Anda di halaman 1dari 94

Materi Kuliah Kesebelas

1.Persamaan Gaya dalam


2.Perjanjian Tanda Gaya Dalam
Dari uraian tentang gaya dalam pada bagian
pertama, masih ada persoalan yang masih belum
terjawab yaitu :

1. Bagaimana menentukan arah dan besar gaya


dalam tanpa membuat atau menggambarkan Free
Body Diagram ?

2. Bagaimana menentukan gaya dalam terbesar yang


terjadi pada suatu struktur ?
Untuk menjawab pertanyaan pertama dapat dilakukan
dengan memberi inisial atau tanda pada sebuah gaya
dalam. Karena arah gaya dalam yang terjadi pada suatu
potongan selalu hanya ada dua , salah satu cara yang
sering dilakukan adalah memberi tanda (positif) atau
(negatif) pada gaya dalam.

Cara yang paling mudah untuk menjawab pertanyaan


kedua yaitu dengan membuat potongan yang makin
banyak pada suatu elemen (bagian) struktur untuk
mengetahui gaya-gaya dalam yang maksimum walaupun
cara ini belum tentu tepat, karena jumlah potongan yang
makin besar menyebabkan perhitungan gaya dalam
menjadi makin panjang dan belum tentu kita bisa
menemukan gaya dalam terbesar.
Agar perhitungan gaya dalam yang
terjadi pada berbagai potongan mudah
untuk dilaksanakan, maka mencari
hubungan antara besarnya gaya dalam
dan posisi titik potong merupakan cara
yang sering dilaksanakan.
Jika X = jarak potongan ke garis kerja W1, maka :
Untuk X = 0.32 m , M = 6.4 kNm
Untuk X = 0.82 m, M = 16.4 kNm
Untuk X = 1.32 m, M = 26.4 kNm
Dari ketiga harga momen tersebut maka hubungan antara M dan X dapat dinyatakan dengan
persamaan
Mx = W1 * X
Jika X = jarak potongan ke garis kerja W1, maka :
Untuk X = 0.32 m , Q = 20 kN
Untuk X = 0.82 m, Q = 20 kN
Untuk X = 1.32 m, Q = 20 kN
Dari ketiga harga gaya geser tersebut maka hubungan antara Q dan X dapat dinyatakan
dengan persamaan
Qx = W1
Contoh perhitungan gaya-gaya dalam pada potongan 1 sampai potongan 6
Resume hubungan antara gaya dalam dan jarak potongan ke tumpuan A

Jika kita melihat pada potongan 1, potongan 2 dan potongan 3,


maka hubungan antara momen dengan jarak potongan terhadap
tumpuan A dapat di tulis sebagai berikut :
X = 0.3 m  M = 0.9093 kNm
X = 0.4 m  M = 1.2124 kNm
X = 0.55 m  M = 1.667 kNm
Dari ketiga hubungan antara X dan M maka terlihat
M = VA * X = 3.031 * X

Jika dilihat hubungan anatra Q dengan jarak X maka terlihat :


X = 0.3 m  Q = 3.031 kN
X = 0.4 m  Q = 3.031 kN
X = 0.55 m  Q = 3.031 kN
Dari ketiga hubungan antara X dan Q maka terlihat
Q = VA = 3.031 kN

Jika dilihat hubungan anatra N dengan jarak X maka terlihat :


X = 0.3 m  N = 2.5 kN
X = 0.4 m  N = 2.5 kN
X = 0.55 m  N = 2.5 kN
Dari ketiga hubungan antara X dan Q maka terlihat
N = HA = 2.5 kN
Resume hubungan antara gaya dalam dan jarak potongan ke tumpuan A
Jika kita melihat pada potongan 4, potongan 5 dan potongan 6, maka
hubungan antara momen dengan jarak potongan terhadap tumpuan A
dapat di tulis sebagai berikut :
X = 1.35 m  M = 0.8483 kNm
X = 1.55 m  M = 0.585 kNm
X = 1.80 m  M = 0.260 kNm
Dari ketiga hubungan antara X dan M maka terlihat
M = VA * X – P sin a * (X – 0.6) = 3.031 * X – 4.3301 * (X-0.6)

Jika dilihat hubungan anatra Q dengan jarak X maka terlihat :


