Anda di halaman 1dari 12

ISSN 2088-9321

E-ISSN 2502-5295
Volume …, No. …, Bulan Tahun

EFISIENSI KERAPATAN STASIUN HUJAN DI KABUPATEN


SUMBAWA

Adi Mustikatari Lismula1, Dedy Dharmawansyah2, Adi Mawardin3 , Tri Susilawati4


1,2,3,4)
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Teknologi Sumbawa
Jl. Raya Olat Maras, Batu Alang-Moyo Hulu, Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat 84371

email: adilismula@gmail.com1, dedy.dharmawansyah@uts.ac.id2

Abstract: Rainfall in general is not evenly distributed in a region, this affects the spread of rain that is also not
uniform so that it affects the design of future engineering in a region. Sumbawa regency as an area with hilly
topographic conditions also experienced the uniformity of the spread of rain so as to know the consistency of this
rainfall data, the Kagan-Rodda method is used with the outside in the form of optimum rain station points in
representing an area in Sumbawa Regency Set up a method to test data consistency with the Rescaled Adjusted
Partial Sums (RAPS) method. The calculation result obtained the value coefficient of variation (Cv) is 24.1, for
allowable error 3% it takes 64 new stations with a kagan triangle length of 10.8 km, while for allowable error 5% it
takes 23 new stations with a kagan triangle length of 17.8 km.

Keywords : Rain Station, Kagan-Rodda, RAPS, Sumbawa

Abstrak: Curah hujan pada umumnya tidak merata disuatu wilayah, hal ini berimbas pada penyebaran hujan yang
juga tidak seragam sehingga mempengaruhi perancangan keteknikan dimasa mendatang di suatu wilayah. Kabupaten
Sumbawa sebagai daerah dengan kondisi topografi yang berbukit juga mengalami ketidakseragaman penyebaran
hujan sehingga untuk mengetahui konsistensi data curah hujan ini, maka digunakan metode Kagan-Rodda dengan
luaran berupa titik-titik stasiun hujan yang optimum dalam mewakili suatu wilayah di Kabupaten Sumbawa.
Sedangkan metode untuk menguji konsistensi data dengan metode Rescaled Adjusted Partial Sums (RAPS). Hasil
perhitungan diperoleh nilai koefisien variasi (Cv) adalah 24,1, untuk kesalahan ijin 3% dibutuhkan 64 stasiun baru
dengan panjang segitiga Kagan 10,8 km, sedangkan untuk kesalahan ijin 5% dibutuhkan 23 stasiun baru dengan
panjang segitiga Kagan 17,8 km.

Kata kunci : Stasiun hujan, Kagan-Rodda, RAPS, Sumbawa.

1. PENDAHULUAN Sumbawa menyebabkan sebaran kejadian hujan yang tidak


Kejadian hujan satu wilayah dengan wilayah lainnya merata yang turut memberikan pengaruh pada standar
memiliki perbedaan yang dapat dipengaruhi oleh berbagai rancangan keteknikan di masa akan datang. maka
faktor antara lain garis lintang, ketinggian tempat, jarak dari dibutuhkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemasangan
laut, posisi didalam dan ukuran massa tanah daratan, arah stasiun hujan yang merata dan mewakili kejadian hujan di
angin terhadap sumber air, relief dan suhu nisbi dari tanah. berbagai bentuk topografi dengan masukan data hujan yang
Kabupaten Sumbawa yang berada di Pulau Sumbawa akurat sehingga dapat diperoleh jumlah stasiun hujan dan
memiliki topografi yang tidak rata atau cenderung berbukit- pola penyebaran stasiun hujan yang efektif dan optimal.
bukit dengan ketinggian antara 0 higga 1.730 m diatas Penelitian terdahulu yang telah dilakukan dengan
pemukaan laut [ CITATION Bad19 \l 1033 ]. Dengan topik sejenis diantaranya (Krisnayanti, 2011), [ CITATION
kondisi topografi ini mengakibatkan kondisi fisik yang Rat12 \l 1033 ], [ CITATION Rod12 \l 1033 ],
heterogen antar wilayah. Heterogenitas yang terjadi di [ CITATION Ran15 \l 1033 ], [CITATION Jun15 \l 1033 ]

