Anda di halaman 1dari 19

Redaman Hujan

1
Pendahuluan
• Pengaruh redaman hujan terhadap propagasi
gelombang radio mulai menjadi signifikan pada
frekuensi  10 GHz.
• Semakin tinggi frekuensi, semakin besar redaman
hujan yang dialami.
• Contoh sistem komunikasi radio yang dipengaruhi
redaman hujan:
 Link point-to-point 11-14 GHz untuk backbone pada jaringan
transmisi telefoni.
 Link antara bumi dan satelit untuk komunikasi satelit pita lebar
pada 12/14 GHz (pita Ku) dan 20/30 GHz (pita Ka).
 Link point-to-multipoint untuk jaringan akses radio pita lebar
LMDS (Local Multipoint Distribution Services) pada frekuensi
gelombang milimeter di sekitar 30 dan 40 GHz.

2
Pendahuluan
• Besarnya redaman hujan pada suatu lintasan
propagasi radio ditentukan oleh sifat-sifat mikrofisik
dan makrofisik dari hujan.
• Sifat mikrofisik ditentukan oleh:
(i) komposisi dan sifat dielektrik
(ii) suhu
(iii) bentuk
(iv) distribusi ukuran
(v) orientasi
dari titik hujan.
• Sifat makrofisik ditentukan oleh profil variasi sifat-sifat
mikrofisik dalam berbagai jenis hujan dan iklim.
3
Sifat Mikrofisik
1. Komposisi dan sifat dielektrik
– Titik hujan biasanya diasumsikan memiliki komposisi yang
homogen (seluruhnya berupa air, tanpa es).
– Permitivitas relatif r dan indeks refraksi kompleks n dapat
diperoleh dengan model yang diusulkan oleh Ray.

4
Sifat Mikrofisik
2. Bentuk titik hujan
– Model paling sederhana
adalah bentuk spherical
(bola), akurat untuk titik
hujan yang sangat kecil
(diameter < 2 mm).
– Model yang lebih akurat
adalah bentuk oblate
spheroidal.
– Model teoritis diturunkan
oleh Pruppacher dan
Pitter berdasarkan
persamaan tekanan udara
pada permukaan titik air.
Bagian bawah mendekati
datar.
5
Sifat Mikrofisik
3. Orientasi (canting angle)
– Gaya aerodinamik, gravitasi, dan elektrostatik mempengaruhi
kemiringan partikel hujan.
– Model fisik gaya yang bekerja pada titik hujan diajukan oleh
Brussaard, dengan asumsi bahwa sumbu simetri titik hujan
paralel terhadap arah aliran udara di sekitarnya. Komponen
vertikal aliran udara disebabkan oleh gaya gravitasi,
sedangkan komponen horizontalnya disebabkan oleh angin.

6
Sifat Mikrofisik
3. Orientasi (lanjutan)
– Brussaard
menyimpulkan bahwa:
• Canting angle makin
besar untuk titik hujan
yang makin besar,
sampai pada diameter 4
mm di mana canting
angle mulai mendekati
konstan.
• Canting angle makin
besar untuk titik hujan
yang makin mendekati
permukaan tanah.

7
Sifat Mikrofisik
4. Kecepatan jatuh
– Titik hujan yang besar jatuh lebih cepat dibandingkan titik
hujan yang kecil. Kecepatan maksimum yang konstan terjadi
untuk titik dengan diameter D > 5 mm.
– Gunn dan Kinzer mengukur kecepatan jatuh titik air dengan
berbagai ukuran.

28D 2 D  0.075 mm

4.5 D  0.18 0.075 mm  D  0.5 mm
v( D)  
4.0 D  0.07 0.5 mm  D  1.0 mm
 0.425D 2  3.695D  0.8 1.0 mm  D  3.6 mm

8
Sifat Mikrofisik

9
Sifat Mikrofisik
5. Distribusi ukuran titik hujan (DSD,
drop size distribution)
– DSD adalah parameter penting
karena redaman hujan bergantung
pada jumlah dan ukuran titik hujan.
– Pertama kali diukur di Amerika
oleh Laws dan Parsons (1943)
dengan metode tepung,
dirumuskan dalam bentuk
eksponensial negatif oleh Marshall
dan Palmer (1948) sebagai fungsi
curah hujan R (mm/jam).

N ( D)  N 0 e  D (m -3mm -1 )
N 0  8000
  4.1R 0.21 10
Sifat Mikrofisik
5. Distribusi ukuran titik hujan (lanjutan)
– Pengukuran dengan instrumen modern (misal: disdrometer)
menunjukkan bahwa jumlah titik kecil menurut model
eksponensial negatif berbeda dari yang terjadi sesungguhnya.
– Model DSD yang lebih modern dan lebih akurat: Weibull dan
Gamma.