X = 1.35 m  Q = 1.2991 kN
X = 1.55 m  Q = 1.2991 kN
X = 1.8 m  Q = 1.2991 kN
Dari ketiga hubungan antara X dan Q maka terlihat
Q = VA – P sin a= 3.031 – 4.3301 = - 1.2291 kN ()

Jika dilihat hubungan anatra N dengan jarak X maka terlihat :


X = 1.35 m  N = 0 kN
X = 1.55 m  N = 0 kN
X = 1.80 m  N = 0 kN
Dari ketiga hubungan antara X dan Q maka terlihat
N=0
Perjanjian tanda gaya dalam
Perjanjian tanda gaya lintang
Kita kembali melihat balok di atas tumpuan sendi dan roll menderita
beban terpusat
Akibat gaya lintang Q
balok diputar searah
dengan perputaran
jarum jam
Gaya Lintang (+) adalah
gaya lintang yang
menyebabkan elemen
batang berputar searah
perputaran jarum jam
Akibat gaya lintang Q
balok diputar
berlawanan arah
dengan perputaran
jarum jam
Gaya Lintang (-) adalah
gaya lintang yang
menyebabkan elemen
batang berputar
berlawanan arah
perputaran jarum jam
Contoh balok di atas dua tumpuan menderita satu beban terpusat
Contoh balok di atas dua tumpuan menderita satu beban terpusat
Contoh balok di atas dua tumpuan menderita satu beban terpusat

Balok dipotong pada potongan 1


dengan jarak < 60 cm dari
tumpuan A
Contoh balok di atas dua tumpuan menderita satu beban terpusat

Balok dipotong pada potongan 3


dengan jarak > 60 cm dari
tumpuan A
Contoh balok di atas dua tumpuan menderita satu beban terpusat

Balok dipotong pada potongan 2


disebelah kiri dari beban P
dengan jarak ≈ 60 cm dari
tumpuan A
Contoh balok di atas dua tumpuan menderita satu beban terpusat

Balok dipotong pada potongan 2


disebelah kanan dari beban P
dengan jarak ≈ 60 cm dari
tumpuan A
Contoh balok di atas dua tumpuan menderita satu beban terpusat
Perubahan gaya lintang
pada titik (2) terjadi
dari Q2 = 3.5 kN
menjadi -1.5 kN. Atau
terjadi perubahan
sebesar 5 kN atau
sebesar beban P
Terjadi lompatan gaya
lintang pada titik (2)
sebesar 5 kN atau
sebesar beban P
Terjadi lompatan
(perubahan gaya
lintang)
Gaya Lintang
Maksimum
Jika X adalah posisi potongan yang di tinjau, maka
Pandang kiri
Untuk 0≤ X ≤ 0.6  Q = Va pada
Untuk 0.6 ≤ X ≤ 2.0  Q = Va – P1 potongan X
Jika X adalah posisi potongan yang di tinjau, maka
Pandang
Untuk 0≤ X ≤ 0.6  Q = - Vb + P
kanan pada
Untuk 0.6 ≤ X ≤ 2.0  Q = – Vb potongan X
Jika X adalah posisi potongan yang di tinjau, maka
Untuk 0≤ X ≤ 0.6  Q = Va (pandang kiri)
Untuk 0.6 ≤ X ≤ 2.0  Q = – Vb (pandang Kanan)
Contoh balok di atas dua tumpuan menderita tiga beban terpusat
Terjadi Lompatan Gaya
Lintang pada jarak 0.4
m, 1.0 m, 1.6 m dari
posisi titik A
Terjadi Lompatan Gaya
Lintang pada posisi
dimana beban terpusat
berada
Gaya Lintang
Maksimum
SV = 0  Q – Va = 0  Q = Va

SV = 0  Q – Va + P1 = 0
 Q = Va – P1
SV = 0  Q – Va + P1 + P2 = 0
 Q = Va – P1 – P2

SV = 0  Q – Va + P1 + P2 + P3 = 0
 Q = Va – P1 – P2 – P3
Persamaan Gaya Lintang

Persamaan untuk mencarai gaya lintang pada potongan X dengan


cara pandang kiri.
Untuk 0≤ X ≤ 0.4  Q = Va
Untuk 0.4 ≤ X ≤ 1.0  Q = Va – P1
Untuk 1.0 ≤ X ≤ 1.6  Q = Va – P1 – P2
Untuk 1.6 ≤ X ≤ 2.0  Q = Va – P1 – P2 – P3
Persamaan Gaya Lintang