-1
Jurnal Teknik Sipil Volume …, No. …, Bulan Tahun
Universitas Syiah Kuala
[ CITATION Sam16 \l 1033 ], [ CITATION Ism16 \l 2. Pola penempatan stasiun hujan di dalam suatu daerah.
1033 ], [ CITATION Cip17 \l 1033 ], [ CITATION Adi18 \l
1033 ], [ CITATION Ras19 \l 1033 ], [ CITATION
Kur17 \l 1033 ], [ CITATION Les18 \l 1033 ], [CITATION Standar WMO
Pra18 \l 1033 ]. Para peneliti diatas memperoleh kerapatan Kerapatan Jaringan Stasiun hujan dapat diartikan
stasiun hujan yang optimal sesuai dengan standar World sebagai luasan daerah yang diwakili oleh setiap stasiun
Meteorogical Organization (WMO) dan Metode Kagan- hujan[CITATION Pra18 \l 1033 ]. Kerapatan minimum
Rodda. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian- stasiun hujan didasarkan pada hasil kajian dari World
penelitian terdahulu yaitu lokasi studi yang berada di Meteorological Organization (WMO) seperti yang
Kabupaten Sumbawa. disajikan pada Tabel 1. dibawah ini:

2. TINJAUAN PUSTAKA Tabel 1. Kerapatan Jaringan Stasiun Hujan Menurut


WMO (Triatmodjo, 2008)
Jaringan Stasiun Hujan Kerapatan jaringan
N minimum (km2)
Jaringan stasiun hujan mempunyai fungsi yang Tipe Wilayah
o Kondisi Kondisi
sangat penting yaitu untuk mengurangi variabilitas besaran Normal Sulit
Daerah datar tropis
kejadian atau mengurangi ketidakpastian dan 1 600-900 900-3000
mediteran dan sedang
Daerah pegunungan
meningkatkan pemahaman terhadap besaran yang terukur
2 tropis mediteran dan 100-250 250-1000
maupun terinterpolasi [ CITATION Har93 \l 1033 ]. Setiap sedang
Kepulauan kecil
stasiun memiliki luasan pengaruh (sphere of influence) 3 25 -
bergunung
yang merupakan daerah dimana kejadian-kejadian Daerah kering dan -
4 1500-10000
kutub
didalamnya menunjukkan keterikatan atau korelasi dengan
salah satu kejadian yang diamati stasiun lainnya didalam Rescaled Adjusted Partial Sums (RAPS)
daerah tersebut [CITATION Jun15 \l 1033 ]. Metode Rescaled Adjusted Partial Sums (RAPS)
Pada dasarnya terdapat empat hal yang perlu dijawab merupakan metode yang digunakan untuk menguji
ketika merencanakan stasiun hujan [ CITATION Har93 \l konsistensi. dengan persamaan berikut :
1033 ] yaitu:
1. Bagaimana pengukuran akan dilakukan? ¿
Y=
∑ data stasiun
2. Berapa banyak tempat yang akan diukur? n (1)
3. Dimana tempat yang akan diukur?
4. Berupa jaringan tetap atau sementara?
¿ 2
Semakin banyak jumlah stasiun hujan yang didapat,
akan semakin menghasilkan perkiraan terhadap hujan D 2=∑
n ( y −Y )
i

sebenarnya yang terjadi di dalam suatu DAS. Namun, y i=1 n (2)


penempatan stasiun dalam jumlah yang sangat banyak akan n ¿
memerlukan dana yang besar. Mengingat pula bahwa (
S K =∑ y i−Y + K sebelumnya
¿ )
i=1
variabilitas hujan yang sangat besar, tidak hanya jumlah
(3)
stasiun hujan tersebut yang mempunyai peran yang besar.
SK ¿
Dengan demikian, dalam merencanakan stasiun hujan S **=
(rainfall networks), terdapat dua hal penting yang harus K Dy
diperhatikan, yaitu : (4)
1. Jumlah stasiun hujan dinyatakan dalam km2/stasiun.
-2
Jurnal Teknik Sipil Volume …, No. …, Bulan Tahun
Universitas Syiah Kuala

Dy= D √ 30 1,12 1,24 1,40 1,40 1,50 1,70


y2 40 1,13 1,26 1,50 1,42 1,53 1,74
(5) 50 1,14 1,27 1,52 1,44 1,55 1,78
100 1,17 1,29 1,55 1,50 1,62 1,86
↓ 1,22 1,36 1,63 1,62 1,75 2,00
Untuk nilai K = 1,2,3,...,n.