11
Redaman Spesifik
• Redaman spesifik Y (dB/km) dan curah hujan R (mm/jam) dapat
dihitung secara teoritis jika diketahui:
– Frekuensi dan polarisasi gelombang radio
– Komposisi titik hujan
– Distribusi ukuran titik hujan atau DSD, N(D)
– Bentuk titik hujan
– Kecepatan jatuh titik hujan, v(D)

• Redaman spesifik (dB/km) untuk polarisasi vertikal dan horizontal:


2  10 4
YV / H    Im fV / H ( D ) N ( D )dD
ln(10) D

• Curah hujan (mm/jam):


R  6  10 4   D 3 v ( D ) N ( D )dD
D 12
Redaman Spesifik
• Dengan menghitung harga Y dan R untuk berbagai kondisi curah
hujan, dapat diperoleh persamaan empiris dalam bentuk:
Y = kR
• Persamaan ini dapat digunakan untuk menghitung redaman spesifik
Y (dB/km) jika diketahui curah hujan R di tempat tersebut.
• Pasangan harga k dan  untuk berbagai frekuensi dan polarisasi
berdasarkan model DSD Laws-Parsons diberikan dalam
rekomendasi ITU-R Rec. P.858.
• Permasalahan: Jika diketahui statistik hasil pengukuran curah hujan
pada suatu titik di muka bumi, bagaimana cara memprediksi
redaman hujan yang dialami oleh sebuah link radio yang melintas di
dekat titik tersebut?

13
Sifat Makrofisik
• Sifat makrofisik dari hujan menunjukkan variasi komposisi, DSD,
dan parameter lain dalam berbagai jenis hujan dan iklim.
• Jenis hujan:
– Stratiform
• Bermula dari pelelehan lapisan salju (melting layer) pada ketinggian 0o-
isotherm.
• Terjadi relatif merata pada daerah yang luas dengan durasi yang panjang.
– Convective
• Bermula dari gerakan turbulen dan awan hujan yang tidak melalui proses
pendinginan sampai ke suhu di bawah nol.
• Terlokalisasi pada daerah yang tidak terlalu luas dengan durasi relatif
pendek dan biasanya memiliki curah hujan yang tinggi.
 Konsep sel hujan : variasi curah hujan R terhadap waktu dan lokasi.
• Untuk Indonesia: iklim tropis.
• Curah hujan tinggi. (Curah hujan di Surabaya bisa melebihi 125 mm/jam)
• Redaman hujan sangat tinggi. (Redaman hujan di Surabaya bisa mencapai
80 dB untuk link radio 30 GHz yang hanya sepanjang 5 km.)

14
Sifat Makrofisik
• Data statistik curah hujan dari hasil pengukuran tersedia untuk
berbagai kawasan di dunia.
• Contoh: Distribusi kumulatif komplementer curah hujan di berbagai
zone di dunia menurut ITU-R (sudah tidak digunakan lagi) dan
Crane.
• Contoh: Distribusi kumulatif komplementer curah hujan di Surabaya
hasil pengukuran selama tiga tahun (1990-1993).
• Rp adalah curah hujan yang dilebihi selama p% dari waktu satu
tahun:
Pr[R > Rp] = p%

15
Sifat Makrofisik
• Distribusi curah hujan setahun di Surabaya periode 1991/1992.
R0.01 = 125 mm/jam

16
Prediksi Redaman Hujan
• Permasalahan: Jika diketahui statistik hasil pengukuran curah hujan
pada suatu lokasi, bagaimana cara memprediksi redaman hujan
sepanjang suatu link radio yang melintasi titik tersebut?
• Kondisi sebenarnya: Curah hujan bervariasi terhadap waktu dan
lokasi.
 Sangat mungkin terjadi curah hujan yang bervariasi di sepanjang
link radio, terutama untuk link yang panjang.

Rx

Tx
17
Prediksi Redaman Hujan
• Penyelesaian:
– Gunakan statistik Rp yang besar (atau berarti p yang kecil)
– Gunakan faktor reduksi r, sehingga redaman hujan Ap yang terjadi pada
link sepanjang L km untuk persentase waktu p% adalah:
Ap = kRp Lr
– Lr disebut panjang lintasan efektif.
– Redaman Ap untuk harga p lainnya bisa diprediksi dengan konversi.

• Beberapa metode perhitungan faktor reduksi r:


– Metode Crane
– Metode ITU-R
• Link terrestrial: Rec. P.530
• Link bumi-satelit: Rec. P.618

18
Contoh
• Hitunglah redaman hujan pada link radio 5 km
pada f=10 GHz, dan polarisasi vertikal, jika
diketahui intensitas hujan untuk p=0.01% adalah
100 mm/jam.
• Berapa probabilitas link radio mengalami
redaman lebih besar dari jawaban soal di atas?
• Buatlah kurva perbandingan redaman hujan
spesifik untuk gelombang radio berpolarisasi
vertikal dan horisontal sebagai fungsi frekuensi
(10-100 GHz). Beri kesimpulan.
19

Anda mungkin juga menyukai