Persamaan untuk mencarai gaya lintang pada potongan X dengan


cara pandang kanan.
Untuk 0≤ X ≤ 0.4  Q = P1 + P2 + P3 - Vb
Untuk 0.4 ≤ X ≤ 1.0  Q = P2 + P3 - Vb
Untuk 1.0 ≤ X ≤ 1.6  Q = P3 - Vb
Untuk 1.6 ≤ X ≤ 2.0  Q = -Vb
Persamaan Gaya Lintang

Cara lain menentukan persamaan untuk mencari gaya lintang pada


potongan X dengan cara kombinasi pandang kiri dan kanan.
Untuk 0≤ X ≤ 0.4  Q = Va
Untuk 0.4 ≤ X ≤ 1.0  Q = Va – P1
Untuk 1.0 ≤ X ≤ 1.6  Q = P3 - Vb
Untuk 1.6 ≤ X ≤ 2.0  Q = -Vb
Contoh balok di atas dua tumpuan menderita empat beban terpusat
Terjadi Lompatan Gaya
Lintang
Gaya Lintang
Maksimum
Untuk 0≤ X ≤ 0.2  Q = Va
Untuk 0.2 ≤ X ≤ 0.8  Q = Va – P1sin60
Untuk 0.8 ≤ X ≤ 1.2  Q = Va – P1sin60 – P2
Untuk 1.2 ≤ X ≤ 1.6  Q = Va – P1sin60 – P2 – P3sin45
Untuk 1.6 ≤ X ≤ 2.0  Q = Va – P1sin60 – P2 – P3sin45 – P4
Untuk 0≤ X ≤ 0.2  Q = P1sin60 + P2 + P3sin45 + P4 - Vb
Untuk 0.2 ≤ X ≤ 0.8  Q = P2 + P3sin45 + P4 - Vb
Untuk 0.8 ≤ X ≤ 1.2  Q = P3sin45 + P4 - Vb
Untuk 1.2 ≤ X ≤ 1.6  Q = P4 - Vb
Untuk 1.6 ≤ X ≤ 2.0  Q = - Vb
Untuk 0≤ X ≤ 0.2  Q = Va
Untuk 0.2 ≤ X ≤ 0.8  Q = Va – P1sin60
Untuk 0.8 ≤ X ≤ 1.2  Q = Va – P1sin60 – P2
Untuk 1.2 ≤ X ≤ 1.6  Q = P4 - Vb
Untuk 1.6 ≤ X ≤ 2.0  Q = - Vb
Contoh balok kantilever di atas dua tumpuan menderita lima beban
terpusat
Gaya Lintang
Maksimum
Untuk 0≤ X ≤ 0.6  Q = - P1
Untuk 0.6 ≤ X ≤ 1.0  Q = - P1 + Va
Untuk 1.0 ≤ X ≤ 1.6  Q = - P1 + Va – P2
Untuk 1.6 ≤ X ≤ 2.2  Q = - P1 + Va – P2 – P3
Untuk 2.2 ≤ X ≤ 2.6  Q = - P1 + Va – P2 – P3 – P4
Untuk 2.6 ≤ X ≤ 3.2  Q = - P1 + Va – P2 – P3 – P4 + Vb
Untuk 0≤ X ≤ 0.6  Q = - Va + P2 + P3 + P4 – Vb + P5
Untuk 0.6 ≤ X ≤ 1.0  Q = P2 + P3 + P4 – Vb + P5
Untuk 1.0 ≤ X ≤ 1.6  Q = P3 + P4 – Vb + P5
Untuk 1.6 ≤ X ≤ 2.2  Q = P4 – Vb + P5
Untuk 2.2 ≤ X ≤ 2.6  Q = – Vb + P5
Untuk 2.6 ≤ X ≤ 3.2  Q = P5
Untuk 0≤ X ≤ 0.6  Q = - P1
Untuk 0.6 ≤ X ≤ 1.0  Q = - P1 + Va
Untuk 1.0 ≤ X ≤ 1.6  Q = - P1 + Va – P2
Untuk 1.6 ≤ X ≤ 2.2  Q = P4 – Vb + P5
Untuk 2.2 ≤ X ≤ 2.6  Q = – Vb + P5
Untuk 2.6 ≤ X ≤ 3.2  Q = P5
Perjanjian tanda momen lentur
Kita kembali melihat balok di atas tumpuan sendi dan roll menderita
beban terpusat
Akibat M1 dan
M2 balok
melentur ke
bawah
Momen positif
Momen positif adalah adalah momen yang
momen yang menyebabkan serat
menyebabkan batang bawah tertarik dan
melentur ke bawah serat atas tertekan