Metode Kagan-Rodda
Metode Kagan pada dasarnya menggunakan
analisis statistik dan mengaitkan kerapatan jaringan stasiun
Keterangan :
hujan dengan kesalahan interpolasi (interpolation error)
Ý = curah hujan rata-rata
dan kesalahan perataan (averaging error). Adapun
N = jumlah data
perumusan yang digunakan dalam metode Kagan sebagai
Dy = simpangan rata-rata
berikut :
yi = data curah hujan ke-i
Sk‫ = ٭‬simpangan mutlak
−d/ d ( 0 )
Sk‫ = ٭٭‬nilai konsistensi data r ( d )=r ( 0 ) e
(8)
Pengujian konsistensi menggunakan data stasiun
√A
itu sendiri yaitu dengan menghitung
penyimpangan terhadap nilai rata-rata (mean) dibagi
dengan akar kumulatif rerata penyimpangan kuadrat
kumulatif
Z 1 =C V
√ 1−r ( 0 ) +0 , 23

N
d ( 0) √ N
(9)

terhadap nilai reratanya, lebih jelas lagi dapat dilihat pada


1−r ( 0 ) r( 0)
rumus Q dan R.
Q=|S
K **
|maks
Z 3 =C V
√ 3
+0 , 52
A
d ( 0) N √ (10)

(6)
A
R=|S

Keterangan :
K **
|maks−|S
K **
|min
(7)
L=1 , 07

(11)
√ N

Q = nilai statistik Q untuk 0 ≤ k ≥ n Keterangan :


R = nilai statistik (range) r(d) = koefisien korelasi untuk jarak d km
Q R r(0) = koefisien korelasi untuk jarak yang sangat dekat
Nilai dan hasil perhitungan selanjutnya
√n √n d = jarak antar stasiun (km)
d(0) = radius korelasi, yaitu jarak antar stasiun dimana
Q R
dibandingkan dengan nilai dan kritis seperti pada korelasi berkurang dengan faktor e
√n √n
Z1 = kesalahan dalam perataan (%)
Tabel 2 berikut.
Z3 = kesalahan interpolasi (%)
Q R
Tabel 2. Nilai dan [ CITATION Har93 \l 1033 ] Cv = koefisien variasi
√n √n
A = luas wilayah studi (km2)
Q R N = jumlah stasiun
N √n √n L = jarak antar stasiun (km)
90% 95% 99% 90% 95% 99%
10 1,05 1,14 1,29 1,21 1,28 1,38
Menurut [ CITATION Har93 \l 1033 ], cara Kagan
20 1,10 1,22 1,42 1,34 1,43 1,6
dapat digunakan dalam dua keadaan :
-3
Jurnal Teknik Sipil Volume …, No. …, Bulan Tahun
Universitas Syiah Kuala
1. Apabila di dalam DAS sama sekali belum ada stasiun
hujan, maka cara yang dapat ditempuh hanyalah
mencoba memanfaatkan data hujan di daerah
sekitarnya untuk dapat mengetahui tingkat
variabilitasnya (koefisien variasi).
2. Apabila di dalam DAS telah tersedia jaringan
stasiun hujan, maka cara ini dapat digunakan untuk
mengevaluasi apakah jaringan yang ada telah
mencukupi (untuk tingkat ketelitian yang diijinkan),
atau dapat juga untuk memilih stasiun-stasiun yang
akan digunakan dalam analisis selanjutnya.

3. METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian Efisiensi Kerapatan Stasiun Hujan
ini adalah di Kabupaten Sumbawa, merupakan salah satu
daerah yang berada di wilayah Provinsi Nusa Tenggara
Barat. Secara astronomis, Kabupaten Sumbawa terletak
antara posisi 116" 42' sampai dengan 118" 22' Bujur Timur
dan 8” 8' sampai dengan 9” 7' Lintang Selatan dengan luas
wilayah 6.643,98 km2. Posisi geografisnya, berbatasan
dengan Kabupaten Sumbawa Barat di sebelah Barat,
Kabupaten Dompu di sebelah Timur, Laut Flores di sebelah
Utara dan Samudra Hindia di sebelah Selatan. [ CITATION
Bad19 \l 1033 ].

-4
Jurnal Teknik Sipil Volume …, No. …, Bulan Tahun
Universitas Syiah Kuala

Gambar 1. Peta Kabupaten Sumbawa


(Sumber: http://bappelitbangda.sumbawakab.go.id/maps/id/18)

