjaan adalah
titik tangkap resultan gaya (m) perhitungan kebutuhan biaya tenaga kerja,
= jarak dari as sampai ke titik tangkap bahan, dan peralatan untuk mendapatkan
resultan gaya (m) harga satuan atau satu jenis pekerjaan tertentu
= jumlah momen yang menahan (tm) (Permen No 11-PRT-M-2013, 2013, pp.2).
= jumlah momen menggulingkan (tm)
= momen total (MV – MH ) (tm)

Gambar 1. Struktur Analisis Harga Satuan Pekerjaan (HSP)


Sumber: Permen No 11-PRT-M-2013, 2013, pp.9

METODOLOGI STUDI Lumajang dan Kabupaten Malang. Secara


Lokasi daerah studi perencanaan ini administrasi wilayah gunung semeru memang
berada di sungai Glidik yang tepatnya berada terbagi menjadi Kabupaten Lumajang dan
di Kecamatan Tempursari. Lokasi studi Kabupaten Malang.
berada pada perbatasan antara Kabupaten
Sungai Glidik menjadi salah satu sungai Tabel 2. Perhitungan Analisa Hujan Harian
dan DAS yang berada di lereng gunung Daerah Maksimum Tahunan
semeru yang menjadi jalur lahar dingin. Rata - Rata Hitung Polygon Thiessen
Tahun
(mm) (mm)
Sebagai sungai yang membawa material 2003 59.48 63.64
vulkanik, sungai glidik didominasi oleh 2004 142.8 122.59
material batu, pasir, dan kerikil. Sekitar lokasi 2005 77.52 72.25
2006 78.24 73.27
site rencana terdapat beberapa kampung dan 2007 258.8 299.5
persawahan. Kemudian terdapat perbuitan 2008 269.52 273.37
2009 221.62 213.13
disekitar ruas sungai. Pada lokasi sudah 2010 238.25 231.92
terdapat tanggul dan perkuatan lereng serta 2011 114.5 140.39
krib namun pada beberapa titik tanggul yang 2012 127.75 134.18
2013 53.25 56.37
ada terdapat kerusakan dan belum diperbaiki. 2014 79.25 71.59
2015 84.15 90.88
Langkah – Langkah Pengerjaan Studi 2016 129 124.3
Alur studi perencanaan ini mengikuti Sumber: Hasil perhitungan
langkah – langkah sebagai berikut:
1. Analisa Hidrologi Perhitungan Curah Hujan Rancangan
2. Pengolahan data sedimen (Penentuan Metode yang digunakan dalam kajian ini
sifat aliran, perhitungan angkutan adalah metode Gumbel dan Log Pearson III.
sedimen, dan perhitungan jarak dan Perhitungan dilakukan untuk masing – masing
volume endapan) metode hujan harian daerah maksimum
3. Desain Check Dam tahunan.
4. Analisa Stabilitas
5. Analisa Rencana Anggaran Biaya Tabel 3. Perhitungan Curah Hujan Rancangan
Rata - Rata Hitung Polygon Thiessen
Tr
HASIL DAN PEMBAHASAN Gumbel Log Pearson III Gumbel Log Pearson III
Pengisian Data Kosong 1,2 55.01 69.60 52.16 69.47
Data kosong diisi dengan menggunakan
metode invers distance dan masing – masing 2 127.24 117.63 128.93 117.55