Momen negatif
Momen negatif adalah adalah momen yang
momen yang menyebabkan serat
menyebabkan batang bawah tertekan dan
melentur ke atas serat atas tertarik
Akibat M3 dan
M4 balok
melentur ke
bawah
Contoh balok di atas dua tumpuan
menderita satu beban terpusat
Momen pada potongan 1 dengan jarak < 60 cm

M = Va * X = 3.5 * 0.3 = 1.05 kNm (+)


Momen pada potongan 3 dengan jarak > 60 cm

M = Va * X – P*(X-0.6)
M = 3.5 * 1.4 – 5*(1.4-0.6)
M = 0.9 kNm (+)
Momen pada potongan 2
sebelah kanan P dengan
jarak ≈ 60 cm

M = Va * X – P*(X-0.6)
M = 3.5 * 0.6 – 5*(0.6-0.6)
M = 2.1 kNm (+)

M = Va * X = 3.5 * 0.6
M = 2.1 kNm (+)

Momen pada potongan 2 sebelah kiri P dengan jarak ≈ 60 cm


Persamaan untuk mencari momen pada potongan X dengan cara pandang kiri :

Untuk 0≤ X ≤ 0.6  M = Va * X
Untuk 0.6 ≤ X ≤ 2.0  M = Va * X - P * (X-0.6)
Persamaan untuk mencari momen pada potongan X dengan cara pandang kanani :

Untuk 0≤ X ≤ 0.6  M = Vb * (2 – X) – P * (0.6 – X)


Untuk 0.6 ≤ X ≤ 2.0  M = Vb * (2 – X)
Persamaan untuk mencari momen pada potongan X dengan cara pandang kanani :

Untuk 0≤ X ≤ 0.6  M = Va * X
Untuk 0.6 ≤ X ≤ 2.0  M = Vb * (2 – X)
Persamaan untuk mencari momen lentur pada potongan X dengan cara
pandang kiri

0 ≤ X ≤ 0.6  M = Va * X

0.6 ≤ X ≤ 2.0  M = Va * X – P*(X-0.6)


Persamaan untuk mencari momen lentur pada potongan X dengan cara
pandang kanan

0 ≤ X ≤ 0.6  M = Vb * (2 - X) – P * (0.6 - x)

0.6 ≤ X ≤ 2.0  M = Vb * (2 - X)
0 ≤ X ≤ 0.6  M = Va * X

0.6 ≤ X ≤ 2.0  M = Vb * (2 - X)
Momen
Lentur
Maksimum
Contoh balok di atas dua tumpuan menderita tiga beban terpusat
Persamaan untuk mencari momen lentur pada potongan X dengan cara pandang kiri :
0 ≤ X ≤ 0.4  M = Va * X
0.4 ≤ X ≤ 1.0  M = Va * X – P1*(X-0.4)
1.0 ≤ X ≤ 1.6  M = Va * X – P1*(X-0.4) – P2*(X-1.0)
1.6 ≤ X ≤ 2.0  M = Va * X – P1*(X-0.4) – P2*(X-1.0) – P3*(X-1.6)
Persamaan untuk mencari momen lentur pada potongan X dengan cara pandang kanan :
0 ≤ X ≤ 0.4  M = Vb * (2-X ) – P1 * (0.4-X) – P2*(1-X) – P3 (1.6-X)
0.4 ≤ X ≤ 1.0  M = Vb * (2-X ) – P2*(1-X) – P3 (1.6-X)
1.0 ≤ X ≤ 1.6  M = Vb * (2-X ) – P3 (1.6-X)
1.6 ≤ X ≤ 2.0  M = Vb * (2-X )
0 ≤ X ≤ 0.4  M = Va * X
0.4 ≤ X ≤ 1.0  M = Va * X – P1*(X-0.4)
1.0 ≤ X ≤ 1.6  M = Vb * (2-X ) – P3 (1.6-X)
1.6 ≤ X ≤ 2.0  M = Vb * (2-X )
Momen
Lentur
Maksimum
Blok diatas dua tumpuan dengan kantilever menderita lima beban terpusat
Q3 = - P1 = - 5 kN Q15 = P5 = 5 kN
M3 = - P1* 0.4 = - 5 * 0.4 = -2 kNm M15 = - P5* 0.4 = - 5 * 0.4 = -2 kNm

Q = - P1 Q = P5
M = - P1* X M = - P5* (3.2 - X )
Perhatikan!
jarak X di
ukur dari
ujung kiri
balok.