Metodologi Penelitian koefisien korelasi dan garis radiun korelasi. Kemudian,


Penelitian efisiensi kerapatan stasiun hujan di dilakukan penentuan jumlah stasiun hujan yang dibutuhkan
Kabupaten Sumbawa ini diawali dengan mengumpulkan dengan syarat kesalahan perataan, Z1 = 5% dan kesalahan
data curah hujan diwilayah Sumbawa dari tahun 2007 interpolasi, Z3 = 2,3%. Penentuan titik stasiun hujan
hingga 2017 (10 tahun), kemudian dari data tersebut rekomendasi dilakukan dengan memilih titik stasiun hujan
dilakukan uji konsistensi data menggunakan metode yang dekat dengan simpul Kagan yang mewakili beberapa
Rescaled Adjusted Partial Sums (RAPS), metode ini untuk simpul Kagan berdasarkan kriteria minimum stasiun hujan
melihat konsistensi data yang mana data-data tersebut menurut WMO.
memiliki potensi untuk tidak konsisten. Apabila data yang
digunakan memenuhi syarat konsistensi, maka dilanjutkan
dengan melakukan analisis curah hujan dengan
menggunakan metode Isohyet dan Poligon Thissen.
Dari hasil analisis curah hujan, selanjutnya dapat
diketahui karakteristik hujan di wilayah Sumbawa.
Perencanaan model stasiun hujan yang sesuai dengan
kebutuhan dilakukan menggunakan data curah hujan,
pedoman kriteria minimum stasiun hujan menurut MWO,
sebaran hujan wilayah dan peta topografi Kabupaten
Sumbawa. Selanjutnya dilakukan analisis stasiun hujan
dengan menghitung koefisien korelasi dan grafik hubungan
antara jarak dengan nilai korelasi antar stasiun hujan yang
mana dari grafik ini akan diperoleh persamaan garis
-5
Jurnal Teknik Sipil Volume …, No. …, Bulan Tahun
Universitas Syiah Kuala

Pengumpulan dan Pengolahan Data


Data yang dgunakan pada penelitian ini terdiri atas
peta Kabupaten Sumbawa skala 1:260.000 dan data curah
hujan Kabupaten Sumbawa kala ulang hujan tahunan
selama 10 tahun dari tahun 2007 sampai tahun 2016.
Adapun data curah hujan Kabupaten Sumbawa dapat
dilihat pada Tabel 3.
Uji Konsistensi Data
Perhitungan uji konsistensi data curah hujan
menggunakan metode RAPS dapat dilihat pada .

Q R
Perbandingan nilai dan hasil perhitungan
√n √n
dengan Tabel 2 menyatakan bahwa data curah hujan
yang digunakan adalah konsisten.
Analisis Kerapatan Jaringan Stasiun Hujan
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian
Analisis kerapatan jaringan stasiun hujan berdasarkan
. Langkah selanjutnya melakukan overlay titik stasiun pedoman WMO bahwa setiap stasiun hujan memiliki
hujan pada peta persebaran hujan wilayah Kabupaten luasan daerah pengaruh masing-masing. Hasil
Sumbawa. Apabila ada titik hasil overlay yang tidak ideal, pengumpulan data untuk stasiun hujan di Kabupaten
maka dilakukan efisiensi dari tahapan model jaringan Sumbawa terdapat 1 stasiun hujan yang berada di bandara
hujan. Diagram alir Penelitian Efisiensi Kerapatan Stasiun Sultan Kaharuddin. Melalui ketentuan WMO, kerapatan
Hujan di Kabupaten Sumbawa dapat dilihat pada Gambar stasiun hujan untuk daerah pegunungan beriklim sedang,
2. mediteran dan daerah tropis seperti wilayah Sumbawa

adalah 100-250 km 2/stasiun.


4. HASIL PEMBAHASAN

Tabel 3. Data Curah Hujan Kabupaten Sumbawa


Bulan
Tahun
Mar

Nov
Apr

Mei

Okt
Feb

Jun
Jan

Agt

Sep

Des
Jul

2007 43 181 443 103 9 14 - 0 - 1 152 232


2008 289 295 113 111 5 8 1 - 1 86 108 183
2009 150 301 104 115 36 - 17 - 17 2 187 59
2010 492 168 100 62 132 1 91 4 157 94 233 388
2011 249 317 172 250 232 - - - 0,1 15 228 176
2012 345 158 466 31 59 0 - - - 11 47 178
2013 446 335 190 100 99 139 3 - - 5 66 237
2014 255 89 97 109 13 1 19 - - - 109 215
2015 69 216 168 242 54 0 2 0 0 - 51 174
2016 302 464 158 135 40 107 19 4 44 162 512 333
(Sumber: Stasiun Meteorologi Kelas III Sultan Muhammad Kaharuddin Kab. Sumbawa)

Tabel 4. Hasil Uji Konsistensi Data Curah Hujan dengan Metode RAPS
No Tahun Curah Hujan Dy² Sk‫٭‬ Sk‫٭٭‬ |Sk‫|٭٭‬