terisi 5 213.44 189.56 220.54 192.45

10 270.51 245.96 281.21 253.17


Tabel 1. Perhitungan Data Hujan yang Hilang
Curah Hujan Maksimum (mm)
25 342.62 327.46 357.84 343.53
Thn Tanggal Besuk Pronoji Tirtomo 50 396.11 395.82 414.70 421.39
Rowo Baung
Kembar wo yo
2 Okt 177 0 0 9 100 449.21 470.90 471.14 508.83
7 Des 52,9 80 45 60 200 502.12 553.50 527.37 607.12
2003
11 Jun 0 0 80 0
1000 624.67 778.61 657.63 884.59
25 Sep 21 11 20,4 70
28 Mei 290 15 116 150
Sumber: Hasil perhitungan
2004 27 Mei 0 200 130 0
4 Jul 0 60 0 170 Perhitungan Uji Kesesuaian Distribusi
Uji Kesesuaian Distribusi menunjukkan
Sumber: Hasil perhitungan
hasil metode Gumbel Polygon Thiessen yang
digunnakan karena memiliki simpangan yang
Pada perhitungan didapatkan telah
lebih kecil daripada distribusi lainnya.
konsisten seluruhnya.
Perhitungan menggunakan Metode Chi
Square dan Smirnov – Kolmogorov.
Analisa Curah Hujan Harian Daerah
Maksimum Tahunan
Pada studi ini, analisa curah hujan daerah Hidrograf Satuan Sintesis Nakayasu
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan
maksimum tahunan dilakukan dengan
hidrograf satuan sintesis nakayasu didapatkan
menggunakan 2 metode yaitu metode rata –
rata hitung dan metode Polygon Thiessen. hasil debit puncak sebagai berikut:
1. Q1.2th = 133.26 m3/dt
2. Q2th = 329.39 m3/dt
3. Q5th = 718.44 m3/dt
4. Q10th = 914.23 m3/dt 7. Q100th = 1347.35 m3/dt
5. Q25th = 1059.49 m3/dt 8. Q200th = 1680.15 m3/dt
6. Q50th = 1203.68 m3/dt

1800 Q 1.2 tahun


1600 Q 2 tahun
1400 Q 5 tahun

1200 Q 10 tahun

1000 Q 25 tahun
Q (m3/detik)

Q 50 tahun
800
Q 100 tahun
600
Q 200 tahun
400
200
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48
t (jam)

Gambar 2. Grafik Hidrograf Satuan Sintesis Nakayasu


Sumber: Hasil Perhitungan

Perhitungan Volumetrik Debris Flow Kemudian didapatkan hasil gerusan =


dengan Perbandingan Peta 15703.895 m3/th dan endapan = 13725.610
Perhitungan volume sedimen akibat aliran m3/th
debris yang terjadi dilakukan dengan
melakukan overlay untuk peta kontur. Sesuai Pemilihan Lokasi Rencana Alternatif
dengan yang tersedia pada data, perbandingan Sesuai dengan rencana yang dilakukan
dilakukan pada peta kontur lokasi pada tahun pada studi ini, terdapat 3 lokasi rencana
2013 dan tahun 2017. Peta dengan selisih 4 alternatif. Lokasi rencana alternatif A yang
tahun tersebut akan menjadi dasar berada pada paling hulu kemudian lokasi
pembanding untuk gerusan dan endapan yang rencana alternatif B dan pada bagian paling
terjadi selama kurun waktu yang ada. hilir merupakan lokasi rencana alternatif C.
Berdasarkan perhitungan nilai yang telah
dilakukan, maka untuk lokasi rencana
alternatif yang terpilih adalah lokasi rencana
alternatif A dengan total 11 poin. Untuk
selanjutnya desain dan perencanaan akan
dilakukan pada lokasi rencana terpilih.

Perencanaan Check Dam Lokasi Rencana


Terpilih
Berdasarkan perhitungan yang telah
dilakukan, didapatkan dimensi utama sebagai
berikut:
Qdesain 1340.74 m3/dt
Lebar peluap (B1) 150 m
Gambar 3. Overlay Peta Topografi Tahun Tinggi muka air diatas mercu (h3) 2.28 m
2013 dan tahun 2017 Lebar mercu peluap (b1) 3.5 m
Sumber: Hasil Perhitungan Kemiringan hilir (n) 0.2
Kemiringan hulu (m) 0.6
Tebal lantai olak (t) 1.7 m Tinggi subdam 2.31 m
Panjang Lantai 24 m Gerusan 3.84 m