Persamaan untuk mencari momen lentur pada potongan X dengan cara pandang kiri :
0 ≤ X ≤ 0.6  M = -P1 * X
0.6 ≤ X ≤ 1.0  M = -P1 * X + Va*(X-0.6)
1.0 ≤ X ≤ 1.6  M = - P1 * X +Va *(X-0.6) – P2*(X-1)
1.6 ≤ X ≤ 2.2  M = - P1 * X + Va *(X-0.6) – P2*(X-1) – P3*(X-1.6)
2.2 ≤ X ≤ 2.6  M = - P1 * X + Va *(X-0.6) – P2*(X-1) – P3*(X-1.6) – P4 * (X-2.2)
2.6 ≤ X ≤ 3.2  M = - P1 * X + Va *(X-0.6) – P2*(X-1) – P3*(X-1.6) – P4 * (X-2.2) + Vb * (X-2.6)
Perhatikan!
jarak X di
ukur dari
ujung kiri
balok.

Persamaan untuk mencari momen lentur pada potongan X dengan cara pandang kanan :
0 ≤ X ≤ 0.6  M = Va * (0.6-X) – P2*(1-X) – P3*(1.6-X) – P4*(2.2-X) + Vb*(2.6-X) – P5*(3.2-X)
0.6 ≤ X ≤ 1.0  M = – P2*(1-X) – P3*(1.6-X) – P4*(2.2-X) + Vb*(2.6-X) – P5*(3.2-X)
1.0 ≤ X ≤ 1.6  M = – P3*(1.6-X) – P4*(2.2-X) + Vb*(2.6-X) – P5*(3.2-X)
1.6 ≤ X ≤ 2.2  M = – P4*(2.2-X) + Vb*(2.6-X) – P5*(3.2-X)
2.2 ≤ X ≤ 2.6  M = Vb*(2.6-X) – P5*(3.2-X)
2.6 ≤ X ≤ 3.2  M = – P5*(3.2-X)
0 ≤ X ≤ 0.6  M = -P1 * X
0.6 ≤ X ≤ 1.0  M = -P1 * X + Va*(X-0.6)
1.0 ≤ X ≤ 1.6  M = - P1 * X +Va *(X-0.6) – P2*(X-1)
1.6 ≤ X ≤ 2.2  M = - P5 * (3.2- X) + Vb *(2.6-X) – P4*(2.2-X)
2.2 ≤ X ≤ 2.6  M = - P5 * (3.2-X) + Vb *(2.6-X)
2.6 ≤ X ≤ 3.2  M = - P5 * (3.2-X)
Momen Lentur (-) Momen Lentur (+)
Maksimum Maksimum
Perjanjian tanda gaya normal
Kita kembali melihat balok di atas tumpuan sendi dan roll menderita
beban terpusat
Elemen
batang
menderita
tekanan
akibat
gaya N
Gaya Normal negatif adalan gaya Gaya Normal positif adalan gaya
normal yang menyebabkan normal yang menyebabkan
batang tertekan. Gaya normal batang tertarik . Gaya normal
negatif juga dikenal sebagai gaya positif juga dikenal sebagai gaya
normal tekan. normal tarik
Contoh balok di atas dua tumpuan menderita lima beban
terpusat
N = - Ha + P1 cos 60

N = - Ha N = - Ha + P1 cos 60
N = - Ha + P1 cos 60 – P3 cos 45

N = - Ha + P1 cos 60 – P3 cos 45
Persamaan untuk mencari gaya normal pada potongan X pandang kiri.
0 ≤ X ≤ 0.2  N = -Ha
0.2 ≤ X ≤ 0.8  N = -Ha + P1 cos60
0.8 ≤ X ≤ 1.2  N = -Ha + P1 cos60
1.2 ≤ X ≤ 1.6  N = 0
1.6 ≤ X ≤ 3.0  N = 0
Gaya Normal
Maksimum

Anda mungkin juga menyukai