-6
Jurnal Teknik Sipil Volume …, No. …, Bulan Tahun
Universitas Syiah Kuala
1 2007 1176 2206,6 -115,8 -0,37 0,37
2 2008 1200 1579,2 -130,8 -0,42 0,42
3 2009 988 10745,3 -341,8 -1,11 1,11
4 2010 1872 26528,7 543,2 1,77 1,77
5 2011 1639 8579,2 311,2 1,01 1,01
6 2012 1305 65,3 -21,8 -0,07 0,07
7 2013 1620 7550,8 294,2 0,96 0,96
8 2014 907 16405 -417,8 -1,36 1,36
9 2015 973 11703,4 -350,8 -1,14 1,14
10 2016 1638 8523,5 315,2 1,03 1,03
Total 14.650 93.887 |Sk‫ |٭٭‬maks = 1,77
Hasil Akar 306,4
|Sk‫ |٭٭‬min = 0,07
Q = 1,77 ; R = 1,74 ; n = 10
Rata-rata 1.331,8
Q R
=0,56 =0,54
√n √n
Sehingga berdasarkan ketentuan tersebut, 1 stasiun Perhitungan statistik untuk data curah hujan kala
hujan yang berada di bandara Sultan Kaharuddin belum ulang 10 tahun diperoleh nilai rata-rata adalah 1331,8 dan
dapat mewakili semua wilayah Kabupaten Sumbawa dan simpangan baku (S) untuk data tersebut adalah 321,36.
tidak dapat memberikan data yang optimal karena stasiun Dari hasil rata-rata dan simpangan baku tersebut maka
yang ada belum memenuhi standar kerapatan stasiun hujan dapat diperoleh nilai koefisien variasi (Cv) yang diperoleh
menurut WMO, maka untuk itu perlu adanya perencanaan dari pembagian simpangan baku dengan nilai rata-rata dan
untuk mendapatkan jumlah stasiun hujan dan sebaran yang dikalikan dengan 100% adalah 24,1 (). Setelah nilai Cv
efektif. telah diperoleh maka selanjutnya dapat menghitung jumlah
Rekomendasi Jaringan Stasiun Hujan Baru stasiun yang direkomedasikan untuk persentase kesalahan
ijin sebesar 3% dan 5% yang disajikan pada Tabel 6.

Tabel 5. Hasil Perhitungan S dan Cv

No Tahun Curah Hujan ( x i) x i− X́ ( x ¿¿ i− X́ )2 ¿ S Cv (%)


1 2007 1176 -155,8 24273,64
2 2008 1200 -131,8 17371,24
3 2009 988 -343,8 118198,4
4 2010 1872 540,2 291816
5 2011 1639 307,2 94371,84
6 2012 1305 -26,8 718,24 321,26 24,1
7 2013 1620 288,2 83059,24
8 2014 907 -424,8 180455
9 2015 973 -358,8 128737,4
10 2016 1638 306,2 93758,44
X́ = 1331,8 ∑ ¿1032760
Tabel 6. Hasil Perhitungan N dan L pada Gambar 3 dan Gambar 4.
Kesalahan Efisiensi Jumlah Stasiun Hujan
N L (km) A (km2)
Ijin (%)
Efisiensi dilakukan untuk memperoleh jumlah stasiun
3 64 10,8 116,64-167,13
5 24 17,8 205,59-316,86 hujan yang optimal sesuai dengan kebutuhan. Untuk itu,
maka dilakukan overlay dengan bentuk lingkaran sebagai
Penggambaran jaring kagan dilakukan dengan
luas wilayah tangkapan stasiun hujan di titik-titik stasiun
bantuan software Autocad. Hasil penggambaran titik-titik
hujan rekomendasi dengan tetap mengacu pada pedoman
Jaring Kagan yang di overlay dengan Peta Kabupaten
WMO. Hasil overlay dapat dilihat pada Gambar 5 dan
Sumbawa untuk kesalahan ijin 3 % dan 5% dapat dilihat
Gambar 6.

-7
Jurnal Teknik Sipil Volume …, No. …, Bulan Tahun
Universitas Syiah Kuala

Gambar 3. Rekomendasi Pos Stasiun Hujan Baru dengan Peta Jaring Kagan (Kesalahan Ijin 3%)

Gambar 4. Rekomendasi Pos Stasiun Hujan Baru dengan Peta Jaring Kagan (Kesalahan Ijin 5%)

-8
Jurnal Teknik Sipil Volume …, No. …, Bulan Tahun
Universitas Syiah Kuala

Gambar 5. Luas Wilayah Tangkapan (Kesalahan Ijin 3%)

Gambar 6. Luas Wilayah Tangkapan (Kesalahan Ijin 5%)