Gambar 4. Desain Check Dam


Sumber: Hasil Perhitungan

Analisa Stabilitas dan pekerjaan sub dam dengan total biaya


Perhitungan berdasarkan peta gempa ditambah 10% PPN senilai Rp.
didapatkan koefisien gempa senilai 0.0495 g. 20,975,564,342.00
kemudian hasil perhitungan stabilitas dengan
berbagai kondisi dapat dilihat pada Tabel KESIMPULAN DAN SARAN
berikut ini: Kesimpulan
Tabel 4. Kontrol Stabilitas 1. Berdasarkan hasil Perhitungan dan
Kondisi SF Guling Geser σ1 σ2 analisis yang dilakukan didapatkan
Banjir Hitung 1.63 1.93 10.58 2.98 Qdesain = 1340.736 m3/dt. Didapatkan
danTanpa dari debit banjir rancangan Q25 yang
Sedimen Minimum 1.30 1.30 75.648 75.648
dikalikan dengan koefisien α = 1.265.
Banjir dan Hitung 1.58 1.58 11.11 2.42
Penuh
2. Perbandingan peta topografi tahun
Sedimen Minimum 1.30 1.30 75.648 75.648 2013 dan 2017 memberikan hasil
Banjir, Hitung 1.46 1.16 13.52 0.01 pada lokasi sebelah kanan sungai
Penuh didominasi oleh kejadian gerusan
Sedimen,
dan Minimum 1.10 1.10 75.648 75.648 sedangkan pada sebelah kiri sungai
Gempa didominasi oleh kejadian endapan
Normal Hitung 2.47 2.64 8.23 6.22 dengan volume gerusan = 65815.580
dan Tanpa m3/4 tahun (15703.895 m3/tahun) dan
Sedimen Minimum 1.50 1.50 75.648 75.648
Normal
volume endapan = 54902.440 m3/4
Hitung 2.31 2.05 9.17 5.26
dan Penuh tahun (13725.610 m3/tahun).
Sedimen Minimum 1.50 1.50 75.648 75.648 3. Dari 3 lokasi rencana alternatif yang
Normal, Hitung 2.05 1.49 11.06 3.37 ada dipilih lokasi rencana alternatif A
Penuh
Sedimen,
dengan menggunakan beberapa
dan Minimum 1.30 1.30 75.648 75.648 pembanding. Lokasi alternatif A
Gempa memiliki keunggulan dalam segi
Sumber: Hasil perhitungan perbandingan panjang dan volume
tampungan dengan metode empiris,
Selain itu setelah dikontrol untuk tebal perbandingan kemiringan dasar
lantai dan rembesan serta dinding penahan sungai pada tinggi bangunan 2.5
semuanya telah terhitung aman secara meter, dan pada lokasi terjadi aliran
stabilitas. debris melalui pengecekan jenis
aliran.
Analisa Rencana Anggaran Biaya 4. Berdasarkan perhitungan yang telah
Perhitungan Analisa Rencana Anggaran dilakukan, desain check dam
Biaya terbagi menjadi 4 rincian pekerjaan didapatkan dimensi sebagai berikut:
yaitu pekerjaan persiapan, pekerjaan Main - Panjang mercu peluap (B1) 150 m
Dam, Pekerjaan tembok tepi dan lantai olak,
- Tinggi muka air diatas mercu (h3) Chen, Feng-Wen & Chen Wuing-Lu. 2012.
2.928 m Estimation of The Spatial Rainfall
- Lebar mercu peluap (b1) 3.5 m Distribution Using Inverse Distance
- Tinggi check dam (H) 2.5 m Weighting (IDW) in The Middle of
- Tinggi bagian hilir main dam (H1) Taiwan. Department of
3.9 m Bioenvironmental System Engineering.
- Tinggi muka air dibawah mercu Taiwan: E-Book