Berdasarkan Gambar 5, stasiun hujan dengan Tabel 7. Perbandingan antara kesalahan ijin 3% dan

kesalahan ijin 3% memiliki luas wilayah tangkapan yang 5%

saling tumpang tindih (overlap) satu sama lain serta banyak Kesalahan Ijin
No Kriteria
3% 5%
stasiun memiliki jarak yang berdekatan, sehingga beberapa
Dapat mewakili kejadian
1 ya ya
stasiun hujan dapat diwakili oleh satu stasiun hujan. hujan di Kabupaten Sumbawa
Memenuhi syarat pedoman
Sedangkan pada Gambar 6 dengan kesalahan ijin 5% 2 ya Ya
WMO
memiliki luas wilayah tangkapan dengan sedikit overlap Tumpang tindih (overlap)
3 banyak sedikit
antar stasiun
antar daerah tangkapannya. 4 Jarak antar stasiun rapat renggang
Rangkuman perbandingan antara kesalahan ijin 3 %
5 Jumlah Stasiun banyak sedikit
dan kesalahan ijin 5 % dapat dilihat pada Tabel 7.

Berdasarkan berbagai pertimbangan yang disajikan


-9
Jurnal Teknik Sipil Volume …, No. …, Bulan Tahun
Universitas Syiah Kuala
pada Tabel 7 diatas, direkomendasikan jumlah stasiun yang Q Q R
nilai hitung = 0,56 ¿ kritis = 1,29 dan
mewakili Kabupaten Sumbawa adalah jumlah stasiun √n √n √n
hujan dengan kesalahan ijin 5%. Hal ini juga
R
mempertimbangkan dari sisi biaya pengadaan dan hitung = 0,54 < kritis = 1,38, berdasarkan hasil
pemeliharaan stasiun hujan yang masih tergolong mahal.
√n
perhitungan tersebut maka data curah hujan yang ada di
Berdasarkan kesalahan ijin 5%, jumlah stasiun hujan
Kabupaten Sumbawa dinyatakan konsisten.
rekomendasi berjumlah 24 stasiun yang dapat dilihat pada
2. Kabupaten Sumbawa saat ini memiliki 1 stasiun hujan
Tabel 8 berikut ini.
yang berada di bandara Sultan Kaharuddin. Stasiun
yang ada sekarang ini belum dapat mewakili seluruh
Tabel 8. Stasiun Hujan Rekomendasi di Kabupaten Sumbawa
wilayah di Kabupaten Sumbawa untuk mendapatkan
N Lokasi Koordinat
o Desa Kec BT LS data curah hujan yang baik karena mengingat
1 Sumbawa Sumbawa 117º 24’ 54” 8º 29’ 21”
Besar Kabupaten Sumbawa memiliki luas 6644 km2 dan
2 Luk Rhee 117º 16’ 23” 8º 29’ 30” hanya memiliki 1 stasiun hujan. Menurut pedoman
3 Juru Mapin Buer 117º 06’ 10” 8º 29’ 28”
4 Lekong Alas Barat 117º 0’ 0” 8º 34’ 57” WMO untuk daerah pegunungan beriklim sedang,
5 Bao Desa Batulanteh 117º 11’ 28” 8º 39’ 47” mediteran dan daerah tropis adalah 100-250 km2
6 Sempe Moyo 117º 21’ 24” 8º 40’ 17”
Hulu /stasiun, maka untuk itu perlu adanya perencanaan
7 Pungkit Lopok 117º 30’ 09” 8º 41’ 30”
penambahan stasiun hujan untuk mendapatkan jumlah
8 Pemasar Maronge 117º 24’ 54” 8º 55’ 45”
9 Kakiang Moyo 117º 24’ 54” 8º 55’ 45” stasiun hujan dan sebaran yang efektif untuk
Hilir
10 Labuhan Labuhan 117º 24’ 54” 8º 55’ 45”
Kabupaten Sumbawa. Menurut hasil perhitungan
Aji Badas diperoleh hasil nilai koefisien variasi (Cv) adalah 24,1,
11 Mungkin Orong 117º 24’ 54” 8º 55’ 45”
Telu maka didapatkan perencanaan untuk jumlah stasiun
12 Ledang Ropang 117º 24’ 54” 8º 55’ 45”
hujan dengan kesalahan ijin dan panjang antar stasiun
13 Ropang Ropang 117º 24’ 54” 8º 55’ 45”
14 Simu Maronge 117º 24’ 54” 8º 55’ 45” sebagai berikut :
15 Plampang Plampang 117º 46’ 09” 8º 47’ 05” a. Kesalahan ijin 3% direkomendasikan jumlah
16 Boal Plampang 117º 58’ 47” 8º 57’ 19”
stasiun adalah 65 stasiun dengan jarak antar