(h1) 0.579 m Christady Hardiyatmo, Hary, Teknik Pondasi
- Menggunakan desain pondasi 1. Beta Offset, Yogyakarta.
yang aman terhadap stabilitas Das Braja M, 1998. Mekanika Tanah (Prinsip-
rembesan, gaya angkat pada lantai Prinsip rekayasa Geoteknis) Jilid 2,
olak, stabilitas guling, geser, dan Erlangga, Jakarta.
daya dukung untuk berbagai Ditjen Sumber Daya Air. 2013. KP-06
kondisi. Parameter Bangunan. Jakarta : Ditjen
5. Perhitungan rencana anggaran biaya Sumber Daya Air
menunjukkan total nilai pekerjaan Han, Dawei. 2010. Concise Hydrology E-
ditambah 10% PPN senilai BOOK. www.bookboon.com (diakses
Rp.20,975,564,342.00. pada tanggal 29 Mei 2015)
Kementerian Pekerjaan Umum. 2004. PD T-
Saran 12-2004.A. Kementerian Pekerjaan
1. Pekerjaan bangunan check dam Umum, Jakarta.
memanglah sangat penting mengingat Kementerian Pekerjaan Umum. 2005. PD T-
besarnya potensi daya rusak aliran 15-2005.A. Kementerian Pekerjaan
Debris yang terjadi pada sungai Umum, Jakarta.
Glidik. Namun perencanaan yang Kementerian Pekerjaan Umum. 2013. Permen
lebih baik didukung dengan data yang No 11-PRT-M-2013. Kementerian
lebih baik sehingga perlu Pekerjaan Umum, Jakarta.
pengumpulan data yang lebih akurat Kementerian Pekerjaan Umum. Desember
lagi kedepannya. 2008. Fasilitas Bangunan Sabo untuk
2. Perencanaan check dam Ampelgading Pengendalian Sedimen. Kementerian
hanya satu bagian dari perencanaan Pekerjaan Umum. Jakarta.
umum tata kelola sungai Glidik Kementerian Pekerjaan Umum. Oktober 2012.
sehingga akan dapat digunakan Desain Bangunan Pengendali Sedimen
sebagai bahan evaluasi tambahan (Desain Sabo). Kementerian Pekerjaan
dengan adanya check dam Umum. Jakarta.
Ampelgading ini apabila sudah mulai Montarcih, L. 2009. Hidrologi TSA-1
dikerjakan. (Hidrologi teknik Sumber daya Air 1)
3. Desain check dam Ampelgading pada .Penerbit Cv Citra. Malang.
studi ini masih perlu banyak sekali Montarcih, L. 2009. Hidrologi TSA-2
pertimbangan mengenai desain yang (Hidrologi teknik Sumber daya Air 2)
masih terbilang cukup mahal .Penerbit Cv Asrori. Malang.
walaupun dikerjakan sesuai dengan Priyantoro, Dwi. 1987. Teknik Pengangkutan
pedoman – pedoman perencanaan Sedimen. Penerbit Cv Asrori. Malang.
yang ada sehingga diperlukan Soemarto, CD. 1987. Hidrologi Teknik.
penyesuaian lebih lanjut untuk Surabaya : Usaha Nasional
kedepannya. Soewarno. 1991. Hidrologi Pengukuran dan
Pengelolaan Data Aliran Sungai
DAFTAR PUSTAKA (Hidrometri). Penerbit NOVA.Bandung.
Asdak, Chay. 2010. Hidrologi dan Triadmodjo, B. 2010. Hidrologi Terapan.
pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Penerbit Beta Offset . Yogyakarta.
Gadjah Mada University Press. Yayasan Sabo Indonesia. 2000. Pengantar
Yogyakarta. Teknologi Sabo. Yayasan Sabo
Indonesia. Jogjakarta.

Anda mungkin juga menyukai