17 Ongko Tarano 118º 05’ 45” 8º 45’ 47”
18 Banda Tarano 118º 15’ 08” 8º 45’ 01” stasiun adalah 10,8 km, maka diperlukan
19 Perode Plampang 117º 50’ 06” 8º 53’ 02” penambahan stasiun sebanyak 64 stasiun. Setiap
20 Sepakat Plampang 117º 41’ 06” 8º 53’ 03”
21 Lebangkar Ropang 117º 31’ 04” 8º 55’ 40” stasiun hujan mencakup 2-3 simpul jaring
22 Lunyuk Lunyuk 117º 17’ 08” 8º 55’ 40” segitiga kagan yang mempunyai luas berkisar
Ode
23 Suka Maju Lunyuk 117º 11’ 08” 8º 55’ 45” 116,64 sampai 167,13 km2 dan dinyatakan
24 Emang Lunyuk 117º 05’ 07” 9º 02’ 04”
Lestari sangat memenuhi syarat WMO.
b. Kesalahan ijin 5% direkomendasikan jumlah
5. KESIMPULAN DAN SARAN
stasiun adalah 24 stasiun dengan jarak antar
Kesimpulan
stasiun adalah 17,8 km, maka diperlukan
Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data untuk
penambahan stasiun sebanyak 23 stasiun. Setiap
efisiensi dan penentuan kerapatan stasiun hujan di
stasiun mencakup 1 sampai 2 simpul jaring
Kabupaten Sumbawa didapatkan bahwa :
segitiga Kagan yang mempunyai luas berkisar
1. Perhitungan data curah hujan Kabupaten Sumbawa
205,59 km 2 sampai 316,86 km 2 dan dinyatakan
dengan data kala ulang 10 tahun (2007-2016) diperoleh
cukup memenuhi syarat WMO.
- 10
Jurnal Teknik Sipil Volume …, No. …, Bulan Tahun
Universitas Syiah Kuala
3. Berdasarkan hasil perbandingan efisiensi kesalahan ijin Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan.
3% dengan kesalahan ijin 5% maka jumlah stasiun Malang: Teknik Pengairan FT UB.
hujan optimum untuk mewakili kejadian hujan di [2]. Alfirman, Z. R., Limantara, L. M. & Wahyuni,
Kabupaten Sumbawa adalah 24 stasiun hujan dengan S., 2019. Rasionalisasi Kerapatan Pos Hujan
kesalahan ijin 5%. Menggunakan Metode Kagan-Rodda di Sub
Das Lesti. Jurnal Teknik Sipil, VIII(2), pp. 115-
Saran 164. Surabaya: Teknik Sipil Universitas Kristen
Berdasarkan dari hasil analisis yang telah dilakukan Petra.
maka penulis bermaksud untuk memberikan saran yang [3]. Badan Pusat Statistik, 2019. Kabupaten
mudah-mudahan bermanfaat bagi pemerintah dan bagi Sumbawa dalam Angka 2019, Sumbawa: BPS
peneliti selanjutnya. Adapun saran-sarannya sebagai berikut Kabupaten Sumbawa.
: [4]. Bappeda Kab. Sumbawa, u.d. Bappeda
1. Telah di jelaskan bahwa hujan merupakan salah satu Kabupaten Sumbawa.[Online] Tersedia di:
komponen yang akan mempengaruhi standar-standar http://bappelitbangda.sumbawakab.go.id/maps/
rancangan keteknikan di masa akan datang, maka id/18 [Diakses 17 Desember 2020].
dibutuhkan masukan data hujan yang akurat. Penetapan [5]. Cipta, D. M., Suhartanto, E. & Harisuseno, .
besaran curah hujan terdapat 2 hal yang harus D., 2017. Evaluasi dan Rasionalisasi
dipertimbangkan yaitu; jumlah stasiun hujan dan pola Kerapatan Jaringan Pos Hujan Dan Pos Duga
penyebaran stasiun hujan. berdasarkan hasil analisis Air dengan Metode Stepwise di Sub Das
yang diperoleh bahwa Kabupaten Sumbawa belum Brantas Hulu. Jurnal Mahasiswa Jurusan
memiliki jumlah stasiun hujan yang optimum, oleh Teknik Pengairan. Malang: Teknik Pengairan
sebab itu perlu perhatian pemerintah agar menambah FT UB.
stasiun hujan baru karena hal ini akan sangat [6]. Harto, S. B., 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta:
mempengaruhi hasil dari rancangan-rancangan Gramedia Pustaka Utama.
keteknikan di masa akan datang. [7]. Ismi, A. & Hadi, M. P., 2016. Efisiensi Jumlah
2. Mengingat penelitian ini jauh dari kata sempurna Stasiun Hujan untuk Analisis Hujan Tahunan
karena keterbatasan penulis dalam berbagai hal untuk di Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa
menunjang penelitian ini, maka diharapkan peneliti Yogyakarta. Jurnal Bumi Indonesia, 5(1).
selanjutnya untuk lebih banyak mengumpulkan data- Yogyarta: Fakultas Geografi UGM.
data yang diperlukan maupun referensi terkait [8]. Junaidi, R., 2015. Kajian Rasionalisasi
pengukuran hujan dan menggunakan aplikasi ArcGIS Jaringan Stasiun Hujan Pada Ws Parigi-Poso
agar hasil penelitiannya dapat lebih baik dan lebih Sulawesi Tengah dengan Metode Kagan Rodda
lengkap. dan Kriging. Jurnal Sistem, pp. 22-31. Malang:
Fakultas Teknik Universitas Wisnuwardhana.
6. DAFTAR PUSTAKA
[9]. Krisnayanti , D. S., 2011. Evaluasi Kerapatan
[1]. Adihaningrum, A. A., Dermawan, V. &
Jaringan Stasiun Hujan Terhadap Ketelitian
Chandrasasi, D., 2018. Rasionalisasi Jaringan
Perkiraan Hujan Rancangan pada SWS
Stasiun Hujan Menggunakan Metode Kagan –
Noelmina di Pulau Timor. Jurnal teknik Sipil,
Rodda Dengan Memperhitungkan Faktor
1(2), pp. 57-71. Kupang: Teknik Sipil
Topografi pada Daerah Aliran Sungai (DAS)
Universitas Nusa Cendana.
Sampean, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur.
[10]. Kurniawati, T., Suhartanto, E. & Harisuseno,
- 11
Jurnal Teknik Sipil Volume …, No. …, Bulan Tahun
Universitas Syiah Kuala
D., 2017. Evaluasi dan Rasionalisasi Fakultas Geografi UGM.
Kerapatan Jaringan Pos Hujan dan Pos Duga
Air dengan Metode Stepwise di Sub DAS Lesti.
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan.
Malang: Teknik Pengairan FT UB.
[11]. Lestari, U. D., Andajani, S. & Hidayat, D. P.
A., 2018. Studi Kerapatan Jaringan Stasiun
Hujan di Das Cisadane Menggunakan Metode
Kagan Rodda. Konferensi Nasional Teknik
Sipil. Batam: Teknik Sipil UAJY.
[12]. Prawati, E. & Dermawan, V., 2018.
Rasionalisasi Jaringan Stasiun Hujan
Menggunakan Metode Kagan Rodda dengan
Memperhitungkan Faktor Topografi pada Das
Sarokah Kabupaten Sumenep (Pulau Madura,
Jawa Timur). Jurnal Tapak, pp. 79-90.
Lampung: Program Studi Teknik Sipil UM
Metro.
[13]. Ranesa, L. S. C., Limantara, L. M. &
Harisuseno, D., 2015. Analisis Rasionalisasi
Jaringan Pos Hujan untuk Kalibrasi Hidrograf
pada Das Babak Kabupaten Lombok Tengah.
Jurnal Teknik Pengairan, pp. 46-54. Malang:
Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya.
[14]. Ratu, Y. D., Krisnayanti, D. S. & Udiana, I. M.,
2012. Analisis Kerapatan Jaringan Stasiun
Curah Hujan pada Wilayah Sungai (Ws)
Aesesa di Pulau Flores. Jurnal Teknik Sipil, pp.
23-37. Kupang: Teknik Sipil FST Universitas
Nusa Cendana.
[15]. Rodhita, M., Limantara, L. M. & Dermawan,
V., 2012. Rasionalisasi Jaringan Penakar
Hujan di Das Kedungsoko Kabupaten Nganjuk.
Jurnal Teknik Pengairan, pp. 185-194. Malang:
Teknik Pengairan FT UB.
[16]. Samaawa, A. & Hadi, M. P., 2016. Estimasi
Debit Puncak Berdasarkan Beberapa Metode
Penentuan Koefisien Limpasan di Sub DAS
Kedung Gong, Kabupaten Kulonprogo,
Yogyakarta. Jurnal Bumi Indonesia. Yogyarta:
- 12

Anda mungkin juga menyukai